Anda di halaman 1dari 36

PEMBUDIDAYAAN TANAMAN SECARA HIDROPONIK GUNA PEMANFAATAN LAHAN SEMPIT

KARYA TULIS Disusun Untuk Memenuhi Tugas Semester I Kelas XI SMA Negeri 1 Subah Tahun Ajaran 2010/2011

Disusun oleh : Nama NIS Kelas Program : : : : Musyarofah 5927.09 XI (sebelas) Ilmu Pengetahuan Alam

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 1 SUBAH TAHUN AJARAN 2010/2011

HALAMAN PERSETUJUAN Karya tulis ini telah disetujui oleh pembimbing karya tulis SMA Negeri Subah Tahun Ajaran 2010/2011.

hari tanggal

: :

Pembimbing

Marsudiningsih, S.Pd NIP: 195501091982032004

MOTTO

Tetap optimis, selagi kita hidup tidak ada yang tidak mungkin. Selalu ada cara yang lebih mudah untuk melakukan sesuatu. Kesalahan merupakan titik awal dari kebenaran. Hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Suatu usaha yang kamu mulai, janganlah kamu hentikan sebelum ada hasilnya. Lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali.

PERSEMBAHAN

Dengan segala perasaan yang tulus kupersembahkan karya tulis ini untuk: Ayah dan Ibu tercinta yang telah merawat, membesarkan, membimbing dan menyayangi dengan pebuh kasih sayang. Bapak dan Ibu Guru SMA Negeri 1 Subah yang telah berjasa dalam mendidik penulis. Teman-teman seperjuangan di Kelas XI (IPA dan IPS), khususnya Kelas XI IPA3 MONSTER, tak lupa juga Dhens-Ajeng, Mbae, Aniz, yang semakin gokil saja. Kakak-kakak Kelas XII dan adik-adik Kelas X. Para pembaca yang budiman.

ABSTRAK

Musyarofah. 2010. Pembudidayaan Tanaman Hidroponik Guna Pemanfaatan Lahan sempit.

Karya Tulis Program Ilmu-ilmu Alam

SMA Negeri 1 Subah

Pembimbing : Marsudiningsih, S.Pd Kata-kata Kunci : Budidaya tanaman dengan sistem hidroponik.

Istilah hydroponics (dari kata Yunani hydro (air) dan ponos (kerja)). Karena yang dimaksud memang pengerjaan tanah atau hydroculture, sebagai lawan dari geoponics (istilah Yunani bagi agriculture) yang sudah kita kenal sebagai pengerjaan tanah atau bercocok tanam. Pada tahun 1970-an, hidroponik yang semula dilakukan untuk menghasilkan sayur mayur di rumah kaca itu dicoba dalam pot penghias ruangan rumah. Berkat macam-macam alat penemuan baru, mulai dari pot berjendela dan kerikil sintetik, sampai kantong makanan dan tangki air. Itu semua memudahkan para penggemar untuk bertanam tanaman. Penyelenggaraan hidroponik pada dasarnya sama saja. Adapun hal yang harus diperhatikan yaitu menyediakan dan mengalirkan larutan mineral sebagai unsur makanan bagi tanaman, menjaga kepekatan larutan dan derajat keasamannya, menyemai bibit, dan mencegah hama dan penyakit.

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, hidayat, dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul Pembudidayaan Tanaman Secara Hidroponik Guna Pemanfaatan Lahan sempit ini dengan baik. Dalam penyusunan karya tulis ini penulis banyak memperoleh bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan hal ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Herry Soemiarto, selaku Kepala SMA Negeri 1 Subah. 2. Ibu Marsudiningsih, S.Pd, selaku pembimbing bahasa. 3. Bapak Warnoto, S.Pd, selaku wali kelas XI.IPA 3. 4. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan dorongan dan dukungan karena terselesaikannya karya tulis ini. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca agar dalam penyusunan karya tulis ini selanjutnya dapat lebih baik. Harapan penulis, mudah-mudahan karya tulis ini bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Subah,

November 2010

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. HALAMAN MOTTO ........................................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... ABSTRAK ........................................................................................................... KATA PENGANTAR ......................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN

i I I I I I I

A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Tujuan Penulisan ............................................................................ 2 C. Rumusan Masalah .......................................................................... 2 D. Metode .......................................................................................... 2 E. Sistematika ..................................................................................... 2 BAB II MENGENAL TANAMAN HIDROPONIK DAN LAHAN SEMPIT A. Pengertian Hidroponik ................................................................... 2 B. Hidroponik Rumah Tangga ............................................................ 4 C. Hidroponik Komersial ................................................................... 5 D. Jenis Tanaman yang Dapat Ditanam di Lahan Sempit.................... 5 E. Manfaat Penanaman Menggunakan Sistem Hidroponik ................ 6 BAB III LARUTAN MAKANAN DAN BIBIT TANAMAN A. Penyediaan Larutan Mineral ......................................................... 6 B. Dasar Perhitungan Penyusunan Resep .......................................... 7 C. Penyediaan Sumber Air .................................................................. 8 D. Pembibitan Tanaman ...................................................................... 9 BAB IV PERAWATAN SEHARI-HARI A. Penyiraman dan Pengedaran Ulang ............................................... 10 B. Penjagaan Kepekatan Larutan ....................................................... 11 C. Penjagaan Derajat Keasaman ........................................................ 12 D. Pencegahan Penyakit dan Hama Tanaman .................................... 13 BAB V PENUTUP

A. Simpulan ......................................................................................... 15 B. Saran ............................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam karya tulis ini, penulis memilih judul Pembudidayaan Tanaman Secara Hidroponik Guna Pemanfaatan Lahan Sempit, dengan alasan: 1. Bercocok tanam secara hidroponik cocok ditanam di lingkungan rumah, karena bahan tanam yang tidak mengotori lingkungan rumah. 2. Tanaman hidroponik dapat bertahan hidup meskipun tanpa menggunakan media tanah.

