Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFARK MIOKARD AKUT

I.

KONSEP MEDIS B. Pengertian Infark Miokard Akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu. C. Fisiologi Sirkulasi Koroner Arteri koroner kiri memperdarahi sebagaian terbesar ventrikel kiri, septum dan atrium kiri. Arteri koroner kanan memperdarahi sisi diafragmatik ventrikel kiri, sedikit bagian posterior septum dan ventrikel serta atrium kanan. Nodus SA lebih sering diperdarahi oleh arteri koroner kanan daripada kiri. (cabang sirkumfleks). Nodus AV 90% diperdarahi oleh arteri koroner kanan dan 10% diperdarahi oleh arteri koroner kiri (cabang sirkumfleks). Dengan demikian, obstruksi arteri koroner kiri sering menyebabkan infark anterior dan infark inferior disebabkan oleh obstruksi arteri koroner kanan. D. Etiologi Umumnya IMA didasari oleh adanya ateroskeloris pembuluh darah koroner. Nekrosis miokard akut hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak stabil, juga sering mengikuti ruptur plak pada arteri koroner dengan stenosis ringan (5060%). Kerusakan miokard terjadi dari endokardium ke epikardium, menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Secara morfologis, IMA dapat terjadi transmural atau sub-endokardial. IMA transmural mengenai seluruh dinding miokard dan terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner. Sebaliknya pada IMA subendokardial, nekrosis terjadi hanya pada bagian dalam dinding ventrikel.

E. Patofisiologi Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi hemodinamik dan aritmia. Segera setelah terjadi IMA daerah miokard setempat akan memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection fraction, isi sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume akhir distolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri di atas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke jaringan interstisium paru (gagal jantung). Pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebakan karena daerah infark, tetapi juga daerah iskemik di sekitarnya. Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya dengan bantuan rangsangan adrenergeik, untuk mempertahankan curah jantung, tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi ini jelas tidak akan memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi masih normal, pemburukan hemodinamik akan minimal. Sebaliknya bila infark luas dan miokard yang harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark lama, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi. Sebagai akibat IMA sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung ventrikel baik yang terkena infark maupun yang non infark. Perubahan tersebut menyebabkan remodeling ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya aritmia. Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan karena daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan. Daerah-daerah diskinetik akibat IMA akan menjadi akinetik, karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami hipertropi. Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskemia berkepanjangan atau infark meluas. Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik jantung. Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada menit-menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan dan kepekaaan

terhadap rangsangan. Sistem saraf otonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia. Pasien IMA inferior umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan akibat kecenderungan bradiaritmia meningkat, sedangkan peningkatan tonus simpatis pada IMA inferior akan mempertinggi kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan infark. F. Gejala Klinis

Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke punggung dan epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pectoris dan tak responsif terhadap nitrogliserin. Kadang-kadang, terutama pada pasien diabetes dan orang tua, tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau sinkope. Pasien sering tampak ketakutan. Walaupun IMA dapat merupakan manifestasi pertama penyakit jantung koroner namun bila anamnesis dilakukan teliti hal ini sering sebenarnya sudah didahului keluhan-keluhan angina, perasaan tidak enak di dada atau epigastrium. Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak ada yang spesifik dan dapat normal. Dapat ditemui BJ yakni S2 yang pecah, paradoksal dan irama gallop. Adanya krepitasi basal menunjukkan adanya bendungan paru-paru. Takikardia, kulit yang pucat, dingin dan hipotensi ditemukan pada kasus yang relatif lebih berat, kadangkadang ditemukan pulsasi diskinetik yang tampak atau berada di dinding dada pada IMA inferior. G. Diagnosis Banding 1. 2. 3. 4. Angina Pectoris tidak stabil/insufisiensi koroner akut. Diseksi aorta (nyeri dada umumnya sangat hebat, dapat Kelainan saluran cerna bagian atas (hernia diafragmatika, Kelainan lokal dinding dada (nyeri bersifat lokal, bertambah

menjalar ke perut dan punggung). esofagitis refluks) dengan tekanan atau perubahan posisi tubuh)

5. tersebut) 6.

