Anda di halaman 1dari 8

4/8/2012

Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin

PS ARSITEKTUR LANSKAP SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PERKEMBANGAN PERATURAN
Pada dasarnya peraturan dan kebijaksanaan tentang

BEBERAPA KASUS YANG BERHUBUNGAN DENGAN MASALAH LINGKUNGAN


Pada abad ke 17, adanya tuntutan oleh seorang pemilik tanah terhadap tetangganya yang membangun peternakan babi sedemikian rupa, sehingga baunya terbawa angin ke arah kebun si pemilik tanah di Inggris. Pada abad ke 18, ditemukan adanya peraturan dalam perundang-undangan di Inggris maupun di Amerika yang ditujukan bagi pengendalian timbulnya asap yang berlebihan.

pengelolaan lanskap secara implisit termasuk ke dalam peraturan-peraturan dan kebijaksanaan yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan. Hukum-hukum yang berkaitan dengan lingkungan sendiri merupakan bidang ilmu yang masih relatif muda. Bila dilihat dari perjalanan perkembangan hukum lingkungan tersebut, panjang atau pendeknya sejarah tentang peraturan perundang-undangan berbagai aspek lingkungan tergantung dari apa yang dipandang sebagai environmental concern. Code of Hamurabi; Aqueducts.

Pada abad ke 19, akibat adanya Revolusi Industri maka

pada saat itu banyak peraturan perundang-undangan dikeluarkaaaan memuat ketentuan-keten-tuan mengenai pengendalian asap serta gangguan-gangguan yang ditimbulkannya, serta pengendalian pencemaran air. Pada saat itu di Inggris ada gerakan sanitasi yang juga memuat ketentuan mengenai pembuangan tinja, sampah, hygiene perumahan, dll. Sampai dengan sebelum memasuki abad ke 20, hu-kum yang berkembang tidaklah ditujukan untuk me-lindungi lingkungan hidup secara menyeluruh, akan tetapi hanya untuk berbagai aspek yang menjangkau ruang lingkup yang sempit.

Peraturan perundang-undangan di bidang ling-kungan

hidup berkembang dan bersifat menyelu-ruh ke berbagai pelosok dunia khususnya setelah diadakannya Konperensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia (United Nation Conference on the Human Environment) di Stockholm pada 5-16 Juni 1972. Di Indonesia sendiri, dalam rangka persiapan menghadapi konperensi PBB tersebut maka pada tanggal 15-18 Mei 1972 di Bandung telah diselenggarakan Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup Manusia dan Pembangunan Hukum Nasional untuk menyusun Laporan Nasional.

4/8/2012

Pertemuan Ad Hoc Meeting of Senior

DASAR KONSTITUSIONAL BAGI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA


Pembukaan UUD 1945 alinea IV menegaskan kewajib-an

Go-vernment Officials Expert in Environmental Law di Montevideo, Uruguay, pada 28 Oktober 6 November 1981, menghasilkan bahwa hukum lingkungan merupakan alat yang penting untuk pengelolaan lingkungan secara layak dan untuk perbaikan kualitas kehidupan.

negara dan tugas pemerintah untuk melindungi se-genap sumberdaya dalam lingkungan hidup Indonesia untuk kebahagiaan seluruh rakyat Indonesia dan sege-nap umat manusia. Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 dengan jelas memberikan hak penguasaan kepada Negara atas seluruh sumberda-ya alam Indonesia dan memberikan kewajiban kepada negara untuk menggunakannya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

TAP MPR No. IV/MPR/1973 tentang GBHN, pada Bab III, huruf B, butir 10. Pada GBHN 1973, dalam Bab III tercantum ketentuan tentang lingkungan hidup sebagai komitmen bangsa Indonesia pada pe-laksanaan hasil Konperensi Stockholm. Ketentuan tersebut berlaku untuk program jangka panjang, sehingga tercantum kembali dalam GBHN-GBHN berikutnya. Keppres RI No. 11 tahun 1974 tentang Repelita II Bab 4 mengenai pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Keppres RI No. 27 tahun 1975 tentang Pemben-tukan Panitian Inventarisasi dan Evaluasi kekaya-an alam.

