Anda di halaman 1dari 3

RESUME PENENTUAN TINGKAT KEKERASAN BATUAN MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI

Penelitian yang dilakukan oleh Boko Nurdiyanto, Eddy Hartanto, Drajat Ngadmanto, Bambang Sunardi, dan Pupung Susilanto (2011) bertujuan untuk menggunakan metode seismic refraksi untuk menentukan tingkat kekerasan batuan di daerah Sumbawa. Gelombang seismic adalah gelombang elastic yang merambat dalam bumi. Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang seismic ada yang merambat melalui interior bumi yang disebut body wave dan merambat melalui permukaan bumi yang disebut surface wave. Body wave sendiri dibedakan menjadi dua berdasarkan arah getarnya yaitu gelombang P (longitudinal) dan gelombang S (transversal). Sedangkan lapisan batuan bawah permukaan memiliki sifat fisis yang variatif. Salah satu sifat fisis yang ada adalah tingkat kekerasan batuan. Tingkat kekerasan batuan merupakan istilah geologi yang digunakan untuk menandakan kekompakan (cohesiveness) suatu batuan dan biasanya dinyatakan dalam bentuk compressive fracture strength. Salah satu metode geofisika yang dapat digunakan untuk mengetahui elastisitas batuan adalah metode seismic refraksi. Metode ini memanfaatkan perambatan gelombang seismic yang merambat kedalam bumi. Dalam menentukan litologi batuan dan struktur geologi, metode seismic aktif dikategorikan menjadi dua bagian yaitu metode seismic refleksi dan refraksi. Metode seismic refleksi digunakan untuk daerah dangkal sedangkan seismic refraksi pada daerah yang dalam. Metode ini memanfaatkan perambatan gelombang seismic yang merambat kedalam bumi. Pada dasarnya dalam metoda ini memberikan suatu gangguan berupa gelombang seismic pada suatu sistem kemudian gejala fisisnya diamati dengan menangkap gelombang tersebut melalui geophone. Hal tersebut akan menghasilkan gambaran tentang kecepatan dan

kedalaman lapisan berdasarkan penghitungan waktu tempuh gelombang antara sumber getaran (shot) dan penerima (geophone). Waktu yang diperlukan oleh gelombang seismic untuk merambat pada lapisan batuan bergantung pada besar kecepatan

Penelitian ini menggunakan data yang diambil di lapangan dalam bentuk lintasan dan dibagi tiga bagian, yaitu menggunakan end-off spread di kedua ujung dan mid spread. Tahapan pengolahan data diawali dengan melengkapi informasi posisi dari masing-masing geophone dan sumber seismiknya dengan mengedit geometri, sehingga dapat dikenali oleh computer sebagai satu kesatuan data base. Untuk menghilangkan noise yang menenggelamkan sinyal firstbreak dilakukan proses BPFB (Band Pass Filter Butterworth) sebesar 10-100 Hz, Filter butterworth adalah jenis filter pengolahan sinyal yang dirancang untuk memiliki sebuah flat respon frekuensi yang memungkinkan dalam passband sehingga disebut juga maximally flat magnitude filter. BPF sendiri mnerupakan filter yang melewatkan frekuensi antara cut-off bawah dan frekuensi cut-off atas. BPF merupakan gabungan dari low pass filter (LPF) dan high pass filter (HPF). Proses inverse yang digunakan adalah refraction tomography, dengan pendekatan non linier least square inversion dan perhitungan pemodelan maju untuk menghitung nilai Vp menggunakan forward refraction ravtracing, metode refraksi tomography ini diawali pembuatan model kecepatan awal, dan kemudian dilakukan iterasi pelacakan sinar (forward refraction raytracing) melalui model, membandingkan waktu tempuh perhitungan dengan waktu tempuh pengukuran, memodifikasi model, dan mengulangi proses sampai perbedaan antara waktu perhitungan dan pengukuran mencapai minimal. Gelombang seismic adalah gelombang elastic yang merambat dalam bumi. Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang seismic ada yang merambat melalui interior bumi yang disebut body wave dan merambat melalui permukaan bumi yang disebut surface wave. Body wave sendiri dibedakan menjadi dua berdasarkan arah getarnya yaitu gelombang P (longitudinal) dan gelombang S (transversal).

Sedangkan lapisan batuan bawah permukaan

Anda mungkin juga menyukai