B. Tujuan Penulisan Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Agar pembaca mengetahui cara membudidayakan tanaman secara

hidroponik. 2. Agar pembaca dapat memanfaatkan lahan yang ada untuk digunakan bercocok tanam.

C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam topik karya tulis Pembudidayaan Tanaman secara Hidroponik Guna Pemanfaatan Lahan sempit, yaitu sebagai berikut: 1. Tanaman jenis apa saja yang dapat ditanam di lahan sempit? 2. Bagaimana cara penanaman dan pemeliharaan tanaman secara hidroponik? 3. Di mana tempat yang sesuai untuk membudidayakan tanaman hidroponik dan penempatannya yang benar?

D. Metode Metode penulisan karya tulis ini adalah metode literatur yaitu cara memperoleh data dengan membaca dan membandingkan buku-buku yang berhubungan dengan judul karya tulis ini.

E. Sistematika Karya tulis ini disusun dalam 5 bab. Adapun sistematika penulisan karya tulis, adalah sebagai berikut: Bab I yaitu pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah, metode, dan sistematika. Bab II yaitu mengenal tanaman hidroponik dan lahan sempit meliputi pengertian hidroponik, hidroponik rumah tangga, hidroponik komersial, jenis tanaman yang dapat ditanam di lahan sempit, dan manfaat penanaman menggunakan sistem hidroponik. Bab III yaitu larutan makanan dan bibit tanaman meliputi penyediaan larutan mineral, dasar perhitungan penyusunan resep, penyediaan sumber air, dan pembibitan tanaman. Bab IV yaitu perawatan sehari-hari meliputi penyiraman dan pengedaran ulang, penjagaan kepekatan larutan, penjagaan derajat keasaman, dan pencegahan penyakit dan hama tanaman. Bab V yaitu penutup meliputi simpulan dan saran.

10

BAB II MENGENAL TANAMAN HIDROPONIK DAN LAHAN SEMPIT

A. Pengertian Hidroponik Istilah hydroponics dikemukakan oleh W. A. Setchell dari University of California, sehubungan dengan keberhasilan W. F. Gericke dari universitas yang sama, dalam pengembangan teknik bercocok tanam dengan air sebagai media tanam. Semula, Gericke memakai istilah aquaculture ketika ia melaporkan hasil percobaannya. Tetapi, karena istilah ini lebih dulu dipakai bagi kegiatan lain (yaitu menumbuhkan tanaman dan binatang air), ia mempermasalahkan perlunya istilah baru bagi cara bercocok tanam baru itu. W. A. Setchell mengusulkan hydroponics (dari kata Yunani hydro (air) dan ponos (kerja)), karena yang dimaksud memang pengerjaan air atau hydroculture, sebagai lawan geoponics (istilah Yunani bagi agriculture) yang sudah lebih dulu dikenal sebagai pengerjaan tanah atau bercocok tanam. 1. Sama-sama disebut hidroponik Hidroponik Gericke dulu (tahun 1929) mamakai bak kertas berlapis aspal berukuran 10,67 x 0,61 x 0,15 meter, yang diberi kerangka penguat seperlunya. Di atasnya dipasang anyaman kawat kasa yang tertutup kain terpal kasar beranyam jarang. Di atas kain ini ditaruh selapis pasir setebal 1 cm, tempat bertanam bibit tanaman. Karena tidak seratus persen memakai air, melainkan selapis pasir juga sebagai tempat berakar tanaman, Gericke kemudian merumuskan hasil penemuannya itu sebagai bercocok tanam tanpa tanah. Bukan bercocok tanam dalam air. Dan bukan juga hidroponik. 2. Dari air ke anggregate culture W. R. Robbins menancapkan tanamannya di atas lapisan pasir yang lebih tebal daripada yang dipakai oleh Gericke, dan lapisan pasir ini dialiri larutan mineral. Keberhasilannya mendorong sejumlah orang lain untuk mencoba bertanam di atas macam-macam bahan lain juga, seperti kerikil, arang kayu, pecahan batu bata, dan vermiculite.

11

3. Nutrient Film Technique Pada cara ini, tanaman dipelihara dalam selokan panjang yang sempit, terbuat dari pelat logam tipis tahan karat, yang mudah dibentuk. Pelat logam ini seperti lembaran seng tipis saja yang dapat dibeli di toko peralatan NFT dalam gulungan. Karena akar tanaman biasanya bercampur-baur, kait mengait, dan saling memberi kekuatan, maka deretan tanaman itu pun berdiri kokoh seperti tanaman yang menancap di tanah. Lagi pula, batang tanaman itu juga dijepit oleh tepi pelat logam tipis yang dibentuk menjadi saluran itu.

B. Hidroponik Rumah Tangga Pada tahun 1970-an hidroponik yang semula dilakukan untuk menghasilkan sayur-mayur di rumah kaca itu dicoba dalam potpenghias ruangan rumah. Pada waktu itu mereka belum begitu tertarik, karena bentuk pot hidroponik belum bagus seperti sekarang. Baru dalam tahun 1980-an belakangan ini, makin bersemangat berhidroponik, berkat macam-macam alat penemuan baru yang diedarkan di pasaran, mulai dari pot berjendela dan kerikil sintetik, sampai kantong makanan dan tangkai air. 1. Bertanam dengan sumbu Dulu, wadah pot masih tanpa piring ceper atau bak yang rendah. Sumbu ini masuk ke dalam pot sedalam paling sedikit 2 cm. Ujungnya yang berada dalam pot diurai ke beberapa arah sehingga larutan makanan yang akan diresapkan ke media tanam dapat tersebar secara merata. Pot yang direndam bagian bawahnya dalam larutan mekanan pada piring ceper itu harus diganjal sesuatu, supaya sumbu yang bergerak-gerak dari lubangnya tidak terjepit dan mampu meresapkan cairan ke dalam pot dengan lancar. 2. Pemakaian pot berpenunjuk Alat-alat hydroculture dibuat oleh pabrik berupa pot tanpa sumbu, celah untuk meresapkan cairan ke kerikil media tanam dibuat lebih banyak dan lebar sehingga peresapan cairan ke media tanam tidak dengan perantaraan sumbu, namun secara langsung.