TAP MPR NO IV/1978 TENTANG GBHN DAN KEPPRES

RI NO. 7/1979. KEDUANYA MERUPAKAN PENYEMPURNAAN KEBIJAKSANAAN LINGKUNGAN. Disahkannya UU No. 4/1982 pada 11 Maret 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (UULH) sebagai penjabaran ketentuan dalam GBHN 1978 . Materi bidang lingkungan sangat luas meliputi ruang angkasa hingga perut bumi dan dasar laut yang terdiri dari mulai sumberdaya manusia, sumberdaya alam hayati dan non-hayati, serta sumberdaya buatan. UU No. 4/1982 ini disusun antara lain untuk mengendalikan permasalahan lingkungan yang semakin meningkat, misalnya bagaimana menindak kalangan produsen selaku perusak lingkungan yang potensial dan bagaimana melindungi kalangan konsumen masyarakat umum selaku penderita kerusakan lingkungan potensial.

TUJUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UU NO. 4/ TAHUN 1982)


tercapainya keselarasan hubungan manusia dan

Pada akhir tahun 1982 dikukuhkan regime negara nusantara melalui Konvensi Hukum Laut UU No. 5/tahun 1983 disyahkan yang mengatur tentang Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE, Exclusive Economic Zone) selebar 200 mil. UU No. 17/tahun 1985, tanggal 31 Desember 1985 Indonesia meratifikasi Konvensi Hukum Laut (United Nation Convention of the Law of the Sea = UNCLUS)

lingkungan hidup terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana terwujudnya manusia Indonesia sebagai pembina lingkungan hidup terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan terlindunginya negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan

4/8/2012

UU NO. 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG TATA RUANG


Pasal 1 angka 3: Penataan ruang adalah proses peren-

Pasal 22: RTRW DATI II merupakan penjabaran RTRW

canaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengen-dalian pemanfaatan ruang. Pasal 20: Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Na-sional merupakan strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah negara. Pasal 21: RTRW Propinsi/DATI I merupakan penja-baran strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang wilayah nasional ke dalam strategi dan struktur pemanfaatan ruang wilayah propinsi/DATI I

Propinsi ke dalam strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah DATI II. (penatagunaan tanah adalah salah satu isi RTRW DATI II). Di bidang penataan ruang, kelembagaan di tingkat pusat ditandai dengan ditetapkannya Badan Kordinasi Tata Ruang Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1993 tentang Kordinasi Pengelolaan tata Ruang Nasional. Kelembagaan di tingkat daerah berupa Tim Kordinasi pengelolaan Tata Ruang Daerah Tingkat I dan Tingkat II, yang dibentuk berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 19 tahun 1996.

Konperensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangun-an

(United Nation Conference on Environment and Development) atau KTT Bumi telah diselenggarakan di Rio de Janeiro pada 3-14 Juni 1992, dan menghasilkan Deklarasi Rio serta Kesepakatan tentang Prinsip Kehu-tanan, agenda 21, Konvensi Perubahan Iklim, Konvensi Keanekaragaman Hayati. Dalam GBHN 1993 temaktub esensi hasil Konperensi Rio yang berisikan tentang pembangunan berkelan-jutan yang berwawasan lingkungan dan pelestarian fungsi lingkungan. Dengan demikian bangsa Indonesia telah memberikan komitmentnya kepada pelaksanaan prinsipprinsip yang disepakati di Rio.