Kompresi saraf (terutama C8, nyeri pada distribusi saraf Kelainan intra-abdominal (kelainan akut, pankreatitis dapat

menyerupai IMA)

H. Komplikasi 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. I. Prognosis Aritmia Bradikardia sinus Irama nodal Gangguan hantaran atrioventrikular Gangguan hantaran intraventrikel Asistolik Takikardia sinus Kontraksi atrium prematur Takikardia supraventrikel Flutter atrium Fibrilasi atrium Takikardia atrium multifokal Kontraksi prematur ventrikel Takikardia ventrikel Takikardia idioventrikel Flutter dan Fibrilasi ventrikel Renjatan kardiogenik Tromboembolisme Perikarditis Aneurisme ventrikel Regurgitasi mitral akut Ruptur jantung dan septum

Beberapa indeks prognosis telah diajukan, secara praktis dapat diambil pegangan 3 faktor penting yaitu:

29. Potensial terjadinya aritmia yang gawat (aritmia ventrikel dll) 30. Potensial serangan iskemia lebih lanjut. 31. Potensial pemburukan gangguan hemodinamik lebih lanjut (bergantung terutama pada luas daerah infark). I. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN J. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik: Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah: 32. Aktivitas/istirahat: Gejala: Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur Riwayat pola hidup menetap, jadual olahraga tak teratur Takikardia, dispnea pada istirahat/kerja

Tanda: 33. Sirkulasi: Gejala: DM. Tanda: TD dapat normal atau naik/turun; perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk/berdiri. Nadi dapat normal; penuh/tak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat; tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi. BJ ekstra (S3/S4) mungkin menunjukkan gagal jantung/penurunan kontraktilitas atau komplian ventrikel Murmur bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar. Friksi; dicurigai perikarditis Irama jantung dapat teratur atau tak teratur. Edema, DVJ, edema perifer, anasarka, krekels mungkin ada dengan gagal jantung/ventrikel. Pucat atau sianosis pada kulit, kuku dan membran mukosa. 34. Integritas ego: Riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah TD,

Gejala: Menyangkal gejala penting. Takut mati, perasaan ajal sudah dekat Marah pada penyakit/perawatan yang tak perlu Kuatir tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan.

Tanda: Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata Gelisah, marah, perilaku menyerang Fokus pada diri sendiri/nyeri.

35. Eliminasi: Tanda: Bunyi usus normal atau menurun 36. Makanan/cairan: Gejala: Mual, kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar. Penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat Muntah, Perubahan berat badan Tanda:

37. Hygiene: Gejala/tanda: Kesulitan melakukan perawatan diri. 38. Neurosensori: Gejala: Pusing, kepala berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk/istirahat) Tanda: Perubahan mental Kelemahan

39. Nyeri/ketidaknyamanan: Gejala: Nyeri dada yang timbul mendadak (dapat/tidak berhubungan dengan aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.

Lokasi nyeri tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat menyebar ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.

Kualitas nyeri crushing, menusuk, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat. Instensitas nyeri biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami. Catatan: nyeri mungkin tak ada pada pasien pasca operasi, dengan DM, hipertensi dan lansia.

Tanda: Wajah meringis, perubahan postur tubuh. Menangis, merintih, meregang, menggeliat. Menarik diri, kehilangan kontak mata Respon otonom: perubahan frekuensi/irama jantung, TD, pernapasan, warna kulit/kelembaban, kesadaran. 40. Pernapasan: Gejala: Dispnea dengan/tanpa kerja, dispnea nokturnal Batuk produktif/tidak produktif Riwayat merokok, penyakit pernapasan kronis Peningkatan frekuensi pernapasan Pucat/sianosis Bunyi napas bersih atau krekels, wheezing Sputum bersih, merah muda kental

Tanda:

41. Interaksi sosial: Gejala: Stress saat ini (kerja, keuangan, keluarga) Kesulitan koping dengan stessor yang ada (penyakit, hospitalisasi) Kesulitan istirahat dengan tenang, respon emosi meningkat Menarik diri dari keluarga

Tanda:

42. Penyuluhan/pembelajaran:

Gejala: Riwayat keluarga penyakit jantung/IM, DM, Stroke, Hipertensi, Penyakit Vaskuler Perifer Riwayat penggunaan tembakau

