Anda di halaman 1dari 4

PEMBUATAN PENGOLAH LIMBAH CAIR INDUSTRI KECIL PEWARNAAN LOGAM DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN Sulasih & Suparni

Setyowati Rahayu Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Semarang Abstract The result of testing to flushing waste of aluminium coloring process in Jipan Pakis, Kudus District ; had showed the content of lead is 73.976 mg / l (Suparni Setyowati Rahayu, 2010). Aluminium coloring industry in Jipan Pakis, Kudus District, does not process yet the liquid waste which is resulted, because the industry does not have a liquid waste treatment unit, which is easy to operate with economics equipment cost. The activity had done in order to make effort in liquid waste prcessing of metal coloring small industry, which contained 73,976 mg/l of lead. At the end of the activity the lead content had decreased to 0,1 mg/l; so appropriate with the waste water quality standardbased on Central Java Region Regulation Number 10 in 2004. Keywords: aluminium coloring, liquid waste, lead. PENDAHULUAN Seiring dengan kemajuan teknologi, pemakaian logam berat pada kegiatan industri semakin diperlukan untuk peningkatan proses produksi. Salah satu sentra industri, yaitu industri pewarnaan logam dengan metode pewarnaan logam mempunyai peranan baik dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Industri ini memanfaatkan logam aluminium sebagai bahan bakunya. Proses pewarnaan logam pada logam aluminium berfungsi meningkatkan ketahanan korosi logam, meningkatkan sifat adhesif, dan memperbaiki penampilan. Proses ini dilengkapi dengan pewarnaan aluminium menggunakan pewarna yang mengandung logam berat timbal. Aluminium yang telah diwarnai dengan proses pewarnaan logam diaplikasikan pada aksesori kendaraan bermotor, bingkai raket bulutangkis, perlengkapan arsitektur seperti kusen jendela, pintu, dan tangga serta bahan konstruksi industri pesawat terbang. Daerah yang mempunyai banyak industri pewarnaan aluminium dengan metode pewarnaan logam adalah desa Jipan - Pakis Kabupaten Kudus. Salah satu zat warna yang digunakan di industri tersebut adalah yellow brown yang mengandung timbal. Hasil uji terhadap limbah pembilasan proses pewarnaan aluminium di daerah tersebut menunjukkan bahwa kandungan timbalnya adalah 73,976mg/l (Suparni Setyowati Rahayu, 2010). Air limbah tersebut langsung dibuang ke selokan karena industri tersebut belum menyediakan unit pengolahan limbah cair. Hal tersebut akan memberikan efek samping dan kontribusi terhadap pencemaran lingkungan. Kandungan timbal limbah pembilasan proses pewarnaan aluminium di desa Jipan - Pakis Kabupaten Kudus melampaui Baku Mutu Air Limbah berdasar Perda Jateng Nomor 10 Tahun 2004 yang menyebutkan bahwa kandungan maksimum timbal bagi industri pelapisan logam adalah 0,1 mg/l. Peraturan yang memuat timbal sebagai bahan berbahaya tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, menyebutkan bahwa timbal dari limbah pencucian proses pewarnaan logam industri elektroplating dan galvanis termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun dengan kode limbah D 215. Selain itu, juga menyebutkan bahwa timbal termasuk dalam daftar pencemar yang bersifat kronis dengan kode D 5263. Limbah proses pewarnaan aluminium yang dibuang ke selokan. Peruntukan sungai tersebut adalah mengairi pertanian, peternakan, dan budidaya ikan air tawar. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 82 Tahun 2001 menyebutkan bahwa batas maksimum timbal dalam air sungai adalah 0,03 mg/l untuk kelas II, yaitu air sungai digunakan untuk rekreasi air, budidaya ikan air tawar, peternakan, mengairi tanaman atau sejenisnya. Timbal yang terkandung dalam tanaman dan hewan dapat terkonsumsi manusia. Menurut WHO, konsumsi maksimum timbal bagi orang dewasa adalah 0,05-0,956 mg/kg berat badan tubuh dan bagi bayi atau anak-anak adalah 0,025-0,956 mg/kg berat badan. Timbal yang masuk ke dalam tubuh dapat mengganggu sistem saraf dan mempengaruhi kerja ginjal (Suhendrayatna, 2007).

