Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH LIMBAH CAIR PETERNAKAN SAPI

Oleh: Kelompok Riksa Prayogi W. Riyadi Teguh R. Husein T. Iis Istikayah Dian Novitasari Lilis Kurnia : 4 (empat) A1H009008 A1H009029 A1H009042 A1H009057 A1H010006 A1H010042

Kartika Dana Pratiwi A1H010068

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2012

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah - Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas terstruktur Teknik Pengolahan Limbah yang berjudul Limbah Cair Peternakan Sapi. Tanpa adanya bantuan dan dorongan serta petunjuk dari berbagai pihak, makalah ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.

Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi pembaca.

Purwokerto, 27 Maret 2012

Penyusun

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan limbah akhir-akhir ini sangatlah mengganggu kehidupan kita sebagai manusia, mahluk hidup lainya maupun lingkungan sekitar. Hal ini disebabkan karena limbah merupakan sumber polusi yang dapat membuat hidup kita menjadi tidak nyaman, sakit hingga mengakibatkan kematian bagi mereka. Berdasarkan pengertiannya, limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suat kegiatan dan proses produksi, baik skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Macam-macam limbah berdasarkan jenisnya adalah limbah cair, limbah padat, limbah gas (Anonim A, 2012). Limbah yang sering dikategorikan berbahaya dan menganggu biota air adalah limbah cair. Limbah cair atau air limbah merupakan air yang sudah tidak terpakai lagi, yang merupakan hasil dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatanya, maka jumlah air limbah juga mengalami peningkatan. Pada umumnya limbah cair dibuang ke dalam tanah, sungai danau dan laut.(Dewiah Dayanti, 2009). Salah satu limbah cair yang sering kita jumpai adalah limbah peternakan cair. Limbah peternakan cair khususnya ternak sapi merupakan bahan buangan dari usaha peternakan sapi yang selama ini juga menjadi salah satu sumber masalah dalam kehidupan manusia sebagai penyebab menurunnya mutu lingkungan melalui pencemaran lingkungan, menggangu kesehatan manusia dan juga sebagai salah satu penyumbang emisi gas efek rumah kaca. (Angga Yuli S, 2009). Limbah peternakan yang sering kita jumpai di pulai jawa salah satunya adalah limbah peternakan sapi. Limbah yang dihasilkan dari usaha peternakan sapi terdiri dari limbah sisa pakan, urine sapi dan feses sapi atau secara umum terbagi menjadi dua yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat dari usaha penggemukan sapi potong terutama feses sapi merupakan limbah terbesar yang

dihasilkan dari usaha tersebut. Feses yang dihasilkan dari seekor sapi potong dewasa rata-rata sebanyak 6 % dari bobot tubuhnya, jadi jika suatu usaha penggemukan sapi potong mempunyai kapasitas kandang untuk 1000 ekor sapi potong dengan bobot tubuh sapi rata-rata 350 Kg, maka dalam sehari akan diperoleh feses sebanyak 21 ton. Adapun urinya sendiri biasanya memiliki perbandingan 1 : 8 dari fesses itu sendiri. (Nanda N,2012) Menurut data badan statistik sendiri pada tahun 2009 menyebutkan ada 41 satu perusahaan budidaya ternak sapi di Indonesia, dan pada tahun 2011 kemarin berdasarkan data sensus sapi, diperkirakan ada 14 juta ekor sapi potong di indonesia. Jadi dapat diperkirakan jumlah limbah cair hasil peternakan sapi sendiri bisa mencapai 2625 liter perhari jika berat jenis urine sapi disamakan dengan berat jenis air yaitu 1 g/m3. Oleh karena itu untuk mengurangi dampak kerugian lingkungan maka diperlukan usaha pengolahan limbah cair sapi tersebut. Pengolahan limbah cair umumnya dilakukan dengan menggunakan cara biologi dengan memanfaatkan mikrobiologi untuk menguraikan kandungan senyawa-senyawa kimia, dan cara fisika atau kimia untuk memisahkan kandungan senyawa kimia dari air. Namun, permasalahan yang ada dalam pengolahan limbah cair adalah perubahan teknologi manufaktur yang mengakibatkan terjadinya perubahan komponen kimia organik yang terbuang. (Anto Tri Sugiarto, Ph.D, 2012)

B. Tujuan

1. Mencoba mendiskusikan berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh limbah cair peternakan sapi. 2. Mencoba mendiskusikan cara penanganan yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan limbah cair peternakan sapi.