K. Tes Diagnostik Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut: Jenis Pemeriksaan EKG Interpretasi Hasil Masa setelah serangan: Beberapa jam: variasi normal, perubahan tidak khas sampai adanya Q patologis dan elevasi segmen ST Sehari/kurang seminggu: inversi gelombang T dan elvasi ST berkurang Seminggu/beberapa bulan: gelombang Q menetap Setahun: pada 10% kasus dapat kembali normal. Laboratorium: Enzim/Isoenzim Jantung Peningkatan fosfokinase HBDH) kadar atau atau enzim aspartat isoenzim (kreatinamino (CPK-

transferase/SGOT, laktat dehidrogenase/MB)merupakan indikator spesifik IMA. Tidak banyak membantu diagnosis IMA Radiologi tetapi berguna untuk mendeteksi adanya bendungan paru (gagal jantung), kadang dapat ditemukan kardiomegali. Dapat tampak kontraksi asinergi di daerah Ekokardiografi yang rusak dan penebalan sistolik dinding jantung yang menurun. Dapat mendeteksi

daerah dan luasnya kerusakan miokard, adanya penyulit seperti anerisma ventrikel, trombus, ruptur muskulus papilaris atau korda tendinea, ruptur septum, tamponade akibat ruptur jantung, pseudoaneurisma jantung.

I.

DIAGNOSA KEPERAWATAN 43. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner. 44. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh. 45. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi; ancaman kematian. 46. (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum. 47. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah koroner. 48. Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan datang. atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan status kesehatan yang akan

II. INTERVENSI KEPERAWATAN

49. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner. INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL 1. Pantau nyeri (karakteristik, lokasi, Nyeri adalah pengalaman subyektif intensitas, respon durasi), catat setiap yang tampil dalam variasi respon verbal verbal, non verbal yang juga bersifat individual sehingga perlu digambarkan secara rinci untuk menetukan intervensi yang tepat. Menurunkan rangsang eksternal yang 2. Berikan lingkungan yang tenang dapat memperburuk keadaan nyeri yang dan tunjukkan perhatian yang tulus terjadi. kepada klien. Membantu menurunkan persepsi-respon 3. Bantu melakukan teknik relaksasi nyeri dengan memanipulasi adaptasi (napas dalam/perlahan, distraksi, fisiologis tubuh terhadap nyeri. visualisasi, bimbingan imajinasi) Nitrat mengontrol nyeri melalui efek vasodilatasi koroner yang meningkatkan 4. Kolaborasi pemberian obat sesuai sirkulasi koroner dan perfusi miokard. indikasi: - Antiangina seperti nitogliserin Agen yang dapat mengontrol nyeri melalui efek hambatan rangsang kontraksi simpatis.(Kontra-indikasi: - Beta-Bloker seperti atenolol miokard yang buruk) Morfin atau narkotik lain dapat dipakai untuk menurunkan nyeri hebat pada fase akut atau nyeri berulang yang tak dapat - Analgetik seperti morfin, dihilangkan dengan nitrogliserin. Bekerja melalui efek vasodilatasi yang dapat meningkatkan sirkulasi koroner dan kolateral, menurunkan preload dan meperidin (Demerol) (Tenormin), pindolol (Visken), propanolol (Inderal) (Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur) verbal/non

perubahan hemo-dinamik

10

- Penyekat saluran kalsium seperti kebu-tuhan oksigen miokard. Beberapa verapamil (Prokardia). (Calan), diltiazem di antaranya bekerja sebagai antiaritmia.

11

Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Pantau HR, irama, dan perubahan Menentukan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas. aktivitas sesuai indikasi. 2. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen, menurunkan risiko komplikasi. 3. Anjurkan klien untuk menghindari Manuver peningkatan tekanan abdominal. mengedan yang darah. 4. Batasi pengunjung sesuai dengan Keterlibatan keadaan klinis klien. dalam pembicaraan Valsava dapat seperti menahan RASIONAL respon klien terhadap

napas, menunduk, batuk keras dan mengakibatkan disusul dengan bradikardia, penurunan curah jantung kemudian takikardia dan peningkatan tekanan

panjang dapat melelahkan klien tetapi kunjungan orang penting dalam suasana tenang bersifat terapeutik.

5. Bantu

aktivitas

sesuai

dengan Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai

keadaan klien dan jelaskan pola dengan kemampuan kerja jantung. peningkatan aktivitas bertahap. 6. Kolaborasi pelaksanaan program Menggalang kerjasama tim kesehatan rehabilitasi pasca serangan IMA. dalam proses penyembuhan klien.

12

3.

Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatanstatus sosio-ekonomi; ancaman kematian. INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Pantau respon verbal dan non verbal Klien mungkin tidak menunjukkan yang klien. menunjukkan kecemasan keluhan secara langsung tetapi kecemasan dapat dinilai dari perilaku verbal dan non verbal yang dapat menunjukkan adanya kegelisahan, kemarahan, penolakan dan sebagainya. 2. Dorong klien untuk Respon klien terhadap situasi IMA

mengekspresikan perasaan marah, bervariasi, dapat berupa cemas/takut cemas/takut terhadap situasi krisis terhadap ancaman kematian, cemas yang dialaminya. terhadap sebagainya. 3. Orientasikan klien dan orang Informasi yang tepat tentang situasi kecemasan/rasa asing terhadap ancaman kehilangan pekerjaan, perubahan peran sosial dan

terdekat terhadap prosedur rutin dan yang dihadapi klien dapat menurunkan aktivitas yang diharapkan. lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi. 4. Kolaborasi terapeutik pemberian anti agen Meningkatkan relaksasi dan cemas/sedativa menurunkan kecemasan.

sesuai indikasi (Diazepam/Valium, Flurazepam/Dal-mane, Lorazepam/Ativan).

13

4.

(Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum. INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Pantau TD, HR dan DN, periksa Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dalam keadaan baring, duduk dan dari disfungsi ventrikel, hipoperfusi berdiri (bila memungkinkan) miokard dan rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga banyak terjadi yang mungkin berhubungan dengan nyeri, cemas, Hipotensi peningkatan ortostatik katekolamin dan atau masalah vaskuler sebelumnya. berhubungan dengan komplikasi GJK. Penurunanan curah jantung ditunjukkan oleh denyut nadi yang lemah dan HR yang meningkat. 2. Auskultasi adanya S3, S4 dan S3 adanya murmur. dihubungkan dengan GJK,

regurgitasi mitral, peningkatan kerja ventrikel kiri yang disertai infark yang berat. S4 mungkin berhubungan dengan iskemia miokardia, kekakuan ventrikel dan hipertensi. Murmur menunjukkan gangguan aliran darah normal dalam jantung seperti pada kelainan katup, kerusakan septum atau vibrasi otot papilar.

3. Auskultasi bunyi napas.

Krekels menunjukkan kongesti paru yang mungkin terjadi karena penurunan fungsi miokard.

14

4. Berikan makanan dalam porsi kecil Makan dalam volume yang besar dapat dan mudah dikunyah. meningkatkan memicu kerja miokard vagal dan yang rangsang

mengakibatkan terjadinya bradikardia. 5. Kolaborasi pemberian oksigen Meningkatkan suplai oksigen untuk kebutuhan miokard dan menurunkan iskemia. 6. Pertahankan patensi IV- Jalur IV yang paten penting untuk pemberian obat darurat bila terjadi disritmia atau nyeri dada berulang. 7. Bantu paten-si digunakan. pemasangan/pertahankan Pacu jantung mungkin merupakan pacu jantung bila tindakan dukungan sementara selama fase akut atau mungkin diperlukan secara permanen pada infark luas/kerusakan sistem konduksi.

sesuai kebutuhan klien

lines/heparin-lok sesuai indikasi.

5. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah koroner. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Pantau keadaan syok. perubahan mental kesadaran RASIONAL / Perfusi serebral sangat dipengaruhi oleh

yang tiba-tiba curah jantung di samping kadar elektrolit emboli sistemik.

seperti bingung, letargi, gelisah, dan variasi asam basa, hipoksia atau

2. Pantau tanda-tanda sianosis, kulit Penurunan curah jantung menyebabkan dingin/lembab dan catat kekuatan vasokonstriksi sistemik yang dibuktikan nadi perifer. oleh penurunan perfusi perifer (kulit) dan penurunan denyut nadi.

