Anda di halaman 1dari 27

Daftar Acuan: Djunaedi, A. 1986. The Development of A Microsomputer-Based Comprehensive Urban Planning Decision Support System. Disertasi Doktor.

Texas A&M University, College Station, Texas, AS. Djunaedi, A. 1988. Laporan Penelitin: Pembuatan Simulator Penyebaran Beban Lalulintas ke Ruasruas Jalan dalam Sistem Jaringan Transportasi Darat dengan memanfaatkan Sistem Komputer Mikro. Penelitian didanai oleh SPP-DPP. Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta. Castetter, W. B.; dan R. S. Heisler. 1984. Developing and Defending A Disertation Proposal. Graduate School of Education, University of Pennsylvania, Philadelphia, Pennsylvania. Leedy, Paul D. 1997. Practical Research: Planning and Design. Sixth Edition. Prectice Hall, Upper Saddle River, New Jersey. Chapter 4: The Review of the Related Literature, hal. 71-91. PPS-UGM. 1997. Petunjuk Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Digabung, diterjemahkan, disingkat dan dimodifikasi untuk kepentingan kuliah Metodologi Penelitian di tingkat program pascasarjana oleh: Achmad Djunaedi (2000).

PENYEBAB KEKERUHAN (TURIBIDITY) DALAM AIR


Posted: Oktober 26, 2008 by admin in kimia

1
Oleh : @_pararaja Rumus kimia air dalam lingkungan laboratorium adalah H2O. Tetapi kenyataannya di alam, rumus tersebut menjadi H2O + X, dimana X berbentuk karakteristika bilogik (bersifat hidup) ataupun berbentuk karakteristika non biologic (bersifat mati). Pengotor yang ada dalam air yang akan diolah sebelum digunakan dalam industri dapat bermacam macam diantaranya adalah kekruhan (turbidity). Kekeruhan adalah Ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (nephelo metrix turbidity unit) atau JTU (jackson turbidity unit) atau FTU (formazin turbidity unit), kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid di dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata dari segi estetika maupun dari segi kualitas air itu sendiri. Koloid berasal dari kata colla (Yunani) artinya Lengket/lem, karena nampak seperti lapisan film atau dalam bentuk gelatin. Partikel partikel koloid umumya berasal dari kwarsa (pasir), tanah liat, sisa tanaman, ganggang, zat organik dan lain-lain Zat organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian dari binatang atau tumbuh tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon, protein, dan lemak lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami pembusukan oleh bakteri dengan menggunakan oksigen terlarut. Beberapa sifat koloid yang penting :

1. Besarnya partikel
Partikel koloid mempunyai diameter antara 1 100 m tidak dapat dilihat dalam mikroskop. Partikel disper kasar lebih besar dari 100 m dan partikel larutan sejati lebih kecil dari 1 m.

1. Penyaringan
Partikel koloid tidak dapat disaring dengan kertas saring biasa akan tetapi dapat ditahan oleh penyaring ultra. Disper kasar dapat disaring dengan kertas saring biasa.

1. Diffusi
Karena besarnya partikel koloid dan dispers kasar, zat ini sukar berdiffusi, jadi berbeda dengan larutan sejati. Dari kecepatan diffusi koloid partikel, temperatur, viskositas medium, dan bilangan Avogadro, Einstein dapat memperoleh rumus untuk menentukan besarnya partkel partikel koloid. Partikel partikel koloid berkehendak mengendap akibat dari gravitasi. Kehendak untuk mengendap ini ditentang oleh diffuse. Pada saat kesetimbangan akan didapatkan, bahwa pada bagian bawah konsentrasi partikel koloid lebih besar. Dari kecepatan pengendapan atau sedimentasi, dapat ditentukan besar dan massa dari partikel koloid. Kecepatan pengendapan dapat diperbesar dengan memperbesar gaya gravitasi.

1. Rupa

Larutan koloid biasanya keruh dan menyerakkan sinar yang mengenai larutan tersebut. Gejala ini disebut dengan efek Tyndall. Bila seberkas sinar dilewatkan larutan koloid, sebagian sinar diserakkan dan sebagian diteruskan Sinar yang terserak disebabkan oleh adanya partikel partikel koloid yang nampak sebagai butiran butiran yang bercahaya didasar yang gelap. Butiran ini selalu bergerak dengan jalan yang zig zag yang disebut dengan gerak Brown. Gerakan ini disebabkan oleh tumbukan molekul molekul pelarut kepada partikel partikel koloid. Walaupun tumbukan ini lenting sempurna, artinya tenaga kinetic molekul pelarut dan partikel koloid sama, tetapi karena partikel koloid diameternya lebih besar, maka gerakannya lebih lambat daripada molekul pelarut.

1. Luas Permukaan
Partikel partikel koloid mempunyai luas permukaan yang sangat besar, bila dibandingkan dengan partikel dari dispers kasar dengan massa yang sama. Atas dasar ini larutan koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar.