II.

ISI

A. Pengertian Limbah Cair (lilis/moderator) Pengertian limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang merupakan hasil dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Dengan semakin bertambah dan meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatanya, maka jumlah air limbah juga mengalami peningkatan. Pada umumnya limbah cair dibuang ke dalam tanah, sungai danau dan laut. Jika jumlah air limbah yang dibuang melebihi kemampuan alam untuk menerima atau menampungnya, maka akan terjadi kerusakan lingkungan. B. Pencemaran Air oleh Limbah Cair Peternakan Sapi (riyadi) Berdasarkan definisinya pencemaran air yang diindikasikan dengan turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Yang dimaksud dengan tingkat tertentu tersebut diatas adalah baku mutu air yang ditetapkan. Dan berfungsi sebagi tolok ukur untuk menentukan telah terjadinya pencemaran air. Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan sebagainya. Peternakan sapi merupakan salah satu penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Adapun limbah yang dihasilkannya antara lain berupa 1. Urine, merupakan limbah cair dari kencing atau kotoran hasil metanolisme yang berbentuk cair, mengandung zat amoniak dan mineral garam. 2. Air untuk mencuci sapi dan kandangnya, merupakan air yang telah digunakan untuk memandikan sapi serta membilas kandang sapi. 3. Susu sapi basi, maksudnya susu yang telah mengalami kerusakan oleh bakteri yang disebabkan oleh penyimpanan yang tidak baik ataupun kontaminasi bakteri sehingga tidak dapat di konsumsi.

4. Darah hasil pemotongan ternak, merupakan limbah karena bagian ini tidak pernah dimanfaat kan oleh manusia dikarenakan darah ini hanyalah kotoran dan berpotensi membawa penyakit atau mengandung bakteri pathogen sehingga harus dibuang melalu pengolahan limbah yang baik. Pencemaran sungai oleh limbah peternakan dapat terjadi karena pengaruh kualitas air limbah yang melebihi baku mutu air limbah, di samping itu juga ditentukan oleb debit air limbah yang dihasilkan. Indikator pencemaran sungai selain secara fisik dan kimia juga dapat secara biologis. 1. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air

berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau dan rasa 2. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH 3. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.

C. Cara Menganalisa Mutu Limbah cair (dian) Penerapan baku mutu limbah cair pada pembuangan limbah cair melalui penetapan beban pencemaran maksimum berdasarkan pada jumlah unsur pencemar yang terkandung dalam aliran limbah cair. Untuk itu digunakan perhitungan sebagai berikut: 1. Beban Pencemaran Maksimum BPM = (Cm)j x Dm x A x f........................................................(II.1.1) Keterangan: BPM = beban pencemaran maksimum yang diperbolehkan, dalam kg parameter per hari. (Cm)j Dm = kadar maksimum parameter j, dalam mg/l. = debit limbah cair maksimum dalam L limbah cair per detik per hektar.

= luas lahan kawasan yang terpakai, dinyatakan dalam hektar (Ha).

= faktor konversi = 1 kg/1000000 mg * (24 x 3600 detik)/hari = 0,086 ...............(II.1.2)