15

3. Pantau

fungsi

pernapasan Kegagalan

pompa

jantung

dapat

(frekuensi, kedalaman, kerja otot menimbulkan distres pernapasan. Di aksesori, bunyi napas) samping itu dispnea tiba-tiba atau berlanjut menunjukkan komplokasi tromboemboli paru. 4. Pantau fungsi gastrointestinal Penurunan sirkulasi ke mesentrium dapat

(anorksia, penurunan bising usus, menimbulkan disfungsi gastrointestinal mual-muntah, distensi abdomen dan konstipasi) Asupan cairan yang tidak adekuat dapat 5. Pantau asupan caiaran dan haluaran menurunkan urine, catat berat jenis. volume sirkulasi yang berdampak negatif terhadap perfusi dan fungsi ginjal dan organ lainnya. BJ urine merupakan indikator status hidrsi dan fungsi ginjal. Penting sebagai indikator perfusi/fungsi 6. Kolaborasi kretinin, elektrolit) Heparin dosis rendah mungkin diberikan 7. Kolaborasi - Hepari / pemberian Natrium agen mungkin diberikan secara profilaksis pada klien yang berisiko tinggi seperti ventrikel atau riwayat tromboplebitis. Coumadin merupakan antikoagulan jangka panjang. Menurunkan/menetralkan asam Warfarin fibrilasi atrial, kegemukan, anerisma terapeutik yang diperlukan: (Couma-din) pemeriksaan organ. laboratorium (gas darah, BUN,

lambung, mencegah ketidaknyamanan - Simetidin (Tagamet), Ranitidin akibat iritasi gaster khususnya karena (Zantac), Antasida. adanya penurunan sirkulasi mukosa.

16

Pada - Trombolitik Streptokinase)

infark

luas

atau

IM

baru,

trombolitik merupakan pilihan utama (t-PA, (dalam 6 jam pertama serangan IMA) untuk memecahkan bekuan dan memperbaiki perfusi miokard.

6. Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan perubahan status kesehatan yang akan datang. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Kaji tingkat RASIONAL

pengetahuan Proses pembelajaran sangat dipengaruhi terdekat dan oleh kesiapan fisik dan mental klien.

klien/orang

kemampuan/kesiapan belajar klien. 2. Berikan informasi dalam berbagai Meningkatkan variasi proses pembelajaran. (Tanya pembelajaran. jawab, leaflet instruksi ringkas, aktivitas kelompok) 3. Berikan penekanan penjelasan Memberikan informasi terlalu luas tidak penyerapan materi

tentang faktor risiko, pembatasan lebih bermanfaat daripada penjelasan diet/aktivitas, obat dan gejala yang ringkas dengan penekanan pada hal-hal memerlukan perhatian cepat/darurat. penting yang signifikan bagi kesehatan klien. 4. Peringatkan aktivitas Valsava atas kepala. 5. Jelaskan program untuk isometrik, dan aktivitas menghindari manuver Aktivitas ini sangat meningkatkan serta dapat yang beban kerja miokard dan meningkatkan oksigen merugikan kontraktilitas yang dapat peningkatan memicu serangan ulang.

memerlukan tangan diposisikan di kebutuhan

17

aktivitas bertahap (Contoh: duduk, Meningkatkan aktivitas secara bertahap berdiri, jalan, kerja ringan, kerja meningkatkan kekuatan dan mencegah sedang) aktivitas yang berlebihan. Di samping itu juga dapat meningkatkan sirkulasi kolateral dan memungkinkan kembalinya pola hidup normal.

18

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.

19

V. TINJAUAN KASUS 1.Pengkajian 1. Biodata a Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Suku / Bangsa Agama Pekerjaan Pendidikan Alamat : Ny. W : 46 tahun : Perempuan : Jawa / Indonesia : Islam : Dagang : Tamat SLTP : Ds Kemuning, Kecamatan Peureulak Aceh Timur 2. 3. Keluhan Utama Nyeri pada daerah dada Riwayat Kesehatan a.Riwayat kesehatan sekarang Pasien datang ke rumah sakit keluhan mulai dan nyeri pada dada kiri yang menyebar ke bahu, leher, rahang dan lengan bagian dalam hingga pergelangan tangan. Nyeri bertambah bila pasien banyak bergerak. b.Riwayat kesehatan yang lalu Pasien pernah di rawat dengan keluhan yang sama. b Riwayat kesehatan keluarga Di dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit jantung seperti yang di alami, oleh klien. 4. Keadaan Umum a.Tingkat kecemasan b.Tanda-tanda vital Tekanan darah Suhu Nadi Respirasi : 160/70 mmHg : 36,6 oC : 80 x/ menit : 20 x / menit : Compos mentis

20

c.Penampilan umum 5. Pemeriksaan a.Kulit b.Kuku Keadaan kuku Warna c.Kepala Bentuk kepala Kelainan Keadaan rambut Kulit kepala d.Mata Sklera Konjungtiva Reflek cahaya Pupil pupil