1. Muatan Listrik
Partikel partikel koloid mempunyai muatan listrik akibat penyerapan ion ion dalam larutan. Muatan partikel ini dapat positif atau negatif. Muatan listrik partkel dapat disebabkan oleh dua hal :

a. Ionisasi dari partikel koloidnya sendiri b. Adsorpsi selektif ion ion dalam larutan oleh partikel koloid
Adsorpsi selektif dari ion ion dalam larutan oleh partikel koloid menyebabkan terjadinya lapisan listrik rangkap, partikel koloid menyerap ion positif, ion ion ini kemudian menyerap ion negative, tetapi jumlah jumlahnya yang diserap lebih sedikit dari ion positif yang ada. Disini terjadi lapisan listrik rangkap, yang berkedudukan tetap. Antara permukaan partikel koloid dan larutan terjadi beda potensial, yang disebut potensial elektrokinetik atau tegangan zeta. Ion ion positif dan negatif diluar lapisan listrik rangkap dapat bergerak bebas didalam larutan.
Partikel Koloid

Cairan

Lapisan Listrik Rangkap


Partikel - partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik yang bermuatan negative akan bergerak ke anode dan yang bermuatan positif akan bergerak ke katode. Gerakan partikel koloid akibat adanya medan listrik disebut forese atau elektroforese Bila pada pemakaian medan listrik partikel partikel koloid ditahan tetap pada tempatnya, maka pelarut akan bergerak kearah lawan dari gerakan partikel dalam elektroforese, peristiwa ini disebut dengan elektro osmose. Stabilitas partikel partikel koloid terutam disebabkan karena partikel partikel ini bermuaatan listrik sama, muatan yang sama saling tolak menolak, hingga mencegah koagulasi atau flokulasi. Bila muatan listrik ini dihilangkan dengan cara tertentu, maka partikel koloid akan bergabung dan kemudian mengendap. Partikel koloid dapat diendapkan dengan penambahan koloid lain yang muatannya sama atau umumnya dengan penambahan ion ion dari elektrolit. Ion ion yang berfungsi ialah ion yang bermuatan lawan, disamping itu makin besar muatan ion makin besar daya pengendapannya.

Koloid dapat bersifat Hidrofobik bila tidak menarik air atau bersifat Hidrofil bila partikel partkelnya menarik air. Koloid hidrofobik kadang kadang dapat dapat distabilkan dengan penambahan koloid hidrofil, koloid hidrofil demikian disebut koloid pelindung Akibat dari hal ini, koloid hidrofobik menjadi lebih tahan terhadap pengaruh elektrolit, artinya lebih sukar mengendap. Koloid yang berasal dari anion organik besar (asam humus / humat, detergen, dan lain lain yang bergugus asam di beberapa di tiap partikel) umumnya dapat mengakibatkan Fouling / Clogging atau penyumbatan dalam membran filter. Ion ion ini akan bergerak ke membran, tinggal di loka elektropositifnya. Karena melekat, ia merusak daya hantar setempat. Fouling juga dapat berbiang koloid yang bermuatan permukaan (jadi turut bergerak ke membran), membentuk lendir . Besi koloid paling sering mengganggu membran kation, membentuk film inert pada membran, sukar berdifusi, merusak jenjangan konsentrasi. Bila bahan Foulingnya polielektrolit (beberapa gugus bermuatan tiap partikelnya), sebagian muatan tertaut ke membran, lainnya tetap bebas. Akibatnya gugus gugus elektronegatif itu justru membentuk lapisan selektif didepan membran sehingga sulit untuk berdifusi.

PENGERTIAN KECEPATAN ARUS Arus merupakan suatu gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal dan vertikal masa air. Arus sangat dipengaruhi oleh sifat air itu sendiri, gravitasi bumi, keadaan dasar perairan, dan gerakan rotasi bumi. Sirkulasi arus pada permukaan perairan terutama disebabkan oleh adanya wind stress. Jadi arus air yang ada dalam suatu perairan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor dari parameter kualitas air itu sendiri. Disamping itu arus juga dapat berdampak pada kandungan oksigen yang ada dalam air tersebut melalui proses difusi secara langsung dari udara. Banyak faktor yang mempengaruhi keadaan li ngkungan perairan salah satunya adalah gerakan atau arus air. Gerakan air selain berfungsi untuk mensuplai zat hara, juga membantu memudahkan organisme didalam perairan tersebut untuk menyerap zat hara, membersihkan kotoran yang ada, dan melangsungkan pertukaran CO 2 dan O 2 , sehingga kebutuhan oksigen tidak menjadi masalah. Bila konsentrasi oksigen terlarut tinggi maka konsentrasi karbondioksida di dalam air rendah. System arus atau pola sirkulasi air merupakan salah satu aspek dinamika air yang sangat penting, karena

berpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya, misalnya terhadap sebaran biologi, kimia, populasi, dan terhadapsedimen transportasi. Arus merupakan gerakan yang mengalir dari suatu massa air yang

disebabkan oleh desitas air lau, tiupan angin atau dapat pula disebabkan gerakan bergelombang panjang. Arus juga dapat dikarenakan pasang surut . 2.2. KECEPATAN ARUS BERDASARKAN PERAIRANNYA 1) DI LAUT

