Anda di halaman 1dari 3

Perkembangan Filsafat Ilmu 13 Januari 2008AKHMAD SUDRAJAT Tinggalkan komentar Go to comments Semenjak tahun 1960 filsafat ilmu mengalami

perkembangan yang sangat pesat,terutama sejalan dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi yang ditopang penuh oleh p o s i t i v i s m e empirik, melalui penelaahan dan pengukuran kuantitatif sebagai a n d a l a n utamanya. Berbagai penemuan teori dan penggalian ilmu berlangsung secara mengesankanPada periode ini berbagai kejadian dan peristiwa yang sebelumnya mungkin dianggap sesuatuyang mustahil, namun berkat kemajuan ilmu dan teknologi dapat berubah menjadi suatu kenyataan. Bagaimana pada waktu itu orang dibuat tercengang dan terkagum-kagum, ketika Neil Amstrong benar -benar menjadi manusia pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan. Begitu juga ketika manusia berhasil mengembangkan teori rekayasa genetika denganmelakukan percobaan cloning pada kambing, atau mengembangkan cyber technology, yangmemungkinkan manusia untuk menjelajah dunia melalu i internet. Belum lagi keberhasilanmanusia dalam mencetak berbagai produk nano technology , dalam bentuk mesin -mesin micro-chip yang serba mini namun memiliki daya guna sangat luar biasa.S e m u a k e b e r h a s i l a n i n i k i r a n y a s e m a k i n m e m p e r k o k o h k e y a k i n a n m a n u s i a t e r h a d a p kebesaran ilmu dan teknologi. Memang, tidak dipungkiri lagi bahwa positivisme-empirik yangserba matematik , fisikal, reduktif dan free of value telah membuktikan kehebatan danmemperoleh kejayaannya, serta m e m b e r i k a n k o n t r i b u s i y a n g b e s a r d a l a m m e m b a n g u n peradaban manusia seperti sekarang ini. Namun, dibalik keberhasilan itu, ternyata telah memunculkan persoalan-persoalan baru yangtidak sederhana, dalam bentuk kekacauan, krisis dan chaos yang hampir terjadi di setiap b e l a h a n d u n i a i n i . A l a m m e n j a d i m a r a h d a n t i d a k r a m a h l a g i t e r h a d a p m a n u s i a , k a r e n a manusia telah memperlakukan dan mengexploitasinya tanpa memperhatikan keseimbangandan kelestariannya. Berbagai gejolak sosial hampir terjadi di mana-mana sebagai akibat dari benturan budaya yang tak terkendali.

Kesuksesan manusia dalam menciptakan teknologi-teknologi raksasa ternyata telah menjadi boomerang bagi kehidupan manusia itu sendiri. Raksasa-raksasa teknologi yang diciptakanmanusia itu seakan-akan berbalik untuk menghantam dan menerkam si penciptanya sendiri,yaitu manusia.B e r b a g a i p e r s o a l a n b a r u s e b a g a i d a m p a k d a r i k e m a j u a n i l m u d a n t e k n o l o g i y a n g dikembangkan oleh kaum positivisme-empirik, telah memunculkan berbagi kritik di kalanganilmuwan tertentu. Kritik yang sangat tajam muncul dari kalangan penganut Teori KritikMasyarakat, sebagaimana diungkap oleh Ridwan Al Makasary (2000:3). Kritik terhadap positivisme, kurang lebih bertali temali dengan kritik terhadap determinisme ekonomi, karenas e b a g i a n a t a u k e s e l u r u h a n b a n g u n a n d e t e r m i n i s m e e k o n o m i d i p a n c a n g k a n d a r i t e o r i pengetahuan positivistik. Positivisme juga diserang oleh aliran kritik dari berbagai latar belakang dan didakwa berkecenderungan mereifikasi dunia sosial. Selain itu Positivisme dipandang menghilangkan pandangan aktor, yang direduksi sebatas entitas pasif yang sudahditentukan oleh kekuatan-kekuatan natural. Pandangan teoritikus kritik dengan kekhususanaktor, di mana mereka menolak ide bahwa aturan aturan umum ilmu dapat diterapkan tanpamempertanyakan tindakan manusia. Akhirnya Teori Kritik Masyarakat menganggap bahwa positivisme dengan sendirinya konservatif, yang tidak kuasa menantang sistem yang eksis.Senada dengan pemikiran di atas, Nasution (1996:4) mengemukan pula tentang kritik post - positivime terhadap pandangan positivisme yang bercirikan free of value, fisikal, reduktif danmatematika.A l i r a n p o s t positivime tidak menerima adanya hanya satu kebenaran,. R i c h ( 1 9 7 9 ) mengemukakan There is no the truth nor a truth truth is not one thing, or even a system. It is an increasing completely Pengalaman manusia begitu kompleks sehingga tidak mungkinuntuk diikat oleh sebuah teori. Freire (1973) mengemukakan bahwa tidak ada pendidikan netral, maka tidak ada pula penelitian yang netral.U s a h a u n t u k m e n g h a s i l k a n i l m u s o s i a l y a n g b e b a s n i l a i m a k i n d i t i n g g a l k a n k a r e n a t a k mungkin tercapai dan karena itu bersifat self deceptive