: Pasien lemah

Warna kulit Tekstur kulit : Bersih : Putih : Simetris

: Sawo matang : sianosis (pucat)

: Tidak ada kelainan : Bersih : Bersih : Anikterik : Pucat : Normal, ditandai pada saat dilakukan reflek Cahaya mata pasien langsung berkedip : Normal, ditandai ketika ada cahaya mengcil

Kelainan e.Hidung

: Tidak ada

Fungsi penciuman : Normal, ditandai bisa mencium bau minyak Kayu putih Bentuk Serumen Kelainan f. Telinga Fungsi pendengaran pertanyaan Perawat Bentuk : Simetris : Normal, ditandai bisa mendengar : Simetris : Sedikit : Tidak ada

21

Keadaan g.Mulut

: Bersih : Normal, ditandai bisa membedakan rasa dan manis

Fungsi pengecapan asin Kebersihan gigi Kelainan bibir h.Dada dan paru-paru Bentuk Frekuensi napas i. Abdomen Nyeri tekanan j. Genitalia Keadaan rectum k.Kekuatan otot Reflek bisep dengan : Kotor

: Tidak ada : Simetris : tidak teratur, berkisar antara 20-30 x / menit : Ada nyeri tekan pada bagian dada : Bersih : Normal, ditandai pada saat diperiksa reflek hammer ada pergerakan

Reflek trisep dengan

: Normal, ditandai pada saat diperiksa reflek hammer terjadi pergerakan

Reflek patella

: Normal, ditandai pada saat diperiksa dengan reflek hammer terjadi pergerakan

Reflek babyn sky : Normal, ditandai adanya gerakan pada telapak kaki saat dilakukan pemeriksaan 6. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual a.Aspek Psikologis Keadaan emosi pasien tidak stabil, pasien menolak berada dirumah sakit. b.Aspek Sosial Pasien tidak bersosialisasi baik dengan lingkungan dan keluarga terbukti dari saudara yang membesuk pasien, pasien menolak untuk

22

dikunjungi dan tidak mau bekerja sama dengan tim medis atau pun tim kesehatan lainnya. c.Aspek Spritual Pasien seorang muslim, pasien melakukan shalat 5 (lima) waktu, tetapi semenjak pasien dirawat di rumah sakit, pasien tidak melaksanakan shalat. Pihak keluarga juga menyakinkan bahwa penyakit pasien adalah cobaan dari Allah SWT. Penyakitnya juga akan sembuh dengan diiringi doa.

23

2. Analisa Data No. 1. DS: Data Pasien mengeluh nyeri pada dada kiri yang menyebar ke bahu, leher, rahang dan lengan bagian dalam hingga pergelangan tangan DO: postur tubuh. enangis, meregang, menggeliat. enarik 160/70 mmHg o

Etiologi Iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner

Masalah Gangguan rasa nyaman nyeri

ajah meringis, perubahan M merintih, M diri, kehilangan TD Suhu : 36,6 C Nadi : Respir Ancaman perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi; ancaman kematian. DO: enyangkal gejala penting. T akut mati, perasaan ajal M / Kecemasan / ansietas 80 x/ menit 2. DS: asi : 20 x / menit Pasien tidak mau minum obat dan merasa bahwa dirinya tidak dalam keadaan sakit. :

kontak mata

24

sudah dekat arah dan keuangan pada penyakit Kuatir M / perawatan yang tak perlu tentang keluarga, pekerjaan