Arus berperan dalam transportasi ikan dan larva di laut. Arus merupakan hal yang sangat penting kaitannya dengan iklim, arus juga membawa organisme plankton dalam jumlah yang besar dari tempat asalnya secara periodik (Davis, 1955). Pola aliran arus juga menentukan pola karakteristik penyebaran nutrien, transport sedimen, plankton, ekosistem laut dan geomorfologi pantai. Pada daerah teluk, pola aliran air lebih didominasi oleh pasang surut dan angin. Di daerah teluk, jenis arus yang dibangkitkan oleh gaya pasang surut sangat dominan dibandingkan dengan arus yang dibangkitkan oleh gaya gesek angin dengan permukaan air. Sverdrup et al. (1972) membagi arus laut ke dalam tiga golongan besar, yaitu : 1). Arus yang disebabkan oleh perbedaan sebaran densitas di laut. Arus ini disebabkan oleh air yang berdensitas lebih berat akan mengalir ke tempat air yang berdensitas kecil atau lebih ringan. Arus jenis ini biasanya memindahkan sejumlah besar massa air ke tempat lain; 2). Arus yang ditimbulkan oleh angin yang berhembus di permukaan laut. Arus jenis ini biasanya membawa air kesatu jurusan dengan arah yang sama selama satu musim tertentu; 3). Arus yang disebabkan oleh air pasang. Arus jenis ini mengalirnya bolak-balik dari dan ke pantai, atau berputar. Gerakan massa air dalam sangat berbeda dengan massa air permukaan. Massa air dalam terisolasi dari angin, oleh karena itu gerakannya tidaklah bergantung pada angin. Tetapi gerakan massa air dalam sebenarnya terjadi karena perubahan gerakan air permukaan. Di daerah tertentu dan dalam keadaan tertentu pula, gerakan lateral air yang disebabkan oleh angin juga mengakibatkan air mengalami suatu sirkulasi vertikal atau gerakan ke atas atau upwelling (Nybakken, 1992). Arus arus yang besar di laut seluruhnya menyebabkan perubahan densitas massa air permukaan. Perubahan densitas air laut berhubungan dengan variasi suhu dan salinitas, yaitu

kenaikan suhu menyebabkan penurunan densitas air laut yang diikuti dengan kenaikan salinitas. Di laut perubahan salinitas dan suhu biasanya terjadi bersama-sama dan keduanya sangat penting dalam mengendalikan densitas (Barnes dan Hughes, 1998). Menurut Hinckley et al. 1991, diacu dalam Olii (2003), arus selalu berhubungan dengan kedalaman. Perubahan arah arus yang kompleks susunannya terjadi sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman perairan. Pada umumnya tenaga angin yang diberikan pada lapisan permukaan air dapat membangkitkan timbulnya arus permukaan yang mempunyai kecepatan sekitar 2% dari kecepatan angin itu sendiri. Kecepatan arus ini akan berkurang cepat sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman perairan dan akhirnya angin menjadi tak berpengaruh sama sekali terhadap kecepatan arus (Hutabarat dan Evans, 1986). Selanjutnya mengemukakan bahwa pada kedalaman dibawah 100 meter kecepatan arus sangat lambat sehingga Ichthyoplankton di daerah ini kemungkinan tidak hanyut jauh dari wilayah dimana mereka dipijahkan, sedangkan pada kedalaman di atas 50 meter dari kolom air, arus semakin cepat sehingga Ichthyoplankton akan mudah terbawa oleh arus.

2) DI PERAIRAN TAWAR Pola arus dan asal arus diperairan umum (danau, sungai, dan resevoir) berbeda dengan di laut. Pada perairan umum yang mengalir (lotic system) misal sungai, air berasal dari tiga sumber, yaitu mata air, hujan, dan aliran permukaan. Aliran sungai dipengaruhi oleh adanya dua kekuatan yaitu gravitasi dan hambatan (friksi). Oleh karena itu, kekuatan arus di sungai tergantung pada letak daerahnya. Pada daerah hulu, kecepatan arusnya tinggi, sedangkan di daerah hilir kecepatan arusnya menurun ( Sri Rejeki, 2001).

