Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KINERJA SISTEM JARINGAN TRAYEK MOBIL PENUMPANG UMUM DI KOTA SALATIGA Marsudi Jurusan Teknik Sipil Politeknik

Negeri Semarang Abstract In line with the increasing of Salatiga peoples mobility, its necessary to provide comfortable public transportation. There are issues of public transportation includes, those are : smoothness of peoples mobility and accesbility public transportations/vehicle. The smoothness of mobility related with the captive passengers to the public transportation accessible, means better performance of the transportation system. Salatiga is located between Semarang and Surakarta, where on artery road network connecting the two centre development areas and its very strategic with very high traffic intensity. As a developing town since potency in form of human resource is high with the present of some universities. Salatiga is driven to be an education town, sport, trading and also tourism transit. This is why it has very high economy intensity.Based on data analysis using service standardization from coverage area give information is traject 1, 2, 3, 4, 9, 10, 11 and 14 give service is less, traject 7, 8 and 17 give service middle and traject 5, 6 and 16 is goog service.With the good service above, its for increasing performance by repairing broken road and improving the obedience on traffic rules in order to create very satisfy service for every people : the user, operator and government side. Keyword : public transportation, road network system PENDAHULUAN Suatu kota merupakan wadah sekaligus menjadi pusat kegiatan manusia yang terdiri dari berbagai jenis kegiatan dan menyebabkan pergerakan penduduk sehingga diperlukan sarana transportasi yang memadai. Tujuan transportasi adalah untuk mewujudkan penyelenggaraan transportasi yang selamat, aman, cepat, lancer, tertib dan nyaman. (Warpani 1990). Mobil Penumpang Umum (MPU) sebagai salah satu elemen dari sitem transportasi perkotaan memegang peranan yang sangat penting bagi darah perkotaan, dan harus dapat menjangkau seluruh pelosok wilayah perkotaan (door to door) (Moor Look, Ek. 1988) Sistem Transportasi Permasalahan Transportasi dimulai dari pergerakan untuk memenuhi segala macam kebutuhan. Kegiatan transportasi yang berwujud pergerakan lalu lintas antara dua guna lahan yang timbul karena adanya proses pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi di tempat asal berada. Sistem transportasi secara menyeluruh (makro) dapat dipecahkan menjadi beberapa system yang lebih kecil (mikro) yang masing-masing saling terkait dan saling memengaruhi. Sistem transportasi mikro tersebut terdiri dari system kegiatan, system jaringan prasarana transportasi, system pergerakan lalu lintas, dan system kelembagaan. (Tamin, 2000 : 28). Interaksi antara system kegiatan dan system jaringan ini menghasilkan pergerakan manusia dan/atau barang dalam bentuk pergerakan kendaraan dan/atau orang (pejalan kaki). Jika pergerakan tersebut diatur oleh system rekayasa dan manajemen lalu lintas yang baik akan tercipta suatu system pergerakan yang aman, cepat, nyaman, murah, handal, dan sesuai dengan lingkungannya. Permasalahn kemacetan yang sering terjadi biasanya timbul karena kebutuhan akan transportasi lebih besar dari pada prasarana transportasi yang tersedia, atau prasarana tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Sistem Kegiatan

Sistem Jaringann

Sistem Pergerakan

Sistem Kelembagaan Sumber : Ofyar Z. Tamin (2000)

Sistem kegiatan, system jaringan, dan system pergerakan akan saling mempengaruhi. Perubahan pada system kegiatan jelas akan mempengaruhi system jaringan melalui perubahan pada tingkat pelayanan pada system pergerakan. Begitu juga perubahan system jaringan akan dapat mempengaruhi system kegiatan melalui peningkatan mobilitas dan aksesbilitas dari sitem pergerakan tersebut.