25

3. Rencana Keperawatan
No. 1. Diagnosa Keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner. DS: Pasien mengeluh nyeri pada dada kiri yang menyebar ke bahu, leher, rahang dan lengan bagian dalam hingga pergelangan tangan Do : Wajah meringis, perubahan postur tubuh. Menangis, merintih, meregang, menggeliat. Menarik diri, kehilangan kontak mata TD : 160/70 mmHg Tujuan Hilangnya rasa nyeri dengan criteria : Nyeri hilang Pasien tidak meringis menahan sakit lagi Perencanaan Intervensi Pantau nyeri (karakteristik, lokasi, intensitas, durasi), catat setiap respon verbal/non verbal, perubahan hemo-dinamik Berikan lingkungan yang tenang dan tunjukkan perhatian yang tulus kepada klien. Bantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: Antiangina seperti nitogliserin (Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur) Beta-Bloker seperti atenolol (Tenormin), pindolol (Visken), propanolol (Inderal) Analgetik seperti morfin, meperidin (Demerol Rasional Nyeri adalah pengalaman subyektif yang tampil dalam variasi respon verbal non verbal yang juga bersifat individual sehingga perlu digambarkan secara rinci untuk menetukan intervensi yang tepat. Menurunkan rangsang eksternal yang dapat memperburuk keadaan nyeri yang terjadi. Membantu menurunkan persepsi-respon nyeri dengan memanipulasi adaptasi fisiologis tubuh terhadap nyeri. Nitrat mengontrol nyeri melalui efek vasodilatasi koroner yang meningkatkan sirkulasi koroner dan perfusi miokard. Agen yang dapat mengontrol nyeri melalui efek hambatan rangsang simpatis.(Kontraindikasi: kontraksi miokard yang buruk) Morfin atau narkotik lain dapat dipakai untuk menurunkan nyeri hebat pada fase akut atau nyeri berulang yang tak dapat dihilangkan dengan nitrogliserin. Bekerja melalui efek vasodilatasi yang dapat meningkatkan sirkulasi koroner dan kolateral, menurunkan preload dan kebu-

Suhu : 36,6 oC Nadi : 80 x/ menit

Penyekat saluran kalsium seperti verapamil (Calan), diltiazem (Prokardia).

26

Respirasi : 20 x / menit

tuhan oksigen miokard. Beberapa di antaranya bekerja sebagai antiaritmia.

2.

Kecemasan berhubungan dengan ancaman/perubahan kesehatanstatus sosio-ekonomi; ancaman kematian. DS: Pasien tidak mau minum obat dan merasa bahwa dirinya tidak dalam keadaan sakit. DO: Menyangkal gejala penting. Takut mati, perasaan ajal sudah dekat Marah pada penyakit / perawatan yang tak perlu Kuatir tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan

Kecemasan hilang dengan criteria pasien mau meminum obat dengan rutin tidak lagi menolak untuk dirawat

Pantau respon verbal dan non verbal yang menunjukkan kecemasan klien. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan marah, cemas/takut terhadap situasi krisis yang dialaminya. Orientasik an klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan. Kolaboras i pemberian agen terapeutik anti cemas/sedativa sesuai indikasi (Diazepam/Valium, Flurazepam/Dalmane, Lorazepam/Ativan).

Klien mungkin tidak menunjukkan keluhan secara langsung tetapi kecemasan dapat dinilai dari perilaku verbal dan non verbal yang dapat menunjukkan adanya kegelisahan, kemarahan, penolakan dan sebagainya. Respon klien terhadap situasi IMA bervariasi, dapat berupa cemas/takut terhadap ancaman kematian, cemas terhadap ancaman kehilangan pekerjaan, perubahan peran sosial dan sebagainya. Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi. Meningkatk an relaksasi dan menurunkan kecemasan

27

28

4. Implementasi Dan Evaluasi Implementasi Memantau nyeri (karakteristik, lokasi, intensitas, durasi), catat setiap respon verbal/non verbal, perubahan hemo-dinamik Memberikan lingkungan yang tenang dan tunjukkan perhatian yang tulus kepada klien. Membantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi) Mengolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: Antiangina seperti nitogliserin (Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur) Beta-Bloker seperti atenolol (Tenormin), pindolol (Visken), propanolol (Inderal) Analgetik seperti morfin, meperidin (Demerol) Penyekat saluran kalsium seperti verapamil (Calan), diltiazem (Prokardia). Memantau respon verbal dan non verbal yang menunjukkan kecemasan klien. Mendorong klien untuk mengekspresikan perasaan marah, cemas/takut terhadap situasi krisis yang dialaminya. Mengorientasi kan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan. Mengolaboras i pemberian agen terapeutik anti cemas/sedativa sesuai indikasi (Diazepam/Valium, Flurazepam/Dalmane, Lorazepam/Ativan). S: O: Evaluasi Pasien menyatakan nyeri berkurang Wajah tampak sedikit tenang TD : 150/70 MmHg Nadi : 80 x / menit Suhu : 35.6 0C Masalah sebagian teratasi Lanjutkan intervensi

A: P:

S: O: A: P:

Pasien mengatakan sudah pasrah dengan keadaan dirinya Kecemasan hilang, obat diminum dengan rutin. Masalah teratasi Interverensi dihentikan.

29

Anda mungkin juga menyukai