Menurut Hutabarat (2000), kecepatan arus di perairan umum yang tergenang (lentic water bodies) misal danau dan reservoir pada umumnya lebih rendah daripada kecepatan arus di laut ataupun sungai. Kecepatan arus di perairan danau atau reservoir dipengaruhi oleh angin dan kecepatan arus di perairan lentic sangat bervariasi, dan hal ini bukan faktorfaktor dalam pemilihan lokasi untuk budidaya kolam.

2.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN ARUS Terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1. Faktor internal seperti perbedaan densitas air laut, gradien tekanan mendatar dan gesekan lapisan air. 2. Faktor eksternal seperti gaya tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi, gaya tektonik dan angin. Menurut Bishop (1984), gaya-gaya utama yang berperan dalam sirkulasi massa air adalah gaya gradien tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, gaya gesekan, dan gaya sentrifugal. Faktor penyebab terjadinya arus yaitu dapat dibedakan menjadi tiga komponen yaitu: gaya eksternal, gaya internal angin, gaya-gaya kedua yang hanya datang karena fluida dalam gerakan yang relatif terhadap permukaan bumi. Dari gaya-gaya yang bekerja dalam pembentukan arus antara lain tegangan angin, gaya Viskositas, gaya Coriolis, gaya gradien tekanan horizontal, gaya yang menghasilkan pasut. Ketika angin berhembus di laut, energi yang ditransfer dari angin ke batas permukaan, sebagian energi ini digunakan dalam pembentukan gelombang gravitasi permukaan, yang memberikan pergerakan air dari yang kecil kearah perambatan gelombang sehingga terbentuklah

arus dilaut. Semakin cepat kecepatan angin, semakin besar gaya gesekan yang bekerja pada permukaan laut, dan semakin besar arus permukaan. Dalam proses gesekan antara angin dengan permukaan laut dapat menghasilkan gerakan air yaitu pergerakan air laminar dan pergerakan air turbulen (Supangat,2003). Gaya Viskositas pada permukaan laut ditimbulkan karena adanya pergerakan angin pada permukaan laut sehingga menyebabkan pertukaran massa air yang berdekatan secara periodik, hal ini disebabkan karena perbedaan tekanan pada fluida. Gaya viskositas dapat dibedakan menjadi dua gaya yaitu viskositas molecular dan viskositas eddy. Gesekan dalam pergerakan fluida hasil dari transfer momentum diantara bagian-bagian yang berbeda dari fluida. Dalam pergerakan fluida dalam aliran laminer, transfer momentum terjadi hasil transfer antara batas yang berdekatan yang disebut viskositas molekular. Di permukaan laut, gerakan air tidak pernah laminer, tetapi turbulen sehingga kelompok-kelompok air, bukan molekul individu, ditukar antara satu bagian fluida ke yang lain. Gesekan internal yang dihasilkan lebih besar dari pada yang disebabkan oleh pertukaran molekul individu dan disebut viskositas eddy. Gaya Coriolis mempengaruhi aliran massa air, dimana gaya ini akan membelokan arah angin dari arah yang lurus. Gaya ini timbul sebagai akibat dari perputaran bumi pada porosnya. Gaya Coriolis ini yang membelokan arus dibagian bumi utara kekanan dan dibagian bumi selatan kearah kiri. Pada saat kecepatan arus berkurang, maka tingkat perubahan arus yang disebabkan gaya Coriolis akan meningkat. Hasilnya akan dihasilkan sedikit pembelokan dari arah arus yang relaif cepat dilapisan permukaan dan arah pembelokanya menjadi lebih besar pada aliran arus yang kecepatanya makin lambat dan mempunyai kedalaman makin bertambah besar. Akibatnya akan timbul suatu aliran arus dimana makin dalam suatu perairan maka arus yang terjadi pada lapisan-lapisan perairan akan dibelokan arahnya. Hubungan ini dikenal sebagai Spiral Ekman,

Arah arus menyimpang 450 dari arah angin dan sudut penyimpangan. bertambah dengan bertambahnya kedalaman (Supangat, 2003).

Gambar 1.Pola arus spiral Ekman Gaya gradien tekanan horizontal sangat dipengaruhi oleh tekanan, massa air, kedalaman dan juga densitas dari massa air tersebut, yang mana jika densitas laut homogen, maka gaya gradien tekanan horizontal adalah sama untuk kedalaman berapapun. Jika tidak ada gaya horizontal yang bekerja, maka akan terjadi percepatan yang seragam dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah.

Gambar 2. Gaya Gradien Tekanan Horizontal Gelombang-gelombang yang panjang pada lautan menghasilkan peristiwa pasang surut air laut. Pasang surut ini menimbulkan pergerakan massa air yang mana prosesnya dipengaruhi oleh gaya tarik bulan, matahari dan benda angkasa lainya selain itu juga dipengaruhi oleh gaya sentrifugal dari bumi itu sendiri.