21

Sungai Kaligelis Kudus merupakan salah satu sumber air baku yang sangat dibutuhkan bagi penduduk sekitarnya. Sungai tersebut digunakan penduduk untuk mengairi pertanian, peternakan, dan budidaya ikan air tawar. Oleh karena itu, pencamaran yang terjadi pada sungai Kaligelis harus dihindari. Limbah cair industri pewarnaan aluminium di Jipan - Pakis Kabupaten Kudus sebesar 73,976mg/l mencemari lingkungan dalam hal pemenuhan air untuk kehidupan masyarakat, pertanian maupun peternakan. Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mendapatkan teknik pengolahan timbal pada limbah cair industri pewarnaan logam dengan metode elektro koagulasi. Studi teknologi pengolahan limbah cair pewarnaan aluminium metode pewarnaan logam adalah : a. Mengolah limbah cair industri kecil pewarnaan logam yang mengandung timbal 73,976 mg/l menjadi kurang 0,1 mg/l, sehingga sesuai dengan baku mutu air limbah berdasar Perda Jateng No.10 tahun 2004, Tidak Berdampak bagi Kesehatan Manusia, Pertumbuhan Tanaman dan Kehidupan Biota Air. b. Membuat alat pengolahan air buangan industri kecil pewarnaan logam. c. Mengambil dan memanfaatkan limbah logam Pb (Timbal) dari limbah cair dengan proses elektro koagulasi. Aluminium merupakan logam yang memiliki sifat ringan, kuat, dan membentuk lapisan oksida pada permukaan jika bereaksi dengan oksigen (Rahmiyati, 2007). Lapisan oksida ini tidak cukup kuat untuk menahan korosi sehingga aluminium perlu dilapisi. Salah satu cara untuk menghasilkan lapisan oksida pelindung yang kuat adalah pewarnaan logam. Pewarnaan logam merupakan proses elektrolisis dengan cara melewatkan arus searah pada elektroda sehingga permukaan logam yang berfungsi sebagai anoda akan terkonversi menjadi lapisan yang bersifat terlindungi dan dekoratif (Suyanto, 2007). Proses pewarnaan logam bertujuan meningkatkan ketahanan korosi logam, meningkatkan sifat adhesif, dan memperbaiki penampilan. Penelitian Rahmiyati pada tahun 2007 mendapatkan hasil modifikasi larutan elektrolit pewarnaan logam aluminium berupa asam sulfat (H2SO4) 150g/dm3 dan asam borat (H3BO3) 8 g/dm3, waktu rendaman 15 menit, tegangan 20 volt, dan temperatur 30 C. Pencampuran asam sulfat dan asam borat akan

