Anda di halaman 1dari 2

Menlu RI: Pencabutan Sanksi Penting, agar Myanmar Rasakan Buah Demokrasi

Rabu, 04 April 2012 Pencabutan sanksi terhadap Myanmar dinilai sangat penting agar proses demoktratisasi di negara tersebut membuahkan dividen demokratik. Masyarakat Myanmar akan langsung dapat merasakan bahwa jalan demokrasi yang dipilih menghasilkan tanggapan positif dunia internasional melalui pencabutan sanksi itu. Menlu Marty M. Natalegawa menyatakan hal tersebut terkait dengan penyelenggaraan pemilu di Myanmar. Di depan media Indonesia dalam Konferensi Pers di Phnom Penh, Kamboja kemarin (3/4), Marty menuturkan bahwa seruan pencabutan sanksi itu sudah diutarakan bertahun-tahun. Sekarang bagaimana kita bergerak dari semata seruan menjadi sesuatu langkah yang konkrit, yang nyata, tegasnya. Dijelaskan, para Menlu negara-negara ASEAN, yang sedang mengikuti KTT ASEAN ke-20 di Phnom Penh, Kamboja, 2-4 April 2012 memberikan sambutan positif pada penyelenggaraan Pemilu sela yang berlangsung aman dan demokratis di negara Myanmar. Menurut para Menlu ASEAN, dengan perkembangan tahapan demokratisasi yang sangat pesat itu, Myanmar pantas mendapat apresiasi dalam bentuk pencabutan sanksi masyarakat internasional, khususnya dari Eropa dan Amerika Serikat. Marty memaparkan bahwa sepanjang tahun lalu, Indonesia selaku Ketua ASEAN bekerja keras untuk menciptakan kondisi yang kondusif agar proses demokratisasi di Myanmar benar-benar menjadi sesuatu yang tidak bisa dimundurkan kembali. Melalui berbagai upaya kita melihat perubahan dinamika mengenai masalah Myanmar ini, sudah bisa dikatakan semakin berkurang, yang dulu selalu menjadi beban dalam setiap penyelenggaraan KTT ASEAN karena selalu menjadi sorotan internasional secara negatif," demikian diungkapkannya. Ia juga menyampaikan betapa sangat mendasarnya perubahan yang terjadi di Myanmar selama satu tahun terakhir ini. Kurang lebih satu tahun yang lalu masih banyak pertanyaan di benak kita masing-masing, dan juga bahkan di kalangan masyarakat internasional mengenai apakah perubahan yang dijanjikan di Myanmar, yang sebelumnya dipegang oleh rejim junta militer, benar-benar sifatnya mendasar, dan bisa diberikan kredibilitas. Kini Myanmar sangat berbeda suasananya. Sekarang perkembangan positip di Myanmar disambut baik oleh masyarakat internasional, imbuh Marty. Oleh karena itu, lanjutnya, Indonesia selain memandang perlunya langkah konkrit untuk bergerak menjadikan seruan pencabutan sanksi di Myanmar menjadi konkrit, juga mendesak

negara-negara ASEAN secara bersama-sama melakukan upaya bersama untuk mendorong agar hal tersebut terjadi. Menurut Marty, momentum langkah konkrit pencabutan sanksi sangat tepat waktu karena pada 26-27 April mendatang, akan diselenggarakan pertemuan para Menlu ASEAN dan Menlu Uni Eropa di Brunei Darussalam. "Jadi, pertemuan ini kita secara lebih gamblang dan lugas meminta agar Uni Eropa segera mencabut sanksi terhadap Myanmar," ujar Marty. (sumber: KBRI Phnom

Anda mungkin juga menyukai