1. Pengertian Suhu Apa yang akan dirasakan oleh jarimu jika dimasukkan ke dalam air es? Ya, air es akan terasa dingin. Dingin boleh dikatakan sebagai salah satu ukuran dari suhu suatu benda. Benda yang dingin mempunyai suhu yang lebih rendah dari benda yang panas. Dari pernyataan ini suhu dapat difenisikan sebagai derajat/tingkatan panas suatu benda atau kuantitas panas suatu benda. Seperti dalam materi sebelumnya, suhu merupakan salah satu besaran pokok dengan satuan derajat Kelvin. 2. Alat Ukur Suhu Untuk menentukan panas atau tidaknya suatu benda, kita dapat menggunakan jari tangan kita, tetapi tangan tidak dapat dipakai untuk menentukan tingkat panas suatu benda secara tetap.

Alat yang tepat untuk mengukur suhu benda adalah termometer. Macam macam termometer A. Berdasarnya zat termometriknya, termometer dapat dibedakan menjadi : 1) Termometer zat padat. Termometer zat padat menggunakan prinsip perubahan hambatan logam konduktor terhadapap suhu sehingga sering juga disebut sebagai termometer hambatan. Biasanya termometer ini menggunakan kawat platina halus yang dililitkan pad mika dan dimasukkan dalam tabung perak tipis tahan panas. Contoh: Termometer platina

2) Termometer zat cair. Termometer zat cair dibuat berdasarkan perubahan volume. Zat cair yang digunakan biasanya raksa atau alkohol. Contoh termometer Fahrenheit, Celcius, Reamur. Alasan pemilihan raksa atau alkohol sebagai isi termometer adalah sebagai berikut: 1. mudah dilihat karena raksa terlihat mengkilap sedangkan alkohol dapat diberi warna merah. 2. daerah ukurannya sangat luas (raksa : 390C s/d 3370C dan alkohol: -1140C 780C) 3. keduanya merupakan panghantar kalor yang baik 4. keduanya mempunyai kalor jenis yang kecil.

3) Termometer gas Termomter gas menggunakan prinsip pengaruh suhu terhadap tekanan. Bagan alat ini sama seperti nanometer. Pipa U yang berisi raksa mula-mula permukaannya sama tinggi. Jika salah satu ujungnya dihubungkan dengan ruangan yang bersisi gas bertekanan, maka akan terjadi selisih tinggi. Contoh: termometer gas pada volume gas tetap

B. Berdasarkan pembuatnya, antara lain: 1) termometer Celcius 2)termometer Fahrenheit 3) termometer Reamur 4)termometer Kelvin C. Berdasarkan penggunaanya, antara lain: 1) Termometer Laboratorium Termometer yang biasanya digunakan untuk eksperimen di lab.

b. Termometer suhu badan / klinis

Termometer khusus untuk mengukur suhu badan manusia. Termometer ini biasanya digunakan dalam bidang medis dan mempunyai batas skala 34-42 0C.

4. Skala Termometer A. Fahrenheit Pada tahun 1714, seorang ilmuwan Jerman yang bernama Daniel George Fahrenheit membuat termometer yang mula-mula diisi alkohol dan kemudian diganti dengan raksa. Sebagai titik tetap pertama ia menggunakan campuran es dan garam dapur yang diberi angka 00F (suhu terendah yang ia ketahui) dan titik tetap kedua ia menggunakan tubuh manusia dan diberi angka 960C. Berdasarkan definisi modern, skala termometer Fahrenheit adalah skala dengan temperatur air mendidih ditetapkan sebagai 212 derajat dan temperatur es melebur sebagai 32 derajat. Pada jaman dulu termometer ini banyak digunakan di Eropa dan Amerika Serikat, tetapi pada saat ini negara-negara di Eropa sudah banyak beralih ke termometer Celcius sedangkan Amerika Serikat masih tetap menggunakannya. B. Celcius Sekitar 20 tahun setelah Fahrenheit membuat termometer, seorang profesor dari Swedia yang bernama Ander Celsius juga membuat termometer. Termometer ini menggunakan titik tetap bawah adalah suhu es sedang mencair sebagai 00C dan titik tetap atas adalah suhu air sedang mendidih sebagai 1000C masing-masing pada tekanan standar. Skala antar kedua temperatur ini dibagi dalam 100 derajat. Termometer ini banyak digunakan oleh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.

C. Kelvin Pada dasarnya skala kelvin sama dengan skala celcius (seperseratus). Hanya saja skala kelvin dimulai dari suhu nol mutlak (0 K) yang besarnya sama dengan -273,150C. Sehingga untuk suhu es mencair sama dengan 273,15 K dan air mendidih sama dengan 373,15 K.

Perbandingan antar skala termometer 2. Konversi Antar Skala Termometer Untuk mengkorvensi suhu menurut termometer satu ke suhu menurut termometer yang lain, digunakan persamaan sebagai berikut :

Untuk skala Celcius, Fahrenheit, dan Kelvin berlaku:

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.