2. Beban pencemaran sebenarnya dihitung dengan cara sebagai berikut: BPA = (CA)j x (DA) x f ............................................................. ( II.2.1) Keterangan : BPA = beban pencemaran sebenarnya, dalam kg parameter per hari (CA)j DA F 3. Evaluasi Penilaian beban pencemaran adalah: BPA tidak boleh melewati BPM 4. Contoh penerapan Data yang diambil dari lapangan untuk penerapan baku mutu limbah cair kawasan peternakan adalah: - Luas areal kawasan peternakan yang terbangun (A) [hectare, Ha] - Kadar sebenarnya (CA) untuk setiap parameter [mg/l] - Debit limbah hasil pengukuran (DA) [liter/detik] D. Cara Pengolahan Limbah Cair Peternakan sapi Cara pengolahan limbah organik pada umumnya sama untuk segala jenisnya Cara pengolahan limbah ini dibagi menjadi dua menurut prosesnya nya yaitu : a. Proses pengolahan secara aerobik (riksa) Prinsip pengolahan secara aerobik adalah menguraikan secara sempurna senyawa organik yangberasal dari buangan di dalam periode waktu yang relatif singkat. Penguraian dilakukan terutamadilakukan oleh bakteri dan hal ini dipengaruhi oleh : 1.Jumlah sumber nutrien = kadar sebenarnya parameter j, dalam mg/l. = debit limbah cair sebenarnya, dalam liter/detik = faktor konversi = 0,086

2.Jumlah oksigen

Proses pengolahan limbah secara aerobik antara lain : a. Lumpur aktif (Activated Sludge) Lumpur adalah materi yang tidak larut yang selalu nampak kehadirannya di dalam setiap tahap pengolahan, tersusun oleh serat-serat organik yang kaya akan selulosa dan di dalamnya terhimpun kehidupan mikroorganisme b. Saringan trickling (Trickling Filter) Merupakan suatu bejana yang tersusun oleh lapisan materi kasar, keras dan kedap air. Kegunaannya untuk mengolah air buangan dengan mekanisme aliran air yang jatuh dan mengalir perlahan-lahan melalui lapisan batu untuk kemudian disaring. Saringan trickling memiliki 3 sistem utama yaitu: 1. Distributor 2. Pengolahan 3. Pengumpul c. Kolam oksidasi/stabilisasi (Oxidation Ponds) Kolam ini tidak memerlukan biaya yang mahal. Terdapat beberapa kolam yang utama digunakan yaitu kolam fakultatif, kolam maturasi, dan kolam anaerob.kelebihan kolam ini : 1. Beban BOD pada kadar rendah dapat menghasilkan kualitas efluen sehingga 97 %. 2. Alga yang hidup dalam kolam mempunyai potensi sebagai sumber protein yang tinggi dan dapat digunakan untuk perikanan. Ikan dapat dibiakkan dalam kolam maturasi. 3. Kolam pengoksidaan juga dapat digunakan untuk mengolah air sisa industri dan air yang mengandung logam berat. 4. Pengoperasiannya mudah. Kebutuhan pengoperasiannya minimum. d. Parit oksidasi (Oxidation Ditch)

Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, axidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%). e. Perabukan Cairan Merupakan suatu proses penanganan limbah organik yang pekat secara aerobik dimana energi yang berasal dari oksidasi limbah dilakukan oleh mikroorganisme dihasilkan pada suhu operasi yang dinaikkan. Naiknya suhu akan menyebabkan : kekentalan padatan total tertinggi menurun (di bawah kondisi aerob), meningkatkan laju reaksi oleh mikroorganisme dan membantu menghasilkan stabilitas bahan organik yang cepat dan detuksi patogen. Keberhasilan proses perabukan cairan ditentukan oleh aerob yang dapat memindahkan oksigen yang cukup untuk memnuhi kebutuhan oksigen dari campuran cairan yang pekat. Proses ini digunakan pada rabuk sapi, babi dan susu. f. Kontraktor biologik berputar (rotating biological contractor) Analog dengan rotating trickling filter/penyaring menetes berputar. Digunakan antara lain untuk menangani limbah kota, air limbah yang berasal dari industri pengemasan daging, susu dan keju, minuman keras dan anggur, produksi babi dan unggas, pengolahan sayuran dan indutri perekat dan kertas . b. Proses pengolahan secara anaerobik (Husein) Proses pengolahan secara anaerobik terjadi disebabkan oleh adanya aktivitas mikroorganisme pada saat tidak ada oksigen bebas. Senyawa berbentuk anorganik atau organik pekat yang umumnya berasal dari industri sukar atau lambat sekali untuk diolah secara aerobik, maka pengolahan dilakukan secara anaerobik. Hasil akhir pengolahan secara