12

Celah ini pun tidak dibuat di dasar pot, tetapi pada sisi samping dekat dasar. Untuk bertanam tanaman besar, pot bergaris tengah 20 cm berupa keranjang plastik, mirip seperti keranjang cucian binatu mini. 3. Pemakaian kerikil sintetik Setelah pot bersumbu dan pot berpenunjuk yang mampu menyalurkan cairan makanan di dasar wadah ke akar tanaman di atasnya. Kemudian diciptakan kerikil sintetik Lecaton (buatan Inggris) dan Blahton (buatan Jerman Barat) yang dikenal sebagai media tanam yang tidak tertandingi daya serapnya terhadap air, dan daya penahanannya juga. Bahan ini mampu mempertahankan kelembaban yang diinginkan oelh tanaman tanpa harus menderita kekurangan oksigen karena kuyupnya. 4. Pot bertangki dan kantong makanan Wolfgang Blaicher berangkat dari pendapat (berdasarkan kenyataan), bahwa akar tanaman sebetulnya tidak perlu terendam air sampai basah kuyup. Kalau basah kuyup malah bisa mati. Karena itu, air untuk mereka mestinya yang tipis saja di dasar wadah sehingga cukup jauh letaknya dari ujung akar. Di tanah kebun biasa juga bukan air yang kuyup yang diperlukan oleh akar tanaman, melainkan kelembaban uap saja yang menerobos di celah-celah butiran tanah.

C. Hidroponik Komersial Di Indonesia, hidroponik komersial tidak memakai green house seratus persen, tetapi di atas lahan setengan terbuka, dengan atap pelindung dari plastik yang terutama melindungi tanaman terhadap air hujan. 1. Green house sebagai kebun beratap Istilah green house diciptakan di Amerika. Disebut demikian karena berupa bangunan tempat menumbuhkan tanaman yang dapat sepanjang tahun hijau terus, meskipun di luar sedang musim gugur atau musim dingin. Atap dan dinding rumah ini dulu terbuat dari kaca sehingga orang Eropa menyebut bangunan beratap kaca itu glass house. 2. Kebun kantong plastik

13

Bentuk lain rumah plastik yang dapak dipakai sebagai tempat bertanam sayuran hidroponik untuk iklim Indonesia ialah bentuk los pasar, terutama bagi jenis sayuran yang dapat diusahakan sepanjang tahun, dan tidak peduli musim apa. Hanya beratap saja, sedang sisinya tidak berdinding sama sekali. Atapnya tidak tidak perlu dari kaca, cukup dari lembaran plastik putih saja yang masih dapat meneruskan cahaya matahari bagi fotosintesis tanaman, tetapi sudah aman melindungi mereka terhadap guyuran air hujan. 3. Cara Benggala daerah tandus Berbeda dengan cara hidroponik biasa yang memberi bahan kimia dalam bentuk larutan kepada tanaman. Pada cara ini justru memberi bahan kimia berbentuk kering kepada media tanam, seperti tatacara pemupukan pada cocok tanam biasa. Bahan kimia itu tidak dibenamkan ke dalam media tanam, tetapi disebar di permukannya. Baru kemudian, saluran itu diairi secukupnya, sesuai keperluan, secara berkala, supaya pupuk larut sebagian, dan meresap pelan-pelan diantara media tanam, untuk diserap oleh akar tanaman 4. Cara Mittleider pekarangan kota Kalau cara Benggala terutama cocok dilakukan di daerah yang tanahnya sedikit, atau bahkan tidaka ada tanahnya sama sekali melainkan berupa batu cadas. Pada caraMittleider ini justru cocok dilakukan di daerah perkotaan yang tanahnya masih subur nisbi, tetapi luasnya (atau sempitnya) tidak sesuai dengan besarnya keinginan kita untuk meningkatkan hasil kebun. Mittleider menunjukkan cara memanfaatkan tanah pekarangan kota yang sempit itu sebagai tempat bertanam sayuran, buah-buahan, dan bahkan tanaman pangan lainnya dalam bak yang dapat sama kemampuannya menghasilkan dengan lahan luas di daerah pedesaan. 5. Instalasai NFT Komersial Pada garis besarnya, usaha NFT (Nutrient Film Technique) ini memerlukan sebidang tanah rata (atau dapat diratakan), yang miring pelanpelan ke suatu tempat secara merata pula. Sebab, di atasnya nanti akan dipasang sejumlah saluran buatan yang arahnya melintang terhadap arah melandainya tanah.

14

D. Jenis Tanaman Yang Dapat Ditanam Di Lahan Sempit. Untuk memudahkan pembaca membayangkan bentuk tanaman yang sedang dibicarakan, berbagai jenis tanaman akan dikelompokkan sebagai bungabungaan, semak hiasan, perdu dan pohon hiasan, sayuran, dan buah-buahan. 1. Bunga-bungaan a) Anthurium scherzerianum Flamigo Flower, yang berasal dari Columbia, Amerika Tengah ini digemari orang di Eropa dan Amerika, karena tumbuhnya tetap kecil mungil dengan seludang bunga aneh sekali berbentuk jantung yang merah jambu berseri-seri warnanya, seperti warna paruh burung Flamingo. b) Hibiscus rosa-sinensis Kembang sepatu atau kembang wera, dari familia Malvaceae, berasal dari Asia ini digemari orang karena bunganya yang bertangkai panjang menjurai dengan 5 helai mahkota, bersusun membentuk terompet. Umumnya bunga berwarna merah, dengan nuansa lebih tua di pangkalnya. c) Opuntia nigricans Kaktus pipih dari familia Cactaceae berasal dari Amerika Selatan ini digemari orang karena bentuk batangnya yang pipih hijau tua, dapat menghasilkan bunga besar berwarna kuning, dengan bagian tengah yang merah merona. 2. Semak hiasan a) Aglaonema pictum Tanaman familia Araceae yang terkenal sebagai Sri Rejeki ini berasal dari bumi asia tropika kita sendiri. Tanamannya pendek berbentuk semak, dengan daun lonjong yang tepiannya berombak. Warnanya hijau kusam berbercak-bercak putih atau abu-abu pada sisi atasnya, dan hijau muda pada sisi bawahnya. b) Aloe mitriformis Sejenis lidah buaya, dari familia Liliaceae, yang berbeda dengan jenis lidah buaya tulen, Aloe vera. Kalau jenis yang akhir-akhir ini ditanam