Kebutuhan Melakukan Perjalanan Manusia sebagai pelaku perjalanan memiliki maksud masing-masing dalam melakukan perjalanannya. Adanya maksud yang berbeda ini berpengaruh pada rute pelayanan angkutan kota sebagai angkutan umum. Klasifikasi perjalanan berdasarkan maksud dapat dbagi ke dalam beberapa golongan sebagai berikut : a. Perjalanan untuk bekerja (working trips), yaitu perjalanan yang dilakukan seseorang menuju tempat kerja, misalnya kantor, pabrik dan lain sebagainya. b. Perjalanan untuk kegiatan pendidikan (educational trips) yaitu perjalanan yang dilakukan oleh pelajar dari semua strata pendidikan menuju sekolah, universitas, atau lembaga pendidikan lainnya tempat mereka belajar c. Perjalanan untuk berbelanja (shopping trips) yaitu perjalanan ke pasar, swalayan, pusat pertokoan dan lain sebagainya d. Perjalanan untuk kegiatan social (social trips) misalnya perjalanan ke rumah saudara, ke dokter dan lain sebagainya e. Perjalanan untuk berekreasi (recreation trips) Konfigurasi Jaringan Trayek Jaringan trayek adalah kumpulan dari trayek yang menjadi satu kesatuan jaringan pelayanan angkutan orang. Bentuk konfigurasi jaringan trayek sangat penting ditinjau dari kualitas pelayanan yang dihasilkan, karena konfigurasi jaringan trayek berpengaruh pada : - Prosentase daerah yang dilayani oleh system angkutan umum. - Jumlah pergantian lintasan yang diperlukan dalam pergerakan penumpang dari tempat asal ke tempat tujuan. - Pengaturan frekuensi dan jadwal operasi. - Lokasi terminal Secara umum bentuk-bentuk konfigurasi jaringan trayek angkutan umum dapat dibedakan menjadi 5 kelompok, yaitu jaringan bentuk grid, linier, radial, territorial dan bentuk modifikasi. Jaringan Trayek Bentuk Grid (Orthogonal) Jaringan ini terbentuk karena menyesuaikan dengan struktur jaringan prasarana jalannya yang sudah berbentuk grid. Jaringan ini banyak dijumpai di kota-kota besar Negara maju. Karakteristik jaringan trayeknya ada beberapa lintasan trayek yang secara parallel mengikuti ruas-ruas jalan yang ada dari pinggir kota yang satu ke pinggir kota lainnya dengan melewati pusat kota (CBD) yang letaknya

di tengah dan secara merata melayani semua daerah tangkapan.

Gambar 1. Trayek berbentuk Grid Jeringan Trayek Bentuk Linier Jaringan ini biasanya terjadi karena bentuk kotanya adalah linier yaitu memanjang mengikuti suatu jalan arteri utama. Kota seperti ini biasanya disebut kota lintas.

Gambar 2. Jaringan Trayek Linier A Jaringan Trayek Berbentuk Radial Jaringan trayek radial terbentuk mengikuti perkembangan kota yang tumbuh dari pusat kota secara radial menuju ke pinggir-pinggirnya. Struktur jaringan radial biasanya didukung oleh struktur jaringan jalan yang cenderung secara radial berorientasi ke daerah CBD yang terletak di tengah kota. Semua trayek yang ada dalam system jaringan radial ini menghubungkan daerah pinggir kota dan daerah pusat kota. Pada struktur jaringan trayek berbentuk radial ini banyak trip yang dapat dilakukan tanpa harus melakukan transfer. Untuk pergerakan trip yang bersifat melingkar yang menghubungkan atar daerah pinggiran, struktur seperti ini tidak begitu menguntungkan karena dibutuhkan jumlah transfer yang banyak.

CB D

Gambar 3. Jaringan Trayek Radial

ANALISIS KINERJA SISTEM JARINGAN TRAYEK MOBIL PENUMPANG. ( Marsudi)

Jaringan Trayek Bentuk Teritorial Jaringan ini membegia daerah pelayanan menjadi beberapa teritori atau daerah, dimana masingmasing daerah dilayani oleh satu trayek. Selanjutnya semua lintasan trayek bertemu atau bersinggungan di suatu titik yang digunakan sebagai titik transfer (pusat kegiatan social, ekonomi, budaya atau pemerintahan)

Gambar 4. Jaringan Trayek Teritorial Jaringan Trayek Bentuk Modifikasi Radial Jararingan trayek bentuk Modifikasi merupakan penyempurnaan jaringan trayek bentuk radial, dimana kekurang efektifan jaringan radial dihubungkan dengan lintasan yang menghubungkan antar daerah sub kegiatan. Konfigurasi jaringan seperti ini disebut juga jaringan trayek Modifikasi Radial.