anaerobik adalah CO2 dan CH4. Tahapan yang terjadi dalam proses anaerobik adalah : 1.Fermentasi dalam stadia asam 2.Regressi dalam stadia asam 3.Fermentasi dalam stadia basa Prinsip proses pengolahan secara anaerobik adalah menghilangkan atau mendegradasi bahan karbon organik dalam limbah cair atau sludge. Keuntungan proses secara anaerobik adalah tidak membutuhkan energi untuk aerasi, lumpur atau sludge yang dihasilkan sedikit, polutan yang berupa bahan organik (misalnya : polisakarida, protein dan lemak) hampir semuanya dikonversi ke bentuk gas metan (biogas) yang memiliki nilai kalor cukup tinggi. Sedangkan kelemahan proses pengolahan cara anaerobik adalah pada kemampuan pertumbuhan bakteri metan yang sangat rendah, sehingga membutuhkan waktu yang lebih panjang antara dua sampai lima hari untuk penggandaannya, sehingga diperlukan reaktor yang bervolume cukup besar. Proses degradasi dalam pengolahan secara anaerobik tersebut dibagi dalam beberapa tahap : 1. Hidrolisi molekul organik polimer . 2. Fermentasi gula dan asam amino. 3. B oksidasi anaerobik asam lemak rantai panjang dan alkohol. 4. Oksidasi anaerobik produk antara seperti asam lemak (kecuali asam asetat). 5. Dekarboksilasi asam asetat menjadi metan. 6. Oksidasi hidrogen menjadi metan. Kecepatan degradasi biopolimer tergantung pada jumlah jenis bakteri yang ada dalam reaktor, efisiensi dalam mengubah substrat dengan kondisi-kondisi waktu tinggal substrat di dalam reaktor, kecepatan alir efluen, temperatur dan pH di dalam bioreaktor. Jika substrat yang mudah larut dominan, reaksi substrat dengan kondisi seperti waktu tinggal substrat di dalam reaktor, kecepatan alir

efluen, temperatur dan pH yang terjadi di dalam bioreaktor maka reaksi kecepatan terbatas, akan cenderung membentuk metan dari asam asetat dan dari asam lemak dengan kondisi stabil atau steady state. Faktor lain yang mempengaruhi proses antara lain waktu tinggal atau lamanya substrat berada dalam suatu reaktor sebelum dikeluarkan sebagai sebagai supernatan atau digested sludge (efluen). Minimum waktu tinggal harus lebih besar dari waktu generasi metan sendiri, supaya mikroorganisme didalam reaktor tidak keluar dari reaktor atau wash out. Penanganan limbah secara anaerobik ada 4 jenis proses, yaitu :
1. 2. 3. 4.

Cara Konvensional Proses Dua Tahap Proses Dua Tahap dengan Daur Ulang Padatan Proses Menggunakan Saringan Anaerobik. Contoh pengolahan secara aerobik antara lain : lagun anaerobik, digester dan filter anaerobik.

F. Potensi Manfaat dari Limbah Cair Peternakan Sapi (Tika) Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, limbah yang dihasilkan dari usaha peternakan sapi terdiri dari limbah sisa pakan, urine sapi dan feses sapi atau secara umum terbagi menjadi dua yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat dari usaha penggemukan sapi potong terutama feses sapi merupakan limbah terbesar yang dihasilkan dari usaha tersebut. Feses yang dihasilkan dari seekor sapi potong dewasa rata-rata sebanyak 6 % dari bobot tubuhnya, jadi jika suatu usaha penggemukan sapi potong mempunyai kapasitas kandang untuk 1000 ekor sapi potong dengan bobot tubuh sapi rata-rata 350 Kg, maka dalam sehari akan diperoleh feses sebanyak 21 ton. Adapun urinya sendiri biasanya memiliki perbandingan 1 : 8 dari fesses itu sendiri. (Nanda N,2012) Menurut data badan statistik sendiri pada tahun 2009 menyebutkan ada 41 satu perusahaan budidaya ternak sapi di Indonesia, dan pada tahun 2011 kemarin berdasarkan data sensus sapi, diperkirakan ada 14 juta ekor sapi potong di indonesia. Jadi dapat diperkirakan jumlah limbah cair hasil peternakan sapi