15

orang untuk diusahakan dari daunnya yang berlendir sebagai obat pencuci rambut, maka jenis mitriformis dipelihara orang hanya sebagai tontonan semata-mata. Daunnya yang tersusun melingkar dengan rapat, berwarna merah ungu aneh sekali. c) Iresine herbstii Tanaman Brasilia dari familia Amaranthaceae yang terkenal sebagai Bayam Merah ini memang bayam, dan memang merah. Tetapi diantaranya juga ada yang warnanya hijau muda biasa, dengan urat daun yang kuning. dll 3. Perdu dan pohon hias a) Araucaria cunninghamii Cemara dari familia Araucariaceae ini masih berkerabat dekat dengan Ki Damar, Agathis alba kita yang terkenal sebagai pohon besar untuk kebun pekarangan yang luas itu. Cemara ini berasal dari Nortfolk, dekat Australia. Tajuk pohonnya memang bagus, dengan puncaknya berbentuk piramida, sedang cabang-cabang bawahnya melengkung ke bawah menutupi seluruh batang. b) Chamaedorea elegans Palm kerdil berbatang satu dari familia Palmae berasal dari Kolumbia ini dulu dikenal sebagai Neanthe bella. Daunnya yang berbentuk pita lebar melengkung membentuk naungan memang bagus, berwarna hijau tua. Biasanya, digunakan sebagai penghias ruangan salon. c) Cycas revoluta Pohon pakis dari familia Cycadaceae asal Cina dan Jepang, dan terkenal sebagai Sikas Jepang ini mempunyai batang yang besar, lebar, dan bengkak sampai sebetulnya tidak seimbang dengan daunnya yang bersirip tunggal berwarna hiaju tua. Sirip daun ini begitu rapat, dan makin ke pucuk makin menyempit, sampai bagus sekali sebagai krans karangan bunga pemakaman. dll 4. Sayur dan buah-buahan a) Broccoli

16

Sayuran sejenis kubis Brassica oleracea varietas botrytis dari familia Cruciferae ini berasal dari daerah sekitar Laut Tengah, yang sejak zaman Nabi-nabi kita masih hidup dulu sudah diusahakan orang. Bentuknya mirip kol bunga (putih) yang biasa kita masak sop itu, tetapi kepala bunganya yang terdiri dari sejumlah kuntum bunga kecil bertangkai pendek berwarna hijau. b) Paprika Sejenis cabai hijau, capsicum annuum dari familia Solanaceae, seperti lombok hijau kita, tetapi menyimpang bentuk buahnya. Tidak panjang lonjong, tetapi panjang lebar, sebesar sawo manila. Bentuknya tidak bulat lonjong, tetapi bulat persegi. c) Tomat Tanaman yang membingungkan apakah ia termasuk sayur ataukah buahbuahan, Lycopersicum esculentum, dari familia Solanaceae ini

sebenarnya sulit ditanam, karena ia minta udara sejuk di lingkungan yang kering. Ini berarti ia tidak tahan udara panas, dan juga tidak tahan air hujan.

E. Manfaat Penanaman Menggunakan Sistem Hidroponik Sistem hidroponik mempunyai beberapa keunggulan, yaitu: 1. Kepadatan tanaman per satuan luas dapat dilipatgandakan sehingga menghemat penggunaan lahan. 2. Mutu produk (bentuk, ukuran, rasa, warna, kebersihan/higiene) dapat dijamin karena kebutuhan nutrient tanaman dipasok secara terkendali di dalam rumah kaca. 3. Tidak tergantung musim/waktu tanam dan panen dapat diatur sesuai dengan kebutuhan pasar. 4. Produksi tanaman lebih tinggi, lebih terjamin dari hama dan penyakit. 5. Tanaman tumbuh lebih cepat dan pemakaian pupuk lebih hemat. 6. Bila ada tanaman yang mati, bisa dengan mudah diganti dengan tanaman baru. 7. Tanaman memberikan hasil yang kontinu.

17

8. Pengerjaannya lebih mudah, tidak memerlukan banyak biaya dan waktu.

18

BAB II LARUTAN MAKANAN DAN BIBIT TANAMAN

A. Penyediaan Larudan Mineral Unsur makanan yang diperlukan oleh tanaman bermacam-macam. Beberapa diantaranya mungkin sudah ada dalam air penyiraman, tetapi beberapa unsur tertentu harus selalu diberikan secara berkala karena unsur itu memang tidak terkandung dalam air penyiraman biasa. Unsur-unsur tersebut, yaitu nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, belerang, besi, mangan, seng, bor, tembaga, dan molybden. Bagi hidroponik dalam pot, Nicholls mengajukan 2 macam resep untuk ramuan bahan kimia garam mineral. Ada bahan yang merupakan obat kimia yang hanya dapat dibeli di apotik saja, dan ada yang berupa pupuk yang dapat dibeli di kios penjualan pupuk dan alat pertanian. Resep bahan kimia sumber unsur makro, bagi tanaman pot hidroponik: Resep Amonium sulfat, pupuk ZA (Zwavelzure (NH4)2SO4 Ammonia) Kalium nitrat Kalsium sulfat Monokalsium fosfat Magnesium sulfat, kiserit Besi sulfat KNO3 CaSO4 MgSO4 FeSO4 43 gram 255 gram 198 gram