Dalam criteria yang relevan untuk dijadikan pedoman adalah rancangan lintasan selurus mungkin. Suatu trayek idealnya sebisa mungkin disusun mendekati garis lurus dengan tanpa deviasi. Pengertian deviasi dapat diartikan sebagai perubahan besar dari arah trayek sehingga berbentuk melingkar atau berbentuk huruf G, hal ini memberikan kesan penumpang harus membuang waktunya untuk menempuh trayek yang tidak perlu untuk sampai ketempat yang akan dituju atau tidak langsung menuju ke tempat tujuannya karena memutar terlebih dahulu. Untuk itu ditetapkan criteria dalam menyusun trayek tersebut yaitu : a. Menghindari tumpang tindih pelayanan diantara trayek yang beroperasi. Overlapping atau tumpang tindih pelayanan terjadi apabila sebagian besar daerah lintasannya dilayani oleh lebih dari satu trayek, hal ini perlu dihindari untuk menghemat sumber daya yang telah ada agar lebih produktif. Untuk jalan-jalan dipusat kota 2 (dua) pelayanan trayek yang tumpang tindih masih dapat dibenarkan, sedangkan untuk pinggiran kota harus dihindari. b. Panjang trayek deviasi sebaiknya sebaiknya tidak lebih dari 20 % dari panjang total trayek tersebut atau maksimum 30 % dari panjang perjalanan yang sama apabila ditempuh dengan mobil. c. Waktu pejalanan rata-rata tiap penumpang seharusnya tidak boleh bertambah lebih dari 25 % dari waktu yang bias ditempuh apabila tidak ada deviasi. Wilayah Administrasi Kota Salatiga Kota Salatiga berdasarkan kondisi topografi serta berdasarkan tata alam dan penyebaran geografisnya sebagian besar merupakan daerah bergelombang dengan ketinggian antara 450 meter sampai dengan 800 meter dari permukaan air laut (dpl), daerah dengan ketinggian ini termasuk dalam daerah dataran tinggi. Kota Salatiga berada di tengahtengah wilayah Kabupaten Semarang dan merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Tengah. Kota Salatiga mempunyai luas wilayah 5.678,109 Ha yang terbagi dalam 4 wilayah Kecamatan, 9 Kelurahan dan 13 Desa. Sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Kota Salatiga, secara administratif wilayah Kota Salatiga meliputi : Kec. Sidorejo, seluas 1.624,72 Kec. Tingkir, seluas 1.054,85 Kec. Argomulyo, seluas 1.852,69 Ha, Kec. Sidomukti, seluas 1.145,85 Ha,
(BPS Kota Salatiga 2004)

CB D

Gambar 5. Trayek Modifikasi Radial Evaluasi Jaringan Trayek Dalam evaluasi trayek perlu diperhatikan masalah efisiensi dan efektifitas pelayanan. G.A. Giannopoulos (1989) memberikan filosofi mengenai penyusunan trayek baru maupun penataan trayek yang sudah ada yaitu Menyediakan pelayanan yang maksimum (cakupan pelayanan, frekuensi dan lain sebagainya) kepada daerah yang dilayani, dengan sebisa mungkin meminimumkan biaya akhir untuk pengoperasiannya.

