Anda di halaman 1dari 9

A. Judul : Pengaruh Osilasi Pegas Sebagai Gaya Redam Pada Gerak Osilasi Dua Bandul Identik B.

Latar belakang :

C. Rumusan masalah : 1. Bagaimanakah bentuk persamaan gerak dua bandul identik yang disusun secara parallel dengan pegas melalui analisis lagrangian ? 2. Bagaimanakah bentuk persamaan energy potensial total system dua bandul identik yang disusun secara parallel dengan pegas melalui pendekatan tensor ? 3. Bagaimanakah pengaruh periode osilasi pegas sebagai besar gaya redam pada periode osilasi dua bandul identik ? D. Tujuan : 1. Menerapkan analisis lagrangian pada persamaan gerak dua bandul identik yang disusun secara parallel dengan pegas 2. Menerapkan analisis pendekatan tensor unruk mencari bentuk persamaan energy potensial total system dua bandul identik yang disusun secara parallel dengan pegas 3. Dengan melakukan ekperimen dapat mengetahui pengaruh periode osilasi pegas sebagai besar gaya redam pada periode osilasi dua bandul identik? E. Kajian teori a. Formulasi tensor untuk teori osilasi sederhana Permasalahan untuk osilasi sederhana telah didiskusikan dengan berbagai macam solusi, untuk kali ini kita akan mendiskusikan kembali tentang gerak osilasi sederhana yaitu dengan menerapkan analisis tensor serta menjelaskan gerakan pada benda tegar. Persamaan lagrangian untuk kesetimbangan osilasi sederhana dengan normal koordinat diberikan sebagi berikut :

)
adalah

(Ea.1)

Dimana L=T-V. Maka persamaan dari kecepatan untuk koordinat

Solusi persamaan jika karakteristik kecepatan sudut sebagai berikut:

(Ea.2)

(Ea.3)

Jika

negatif (

, ini berarti

akan menjadi complex dan ini berarti tetap constant, ini berarti tidak ada )

bukan osilasi sederhana. Jika

, koordinat

osilasi hanya ada komponen translasi atau rotasi di seluruh system. Hanya ( aka nada osilasi yang stabil.

Untuk system dengan 3n dimensi, persamaan lagrangian diberikan sebagai berikut :

Dimana

[ ( )| ( ) (

(Ea.4)

(Ea.5)

(Ea.6)

Dan kuantitas elemen

dari sistematis matrix T diberikan :

(Ea.7)

Sementara, persamaan (Ea.4) bisa ditulis menjadi :

(
Dimana kolom vector A adalah

(Ea.8)

]
), ini koresponden terhadap vector

(Ea.9) . Oleh Karena

Untuk setiap frekuensi (

itu, sama seperti sebelumnya untuk solusi umumnya akan menjadi solusi kombinasi linear dari setiap masing-masing persamaan. Langkah selanjutnya untuk menentukan koordinat normal di setiap frekuensi yaitu sama dengan menentukan koordinasi normalnya. Pada persamaan ini kita dapat

mengkaitkan antara dua bentuk energy yaitu energy potensial (V) dan energy kinetic (T) ke dalam bilangan koordinat baru yaitu yang mana keduanya berbentuk elemen diagonal yang jumlahnya atau resultan keduanya sama dengan nol. Eksistansinya dari koordinat transformasinya akan menyebabkan secara bersamaan diagonal dari energy potensial (V) dan energy kinetic (T) menjadi mungkin dan hanya matrix dari V dan T yang simetris dengan elemen sesungguhnya, dan besanya V serta T dinyatakan dan ditentukan lebih besar dari nol (>0). Seperti sebuah proses dari pendiagonalan yang diubah dari persamaan (Ea.8) menjadi

( Untuk solusi umum untuk osilasi diberikan

(Ea.10)

(Ea.11) Dimana,

Sehingga kita dapat mengubah persamaan (Ea.11) menjadi

( Diman

(Ea.12)

merupakan koefisien dari penetapan frekuensi

Persamaan (Ea.12) bisa ditentukan dengan mengikuti prosedur. Pertama, merumuskan frekuensi normal dari karakteristik persamaan sebagi berikut : | [ | ke dalam persmaan
(Ea.14) (Ea.13)

Kedua, dengan meletakkan kembali

] dan menghitung n yang ditentukan dari solusi

Dengan

, satu

dari setiap m (salah satu dari faktor

harus ditunjuk sebuah nilai

besaran; sebaliknya, hanya rasio dari koefisen akan dihitung). Ketiga, system. (
(Ea.15)

dan

dapat dihitung menggunakan condisi awal dari

(
mengkondisikan (Ea.16) menjadi

(Ea.16)