sendiri bisa mencapai 2625 liter perhari jika berat jenis urine sapi disamakan dengan berat jenis air yaitu 1 g/m3. Dari data tersebut, maka kita akan mengetahui berapa potensi kerusakan lingkungan oleh limbah cair peternakan sapi di Indonesia namun pada sisi lain limbah sapi tersebut pun dapat dimanfaatkan melalui proses pengolahan limbah. Adapun produk hasil yang dikeluarkannya yaitu biogas dan pupuk organik. 1. Biogas (Tika)

2. Pupuk Organik. (iis) Ada 2 macam pupuk organik yang dapat dihasilkan melalui proses pengolahan pupuk cair limbah sapi ini yaitu : a. Bokashi Padat (untuk 1 ton) Bahan: - Hijauan daun 200 kg (hijauan daun, sisa sayuran, jerami, sekam, dll) - Pupuk kandang 750 kg yang telah melaui tahap digester (limbah sapi yang telah dikeringkan) - Dedak/bekatul 50 kg - EM-4 1 liter - Larutan gula pasir, 1 kg per 10 liter air - Air secukupnya Tahapan Pembuatan: 1. Potong sampah basah (3-5 cm), kecuali jika menggunakan sekam 2. Campurkan Sampah basah pupuk kandang dedak/bekatul, hingga rata 3. Larutkan EM-4 + Air gula ke dalam 200 liter air. 4. Siramkan larutan secara perlahan secara merata ke dalam campuran sampah basah-kotoran-dedak. Lakukan hingga kandungan air di adonan mencapai 30 40 %. Tandanya, bila campuran dikepal, air tidak keluar dan bila kepalan dibuka,

adonan tidak buyar. 5. Hamparkan adonan di atas lantai kering dengan ketebalan 15 20 cm, lalu tutup dengan karung goni atau terpal selama 5 7 hari. 6. Agar suhu adonan tidak terlalu panas akibat fermentasi yang terjadi, adonan diaduk setiap hari hingga suhu dapat dipertahankan pada kisaran 45 50 derajad Celsius. 7. Setelah satu minggu, pupuk bokashi siap digunakan. Cara Aplikasi: Untuk tanaman tahunan semisal karet, coklat, dan lainnya, gunakan bokashi padat sebagai pupuk dasar. Dua kilogram bokashi diaduk dengan tanah lalu dibenamkan di lubang tanam. b. Pupuk Organik Cair (untuk 200 liter) Bahan: - Pupuk kandang 30 kg (kotoran kambing, ayam, sapi, dll) - Hijauan daun (secukupnya) - EM-4 1 liter - Gula pasir 1 kg - Air bersih 200 liter Tahapan Pembuatan: 1. Pupuk kandang dihaluskan 2. Gula pasir EM-4 dilarutkan dalam air 3. Campuran pupuk kandang dan larutan gula dimasukkan ke dalam drum plastik kemudian ditambahkan air bersih hingga volumenya mencapai 200 liter. 4. Drum ditutup rapat. Setiap hari dibuka dan diaduk selama 15 menit. 5. Pupuk Organik cair akan siap digunakan setelah 5 7 hari. Aplikasi: 1 liter bokashi dicampur dengan 9 liter air bersih. Selanjutnya,

siramkan pada tanah di sekitar tanaman atau disemprotkan pada daun sebanyak 0,25 1 liter tergantung jenis tumbuhan.

Nanda

N,2012)

http://agro-ekonomi.blogspot.com/2008/03/limbah-

peternakan-sapi_2614.html (Anto Tri Sugiarto, Ph.D, 2012)

http://www.shantybio.transdigit.com/?Biology__Dasar_Pengolahan_Limbah:Pengolahan_Air_Limbahdengan_Teknologi_Bersih

Anda mungkin juga menyukai