[sunting] Definisi
Salinitas air berdasarkan persentase garam terlarut Air tawar Air payau Air saline Brine < 0,05 % 0,053 % 35 % >5 % Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine. Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam sekitar 30%.[1] Istilah teknik untuk keasinan lautan adalah halinitas, dengan didasarkan bahwa halida-halida terutama kloridaadalah anion yang paling banyak dari elemen-elemen terlarut. Dalam oseanografi, halinitas biasa dinyatakan bukan dalam persen tetapi dalam bagian perseribu (parts per thousand , ppt) atau permil (), kira-kira sama dengan jumlah gram garam untuk setiap liter larutan. Sebelum tahun 1978, salinitas atau halinitas dinyatakan sebagai dengan didasarkan pada rasio konduktivitas elektrik sampel terhadap "Copenhagen water", air laut buatan yang digunakan sebagai standar air laut dunia.[2] Pada 1978, oseanografer meredifinisikan salinitas dalam Practical Salinity Units (psu, Unit Salinitas Praktis): rasio konduktivitas sampel air laut terhadap larutan KCL standar.[3][4] Rasio tidak memiliki unit, sehingga tidak bisa dinyatakan bahwa 35 psu sama dengan 35 gram garam per liter larutan.[5]

[sunting] Referensi
1. ^ Goetz, P. W. (ed.): "The New Encyclopaedia Britannica (15th edn)", Vol. 3, p.937, Encyclopaedia Britannica Inc., Chicago, 1986. 2. ^ Lewis, E.L. (1980). The Practical Salinity Scale 1978 and its antecedents. IEEE J. Ocean. Eng., OE-5(1): 3-8. 3. ^ Unesco (1981a). The Practical Salinity Scale 1978 and the International Equation of State of Seawater 1980. Tech. Pap. Mar. Sci., 36: 25 pp. 4. ^ Unesco (1981b). Background papers and supporting data on the Practical Salinity Scale 1978. Tech. Pap. Mar. Sci., 37: 144 pp. 5. ^ Unesco (1985). The International System of Units (SI) in Oceanography. Tech. Pap. Mar. Sci., 45: 124 pp.

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine (http://id.wikipedia.org/wiki/Salinitas) Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam. Salinitas ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah total dalam gram bahan-bahan terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua karbonat dirubah menjadi oksida, semua bromida dan yodium dirubah menjadi klorida dan semua bahan-bahan organik dioksidasi. Selanjutnya hubungan antara salinitas dan klorida ditentukan melalui suatu rangkaian pengukuran dasar laboratorium berdasarkan pada sampel air laut di seluruh dunia dan dinyatakan sebagai: S (o/oo) = 0.03 +1.805 Cl (o/oo) (1902) Lambang o/oo (dibaca per mil) adalah bagian per seribu. Kandungan garam 3,5% sebanding dengan 35o/oo atau 35 gram garam di dalam satu kilogram air laut (http://oseanografi.blogspot.com/2005/07/salinitas-air-laut.html) Diperairan samudra, salinitas biasanya berkisar antara 34-35. Diperairan pantai karena terjadinya pengenceran, misalnya karena pengaruh aliransungai, salinitas bisa turun rendah. Sebaliknya di daerah dengan penguapan yang sangat kuat, salinitas bisa meningkat tinggi. Air payau adalah istilah umum yang digunakan untuk menyatakan air yang salinitasnya antara air tawar dan air laut. Ada berbagai cara dan istilah yang digunakan untuk memberikan nama air berdasarkan salinitasnya. Salah satu misalnya menurut Valikangas dapat diserhanakan sebagai berikut : air tawar 0-0,5, air payau 0,5-17, dan air laut lebih 17 (Nontji, 2005). Salinitas adalah banyaknya zat yang terlarut. Zat yang terlarut ini meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme hidup dan gas-gas terlarut. Fraksi terbesar dari bahan terlarut terdiri dari garam-garam anorganik yang berbentuk ion-ion. Enam jenis anorganik membentuk 99,28% berat dari bahan anorganik padat. Ion-ion adalah klor, natrium, sulfat, magnesium, kalsium dan kalium, sedangkan lima iom berikutnya yaitu bikarbonat, bromida, asam borat dan stronsium menambah 0,71% berat, sehingga 11 ion ini membentuk 99,99% berat zat terlarut (Nybakken, 1992). Referensi : Tomczak, M, An Introduction to Physical Oceanography Talley, L, Properties of Seawater Prager, Ellen J, and Sylvia A. Earle, The Oceans, McGraw-Hill, 2000. Pickard and Emery, Descriptive Physical Oceanography http://oseanografi.blogspot.com/2005/07/salinitas-air-laut.html