10

TEKNIS Vol. 7, No.1, April 2012 : 8 - 15

Tabel 1 Trayek MPU Salatiga Trayek Rute 01 Tamansari Kecandran PP 02 Tamansari - Blotongan PP 03 Tamansari Kauman Kidul PP 04 Tamansari Kalibening PP 05 Tamansari Isep-isep Cengek PP 06 Tamansari Noborejo PP 07 Tamansari - Tegalrejo PP 08 Tamansari Ngawen PP 09 Tamansari Grogol PP 10 Tamansari RSU Isep-isep 11 Tamansari Karangalit PP 12 Tamansari Bugel PP 13 Tamansari Canden Butuh PP 14 Tamansari Banyuputih Grogol PP 16 Tamansari Randuacir PP 17 Tamansari Gamol PP DLLAJ Kota Salatiga 2002 METODE PENELITIAN Suatu trayek pada dasarnya mempunyai kondisi pelayanan yang berbeda-beda, sesuai dengan kondisi geometrik, kondisi operasional dan waktu pelayanan yang diberikannya. Suatu trayek dikatakan mempunyai kondisi pelayanan yang bagus jika penumpang merasa bahwa tingkat kemudahan untuk menggunakan trayek yang bersangkutan cukup memadai. Tetapi untuk mendapatkan suatu trayek yang baik, diperlukan suatu kriteria dan standar. Kriteria standar yang sering digunakan untuk mengukur apakah suatu trayek baik dalam kemampuan melayani daerah pelayanan (area coverage) adalah sebagai berikut : Daerah pelayanan dengan lebar 0,8 km dan melayani 100% dari populasinya. Daerah pelayanan selebar 0,5 km dan melayani 80 sampai dengan 100% dari populasinya. Daerah pelayanan dengan lebar 0,4 km dan melayani 60 sampai dengan 80% dari populasinya. Daerah pelayanan trayek dapat didefinisikan sebagai daerah dimana seluruh warganya dapat menggunakan atau memanfaatkan trayek yang bersangkutan untuk kebutuhan mobilitasnya. Daerah tersebut juga dapat dikatakan sebagai daerah dimana orang masih cukup nyaman untuk berjalan ke trayek bersangkutan untuk selanjutnya menggunakan jasa pelayanan angkutan umum yang ada untuk kebutuhan mobilitasnya. Dengan definisi

Gambar 6. Peta Kota Salatiga Pola jaringan jalan yang ada di Kota Salatiga terbentuk dari jalan arteri, kolektor dan local, secara umum dapat dibedakan dalam tiga bentuk dasar, yaitu pola kisi-kisi (grid), pola jari-jari (radial), dan pola melingkar (ring). Pola jaringan jalan yang ada di Kota Salatiga pada dasarnya membentuk pola ring dan radial. Pola ring merupakan jalan lingkar Kota Salatiga dan pola radial untuk mendistribusikan arus lalu lintas ke wilayah regional. Pola jaringan jalan seperti ini dapat menyebabkan terjadinya akumulasi lalu lintas pada jalan-jalan yang menuju pusat kota. Kebutuhan MPU dari suatu tempat ke tempat lain di Kota Salatiga di layani oleh MPU jenis dhaihatsu/Suzuki jenis minibus. Trayek yang disediakan adalah :

ANALISIS KINERJA SISTEM JARINGAN TRAYEK MOBIL PENUMPANG. ( Marsudi)

11

tersebut, maka besarnya daerah pelayanan suatu trayek sangat tergantung pada seberapa jauh berjalan kaki itu masih nyaman. Jika digunakan batasan 5 menit berjalan kaki, maka jarak yang dimaksud adalah sekitar 400 meter, sehingga daerah pelayanan trayek adalah koridor di kiri kanan trayek dengan lebar sekitar 800 meter. Perhitungan Area Coverage : AC = 2 x LP x PT Dimana : AC : Area Coverage LP : Lebar Pelayanan PT : Panjang Trayek

kanan trayek dengan lebar 800 meter (400 meter di kiri trayek dan 400 meter di kanan trayek). Lebar daerah pelayanan trayek tersebut secara umum dianggap masih memberikan kenyamanan untuk berjalan kaki menuju pelayanan trayek. Tentu saja kriteria 400 meter seperti diatas tidak berlaku umum, karena untuk beberapa daerah yang mempunyai tingkat kepadatan tinggi, seperti misalnya di daerah perkotaan yang padat, kriterianya dapat 300 atau 350 meter, sehingga daerah pelayanan trayek menjadi daerah dengan koridor selebar 600 meter sampai 700 meter. Contoh perhitungan area coverager : Trayek 01 mempunyai panjang trayek 4,3 kilometer, sehingga area coveragenya adalah : 0,8 m x 4,3 km = 3,44 km2 Area Coverage untuk semua trayek mobil penumpang umum Kota Salatiga disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 2. Area Coverage Trayek MPU