Ca(H2PO4)2 113 gram 170 gram Sekuku telunjuk jari

Ramuan unsur makro hanya menyediakan unsur yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah besar (sehingga cepat habis). Di samping itu, tanaman juga perlu unsur mikro (unsur yang diperlukan dalam jumlah sedikit sekali), supaya tanaman dapat tumbuh dengan mudah. Maka, dianjurkan untuk meramu persediaan unsur mikro. Bahan kimia penghasil unsur mikro bagi tanaman hidroponik dalam pot Bahan Kimia Mangan sulfat Jumlah 1 sendok teh

19

Asam bor (serbuk) Seng sulfat Terusi

1 sendok teh sendok teh sendok teh

B. Dasar Perhitungan Penyusunan Resep Untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur yang kepekatannya tertentu, diperlukan bahan kimia yang mampu melepaskan unsur itu. Kepekatannya harus cukup, agar sewaktu diedarkan dalam bentuk larutan dalam air, tanaman tidak menghadapi keadaan miskin. Kepekatan bahan kimia dalam air dinyatakan sebagai parts (bagian) bahan per million (tiap sejuta bagian) pelarut. Biasanya disingkat sebagai ppm. Dalam menghitung jumlah ppm bahan dalam air sebagai pelarut ini, digunakan takaran gram, karena 1 militer (cc) air mempunyai bobot 1 gram. Misalkan kita perlu fosfor sepekat 60 ppm, dalam larutan makan yang akan diramu, sedang bahan kimia yang dapat menghasilkan fosfor itu ialah kalium dihidrogenfosfat, KH2PO4. Tiap molekulnya mengandung 1 atom kalium (K), 2 atom hidrogen (H), 1 atom fosfor (P), dan 4 atom oksigen (O). Bobot atom K=39, H=1, P=31, dan O=16. Bobot molekul KH2PO4 jadi 39 + (2x1) + 31 + (4x16) = 136. Dalam 136 gram KH2PO4 ini ada 31 gram fosfor. Untuk menyediakan 1 gram fosfor diperlukan Kalium dihidrogenfosfat sebanyak (1/31) x 136 gram = 136/31 gram. Jumlah kaliun dihidrogenfosfat yang harus dilarutkan dalam 1.000 liter air untuk melepaskan 60 ppm fosfor ialah 60 x (136/31) = 263 gram. Kalau dirumuskan, langkah-langkah perhitungan itu sebagai berikut: 1. Dicatat dulu unsur apa yang diperlukan, dan berapa kepekatannya. Dalm contoh di atas : P = 60 ppm. 2. Dihitung berapa bobot molekul bahan kimia penghasil unsur P itu yang akan dipakai. Dalam hal ini : KH2PO4 = 136. 3. Dihitung berapa bobot bahan kimia yang mampu menghasilkan P sebanyak 1 ppm. Dalam hal ini : (1/31) x 136 = 136/31 gram. 4. Dihitung berapa bobot bahan kimia itu yang mampu menghasilkan P sebanyak 60 ppm. Dalam hal ini : 60 x (136/31) = 236 gram.

20

C. Penyediaan Sumber Air Air bertugas sebagai penjaga kelembaban, supaya media tanam dan tubuh tanaman tidak kering. Selain itu, air juga sebagai pengganti jumlah yang hilang oleh penguapan, baik melalui permukaan daun maupun sela-sela kerikil media tanam. Kalau air biasa ini memang diambil dari sumur daerah pedalaman yang terkenal bersih, belum tercemar limbah pabrik atau limbah macam-macam sumber kotoran, air tidak menimbulkan masalah. Tetapi kalau sumur itu terletak di daerah pantai, mungkin air biasa itu tidak biasa lagi. Biasnya mengandung sejumlah garam natrium klorida, yang kalau terlalu tinggi kadarnya (lebih dari 10 ppm) tidak akan menyuburkan tanaman. Maka dalam hal ini harus dicari dulu sumber air lain yang tidak payau seperti itu sebagai penggantinya. Juga air yang sadah karena terlalu tinggi kadar kalsium karbonatnya tidak akan memuaskan, akalu dipakai mengairi tanaman hidroponik. Air yang hanya rendah saja kesadahannya (antara 4 dan 14 dH), masih dapat dilunakkandengan membubuhkan bahan kimia pendobrak ion (antara lain ada yang dijual dengan nama Lewatit HD 5, buatan Bayer, Luwasa, dan Leni hydrokultur). Selama yang dilunakkan itu air sadah rendah yang dipakai secara kecilkecilan, seperti hidroponik rumah tangga, maka kesibukan itu tidak menimbulkan masalah yang besar. Tetapi, kalau air sadah itu akan dipakai untuk hidroponik komersial, jelas diperlukan instalasi pelunakan air yang lebih berat dan mahal. Di pasaran mesin industri, banyak dijual macam-macam alat water softener seperti yang biasa dipakai dalam pabrik minuman lunak itu. Alat itu jelas dapat dimanfaatkan juga untuk instalasi hidroponik komersial. Di daerah yang tanahnya gambut, seperti pontianak, banjarmasin, Tenaipura, dan lain-lain. Air sumurnya asam karena pengaruh tanah gambut, juga tidak menguntungkan membangun instalasi hidroponik. Tetapi, baik air payau maupun air asam dapat diganti dengan air hujan, yang tentu hanya dapat dikumpulkan pada musim hujan saja. Salah satu cara mengumpulkan air hujan di daerah pantai ialah dengan jalan membangun kolam yang dilapisi (bagian dalamnya) dengan lembaran plastik

21

polytena hitam setebal 0,25 mm. Jenis plastik ini tidak melepaskan zat beracun bagi tanaman. Dan warna hitam dianjurkan, karena kalau putih bening plastiknya kurang begitu tahan terhadap daya perombakan sinar ultraviolet dari matahari.