Pencanangan Dasakarsa (Sepuluh Upaya) Pegelolaan Lingkungan Hidup yang memuat strategi rumusan kebijaksanaan secara umum tentang pengelolaan lingkungan hidup pada tahun pertama Pelita VI (1994/1995)
Melestarikan tatanan lingkungan Mengindahkan daya dukung lingkungan Menaikan mutu lingkungan Menggerakan perlindungan dan pemanfa-atan

keanekaragaman flora dan fauna

Mengkordinasikan keterpaduan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, dan sumberdaya buatan dalam pe-ngelolaan lingkungan. Mengupayakan pemanfaatan ruang wilayah secara opti-mal Menormalisasikan fungsi lingkungan dengan mengu-rangi risiko perusakan dan pencemaran lingkungan Menggairahkan peran serta masyarakat Mengantisipasi dan mengandalkan sistem informasi lingkungan dan ekonomi lingkungan Memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pengelolaan lingkungan serta penegakan hukum pe-ngelolaan lingkungan.

UULH tidak dapat dilaksanakan dengan baik dikarenakan


Masyarkat kurang memahami hak dan kewajibannya karena sosialisasi peraturan lingkungan hidup kurang memadai. Aparat penegak hukum (pejabat yang berwenang memberi izin, polisi, jaksa, hakim dan pengacara/ konsultan hukum kurang dapat mengikuti perkem-bangan peraturan di bidang lingkungan hidup. Adanya kekurangan dalam UULH itu sendiri

4/8/2012

Pada 19 September 1997 disyahkan UU No. 23/

tahun 1997 tentang Pengelolaan Ling-kungan Hidup (UUPLH) sebagai pengganti UULH dan juga untuk mengakomodasikan berbagai prinsip yang telah disepakati da-lam Konperensi Rio.

PERMASALAHAN LANSKAP/ LINGKUNGAN


Kerusakan hutan ~ musnahnya keanekaragaman hayati ~

erosi di hulu/sedimentasi di hilir ~ longsor ~ banjir bandang


Penambangan ~ bared landscape, pasca tambang menjadi

ugly landscape, pencemaran logam berat


Perubahan tata-guna lahan dan penutupan lahan di perkotaan

~ berkurangnya RTH kota ~ berkurangnya daerah tangkapan air ~ rob pada kota pantai banjir Buruknya manajemen transportasi ~ peningktan populasi kendaran bermotor ~ emisi di atas ambang batas ~ polusi udara Buruknya kesadaran masyarakat dalam kebersihan ~ sampah bertimbun ~ pencemaran padat dan cair ~ banjir

PENGHAYATAN TERHADAP HUBUNGAN MANUSIA & LINGKUNGAN


(4 BASIC LAW OF ECOLOGY : BARRY COMMONER)

PENGERTIAN
Lanskap/bentang alam & lingkungan

Everything is connected to everything else Everything must go somewhere (no waste) Nature knows best (recycling with natural processes) There is no such thing as a free lunch (cost)

Sumberdaya alam & lingkungan Etika, kebijakan, kebijaksanaan Sustainable/Keberlanjutan, Green/Hijau

MENGAPA PERLU DIKETAHUI & DIPELAJARI


EKOLOGIS EKONOMIS KULTURAL

LAHAN MERUPAKAN SUATU SUMBERDAYA YANG BERNILAI EKONOMI TINGGI & YANG SELALU DIPEREBUTKAN
PENGGUNAAN YANG BERLEBIHAN PENGGUNAAN YANG SUB-OPTIMAL PENGGUNAAN YANG SALAH

ETIKA KEBIJAK AN

LANSKAP/ BENTANG ALAM/LINGK UNGAN

LANSKAP YG BERKELANJUTAN

CONFLICT OF INTEREST

SALAH SATU CARA PENGENDALIAN :