400 m

Gambar 7. Daerah Pelayanan Trayek HASIL DAN PEMBAHASAN Area Coverage Area Coverage merupakan daerah dimana seluruh warga masyarakat dapat menggunakan atau memanfaatkan trayek yang bersangkutan untuk kebutuhan mobilitasnya. Daerah tersebut sebagai daerah yang mana orang masih cukup nyaman untuk berjalan kaki menuju trayek yang bersangkutan untuk selanjutnya menggunakan mobil penumpang umum / angkutan kota (angkot) yang ada untuk kebutuhan mobilitasnya. Maka besarnya daerah pelayanan suatu trayek sangat tergantung pada seberapa jauh berjalan kaki itu masih nyaman. Apabila digunakan batasan waktu untuk berjalan kaki adalah sekitar 5 (lima) menit. Berdasarkan data lapangan mengenai panjang trayek yang diperoleh dari hasil survei, maka dapat dihitung luas daerah pelayanan dari masing-masing trayek mobil penumpang umum, yaitu koridor kiri

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13. 14 15. 16. 17.

Trayek 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17

Panjang Trayek (Km) 4,3 5,4 4,2 4,2 8,1 7,7 7,4 5,2 4,9 5,3 5,2 5,5 8,2 7,0

Area Coverage (Km2) 3,44 4,32 3,36 3,36 6,48 6,16 5,92 4,16 3,92 4,24 4,16 4,40 6,56 5,60

10

0 Panjang Trayek Area Coverage

1 3 5 7 9 11 13 15 17

2 4 6 8 10 12 14

16

Gambar 8. Area Coverage Trayek MPU

12

TEKNIS Vol. 7, No.1, April 2012 : 8 - 15

Dari tabel diatas terlihat bahwa pada trayek 16 mempunyai daerah pelayanan / area coverage paling luas yaitu 6,56 km2 karena mempunyai trayek paling panjang yaitu 8,2 km, kemudian diikuti oleh trayek 05 dengan 6,48 km2. Sedangkan trayek dengan area coverage terkecil terdapat pada trayek 03 dan trayek 04 yaitu 3,36 km2, trayek ini mempunyai panjang trayek paling pendek yaitu 4,2 km. Luas dan sempitnya daerah pelayanan sangat tergantung dengan panjang pendeknya trayek yang dilalui mobil penumpang umum. Semakin banyak berbelok ke kawasan permukiman semakin panjang trayeknya maka akan senmakin luas pula area coverage dari trayek tersebut. Secara spasial area coverage pelayanan mobil penumpang umum di Kota Salatiga tampak jelas bahwa di sebagian kawasan terlayani secara overlap lebih dari 2 (dua) buah trayek mobil penumpang umum, terlebih pada kawasan-kawasan yang mendekati pusat kota. Namun pada sebagian kawasan pinggir yang lain, kurang bahkan ada yang sama sekali tidak terjangkau oleh pelayanan mobil penumpang umum secara baik, sehingga masyarakat harus berjalan kaki dalam jarak yang cukup jauh maupun mengeluarkan biaya cukup besar untuk mencapai lintasan trayek mobil penumpang umum (misalnya menggunakan ojek, becak, andong dll). Sebagian kawasan yang merupakan potensi pergerakan ada yang sama sekali belum mendapat pelayanan mobil penumpang umum (blankspot) yang sebagian merupakan kawasan perumahan, terutama perumahan yang masih baru. Penilaian kinerja area coverage dalam sistem jaringan trayek angkutan umum penumpang yaitu bahwa trayek mampu melayani daerah dengan koridor dikiri kanan trayek mampu melayani 100 % pada koridor pelayanannya. Analisis Area Coverage Metode Sturges Semakin besar nilai prosentase area coverage akan semakin baik kinerja sistem jaringan trayek. Pemberian skor untuk 14 trayek pada parameter area coverage ini dilakukan dengan kaidah Sturges dengan menggunakan 5 jenjang skor dengan interval skor sebagai berikut : Frekuensi terbesar : 6,56 Frekuensi terkecil : 3,36 Interval kelas : (6,56 3,36) / 5 = 0,64 Skor 1 = 3,36 sampai dengan 4,00 Skor 2 = 4,01 sampai dengan 4,64