atau penipuan diri dan digantikano leh ilmu sosial yang berdasarkan ideologi tertentu. Hesse (1980) mengemukakan bahwakenetralan dalam penelitian sosial selalu merupakan problema dan hanya merupakan suatu

ilusi. Dalam penelitian sosial tidak ada apayang disebut obyektivitas. Knowledge isasocially contitued, historically embeded, and valuationally . Namun ini tidak berarti bahwahasil penelitian bersifat subyektif semata -mata, oleh sebab penelitian harus selalu dapatdipertanggungjawabkan secara empirik, sehingga dapat dipercaya dan diandalkan. Macam -macam cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tingkat kepercayaan hasil penelitianJelasnya, apabila kita mengacu kepada pemikiran Thomas Kuhn dalam bukunya The Structureof Scientific Revolutions (1962) bahwa perkembangan filsafat ilmu, terutama sejak tahun 1960hingga sekarang ini sedang dan telah mengalami pergeseran dari paradigma positivisme -empirik, yang dianggap telah mengalami titik jenuh dan banyak mengandung kelemahan,menuju paradigma baru ke arah post-positivisme yang lebih etik.Terjadinya perubahan paradigma ini dijelaskan oleh John M.W. Venhaar (1999:) bahwa perubahan kultural yang sedang terwujud akhir -akhir ini, perubahan yang sering disebut purna-modern , meliputi persoalan -persoalan : (1) antihumanisme, (2) d ekonstruksi dan (3)fragmentasi identitas. Ketiga unsur ini memuat tentang berbagai problem yang berhubungandengan fungsi sosial cendekiawan dan pentingnya paradigma kultural, terutama dalam karyaintelektual untuk memahami identitas manusia. Daftar Pustaka Achmad Sanusi,.(1998), Filsafah Ilmu, Teori Keilmuan, dan Metode Penelitian : Memungut d a n M e r a m u M u t i a r a - M u t i a r a y a n g T e r c e c e r , M a k a l a h , B a n d u n g P S - I K I P Bandung.Achmad Sanusi, (1999), Titik Balik Paradigma Wacana Ilmu : Implikasinya Bagi Pendidikan, Makalah, Jakarta : MajelisPendidikan Tinggi Muhammadiyah.Agraha Suhandi, Drs., SHm.,(1992), Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya , (Diktat Kuliah),Bandung : Fakultas Sastra Unpad Bandung.Filsafat_ Ilmu, http://members.tripod.com/aljawad/artikel/filsafat_ilmu.htm.Ismaun, (2001), Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.Jujun S. Suriasumantri, (1982), Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer , Jakarta : Sinar Harapan.

Anda mungkin juga menyukai