Di setiap kasus khuhus, jika derajat angka sangat besar maka kita harus

; kemudian di persamaan (Ea.13) (Ea.15) dan


(Ea.17)

(
b. Analisis persamaan untuk system pada eksperimen Jika percobaan dilihat dari dua system, maka

1
l

2 h2

1
l

2
l

h1

h1 O1 X2 X1

h2

O1 X1

O2

O2 X2

Gambar E.1 (a)

Gambar E.2 (b)

Gambar, a. gerak dua badul sederhana, b. gerak dua bandul akibat osilasi pegas

Total energy potensial (V) sitem diberikan sebagai berikut : (gambar E.1 dan gambar E.2)

(
Untuk osilasi sederhana, maka ketinggiannya menjadi

(Eb.1)

(
Sehingga persamaan (Eb.1) menjadi

(Eb.2)

(Eb.3)

Untuk osilasi sederhana, sehingga pendekatannya menjadi

( )
Sehingga persamaan total energy potensial (Eb.1) menjadi

(Eb.4)

( ( ) ( )

(Eb.5)
(Eb.6)

Analisis tensor untuk energy potensial

| | | | | |

* (

| |
+

( ( | ( (
) +

)
(Eb.7)

* (

) )
(Eb.8)

* (

* (

) | |

* (

(Eb.9)

* (

Energy kinetic system diberikan sebagi berikut : (


( (Eb.10)

Lagrangian untuk analisis persamaan pada system ini adalah ( (Eb.10)

Dengan mensubtitusikan persamaan (Eb.7) ke dalam persamaan (Eb.10), menjadi

Dan ( ) (Eb.12) ( ) (Eb.11)

Sehingga untuk mencari karakteristik frekuensi yang normal untuk system ini, maka kita menggunakan persamamaan (Ea.5) dengan untuk koordinasi normal

(
| |

)
(Eb.13)

( (

) ) ( )

Sehingga persamaan (Eb.13) terbagi menjadi dua komponen akar kuadrat dengan

|
Persamaan secular ini dapat ditulis

(Eb.14)

( ( )( )
(Eb.15)

Sehingga kecepatan sudut, frekuensi dan periode untuk pendulum sederhana (gambar E.1)

( )

( )

(Eb.16)

Menentukan karakteristik normal untuk frekuensi pada system pemberian pegas (gambar E.2)

( ( )

Persamaan solusi umum untuk dua bandul dengan gaya teredam

(Eb.17)

Jika A=B, maka

; A=-B, maka

F. Metode percobaan a. Rancangan percobaan

3 2 Gambar Fa.1 Sebelum diberi simpangan

Gambar Fa.2 Setelah diberi simpangan <10o

Nomor keterangan pada gambar sesuai dengan nomor pada alat dan bahan b. Alat dan bahan 1. Tali 2. Pegas 3. Massa bandul 1 4. Massa bandul 2 c. Identifikasi variable Variable manipulasi : sudut simpangan pada dua bandul yang identik Definisi operasional : diberikan sudut simpangan pada dua bandul yang besarnya sama pada masing-masing bandul dan besar sudutnya <10o Variable control : panjang benang, massa dua bandul, konstanta pegas Definisi operasional : panjang benang, konstanta pegas dan massa masingmasing bandul harus sama dan dibuat tetap selama eksperimen berlangsung dengan memanipulasi satu perlakuan Variable respon : periode bandul Definisi operasional : menghitung periode dua bandul untuk 10 kali getaran setelah diberi simpangan d. Langkah percobaan

1. Menimbang massa dari kedua bandul, serta menetapkan besar m1 dan m2 yang keduanya sama besar 2. Memberikan massa pada pegas untuk mengetahui besar perpanjangan pegas dan untuk mengetahui besar konstanta pegas 3. Setelah menimbang massa bandul dan menetapkan konstanta pegas, kemudian memasang pegas di tengah-tengah m1 dan m2 seperti pada gambar rancangan percobaan (gambar F.a) 4. Kemudian menggantungkan system ke neraca pegas untuk mengetahui perubahan massa akibat penambahan pegas 5. Menggantungkan system pada dua tali sehingga berbentuk system dua bandul identik 6. Memberikan simpangan pada bandul sejauh <10o, kemudian mengukur besar jarak x1 dan x2, serta waktu yang ditempuh untuk 10 kali getaran 7. Mengulangi langkah untuk besar <10o yang lain

G. Daftar pustaka Atam, P Arya.1997.introduction to classical mechanics 2 edition.

Anda mungkin juga menyukai