Skor 3 = 4,65 sampai dengan 5,28 Skor 4 = 5,29 sampai dengan 5,92 Skor 5 = 5,93 sampai dengan 6,56 Contoh : Trayek 01 dengan area coverage 3,44 masuk dalam interval 3,36 4,00 sehingga diberi skor 1. Untuk selanjutnya pemberian skor area coverage disajikan dalam tabel berikut : Tabel 3. Pemberian skor Area Coverage No. Trayek 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 14 16 17 Area Coverage 3,44 4,32 3,36 3,36 6,48 6,16 5,92 4,16 3,92 4,24 4,16 4,40 6,56 5,60 Pemberian Skor (Kaidah Sturges) 1 2 1 1 5 5 4 2 1 2 2 2 5 4

Penilaian kinerja jaringan trayek mobil penumpang umum di Kota Salatiga untuk 14 trayek yang ada, dilakukan dengan menggunakan 3 kelas interval yaitu Baik, Sedang dan Kurang. Semakin besar suatu trayek memperoleh skor maka semakin baik pula kinerja sistem jaringan trayek mobil penumpang umum tersebut. Cara menentukan interval kelas dilakukan dengan menggunakan kaidah sturges, sebagai berikut : Frekuensi terbesar : 5 Frekuensi terkecil : 1 Interval kelas : (5 1)/3 = 1,33 Kurang = 1,00 sampai dengan 2,33 Sedang = 2,34 sampai dengan 4,66 Baik = 4,65 sampai dengan 5,00 Contoh : Trayek 01 dengan skor 1 masuk dalam interval 1,00 1,33 sehingga mempunyai kinerja sistem jaringan trayek yang Kurang. Selanjutnya penilaian kinerja trayek mobil penumpang umum disajikan dalam tabel berikut :

ANALISIS KINERJA SISTEM JARINGAN TRAYEK MOBIL PENUMPANG. ( Marsudi)

13

Tabel 3. Penilaian Kinerja Area Coverage Trayek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Skor 1 2 1 1 5 5 4 3 1 2 2 2 5 4 Kinerja Kurang Kurang Kurang Kurang Baik Baik Sedang Sedang Kurang Kurang Kurang Kurang Baik Sedang

Dengan melihat pensekoran dengan kaidah sturges dapat ditarik kesimpulan bahwa trayek mobil penumpang umum nomer 05, 06 dan 16 mempunyai kinerja baik.

5 4
Skor

3 2 1 0

1 10

2 11

3 12

4 13

5 14

6 15

7 16

8 17

Gambar 9. Grafik Penilaian Kinerja Area Coverage Jika dilihat secara keseluruhan untuk masingmasing jaringan trayek mobil penumpang umum kota Salatiga dapat dilihat sebagai berikut :

