PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
Transportasi merupakan urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, yang mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong, dan penunjang pembanguanan serta sistem yang terdiri dari sarana dan prasarana, yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia membentuk jaringan prasarana dan jaringan pelayanan. Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi yang berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara efisen dan efektif dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan; mendukung mobilitas manusia dan barang serta jasa; mendukung pola distribusi nasional serta mendukung pengembangan wilayah, peningkatan hubungan nasional dan internasional yang lebih memantapkan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara. Dalam pembangunan transportasi, baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai peranan sesuai cakupan kewenangannya masing masing, yaitu berkewajiban untuk menyusun rencana dan merumuskan kebijakan, mengendalikan dan mengawasi perwujudan transportasi. Salah satu kewajiban dimaksud adalah menetapkan jaringan prasarana transportasi dan jaringan pelayanan. Disamping itu, juga berkewajiban untuk melaksanakan tugas pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang tidak diusahakan, dengan prioritas dareahdaerah yang kurang berkembang. Dalam mengantisipasi globalisasi, khususnya dalam mendorong tercapainya kinerja
perekonomian Indonesia. Pembangunan sektor transportasi merujuk pada pembenahan transportasi antara pusat dan daerah yang serasi dalam mencapai keseimbangan pembangunan antar daerah yang mantap dan dinamis, yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi nasional dan daerah, serta memanfaatkan sarana dan prasarana transportasi dengan optimal dalam rangka peningkatan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS) merupakan sistem transportasi yang lahir pada dua dekade yang lalu, kemudian mengalami penyempurnaanpenyempurnaan yang diikuti dengan diterbitkannya undangundang di bidang transportasi. Perkembangan tatanan pemerintahan
1-1
yang merubah paradigma sentralisasi ke arah desentralisasi, pada akhirnya telah merubah pula kebijakan sektor transportasi terutama dalam perencanaannya dengan mewujudkan SISTRANAS dalam 3 (tiga) tataran transportasi, meliputi Tataran Transportasi Nasional (TATRANAS), Tataran Transportasi Wilayah dan Tataran Transportasi Lokal (TATRALOK). Pengembangan sistem dalam Transportasi Kepulauan menerapkan seluruh aspek moda yang ada, baik sarana maupun prasarana yang saling berinteraksi untuk memberikan pelayanan jasa transportasi yang efisien dan efektif baik antar simpul atau kota wilayah (SKW) dan dari simpul atau kota wilayah ke simpul atau kota nasional dan sebaliknya. Oleh karenanya pengembangan jaringan transportasi dalam TRANSPORTASI KEPULAUAN tetap mengacu pada SISTRANAS dan TATRANAS sebagai bagian dari jaringan transportasi pulaupulau besar dan pulaupulau kecil. Dokumen Transportasi Kepulauan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari SISTRANAS dan TATRANAS merupakan acuan utama dalam penyusunan Transportasi Kepulauan di tingkat provinsi yang selanjutnya akan menjadi referensi utama dalam penyusunan TATRALOK di tingkat kabupaten atau kota. Dengan demikian, keterkaitan ketiga tataran tersebut tidak dapat dipisahkan yang pada akhirnya ketiga dokumen tersebut menjadi acuan utama bagi semua pihak terkait dalam penyelenggaraan transportasi untuk perwujudan pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien baik pada tataran lokal, wilayah maupun nasional. Transportasi Kepulauan pada prinsipnya adalah bagaimana tatanan sistem transportasi yang berupa jaringan transportasi dapat ditata agar dapat mendukung pengembangan wilayah propinsi dan pulau pada tataran wilayah yang membawa konsekuensi pada tingkat keterhubungan antar Kabupaten/Kota. Jaringan transportasi dalam suatu tatanan sistem adalah perpaduan antara jaringan prasarana yang meliputi ruang lalu lintas (ways), terminal serta fasilitas pendukung jaringan dengan sarana transportasi dan jaringan pelayanan. Secara fisik, pola jaringan transportasi digambarkan didalam peta berupa simpulsimpul yang terdiri dari pelabuhan laut dan bandar udara serta jaringan prasarana darat sesuai design year yang ditentukan.