Kecerahan, kekeruhan air dan pengaruhnya pada ikan - apa yang akan kita bahas kali ini? masih dalam seri tentang perikanan dan biologi, kali ini kita akan membahas tentang Kecerahan, kekeruhan air dan pengaruhnya pada ikan, Kecerahan dan kekeruhan air dalam suatu perairan dipengaruhi oleh jumlah cahaya matahari yang masuk kedalam perairan atau disebut juga dengan intensitas cahaya matahari. Cahaya matahari didalam air berfungsi terutama untuk kegiatan asimilasi fito/tanaman didalam air,. Oleh karena itu daya tembus cahaya kedalam air sangat menentukan tingkat kesuburan air. Dengan diketahuinya intensitas cahaya pada berbagai kedalaman tertentu, kita dapat mengetahui sampai dimanakah masih ada kemungkinan terjadinya proses asimilasi didalam air.

Kecerahan air merupakan ukuran transparansi perairan dan pengukuran cahaya sinar matahari didalam air dapat dilakukan dengan menggunakan lempengan/kepingan Secchi disk. Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah satuan meter. Jumlah cahaya yang diterima oleh phytoplankton diperairan asli bergantung pada intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam permukaan air dan daya perambatan cahaya didalam air. Masuknya cahaya matahari kedalam air dipengaruhi juga oleh kekeruhan air (turbidity). Sedangkan kekeruhan air menggambarkan tentang sifat optik yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat didalam perairan. Definisi yang sangat mudah adalah kekeruhan merupakan banyaknya zat yang tersuspensi pada suatu perairan. Hal ini menyebabkan hamburan dan absorbsi cahaya yang datang sehingga kekeruhan menyebabkan terhalangnya cahaya yang menembus air. Faktor-faktor kekeruhan air ditentukan oleh: a. Benda-benda halus yang disuspensikan (seperti lumpur dsb) b. Jasad-jasad renik yang merupakan plankton c. Warna air (yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid berasal dari daun-daun tumbuhan yang terektrak) Faktor-faktor ini dapat menimbulkan warna dalam air dan mempengaruhi tingkat kecerahan dan kekeruhan air. Pengukuran kekeruhan suatu perairan dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut dengan Jackson Candler Turbidimeter dengan satuan unit turbiditas setara dengan 1 mg/l SiO2. Satu unit turbiditas Jackson Candler Turbidimeter dinyatakan dengan satuan 1 JTU (Jackson Turbidity Unit).

Gambar 1. Turbidimeter

Air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan selain harus jernih tetapi tetap terdapat plankton. Air yang sangat keruh tidak dapat digunakan untuk kegiatan budidaya ikan, karena air yang keruh dapat menyebabkan : a. Rendahnya kemampuan daya ikat oksigen b. Berkurangnya batas pandang ikan c. Selera makan ikan berkurang, sehingga efisiensi pakan rendah d. Ikan sulit bernafas karena insangnya tertutup oleh partikelpartikel lumpur

Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-6989.1-2004, Air dan air limbah Bagian 1: Cara uji daya hantar listrik (DHL). SNI ini diterapkan untuk pengujian parameter-parameter kualitas air dan air limbah. Peraturan yang digunakan sebagai dasar adalah Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 1988 tentang Baku Mutu Air dan Nomor 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Pengujian Kualitas air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan.

SNI ini merupakan hasil revisi dari butir 3.11 pada SNI 06-2413-1991, Metode pengujian kualitas fisika air. SNI ini menggunakan referensi dari metode standar internasional yaitu Standard Methods for the Examination of Water and Waste Cara uji daya hantar listrik (DHL), merupakan Metode ini meliputi cara uji daya hantar listrik (DHL) air dan air limbah dengan menggunakan alat konduktimeter Daya hantar listrik dalah kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik yang dinyatakan dalam jtmhos/cm (jtS/cm). Pada uji ini digunakan larutan baku, yang merupakan larutan yang dibuat dengan melarutkan KCl dengan konsentrasi tertentu. Cara uji Prinsip uji DHL, Daya hantar listrik diukur dengan elektroda konduktimeter dengan menggunakan larutan kalium klorida, KCl sebagai larutan baku pada suhu 25oC. Bahan 1. air suling dengan DHL < 1 jtmhos/cm. 2. larutan baku kalium klorida, KCl 0,01 M. 3. Larutkan 0,7456 g kalium klorida, KCl anhidrat yang sudah dikeringkan pada suhu 110oC selama 2 jam dengan air suling dan encerkan sampai volume 1000 mL. Larutan ini pada suhu 25oC mempunyai daya hantar listrik 1413 jtmhos/cm. 4. larutan baku kalium klorida, KCl 0,1 M. 5. Larutkan 7,4560 g kalium klorida, KCl anhidrat yang sudah dikeringkan pada suhu 110oC selama 2 jam dengan air suling dan encerkan sampai volume 1000 mL. Larutan ini pada suhu 25oC mempunyai daya hantar listrik 12900 jtmhos/cm. 6. larutan baku kalium klorida, KCl 0,5 M. 7. Larutkan 37,2800 g kalium klorida, KCl anhidrat yang sudah dikeringkan pada suhu 110oC selama 2 jam dengan air suling dan encerkan sampai volume 1000 mL. Larutan ini pada suhu 25oC mempunyai daya hantar listrik 58460 jtmhos/cm. Peralatan a. timbangan analitik; b. konduktimeter;