D. Pembibitan Tanaman Tanaman hidroponik diperoleh dari pembibitan yang tidak berbeda caranya dengan pembibitan tanaman biasa. Pembibitan tersebut yaitu secara generatif, dengan menyemai biji, dan secara vegetatif dengan menyetek bagian tanaman yang memang dapat distek. 1. Pembibitan dengan biji Untuk menyema biji, biasanya disisihkan satu tempat khusus yang terpisah dari kumpulan tanaman hidroponik lainnya. Sebab, kecambah dan bibit tanaman muda memerlukan perhatian dan perawatan khusus yang berbeda dengan tanaman tua. Dalam pemeliharaannya sehari-hari kalau dicampur, kurang praktis dan efisien. Persemaian biji umumnya berupa kotak persegi empat. Supaya mudah dan efisien penanganannya selalu ditaruh di atas meja atau para-para. Sesudah diisi dengan pasir steril atau jenis bahan media tanam lainnya yang ngerokos (mudah menyerap dan memegang kelembaban), disirami air supaya basah seluruhnya tetapi tidak sampai kuyup. Permukaannya kemudian dilubangi dengan ujung pensil yang runcing sehingga tercipta deretan lubang penanaman berjarak 1 x 2 cm, atau 1 x 2 cm. Tiap-tiap lubang tidak boleh lebih dalam daripada 0,8 cm. 2. Pembibitan dengan stek Bagi hidroponik rumahan yang lebih banyak memelihara tanaman hias, pembibitan lebih mudah kalau dilakukan secara vegetatif, dengan membuat dan menyemai stek batang, stek daun, dan umbi akar. Tanaman yang tumbuh dari stek selalu sama bentuk dan sifatnya dengan tanaman induknya. a. Stek batang Tanaman yang lunak batangnya, seperti kebanyakan bunga-bungaan dan sayuran, biasanya dibuat dengan mengiris cabangnya yang mudah dipisah dengan dipatahkan dari batang induknya. Kalau batangnya sukar

22

dipatahkan dan hanya bengkok saja, maka cabang itu sudah terlalu tua untuk dijadikan stek. b. Stek daun Beberapa jenis bunga seperti Viooltjes (piolces) African violet, Saintpaulia conantha, Begonia, dan cocor bebek (Kalanchoe pinnata), dapat dibitkan dengan stek daun. Kalau daunnya dipotong dan ditumbuhkan di atas media tanam pesemaian, potongan itu dengan mudah akan menumbuhkan akar baru. c. Umbi batang Istilah umbi dipakai untuk menyatakan bagian tanaman yang tampak membengkak karena menimbun bahan makanan dalam tanah. Para penjual dan penggemar tanaman hias mengenal beberapa jenis umbi, bergantung pada cara pembentukannya. Umbi Bawang dan Bunga Lily misalnya, dibentuk oleh daun-daun berdaging tebal di sekitar batang yang pendek. Umbi bunga Gladiolus terbentuk karena pangkal batangnya

membengkak, diliputi tangkai daun. Umbi bunga Dahlia terbentuk karena akarnya membengkak (bukan batangnya).

23

BAB IV PERAWATAN SEHARI-HARI

A. Penyiraman dan Pengedaran Ulang Jumlah larutan makanan untuk tanaman dalam tiap pot hidroponik rumahan mudah diketahui karena ada penunjuk batas maksimum yang disertakan pada tiap pot. Penunjuk batas maksimum itu biasanya hanya berupa deretan lubang samping yang dibor pada dinding pot saja, kira-kira 1/3 tinggi pot, dihitung dari bawah. Jumlah cairan yang diperlukan sampai mulai tumpah melalui deretan lubang samping itulah yang harus dicatat, dan dikalikan dengan jumlah pot yang ada. Maka diketahuilah jumlah keperluan larutan makanan bagi seluruh pot. 1. Frekuensi penyiraman Hal yang harus diperhatikan dalam penyiraman, yaitu seberapa sering penyiraman perlu dilakukan dan berapa jumlahnya. Ada yang melakukan penyiraman tiap 2 jam sekali (5 kali sehari). Kalau media tanamnya pasir di daerah dataran rendah pada musim kemarau. Ada yang tiap 2 hari sekali, kalau media tanamnya batu kerikil, pecahan batu bata, atau pecahan genting. Bahkan, ada yang hanya seminggu sekali, kalu medianya soil mix yang tahan lama tidak kering. Semunya bergantung pada beberapa faktor lingkungan yang bersangkutan, seperti lengas udara, suhu, cahaya matahari, dan lain-lain. Kalau potnya memang sedikit, penyiraman memang dapat dilakukan dengan gembor. Tetapi kalau yang akan disiram itu pot kantong plastik yang berderet-deret banyaknya, lebih praktis penyiraman melalui selang atau pipa plastik diatas deretan kantong itu saja. Untuk menghemat biaya dan bahan, pada umumnya dilakukan kegiatan mendaur ulang larutan makanan yang bertugas sekalian sebagai air penyiraman dalam jangka waktu tertentu, sebelum membuangnya dan menggantinya dengan larutan segar yang baru. 2. Pengedaran ulang Jumlah larutan yang diserap tanaman mula-mula hanya sedikit, sehingga yang tersisa dalam larutan itu masih banyak. Larutan itu masih cukup, kalau baru diedar ul;ang selama 2 hari. Jika larutannya disusun secara cermat, larutan tersebut baru turun mutunya sesudah diedar ulang selama 1

24

minggu. Karena itu, sesudah diedar ulang satu minggu ini larutan perlu dikembalikan kadarnya menjadi sepekat semula lagi, dengan menambahkan bahan kimia tertentu saja. Dengan begitu kita tidak perlu membuang seluruh larutan dan menggantinya dengan larutan baru, tetapi tetap mengedar ulang larutan lama yang sudah dikembalikan kepekatannya. Perhitungan unsur makanan hanya perlu satu kali saja, pada permulaan usaha. Selanjutnya, angka yang sama dapat dipakai untuk menakar bahan makanan yang diperlukan oleh tanaman sejenis, yang ditanam dengan cara yang sama pada musim tanam berikutnya. Kalau jumlah (bobot) bahan kimia yang dipakai mengganti unsuur yang hilang setiap minggu itu dibubuhkan satu minggu sebelumnya.