1-2
Transportasi merupakan derived demand dan mempunyai ciri tidak mengenal batas wilayah administratif, sehingga tidak bisa dipenggal atas dasar suatu wilayah administrasi tertentu. Untuk itu dalam memandang suatu wilayah, transportasi menempatkan wilayah sebagai sarana untuk mencapai tujuan, atau suatu model untuk mempelajari dunia nyata. Dalam pandangan ini (pandangan obyektif) daerah dalam terminologi transportasi adalah suatu metoda klasifikasi, suatu alat untuk memisahkan sifatsifat areal, dimana suatu daerah alamiah (natural region) hanyalah permukaan bumi tempat manusia bermukim. Sebagai akibat dari cakupan wilayah Republik Indonesia yang cukup luas disertai dengan kondisi geografis yang melekat pada masingmasing daerah dibutuhkan suatu sistem transportasi wilayah yang terpadu dengan tetap memperhatikan keunggulan komparatif masing masing daerah. Konsep tentang daerah sebagai metoda klasifikasi timbul melalui dua fase yang berbeda. Fase pertama memperlihatkan daerah formal berkenaan dengan keseragaman dan didefinisikan sebagai homogenitas. Sedangkan fase kedua memperlihatkan daerah fungsional berkenaan dengan adanya saling ketergantungan (interpedensi) antara satu daerah dengan daerah lain, adanya hubungan antara bagianbagian dan didefinisikan berdasarkan koherensi fungsional. Daerah fungsional disebut juga sebagai daerah nodal atau polarized region dan terdiri dari satuansatuan yang heterogen, seperti kota dan desa atau antar kawasan tertentu secara fungsional saling berkaitan. Hubungan fungsional terlihat dalam bentuk arus, misalnya perjalanan dari dan ke tempat kerja atau dari dan ke pusat distribusi dan pusat koleksi (barang). Sejalan dengan terminologi diatas, sebagai turunan dari prinsip interpedensi atau saling ketergantungan antar daerah maka aktivitas transportasi hanya mengenal daerah bangkitan, dan daerah tarikan dengan mengabaikan batasbatas administratif pemerintahan suatu daerah bahkan suatu negara. Daerah tarikan umumnya merupakan daerah pusat pertumbuhan yang akan menjadi tujuan baik orang maupun barang, sedangkan daerah bangkitan merupakan daerah asal perjalanan.
MAKSUD DAN TUJUAN Maksud studi adalah menyusun arah pengembangan jaringan pada Transportasi Kepulauan Riau dalam kerangka Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS) dan TATRANAS yang dapat dijadikan sebagai pedoman pembangunan pada tataran wilayah.
1-3
Tujuannya adalah tersedianya pedoman penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan transportasi, pembangunan dan pengembangan transportasi wilayah provinsi yang efektif dan efisien di masa mendatang. 1.3 1. 2. RUANG LINGKUP Identifikasi permasalahan yang ada dalam pelaksanaan sistem transportasi. Identifikasi permasalahan yang ada dalam pelaksanaan sistem transportasi, dalam rangka membentuk hubungan kesisteman secara fungsional dan struktural dalam tataran transportasi wilayah. 3. Evaluasi sistem pelayanan transportasi secara terpadu, dalam rangka membuat keterpaduan yang harmonis dan bersinergi membentuk suatu pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien. 4. 5. 6. 7. 1.4 Pengkajian berbagai metode/model pengembangan/perencaan jaringan transportasi dalam Transportasi Kepulauan. Menyusun jaringan transportasi pada tataran wilayah. Merumuskan kebijakan pokok sistem transportasi dalam penyusunan tataran transportasi kepulauan. Lokakarya HASIL YANG DIHARAPKAN
Tersusunnya naskah akademis pengembangan jaringan transportasi dan konsep rancangan legalitas Transportasi Kepulauan Riau.
1.5
WILAYAH STUDI
Wilayah studi untuk pekerjaan ini adalah Propinsi Kepulauan Riau terdiri dari banyak pulau seperti terlihat pada Gambar 1.1. Daerah ini merupakan bentukan propinsi baru yang terpecah dari Propinsi Riau (Daratan).
1-4
Klarik
RANAI
Ce maga
Sedanau
P. SEDA NAU
P. MATAK
Sek unyam
K ECAMATAN JEMAJA
P . PIANDOI
Ter em pa Baj au
R intis
P. SIAN TAN
KEPULAUAN NATUNA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 T AHUN 2002 T ANGGAL 25 OKT OBER 2002
SINGAPORE
KECAMAT AN S ERASAN
P. PA NJANG
KOTA BATAM
P . BATAM
Be lan gpadang
Midai
K EC AMATAN MIDAI
KOTA LAINNYA Garis Pantai / Sungai Batas W ilayah Prov Kep insi ri Batas W ilayah Kab upaten / Kota
P . BINTAN
Pasir Panjang Pelambung Pantai Pelawan Seku pang
KABUPATEN NATUNA
P. SERASAN
P . GE NT ING P . BA TU BERLIAN BES AR
Ser asan
P . K ARIMUN BESAR
TANJ UNG BALAI
Mer al
Tg . Uncang
BATAM CENTRE
B at u Aji
Pung gur
T anju ng U ban
KABUPATEN KARIMUN
Lobam
Kawal
Selat Beliah
Sebele
Kundu r
Com bol
P. REMP ANG
Rebung
U r ung P. MORO
KECAMATAN G ALANG
M oro P. GALANG
TANJUNG PINANG
Bandara Prim er
P . SE NDULANG P .S EDUA
P . KUNDUR
TG. BATU
KEPULAUAN TAMBELAN
Ba ara Se nd nd ku er
Tam belan
P . ME NDORA
P . LESUH
P . BENUA
Band Te ara rsier Pelabu In rn n han te asio al Pelabu Regio al han n Pelabu Nasion l han a
Tela ga tujuh
P . MA NGIR AN BESAR
KECAMATAN T AMBELAN
Pelabu Lo al han k
KECAMAT AN S ENAYANG
P . SE BA NGKA
Senayang
KABUPATEN LINGGA
S ei B esar S ekanah
Mentuda
Res un Musai
DAIK
T g. B uton
L im b ung
K erad in P in ang
S ELA YAR
KECAMATAN L INGGA
Jagoh
Dabo
P ULAU S INGKEP