Anda di halaman 1dari 6

Rencana pembuatan skripsi Kuliah Kerja Lapangan ( KKL ) I Geografi Sebagai Salah Satu Metode Pembelajaran Kontekstual dan

Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP UNS

Geografi merupakan pengetahuan sosial yang sifatnya kompleks, yang akan melatih mahasiswa secara afektif, kognitif, dan psikomotoriknya. Selain teori yang didapat mahasiswa di dalam kelas, harus juga ditunjang oleh praktek laboratorium dan praktek lapangan yang sering disebut Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Pelajaranan kerja lapangan pada dasarnya merupakan hal yang tidak boleh ditinggalkan dalam Geografi. Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan kesempatan yang tepat untuk mengembangkan potensi dalam hal berfikir, ketrampilan, dan kepribadian,karena terjadi interaksi antara mahasiswa dengan objek belajar. Oleh karena itu,Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Geografi dijadikan sebagai salah satu pembelajaran konteksual.

Rencana permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah KKL yang dilaksanakan oleh prodi Geografi sudah memenuhi tujuh komponen pembelajaran kontekstual, ( seng bener 7 opo 8 toh?????) 2. Apakah KKL sebagai pembelajaran kontekstual berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa. Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran kontekstual oleh mahasiswa Geografi dalam KKL I, dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh KKL I terhadap prestasi belajar mahasiswa. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada mahasiswa Geografi tentang pengaruh KKL I sebagai salah satu metode pembelajaran kontekstual, yang langsung memberi pengalaman dan pengetahuan secara konkrit dan nyata pada mahasiswa, terhadap teori yang didapat di dalam kelas,dan diharapkan mahasiswa akan lebih memaksimalkan pelaksanaan Kuliah KerjaLapangan (KKL) dengan melihat teori, baik yang sifatnya fisik maupun sosial.

Rencana matang, tujuan jelas, n yang diharapkan dari penelitian jelas tapi kok aq bingung variable yang di teliti apa???? Metode pengumpulan datane apa???? Terus pie??????? Bingung

Rencana meh konsultasi pak Singgih ah ben entuk arahan.. ndang langsung garap skripsi ,,, ndang lulus,,, ndang kerjo.. n ndang liya liyane ^____^ ( MimPI kale kamu LUm,,, tapi gak apa yang penting usaha dulu bosss )

Mugo2 barokah n manfaat.. amin,,,

Smangat !!!!!

21 januari 2012

Arti dari pembelajaran kontekstual: Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kontekstual tidak ada sebuah definisi atau pengertian tunggal. Setiap pakar dan komunitas pakar memberikan definisi beragam. Namun mereka bersepakat bahwa hakekat pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang mendorong pembelajar untuk membangun keterkaitan, independensi, relasi-relasi penuh makna antara apa yang dipelajari dengan realitas, lingkungan personal, sosial dan kultural yang terjadi sekarang ini (Moh.ImamFarisi,2005). Contextual Teaching and Learning (CTL) atau disebut secara lengkap dengan Sistem Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka (Elaine B. Johnson) Dengan pengertian tentang pembelajaran kontekstual diatas, diperlukan usaha dan strategi pengajaran yang tepat, sehingga dapat dicapai tujuan untuk mengantarkan guru dan murid dalam sebuah pendidikan yang kontekstual. Untuk mencapai tujuan ini, sistem pembelajaran kontekstual mempunyai delapan komponen utama. Beberapa ciri pembelajaran kontekstual antara lain:

1. Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran, 2. Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, dan saling mengoreksi 3. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan, 4. Perilaku dibangun atas kesadaran diri, 5. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman, 6. Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri, 7. Siswa mengunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran efektif, ikut bertanggungjawab atas terjadinya pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran.

http://sheilajrina.wordpress.com/2011/11/19/pembelajaran-kontekstual-contextual-teaching-andlearning-ctl/

prinsip-prinsip dasar pengembangan pendidikan kontekstual learning.