mengurangi porositas lapisan oksida sehingga kekerasan aluminium meningkat. Prinsip pewarnaan logam adalah terbentuknya suatu lapisan logam terendapkan logam sehingga ada lapisan logam yang menyelubungi benda. Pewarnaan logam dilakukan dalam suatu bejana yang berisi cairan elektrolit, yaitu asam sulfat (H2SO4) atau asam kromat (H2CrO4). Dua buah elektroda tercelup dalam cairan ini. Masing-masing elektroda dihubungkan dengan arus listrik searah yang terbagi menjadi kutub positif dan kutub negatif, disebut anoda (elektroda positif) berupa aluminium dan katoda (elektroda negatif) berupa timbal. Adanya arus listrik yang mengalir dalam elektrolit menjadikan elektrolit terdisosiasi menjadi ion positif dan negatif. Perbedaan tegangan antara anoda dan katoda akan menyebabkan ion bermigrasi ke arah elektroda yang berlawanan dengan muatan ionnya. Reaksi yang terjadi dalam elektrolit asam sulfat terlihat pada rumus 1. 3H2SO4 6H+ + 3SO42(1) Reaksi pada katoda terlihat pada rumus 2. 6H+ + 6 e- 3 H2 (2) Sedangkan pada anoda akan terjadi reaksi seperti pada rumus 3. 3SO42- + 3H2O + 2Al Al2O3 + 3H2SO4 + 6e- (3) Reaksi di atas menjadi : H2SO4 Al2O3 + 3 H2 2 Al + 3 H2O Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pewarnaan logam adalah konsentrasi elektrolit, temperatur elektrolit, voltase, arus, waktu pewarnaan logam, dan komposisi serta kondisi aluminium yang dipewarnaan logam (Rahmiyati, 1999). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bak pewarnaan logam harus tahan asam sulfat atau asam kromat seperti PVC . Gambar struktur molekul logam aluminium setelah dipewarnaan logam terlihat pada gambar 3. berikut.

Gambar 3. Struktur Molekul Logam Aluminium Pewarnaan logam Sumber : Brace and Sheasby, 2001
TEKNIS Vol. 7, No.1, April 2012 : 21 - 24

22

Selama pewarnaan logam akan terbentuk lapisan Al2O3 yang terbagi menjadi dua lapisan, yaitu lapisan berpori dan lapisan penghalang (Rahmiyati, 2007). Lapisan paling luar adalah lapisan berpori (anodic layer) yang tebal, porous dan keras, sedangkan di bawahnya terdapat lapisan tipis. Lapisan tipis tersebut dinamakan lapisan aktif yang bersifat sebagai penghalang (barrier layer). Lapisan penghalang ini bersifat dielektrik, tebalnya berkisar 0,1 2 % dari total lapisan dan bergantung pada komposisi elektrolit serta kondisi operasi. Jika dilihat di bawah mikroskop berkekuatan tinggi, struktur molekul aluminium yang sudah dipewarnaan logam berbentuk seperti sarang madu segi enam. Permukaan aluminium yang telah dipewarnaan logam akan porous, kemudian lapisan aluminium dapat dijerapkan zat warna agar lebih indah. Saat pewarnaan aluminium, zat warna dideposit ke dalam struktur molekul dan dilapisi. Lapisan berpori menahan warna serta menstabilkan permukaan. METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Limbah cair proses pewarnaan aluminium metode anodisasi mengandung timbale. Timbale merupakan salah satu logam berat yang beracun, limbah ini tidak boleh dibuang diselokan karena dapat mengakibatkan keracunan pada tanaman, hewan dan manusia. Oleh karena ituperlu dilakukan teknik pengolahan limbah tersebut. Pengolahan limbah tersebut dilakukan dengan cara metode elektrokoagulasi, penelitian ini berskala laboratorium. Metode elektrokoagulasi untuk menyisihkan timbale dengan elektroalumunium dalam berbagai variasi. Variabel Penelitian a. Variabel bebas terdiri dari konsentrasi Pb2+ 50 mg/l, 75 mg/l, 100 mg/l, ditentukan dari hasil uji konsentrasi timbale pada limbah anodisasi di Desa Adiwerna, Tegal 73,976 mg/l, kemudian diambil di atas dan dibawah konsentrasi hasil uji tersebut. b. Variabel bebas waktu elektrokoagulasi 15, 30, 45, 60, 75, 90, 105, 120, 135, 150 menit c. Variabel terikat berupa konsentrasi timbale pada limbah pewarnaan alumunium yang tersisih

