Anda di halaman 1dari 7

Matt Savege, seorang pemaian piano yang

merupakan kanak-kanak autisme

berusia 15 tahun. Beliau tidak dapat melibatkan diri dalam perbualan dengan baik tetapi dapat berkomunikasi melalui muzik dengan cemerlang. Michelangelo juga dikatakan seorang yang mengalami spektrum autisme. Bukan semua individu mempunyai kebolehan yang menakjubkan sepertinya tetapi setiap bakat kanakkanak dapat diperkembangkan . mereke mempunyai bakat yang terpendam yang memerlukan bimbingan untuk diasah dan diperkembangkan. Pada usia 8 tahun, maat savage telah mula bermain piano. Kini, beliau banyak melakukan persembahan pentas dan sering kali muncul di pelbagai media massa. Matt merupakan 1 orang daripada 100 orang yang mempunyai bakat dan kebolehan yang luar biasa. Dr. Darold A. Treffert, seorang penyelidik antarabangsa yang terkenal dalam bidang Sindrom Savant menggangap Matt sebagai Prodigious Savant. Pada usia 3 tahun, Matt telah disahkan mengalami autisme dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Matt tidak menggemari dan sensetif terhadap bunyi bising ataupun muzik. Ibu bapa Matt mendaftarkannya ke pogram khas untuk kanakkanak autisme yang melibatkan latihan, pemakanana vitamin dan diet yang teratur. Pada usia 3-7 tahun, matt menjalani terapi pertuturan dan trapi juru pulih cara kerja. Pada usia 6 tahun, matt telah menjalankan terapi khusus untuk audiotri pendengarannya bagi mengurangkan kesensetivan terhadap bunyi. Akhirnya, sensorinya berjaya dipulihkan dan sosial presepsinya serta kemahiran muziknya memberikan perubahan dalam hidup matt. Matt belajar membaca not-not muzik dan mula menceburi dalam bidang piano klasik. Pada usia 7 tahun, matt beralih pada muzik Jazz selepas mempelajari muzik Thelonious Monk, John Coltrane Dan Miles Davis. Matt telah menamatkan pemeblajarannya di New Zeland Convervatory Of Music Di Boston selama 3 tahun dan akhirnya menjadi kanak-kanak yang paling muda merakakmkan album solonya yang pertama pada tahun 1999.

Daniel Paul Tammet adalah orang Inggris yang berbakat dengan kemampuan yang luar biasa pada perhitungan matematis, memori, dan pembelajaran bahasa. Ia dilahirkan dengan bawaan epilepsi. Ia mengatakan, setiap angka hingga 10.000 masing masing memiliki rasa dan bentuk yang unik, sehingga ia dapat merasakan apakah suatu angka tersebut termasuk angka yang utama ataupun campuran. Sebagai contoh, ia mengatakan bahwa angka 289 adalah angka yang jelek, angka 333 menarik, dan Pi itu indah.Tammet memegang rekor sebagai orang yang memproses dan menghitung nilai Pi ke angka 22,514 hanya dalam waktu lima jam. Dia juga mampu berbicara dalam berbagai bahasa, termasuk Inggris, Perancis, Finlandia, Jerman, Spanyol, Lithuania, Rumania, Estonia, Wales, dan Esperento. Khususnya, dia menyukai Bahasa Estonia karena kaya akan huruf hidup. Tammet mampu mempelajari bahasa baru dengan sangat cepat. Untuk membuktikannya, Tammet ditantang Channel Five (sebuah saluran TV) untuk mempelajari Bahasa Islandia hanya dalam 1 minggu. 7 hari kemudian, Tammet muncul di televisi Islandia dan berbicara dalam Bahasa Islandia. Sampai sampai, instruktur bahasa Tammet mengatakan bahwa Tammet manusia yang tidak seperti manusia.

1. Temple Grandin

Namanya sempat masuk dalam daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia versi majalah Time pada tahun 2010, untuk kategori Heroes. Grandin adalah seorang Doktor di bidang ilmu hewan dan juga profesor di Colorado State University, merangkap sebagai seorang konsultan perilaku hewan di sebuah

perusahaan livestock. Di samping itu, dia juga dikenal sebagai penulis yang cukup sukses. Salah satu bukunya yang terkenal adalah Thinking in Pictures, yang menjelaskan bagaimana memahami cara pandang orang autis serta teknik untuk menolong anak autis. Grandin juga menemukan squeeze machine, yaitu mesin yang dapat menenangkan orang yang hipersensitif. Grandin didiagnosa autis pada tahun 1950, atau beberapa tahun sebelum pelayanan dan intervensi dini dapat diterapkan pada keluarga. Semula, dia sulit untuk berbicara, meski setelah empat tahun akhirnya mengalami perkembangan berarti. Grandin mengaku masa SMP-SMA sebagai masa terburuk baginya, karena sebagai anak yang dianggap aneh, dia sering diganggu oleh teman-temannya. Orang-orang suka memanggilnya dengan tape recorder, karena suka mengulang-ulang secara terusmenerus kata yang didengarnya. Meski demikian, Grandin sukses besar dalam dunia akademisnya, sebagaimana dijelaskan di atas. Semua kesuksesan itu

didedikasikannya untuk ibunya, yang telah memberinya pengasuhan dalam bentuk aktivitas yang terstruktur semenjak dia kecil, di mana itu sangat membantunya melewati masa-masa autisnya.