Trayek Jaringan Trayek 01 dari pusat kota menuju end point dengan melewati persawahan dikiri dan kanan trayek dan daerah-daerah perumahan serta berhenti di daerah permukiman penduduk yang padat. 02 setelah dari pusat kota (bundaran Taman sari) berimpit dengan jalur kendaraan besar jurusan Semarang Surakarta dengan keberadaan banyak perumahan sekitar trayek. 03 dari pusat kota menuju end point yang disekitar trayeknya banyak berdiri perumahan dan sawah-sawah yang luas. 04 dari pusat kota melintasi dan menuju permukiman padat penduduk. 05 dari pusat kota melintasi permukiman padat penduduk, pabrik textile dan beberapa perumahan penduduk, diantaranya perumahan Tingkir Indah dan PEPABRI yang sangat perlu adanya penanganan khusus. 06 seperti pada trayek 05 melewati pabrik textile yang sama lalu melewati Terminal Tingkir dengan jalur jalan berimpit dengan jalan Semarang Surakarta dan berakhir di Pasar Kembangsari. 07 dari pusat kota melintasi beberapa perumahan, tegalan dan berakhir di perumahan padat penduduk. 08 dari pusat kota melintasi beberapa beberapa sekolahan, pabrik, kantor-kantor pemerintah dan berimpit dengan jalur Salatiga Kopeng Magelang. 09, 11, 14 dan 17 dari pusat kota menuju perumahan padat penduduk 10 merupakan trayek yang mempunyai ruas jalan overlap di awal dengan trayek 01. 02, 07 dll, dan diujung overlap dengan trayek 05 dan 06 sehingga operator sering berbalik arah sebelum sampai end point (isep-isep), hanya sampai pertigaan ABC, untuk selanjutnya mencari penumpang diluar trayek yaitu dengan melakukan deviasi dari jalan Veteran menuju Perumahan Tegalrejo Permai yang mempunyai jarak trayek hanya sekitar 200 meter dari trayek 07. 17 dari pusat kota melewati berbagai perumahan penduduk, tegalan dan berakhir di permukiman penduduk.

14

TEKNIS Vol. 7, No.1, April 2012 : 8 - 15

KESIMPULAN Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan tentang penggunaan material lokal berupa tanah blangket sebagai alternative pilihan pertama dalam pembuatan batako, seperti diuraikan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Konfigurasi jaringan trayek mobil penumpang umumberupa jaringan radial sehingga mempunyai kecederungan melalui jalan jalan utama dengan pola trayek yang hanya menghubungkan zona pusat kota dengan zona pinggir kota, akibatnya jaringan jalan yang tersedia di Kota Salatiga belum termanfaatkan secara optimal sebagai trayek dengan trayek penumpang umum. 2. Terjadi tumpang tindih trayek mobil penumpang umum pada kawasan yang mendekati pusat kota, disisi lain pada kawadsan pinggir kota kurang, bahkan ada yang sama sekali belum terjangkau oleh mobil penumpang umum. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Jaringan trayek mobil penumpang umum yang berbentuk radial dan melewati jalan - jalan utama mengakibatkan terakumulasinya kendaraan dan belum optimalnya pemanfaatan jaringan yang ada, sehingga perlu adanya pembenahan jaringan trayek kearah penataan yang lebih baik. 2. Trayek mobil penumpang umum yang berimpit dengan trayek lain yang sejenis melebihi 50% panjang trayek harus dibenahi dengan menata kembali trayek, karena potensial terjadinya perebutan penumpang. Ucapan Terima Kasih Penelitian diperlukan ketekunan, keseriusan untuk mencapai suatu hasil yang maksimal, disamping

dana yang tidak sedikit kadang-kadang menjadi kendala dalam keberhasilan dan kelanjutan penelitian tersebut, untuk selanjutnya diterapkan untuk masyarakat. Dalam penelitian ini atas nama tim peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung pelaksanaan penelitian ini antara lain : 1. Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro Semarang yang telah membantu terselenggaranya penelitian ini. 2. Kepala Dishubkombudpar Kota Salatiga yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian 3. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Salatiga yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian 4. Bpk. Ir. Y.I. Wicaksono, MS yang telah bersedia menjadi pembimbing utama dalam tesis ini 5. Ir. Ismiyati, MS yang telah bersedia menjadi pembimbing dalam tesis ini 6. Rekan-rekan yang telah banyak memberikan saran dan masukkan. Akhir kata semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para peneliti dan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA BPS Kota Salatiga, 2004. Salatiga Dalam Angka, Salatiga DLLAJ, 2002, Laporan Perhitungan Kebutuhan Kendaraan Angkutan Kota Salatiga, Dinas Transportasi dan perparkiran, Kota Salatiga Suwarjoko Warpani, 1990, Merencanakan Sistem Perangkutan, ITB. Bandung Morlok Edward K., 1988, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Erlangga, Jakarta Tamin, O. Z., 2000, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, ITB, Bandung

ANALISIS KINERJA SISTEM JARINGAN TRAYEK MOBIL PENUMPANG. ( Marsudi)

15

Anda mungkin juga menyukai