Permasalahan limbah cair pewarnaan logam

Ide Studi

Studi Literatur

Uji pendahuluan konsentrasi awal Pb2+

Persiapan penelitian Persiapan bahan Persiapan alat

Persiapan percobaan Pembuatan limbah simulasi Perangkaian alat

Pelaksanaan penelitian Penggunaan variasi : Konsentrasi Pb2+ dan waktu

Uji akhir Konsetrasi akhir Pb2+

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2. Diagram aliran proses

HASIL DAN PEMBAHASAN Suatu kenyataan bahwa pada saat ini industri rumah tangga masih banyak menggunakan manajemen tradisonal, artinya perusahaan jalan tanpa memikirkan pengembangan untuk masa depan. Sebagaimana diuraikan terdahulu bahwa pada intinya permasalahan yang dihadapi industri rumah tangga khrom yaitu dengan cara mengindentifikasi kualitas pelapisan khrom dan mudah mengelupasnya pelapisan tersebut serta kurang rata dan warna tidak cerah.

PEMBUATAN PENGOLAH LIMBAH CAIR INDUSTRI KECIL .(Sulasih & Suparni Setyowati Rahayu)

23

Hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan perbaikan proses pelapisan khusus dengan metode elektroplating melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Membersihkan benda kerja melalui proses perlakuan awal. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan kualitas lapisan yang baik. 2. Proses pelapisan khrom menggunakan larutan elektrolit asam khromat dan asam sulfat dengan perbandingan konsentrasi 100 : 1. Proses pengolahan akhir hasil pelapisan khrom dilakukan dengan pembilasan dan pengeringan serta diberi lapisan pelindung yang transparan Realisasi Pemecahan Masalah Koordinasi dengan instruktur/ pengampu praktikum laboratorium merupakan langkah awal sebelum dilaksanakan koordinasi dengan pihak lain. Hasil koordinasi tersebut dipakai sebagai bahan untuk kita koordinasikan dengan pihak lain, yaitu pengrajin industri kecil pelapisan logam. Jadwal kegiatan ditentukan bersama dengan memperhatikan agenda kegiatan pengabdi dan pengrajin, agar seminim mungkin dapat menekan kerugian pengrajin. 1. Penjelasan pada Tingkat Pengrajin Penjelasan pada pengrajin dilaksanakan dua tahap, yaitu : pada kelompok pimpinan pengrajin dan pada pengrajin. Melalui penjelasan ini diharapkan pimpinan pengrajin dan pengrajin mempunyai pemahamam yang sama tentang permasalahan yang dihadapi. 2. Pelatihan dan Pembelajaran Pelatihan dan pembelajaran ditekankan pada permasalahan peningkatan kwalitas proses pelapisan menggunakan subtitusi limbah pelapisan logam, antara lain ; a. Proses Pewarnaan Logam b. Limbah Cair Pewarnaan Logam c. Timbal d. Elektro Kimia

KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik pengolahan timbal pada limbah cair industri pewarnaan logam dengan metode elektro koagulasi pada pengabdian kepada masyarakat telah berhasil. Secara khusus, pengolahan limbah cair industri kecil pewarnaan logam yang mengandung timbal 73,976 mg/l menjadi kurang 0,1 mg/l, sehingga sesuai dengan baku mutu air limbah berdasar Perda Jateng No.10 tahun 2004, Tidak Berdampak bagi Kesehatan Manusia, Pertumbuhan Tanaman dan Kehidupan Biota Air. DAFTAR PUSTAKA Achmad Hiskia, 2001, Elektrokimia dan Kinetika Kimia, Citra Aditya Bakti, Bandung. Anggraini, 2002, Penurunan Kadar Cn dan Ag Limbah Cair Industri Perak dengan Elektrokoagulasi, Tugas Akhir, Universitas Diponegoro, Semarang. Barkley, Naomi P., Cliftown Farrel, Trace William, 1993, Elektro-Pure Alternating Current Elektrocoagulasi, Superfund Innovatif Technology Evaluation Energing, United Status Environment Protection Agency, New York. Brace, AW, PG Sheasby, 1981, The Technology of Anodizing Alumunium, Technicopy Limited, London.

24

TEKNIS Vol. 7, No.1, April 2012 : 21 - 24

Anda mungkin juga menyukai