B. Penjagaan Kepekatan Larutan Kepekatan unsur makanan dalam suatu larutan dapat ditaksir dengan mengukur kemampuan larutan itu untuk menghantar arus listrik. Makin pekat larutan itu, makin besar arus listrik yang dapat dihantar olehnya. Kemampuan menghantar listrik ini berbanding terbalik dengan tahanannya melawan arus listrik. Karena satuan tahanan ini dikenal sebagai ohm, maka satuan daya penghantar yang berbanding terbalik dengan ohm itu dinyatakan sebagai mho (mho ialah kebalikan dari ohm). Satuan penghantar pada larutan dinyatakan dalam millimho (seperseribu mho) atau mikro-mho (sepersejuta mho), karena kecilnya. Kalau ditemukan angka pecahan, maka angka pecahan ini dapat ditulis sebagai angka yang utuh kembali kalau memakai ukuran mikro-mho. Misalnya 0,002 mho dapat ditulis menjadi 2 millimho atau 2000 mikromho. Tetapi kalangan pertanian daya hantar listrik larutan itu lebih praktis dinyatakan sebaai conductivity factor (cF), untuk menghindari pemakaian angka yang kecil pada millimho, atau angka yang terlalu besar sampai ribuan pada mikromho. Angka cF yang lebih praktis ini tidak hanya lebih masuk akal saja, tetapi juga praktis untuk membuat instrumen pengukuran yang dipakai di lapangan. Untuk keperluan hidroponik kini sudah ada cF-meter saku sebesar radio transistor, yang dijalankan dengan baterai. Larutan yang akan diperiksa dimasukkan ke dalam

25

tabung yang ditempati alat sensor. Kemudian dilairkan arus listrik dengan memencet tombol, maka nilai cF ditunjukkan oleh jarum yang bergerak ke angka pada skala. Nilai cF ialah angka yang ditunjuk oleh ujung jarum ini setelah berhenti. Larutan makanan yang dibuat sepekat resep Cooper mempunyai nilai cF 30. Karena selama diedarkan ke deretan tanaman kemudian ada sebagian bahan kimia itu yang diambil oleh tanaman, maka daya penghantar listriknya berkurang dan nilai cF-nya turun. Larutan ini tidak boleh turun lebih rendah (nilai cF-nya) daripada 20. Kalau turun, maka harus ditambah dengan bahan kimia unsur makanan tanaman yang cukup lagi agar nilainya mendekati 30 kembali. Tetapi kalau setiap minggu sudah menambahkan bahan kimia yang kurang itu secara cermat, pengukuran nilai cF biasanya tidak sampai menunjukkan angka dibawah 20.

C. Penjagaan Derajat Keasaman Setiap larutan mempunyai kemampuan untuk menahan sejumlah unsur hidrogen. Apabila unsur ini terlalu banyak ditahan oleh larutan, sedang larutan itu diedarkan ke tempat tumbuh tanaman hidroponik maka larutan ini terasa asam. Kalau hidrogen yang ditahan itu hanya sedikit, suasana yang timbul dalam larutan itu terasa alkalis atau basa dan bila jumlahnmya ditengah-tengah antara asam dan basa, suasana yang timbul dikatakan netral. Tanaman hidroponik diberi banyak larutan kimia yang air pelarutnya dapat asam dan dapat juga alkalis, tergantung pada sumber tempat mengambil air itu. Derajat keasaman larutan dapat diukur berdasarkan kepekatan ion hidrogen yang dikandungnya (dinyatakan dalam grammol per liter larutan). Kadar (kepekatan) ini begitu kecil, sampai angkanya ditulis sebagai pecahan. Misalnya satu per seratus ribu gmol per liter (angka dengan 5 nol) atau 1/10.000.000 gmol/1 (angka dengan 7 nol). Berkat ahli biokimia Denmark Soren Sorensen, yang pada tahun 1909 mengemukakan pikirannya untuk menyederhanakan penulisan angka pecahan. Misalnya angka 1/10.000.000 dapat ditulis menjadi 10-7. Ia menulis 10-7 sebagai logaritma negatif 7 saja. Dan logaritma negatif dari kepekatan ion H inilah yang

26

diterima di seluruh dunia sebagai puissance negative de H (pH) oleh negaranegara berbahasa Inggris. Cara yang paling sederhana untuk mengukur pH ialah dengan memakai kertas pH (kertas litmus atau kertas lakmus) berupa secarik kertas yang sudah diberi litmus, yang dicelupkan ke dalam larutan yang akan diperiksa. Warna dari ujung kertas yang sudah basah itu kemudian dibandingkan dengan warna dalam skala warna yang dicetak pada pembungkus kertas lakmus itu. Nilai pH larutan ialah nilai pH yang cocok warnanya dari skala warna dan dari ujung kertas basah. Derajat keasaman air yang membantu tanaman hidroponik ialah antara 6 dan 7. Kalau sesudah diukur pH larutan makanan ternyata lebih rendah daripada angka 6, larutan harus segera dibubuhi basa. Biasanya dipakai kalium hidroksida berbentuk larutan (sekuat 5%) bagi tiap 1.000 cc (1 liter) air. Sebaliknya, kalau pH yang diukur ternyata lebih tinggi daripada 6,5 maka larutan perlu dibubuhi asam fosfat. Asam fosfat lebih aman tetapi perlu jumlah yang banyak kalau air yang dipakai mengandung kapur. Makin banyak kapurnya dalam air, makin banyak pula asam fosfat yang diperlukan untuk memperbaiki pH. Cooper memberi resep : kalau air mengandung kapur sebanyak 100 ppm, maka larutan asam fosfat yang diperlukan untuk mengikat kapur ini dalam tiap 1.000 cc ialah : 1.9%. Kita tinggal melarutkan asam fosfat 19 cc saja ke dalam setiap liter air untuk memperoleh nilai pH 6 lagi.