Prinsip Kesaling-Bergantungan (Intedependensi) Prinsip ini membuat hubungan yang bermakna (making meaningfull connections) antara proses pembelajaran dan konteks kehidupan nyata sehingga peserta didik berkeyakinan bahwa belajar merupakan aspek yang esensial bagi kehidupan di masa datang. Prinsip ini mengajak para pendidik mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lainnya, peserta didik, stakeholder, dan lingkungannya. Bekerjasama (collaborating) untuk membantu peserta didik belajar secara efektif dalam kelompok, membantu peserta didik untuk berinteraksi dengan orang lain, saling mengemukakan gagasan, saling mendengarkan untuk menemukan persoalan, mengumpulkan data, mengolah data, dan menentukan alternatif pemecahan masalah. Prinsipnya menyatukan berbagai pengalaman dari masing-masing peserta didik untuk mencapai standar akademik yang tinggi (reaching high standards) melalui pengidentifikasian tujuan dan memotivasi peserta didik untuk mencapainya.

Prinsip Perbedaan (Diferensiasi) Prinsip diferensiasi adalah mendorong peserta didik menghasilkan keberagaman, pebedaan, dan keunikan. Terciptanya kemandirian dalam belajar (self-regulated learning) yang dapat mengkontruksi minat peserta didik untuk belajar mandiri dalam konteks tim dengan mengkorelasikan bahan ajar dengan kehidupan nyata, dalam rangka mencapai tujuan secara penuh makna (meaningfullness). Terciptanya berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking) di kalangan peserta didik dalam rangka pengumpulan, analisis, dan sintesa data, guna pemecahan masalah. Terciptanya kemampuan peserta didik untuk mengidentifikasi potensi pribadi, dalam rangka menciptakan dan mengembangkan gaya belajar (style of learning) yang paling sesuai sehingga dapat mengembangkan potensinya seoptimal mungkin secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

Prinsip Pengaturan Diri Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa proses pembelajaran diatur, dipertahankan, dan disadari oleh peserta didik sendiri, dalam rangka merealisasikan seluruh potensinya. Peserta didik secara sadar harus menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti. Melalui interaksi antar siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru sekaligus menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan mereka dalam bertahan dan menemukan sisi keterbatasan diri.

Prinsip Penilaian Autentik (Authentic Assessment) Penggunaan penilaian autentik, yaitu menantang peserta didik agar dapat mengaplikasikan berbagai informasi akademis baru dan keterampilannya ke dalam situasi kontekstual secara signifikan.

Nanang Hanafiah, & Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung:Refika Aditama, 2009), hal. 69-70

Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Menurut Johnson ada delapan komponen utama dalam pembelajaran kontekstual

1. Melakukan hubungan bermakna (making meaningful connection). Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil berbuat (learning by doing).

2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan ( doing significant work). Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuan, ada urusannya dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada produknya atau hasil yang sifatnya nyata.

3. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning) Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat.

4. Bekerja sama (collaborating) Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling bekomunikasi.

5. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking) Siswa dapat menggunakan tingkat berfikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif yaitu dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunkan logika dan bukti-bukti.

6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual) Siswa memelihara pribadinya yaitu mengetahui, memberi perhatian, memiliki harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa menghormati temannya dan orang dewasa. Namun siswa tidak akan berhasil tanpa dukungan orang dewasa.

7. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standard) Siswa mengenal dan mencapai setandar yang tinggi yaitu mengidentifikasi tujuan dan memotifasi siswa untuk mencapainya.

8. Menggunakan penilaian yang autentik (using authentic assesment) Proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan pengalaman siswa perlu diketahui guru setiap saat agar bisa memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Dengan demikian, penilaian authentic diarahkan pada proses mengamati, menganalisa, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan hanya pada hasil pembelajaran. Penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajarmengajar. Adapun bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru adalah portfolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis.

http://sheilajrina.wordpress.com/2011/11/19/pembelajaran-kontekstual-contextual-teaching-andlearning-ctl/

Anda mungkin juga menyukai