2. Axel Brauns

Brauns adalah seorang penulis dan produser film kelahiran Hamburg, Jerman. Brauns berhenti dari sekolah hukumnya pada tahun 1984, untuk berkonsentrasi pada karir menulisnya. Brauns telah menulis sejumlah novel, antara lain dengan menciptakan karakter literal yang populer di Jerman, Adina Adelung, yang kemudian mengantarnya masuk nominasi German Book Prize. Pada 1992, dia merilis buku autobiografinya, Shadows and Coloured Bat Living in Another World, yang menggambarkan kehidupannya sebagai seorang autis, yang disebutnya

dirasakannya sejak berumur 1 tahun. Sebagaimana kebanyakan spektrum autis, yaitu larut dalam mempelajari sebuah hal yang sangat spesifik, Braun memiliki ketertarikan terhadap sebuah buku statistik dan genetika kuda berjudul German Harness Racing Studs. Keasyikannya terhadap buku inilah yang salah satunya menginspirasi buku-buku yang Brauns tulis sendiri. Brauns memiliki kesulitan bicara pada masa kecilnya. Brauns secara susah payah belajar sendiri bagaimana ekspresi wajah dan pola bicara, antara lain dengan banyak membaca komik dan menonton film. Brauns mengaku masih sering merasa tidak nyaman dengan orang-orang di sekitarnya yang tidak dia kenal, dan juga kurang nyaman menghabiskan waktu di depan umum.

3. James Hobley

Seluruh penonton audisi Britains Got Talent 2011 memberikan standing applause begitu anak itu usai membawakan dance-nya. Begitu pula salah satu juri, David Husselhoff. Sekilas, dance yang dibawakan oleh anak berambut pirang itu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan yang ditampilkan para peserta lain. Tapi, ada satu hal yang membuat sang anak berbeda : dia anak dengan autisme. Hobley kemudian terus melaju hingga putaran final, sebelum terhenti di babak 8 besar. Namun, satu hal, dia telah menginspirasi banyak anak berkebutuhan khusus di Inggris untuk elbih berprestasi. Kisah suksesnya ini juga sempat dibuatkan film dokumenternya oleh BBC, dengan judul Autism, Disco, and Me.

Hobley merupakan satu dari dua saudara kembar di keluarganya, yang sama-sama didiagnosa autis. Awalnya dia tak dapat membaca dan menulis. Namun, segalanya berubah setelah dia berkenalan dengan dunia menari (dancing) pada usia 8 tahun, yang memberinya passion yang luar biasa. Melalui musik dalam dance itu, dia bisa mengekspresikan dirinya, dan mulai memiliki banyak teman. Cita-citanya kini adalah menjadi penari balet di sebuah perusahaan entertainment yang besar.

4. Jason McElwain

But our country was captivated by your amazing story on the basketball court. I think its a story of coach Johnsons willingness to give a person a chance. Its a story of Dave and Debbies deep love for their son, and its a story of young man who found his touch on the basketball court, which in turn, touched the hearts of all citizen all across the country.

Itu adalah sebuah komentar yang diberikan oleh mantan presiden A.S, George W.Bush mengenai rekor 20 point dalam waktu 4 menit dalam sebuah pertandingan basket tingkat SMA di Amerika. McElwain, yang bersekolah di Greece Athena High School, dibawa oleh pelatih tim basket SMA-nya sebagai pemain cadangan melawan Spencerport High School, sebagai pemain cadangan. Ketika waktu bersisa 4 menit dan Greece unggul, sang pelatih memasukkan McElwain. Dia kemudian secara luar biasa mencetak 6 kali three-point dan sekali two-point sebelum pertandingan berakhir. Semenjak pertandingan itu, nama McElwain langsung melambung bak selebritis dadakan di Amerika Serikat. Sebuah lagu dan sebuah buku ditulis untuknya. Bahkan rencananya, kisahnya juga akan difilmkan oleh Walt Disney dan Warner Bros company, meski belum terealisasi hingga sekarang. McElwain didiagnosa autis kala masih kecil. Dia mengalami kesulitan untuk bersosialisasi dengan anak-anak seusianya. Namun, seiring berkembangnya usia, dia mulai belajar untuk bersosialisasi. Meski di SMA-nya dimasukkan dalam kelas khusus, namun McElwain sangat menyenangi olahraga basket. Salah satu kesibukannya saat ini adalah berkeliling Amerika untuk menggalang dana bagi anak-anak autisme.

6. Satoshi Tajiri

Mungkin anda pernah mendengar nama Pokemon? Ya, kartun animasi anak-anak yang sangat populer di era akhir 1990-an hingga awal 2000-an. Namun, mungkin tidak banyak yang tahu bahwa sang kreator, pria Jepang bernama Satoshi Tajiri, adalah pengidap autisme, lebih tepatnya sindrom Asperger (meski dalam DSM-IV sebenarnya asperger tidak diklasifikasikan dalam autisme, namun seringkali keduanya disamakan, karena banyaknya kemiripan simtom).

Sejak kecil hingga remaja, Tajiri sangat tergila-gila dengan arcade games. Begitu candunya terhadap video game, pria kelahiran 1965 ini mulai memproduksi majalah mengenai game bernama Game Freak pada 1978. Pokemon sendiri mulai dibuatnya pada 1996. Idenya berasal dari keinginan Tajiri membuat game di mana anak-anak bisa menangkap dan mengkoleksi sesuatu, sebagaimana keasyikannya pada serangga di masa kecil. Selain video games dan film kartun, Pokemon juga diproduksi dalam bentuk manga (komik), film, bahkan dalam wujud grafiti di berbagai alat transportasi. Di Indonesia, juga biasa dijumpai dalam festival-festival Cosplay.

Anda mungkin juga menyukai