D. Pencegahan Penyakit dan Hama Tanaman Istilah penyakit tanaman dipakai untuk menyatakan gangguan yang ditimbulkan oleh serangan bakteri dan cendawan. Sedangkan istilah hama tanaman dipakai untuk menyatakan gangguan oleh serangan binatang, seperti cacing dan serangga. Penyakit tanaman yang nyata disebabkan oleh serangan bakteri dan gangguan oleh hama tanaman harus diberantas dengan obat yang cocok. Penyakit kekurangan, yang disebabkan oleh kekurangan unsur makanan, sudah tentu tidak diobati dengan obat pemberantas bakteri atau obat serangga, melainkan dengan mengubah resep susunan makanan.

27

Kalau penyakit kekurangan unsur makanan diatasi dengan mengubah resep susunan makanan, maka penyakit layu yang disebabkan oleh asap rokok (asap pencemar udara lainnya) hanya dapat diatasi dengan memindah lokasi penanaman. Pertumbuhan lamban yang disebabkan oleh sempitnya pot hidroponik hanya dapat diatasi dengan jalan mengganti wadah (pot luas). Memindah-tanamkan tanaman hidroponik ini sedapat mungkin hanya memindah ke wadah yang lebih besar saja, tanpa memindah-tanamkan tanaman dari pot (pot bagian dalam) yang kecil ke pot yang besar. Penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri dan cendawan. Gejala 1. Batang dan tajuk tanaman menjadi lunak dan membusuk. 2. Daun diliputi lapisan putih seperti embun. Kalau dibiarkan, daun kemudian melilit, dan rontok. 3. Daun layu dan kuning, sedang pucuk tanaman merana. Jenis Penyakit Busuk batang karena cendawan. Pemberantasan Bagian yang sakit dipotong dengan pisau steril, dan bekas potongan diembusi dengan fungisida. Daun yang terserang dipetik dan dibuang. Ruangan atau tempat tumbuh tanaman diperbaiki ventilasinya. Sanitasi (pembersihan) media tanam diperbaiki lebih seksama.

Jamur tepung Oidium trigitanium.

Cacing Nematoda: Tylechulus semipenetrans dan cendawan Pytophtora dan Fusarium

Hama serangga yang dapat menyerang tanaman hidroponik Gejala 1. Pertumbuhan terhambat. Daun mengeriting. Batang lemah, lunglai, dan menunduk. Jenis Hama Macam-macam tungau Aphidoidea yang putih atau bening warnanya. Pemberantasan Bagian tanaman yang terserang dibuang, sedang tanaman yang masih baik disemprot dengan insektisida yang diarahkan ke sisi bawah daun. Ulat, telur, dan kepompongnya dicari, dikumpulkan, dan dibakar. Tanaman yang sudah bersih disemprot

2. Daun koyak atau berlubang.

Macam-macam ulat, kecoa dan belalang.

28

3. Pertumbuhan kerdil. Macam-macam lalat Tanaman layu. Daun buah (larvanya merusak koyak-koyak dan akar). kuning. Akar lunak.

dengan insektisida. Media tanam dibongkar dan disterilkan lebih seksama. Tempat menaruh pot di kebun juga harus dibersihkan.

Gejala penyakit kekurangan pada tanaman, dan penyebabnya. Gejala yang tampak Daun tanaman layu. Pertumbuhan berhenti. Daun cepat coklat, kering, dan gugur. Tunas tidak mau tumbuh. Daun layu, tetapi ditambah dengan pengeringan dan warna coklat. Penyebab penyakit Nikotin berasal dari asap rokok. Kekurangan seng. Larutan makanan terlalu pekat. Kekurangan mangan. Kekurangan air penyiraman

1. 2. 3. 4. 5.

29

BAB V PENUTUP

A. Simpulan Dari uraian tentang pembudidayaan tanaman secara hidroponik, maka penulis dapat mengambil beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Membudidayakan tanaman hidroponik lebih mudah daripada

membudidayakan tanaman dengan lahan yang luas. 2. Bertanam secara hidroponik memiliki beberapa keunggulan, diantaranya pertumbuhannya cepat, menghemat biaya dan waktu pengerjaan, dan tingkat produksinya tinggi. 3. Sistem hidroponik tidak tergantung musim. 4. Tanaman hidroponik lebih cocok ditanam di daerah yang beriklim tropis. 5. Perawatan tanaman hidroponik dilakukan secara efektif dn efisien.

B. Saran Melalui uraian dan simpulan yang telah penulis sampaikan, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut : 1. Sebaiknya dalam pembudidayaan tanaman, masyarakat menggunakan sistem hidroponik karena dapat menghemat lahan yang digunakan dan

pengerjaannya lebih mudah. 2. Dalam penyediaan larutan makanan bagi tanaman harus sesuai kebutuhan tanaman karena kelebihan larutan makanan justru mengganggu pertumbuhan tanaman. 3. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman hendaknya bagian tanaman yang terserang dibuang dan tanaman yang masih baik disemprot dengan insektisida.

30

DAFTAR PUSTAKA

Redaksi Trubus. 2000. Bertanam Sayuran di Lahan Sempit. Jakarta: Penebar Swadaya. Soeseno, Slamet. 1993. Bercocok Tanam secara Hidroponik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

31

32

33

34

35

36

Anda mungkin juga menyukai