c. labu ukur 1000 mL; d. termometer; dan e. gelas piala 100 mL . Kalibrasi alat 1. 2. 3. 4. 5. Cuci elektroda dengan larutan KCl 0,01 M sebanyak 3 kali. Atur suhu larutan KCl 0,01 M pada 25oC. Celupkan elektroda ke dalam larutan KCl 0,01 M. Tekan tombol kalibrasi. Atur sampai menunjuk angka 1413 mhos/cm (sesuai dengan instruksi kerja alat).

CATATAN Apabila DHL contoh uji lebih besar dari 1413 mhos/cm, lakukan tahapan pada 3.4 dengan menggunakan larutan baku KCl 0,1 M (DHL = 12900 mhos/cm) atau KCl 0,5 M (DHL = 58460 mhos/cm). Prosedur a. Bilas elektroda dengan contoh uji sebanyak 3 kali. b. Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai konduktimeter menunjukkan pembacaan yang tetap. c. Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan konduktimeter dan catat suhu contoh uji. Jaminan mutu dan pengendalian mutu Jaminan mutu a) Gunakan bahan kimia pro analisis (pa). b) Gunakan alat gelas bebas kontaminasi. c) Gunakan alat ukur terkalibrasi. d) Dikerjakan oleh analis yang kompeten. Pengendalian mutu a) Lakukan analisis duplo untuk kontrol ketelitian analisis. b) Jika nilai RPD lebih besar dari 5% lakukan pengukuran ketiga.

c) Rumus Relative Percent Different (RPD): RPD = (X1-X2) x 100 % (X1+X2) / 2 dengan Pengertian: X1= nilai DHL pada pengukuran pertama X2= nilai DHL pada pengukuran kedua Pelaporan Catat pada buku kerja hal-hal sebagai berikut : 1. Parameter yang dianalisis. 2. Nama analis. 3. Tanggal anal isis. 4. Rekaman hasil pengukuran duplo, triplo dan seterusnya. 5. Rekaman kurva kalibrasi atau kromatografi. 6. Nomor contoh uji. 7. Tanggal penerimaan contoh uji. 8. Batas deteksi. 9. Rekaman hasil perhitungan. 10. Hasil pengukuran persen spike matrix atau CRM atau blind sample (bila dilakukan). 11. Kadar DHL dalam contoh uji.

Parameter fisika-kimia perairan dapat menjadi ciri pembeda beberapa macam ekosistem perairan. Perbedaan pada ciri tersebut erat kaitannya dengan interaksi yang terjadi paada suatu ekosistem perairan. Kedalaman Kedalaman adalah parameter fisika yang mendasar dan berpengaruh pada aspek lainnya seperti kecerahan, suhu, dan kelarutan oksigen. Kedalaman dalam suatu ekosistem perairan dapat bervariasi dari suatu tempat ke tempat yang lain. Kecerahan Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh ke dalam perairan. Begitu juga sebaliknya Suhu air Suhu air adalah parameter fisika yang dipengaruhi oleh kecerahabn dan kedalaman. Air yang dangkal dan daya tembus cahaya matahari yang tinggi dapat meningkatkan suhu perairan Arus Arus atau aliran air adalah parameter fisika yanng dapat dijadikan pembeda beberapa ekosistem perairan tawar. Perbedaan utama ekosistem lotik dan lentik adalah arus. Debit air Debit air adalah parameter fisika yang dipengaruhi oleh arus dan badan air ( kedalaman dan lebar penampang melintang ). Debit juga menjadi ciri pembeda ekosistem perairan tawar. Derajat keasaman

Derajat keasaman atau pH merupakan parameter kimia yang menunjukkan konsentrasi ion hidrogen pada perairan. Konsentrasi ion hidrogen tersebut dapat mempengaruhi reaksi kimia yang terjadi di lingkungan perairan. Salinitas Salinitas menunjukkan kadar garam pada suatu perairan. Kadar garam merupakan ciri pembeda a ntara ekosistem air tawar dan air asin. Daya Hantar Listrik Daya hantar listrik adalah parameter yang dipengaruhi oleh salinitas tinggi rendahnyaberkaitan erat dengan nilai salinitas. DO DO atau Dissolved Oxygen atau oksigen terlarut adalah parameter kimia perairan yang menunjukkan banyaknya oksigen yang terlarut dalam ekosistem peraira

Anda mungkin juga menyukai