MELALUI ETIKA/PERATURAN/PERUNDANGAN

4/8/2012

ETIKA PERLU DIKETAHUI & DIPELAJARI


Model pemanfaatan bentang alam produktif dan aman Model pemanfaatan bentang alam yang indah, nyaman Model pemanfaatan bentang alam yang lestari (berkelanjutan)
Aturan, kebiasaan yang berlaku pada wilayah tertentu (yang berlaku secara Universal disebut NORMA) Berhubungan dengan:
Pengetahuan Lokal ~ Kearifan Lokal Nilai-nilai: baik atau buruk Hak/Kewajiban: Incentive/Disincentive

PERATURAN: Apa yang sebaiknya dilakukan & dihindari untuk mewujudkan atau melestarikan suatu bentang alam/lanskap atau tatanan lanskap yg indah PERILAKU & TATA LAKU PERENCANA/PERANCANGPENGELOLA

PENGETAHUAN LOKAL (LOCAL KNOWLEDGE) - KEARIFAN LOKAL (LOCAL WISDOM)


Hampir seluruh etnik/suku di Indonesia memiliki pengetahuan & kebijakan dalam menggunakan & melestarikan sumberdaya alam & lingkungannya

Sumber: Arifin, Nurhayati, Suryadarma (2002) KEARIFAN LOKAL DALAM TATA RUANG DI BALI

APA, SIAPA, KAPAN, DI MANA, BAGAIMANA


DALAM PENGERTIAN ARSITEKTUR LANSKAP: TATA RUANG/ZONASI, TATA LETAK, AKTIFITAS

KEBIJAKAN PEMANFAATAN & PENATAAN LANSKAP


EKOLOGIS-EKOSISTEM: Tanah, Air, Udara EKONOMIS: Terkait dengan Efisiensi dan Pertumbuhan KULTURAL: Budaya, perilaku, kebiasaan, agama

GREEN POLICY
Kebijakan yang ramah lingkungan Pembangunan berwawasan lingkungan

LANSKAP LOKAL, LANSKAP VERNAKULAR LANSKAP ALAMI, LANGKA, UNIK TAMAN & LANSKAP IDENTITAS

Pembangunan yang memperhatikan, mengerti dan menghayati alam & lanskap serta komponen pembentuknya:
Perilaku & Karakter Kepekaan Keindahan

PERATURAN/UU

ETIKA
Perilaku: Hemat Lahan Bahan - Energi

4/8/2012

UU/PERATURAN TERKAIT BENTANG ALAM


NASIONAL: UU No. 11/2010: PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA UU No. 26/2007: PENATAAN RUANG UU No. 7/2004: PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR UU No. 23/1997: PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UU No. 5/1990: PENGELOLAAN SD HAYATI & EKOSISTEM KEPPRES, SK-SK, PERDA, DLL AMDAL REDD Bali World Summit (2007) Carbon Stock & Trading KYOTO PROTOCOL (1997) Zero Emission SUSTAINABLE DEVELOPMENT (1987) Brundtland Commission - World Commission on Environment & Development

UU No. 11/2010: PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA


TUJUAN PELESTARIAN CB a. melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia; b. meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui Cagar Budaya; c. memperkuat kepribadian bangsa; d. meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan e. mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat internasional

UU No. 26/2007: PENATAAN RUANG


UU No. 26 Tahun 2007 RTRWN RTRWP RTRW Kab./RTRW Kota

PENGUATAN ASPEK PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM RENCANA TATA RUANG


Pasal 17 ayat (5) UUPR memuat: dalam rangka pelestarian lingkungan dalam rencana tata ruang wilayah ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas daerah aliran sungai

Bagaimana menyikapi bentuk RTH

UU NO. 7/2004: SUMBER DAYA AIR


Hak guna air terdiri atas hak guna pakai air dan hak guna usaha air. Hak guna air: hak untuk memperoleh dan memakai air untuk berbagai keperluan yang tidak dapat disewakan Hak guna pakai air: hak untuk memperoleh dan mengusahakan air. Hak guna usaha air diperoleh tanpa izin untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan bagi pertanian rakyat (irigasi)

Hak guna usaha air: hak untuk memperoleh dan mengusahakan air. Hak guna usaha air dapat diberikan kepada perseorangan atau badan usaha dengan izin dari pemerintah sesuai dengan kewenangannya. Pemegang hak guna usaha air dapat mengalirkan air di atas tanah orang lain berdasarkan persetujuan dari pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Pengelolaan sumber daya air: berdasarkan wilayah sungai dengan keterpaduan air tanah dan air permukaan. Penyusunan pola pengelolaan sumber daya air melibatkan peran masyarakat dan dunia usaha

4/8/2012

UU No. 23/1997: PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


Pada 19 September 1997 disyahkan UU

UULH TIDAK DAPAT DILAKSANAKAN DENGAN BAIK DIKARENAKAN


Masyarkat kurang memahami hak dan kewajibannya karena sosialisasi peraturan lingkungan hidup kurang memadai. Aparat penegak hukum (pejabat yang berwenang memberi izin, polisi, jaksa, hakim dan pengacara/konsultan hukum kurang dapat mengikuti perkembangan peraturan di bidang lingkungan hidup. Adanya kekurangan dalam UULH itu sendiri

No. 23/ tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) sebagai pengganti UULH dan juga untuk mengakomodasikan berbagai prinsip yang telah disepakati dalam Konferensi di Rio de Jainero.

HAK & KEWAJIBAN


Memelihara lanskap/bentang alam supaya tetap fungsional, baik untuk alam itu sendiri maupun untuk manusia yg menggunakannya Mengendalikan penggunaan/pemanfaatan

SISTEM INSENTIF DAN DISINSENTIF


Sistem insentif ~ penghargaan ~ reward,

MENGHINDARI KERUGIAN : FINANSIAL MATERIAL EMOSIONAL

dengan tujuan untuk menjaga dan meningkatkankan kualitas lanskap/lingkungan (Contoh: Adipura, Kalpataru, Pembebasan Pajak alat-alat pengendali lingkungan) Sistem disinsentif ~ hukuman ~ punishment, bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi kerusakan dan penurunan nilai lanskap serta pencemaran lingkungan (Contoh: Denda bagi pencemar, hukuman penjara bagi pelanggar aturan)

Penghargaan piala Adipura untuk kota-kota yang dinilai bersih dan tertib, Penghargaan Kalpataru bagi individu atau masyarakat yang menaruh perhatian tinggi terhadap pelestarian lingkungan, Penghargaan bagi pemenang lomba taman tingkat nasio-nal (taman rumah, taman kantor, taman sekolah, taman hotel dan taman rumah sakit) Pengurangan pajak impor bagi alat-alat yang digunakan untuk mengatasi pencemaran atau mencegah pencemaran; bantuan kredit lunak bagi pengusaha yang membeli alat/ instalasi pencegah pencemaran.

Di lain pihak bentuk disinsentif, yaitu adanya pungutan pencemaran (pollution charges) bagi individu atau masya-rakat produsen yang karena kegiatannya menyebabkan penurunan kualitas lanskap serta kerusakan lingkungan hidup. Secara umum pada tingkat kegiatan sehari-hari sebenar-nya disinsentif dalam bentuk denda uang atau hukuman kurungan penjara bisa dikenakan bagi masyarakat yang membuang sampah sembarangan, melakukan vandalisme dan lain sebagainya.

4/8/2012

TINDAKAN BAIK
ECOLOGICAL PLANNING/DESIGN - MANAGEMENT KONSEP HIJAU DAN BERKELANJUTAN HEMAT LAHAN, HEMAT BAHAN, HEMAT ENERGI

BATAS

Konservasi lanskap Penataan tanpa kerusakan (biofisik, sosial, visual) Penataan yang sinergis-harmonis (tata kota, tata guna

lahan, desa-suburban-kota)
Pemanfaatan renewable resources: matahari, angin, air

Anda mungkin juga menyukai