Anda di halaman 1dari 25

Bab IV 4.1 Pengertian Negara Aristoteles yang hidup pada tahun 384-322 S.

M, merumuskan negara dalam bukunya Politica, yang disebutnya sebagai negara polis, yang pada saat itu asih dipahami negara masih dalam suatu wilayah yang kecil. Dalam pengertian itu negara disebut sebagai negara hukum, yang didalamnya terdapat sejumlah warga negara yang ikut dalam

permusyawaratan (ecclesia). Oleh karena itu. Menurut aritoteles keadilan merupakan syarat mutlak bagi terselenggaranya negara yang baik, demi terwujudnya cita-cita seluruh warganya. Pengertian lain tentang negara dikembangkan oleh Agustinus, yang merupakan tokoh Katolik. Ia membagi negara dalam dua pengertian yaitu Civitas Dei yang artinya negara Tuhan, dan Civitas Terrena atau Civitas Diaboli yang artinya negara duniawi. Civitas Terrena ini ditolah olh Agustinus, sedangkan yang dianggap baik adalah negara dari dunia ini, melaikan jiwanya yang dimiliki oleh sebagian atau beberapa orang di dunia ini untuk mencapainya. Adapun yang melaksanakan negara adalah Gereja yang mewakili negara Tuhan. Meskipun demikian bukan berarti apa yang di luar gereja itu terasing sama sekali cari Civitas Dei (kusnardi,1995) Berbeda dengan konsep pengertian negara menurut kedua tokoh pemikir negaa tersebut, Nicollo Machiavelli (1469-1527), yang merumuskan negara sebaga kekuasaaan, dalam bukunya ll principle yang dahulu merupakan buku referensi pada raja. Machiavelli memandang negara dari sudut kenyataan bahwa dalam suatu negara harus ada suatu kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin negara atau raja. Raja sebagai pemegang kekuasaan negara tidak mungkin hanya mengandalkan kekuasaan hanya pada suatu moralitas atau kesusilaan. Kekacauan timbul dalam suatu negara karena lemahnya kekuasaan negara. Bahkan yang lebih terkenal lagi ajaran Machiavelli tentang tujuan yang dapat menghalalkan segala cara.

Akibat ajaran ini muncullah berbagai praktek pelaksanaan kekuasaan negara yang otoriter, yang jauh dari nilai-nilai moral. Teori negara menurut Machivelli tersebut menadapat tantangan dan rekasi yang kuat dari filsuf lain seperti Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704) dan Rousseau (1712-1778). Mereka mengartikan

negara sebagai suatu badan atau organisasi hasil dari perjanjian masyarakat secara bersama. Menurut mereka, manusia sejak dilahirkan telah membawa hak-hak asasinya seperti hak untuk hidup. Hak milik serta hak kemerdekaan. Dalm keadaan ilmiah sebelum terbentuknya negara, hak-hak tersebut belum ada yang menjamin perlindungannya, sehingga dalam status naturalis, yaitu sebelum terbentuknya negara, hak-hak itu akn dapat dilanggar. Konsekuensinya dalam kehidupan alamiah tersebut terjadilah perbenturan kepentingan berkaitan dengan hak-hak masyarakat tersebut. Dalam keadaan naturalis sbelum terbentuknya negara, menurut Hobbes akan terjadi homo homini lupus, yaitu manusia menjadi serigalan bagi manusia lain, dan akan timbul suatu perang semseta yng disebut sebagai belum omnium contre omnes dan hukum yang berlaku adalah hukum rimba. Berikut ini konsep pengertian negara modern yang dikemukakan oleh para tokoh antara lain: Roger H. Soltau, mengemukakan bahwa negara adalah sebagai alat agency atau wewenang/authority yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nma masyarakat (Soltau, 1961). Sementara itu menurut Harold J. Lasky, bahwa negara adalah merupakan suatu masyarakat yang diintegrasikan karen mempunyai wewenang yang bersifat memaksadan yang secara sah lebih agung dari pada individu atau keolompok, yang merupakan bagian ari masyarakat itu. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup bekerja sama untuk tercapainya suatu tujuan bersama. Masyarakat merupakan suatu negara manakala cara hidup yang harus ditaati baik oleh individu maupun kelompok-kelompok, ditentukan suatu wewenang yang bersifat memaksa dan mengikatnya (lsky, 1947: 8-9). Max Weber mengemukakan pemikirannya bahwa negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai

monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah suatu wilayah (weber, 1958 : 78). Mc.Iver menjelaskan bahwa negar adalah asosiasi yang menyelenggarakan penerbitan di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang demi maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa (Iver, 1955: 22). Sementara itu Miriam Budiarjo Guru Besar Ilmu Politik Indonesia mengemukakan, bahwa negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah (Governed) oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pad peraturan perundang-undangan melalui penguasaan (kontrol) monopolistis dari kekuasaan yang sah (Budiardjo, 1985 : 40-41) Berdasakan pengertian yang dikemukan oleh berbgai filsuf serta para sarjana tentang negara, maka dapat disimpulkan bahwa semua negara memiliki unsur-unsur yang mutlak harus ada. Unsur-unsur negara adalah meliputi: Wilayah atau darah teritorial yang sah, rakyat yaitu suatu bangsa sebagai pendukung pokok negara dan tidak terbatas hanya pada salah atu etnis saja, serta pemerintahan yang sah diakui dan berdaulat. 4.2 tujuan Negara Tujuan sebuah negara dapat bermacam-macam, antara lain: a. Bertujuan untuk memperluas kekuasaan semata-mata; b. Bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum; c. Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum Dalam konsep dan ajaran plato, tujuan adanya negara adalah untuk memajukan kesusilaan manusia, sebagai perseorangan(individu) dan sebagai makhluk sosial. Sedangkan menurut Roger H. Soltau tujuan negara adalah memungkinkan rakyatnya berkembang serta

menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin. Dalam ajaran dan konsep teokratis, tujuan negara adalah untuk mencapai penghidupan dan kehidupan aman dan tentram dengan taat kepada dan dibawah pimpinan Tuhan. Pemimpin negra menjalankan

kekuasaannya hanya berdasarkan kekuasaan Tuhan yang diberikan kepadanya. Sementara itu, dalam konsep dengan berdasarkaan ajaran hukum, tujuan negara adalah menyelenggarakan ketertiban hukum, dengan berdasarkan pada hukum. Dalam negara hukum segala kekuasaan dari alat-alat pemerintahannya didasarkan atas hukum. Negara Indonesia Meskipun ditinjau berdasarkan unsur-unsur yang mebentuk negara, hampir semua negara memiliki kesamaan, namun ditinjau dari segi tumbuh dan terbentuknya negara serta susunan negara, setiap negara didunia ini memiliki spesifikasi serta ciri khas masing-masing. Negara Inggris tumbuh dan berkembang berdasarkan ciri khas bangsa serta wilayah bangsa inggris. Mereka tumbuh dan berkembang dengan dilatar belakangi oleh megahnya kekuasaan kerajaan, sehingga negara Inggris tumbuh dan berkembang senantiasa terkait dengan ekstensi kerajaan. Negara Amerika tumbuh dan berkembang dari penduduk imigran Demikian pula bangsa dan negara Indonesia tumbuh dan berkembang dengan dilatar belakangi oleh kekuasaan dan penindasan bangsa asing seperti penjajahan Belanda serta Jepang. Oleh karena itu bangsa Indonesia tumbuh dan berkembangan dilatar belakangi oleh adanya kesatuan nasib, yaitu bersama-sama dalam penderitaan di bawah penjajahan bangsa asing serta berjuang merebut kemerdekaan. Selain itu yang sangat khas bagi bangsa Indonesia adalah unsur-unsur etnis yang membentuk bangsa itu sangat beraneka ragam, baik latar belakang latar budaya seperti bahasa, adat kebiasaan serta nilai-nilai yang dimilikinya. Oleh karena itu terbentuknya bangsa dan negara Indonesia melalui suatu proses yang cukup panjang. Sejak masa sebelum bangsa asing menjajah Indonesi, seperti masa kejayaan kerajaan kutai, sriwijaya, majapahit dan kerajaan-kerajaan lainnya. Kemudian datanglah bangsa asing ke Indonesia maka bangsa Indonesia saat itu bertekad untuk membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut bangsa, sebagai unsur pokok negara melalui Sumpah Pemuda 28 Oktober

1928. Isi sumpah itu merupakan suatu tekad untuk mewujudkan unsur-unsur negara yaitu satu nusa (wilayah) negara,satu bangsa (rakyat), dan satu bahasa,sebagai bahasa pengikat dan dengan sendirinya setelah

kemerdekaan kemudian dibentuklah suatu pemerintahan negara. Prinsip-prinsip negara Indonesia dapat dikaji melalui makna yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea I, menjelaskan tentang latar belakang terbentuknya negara dan bangsa Indonesia yaitu tentang kemerdekaan adalah hak kodrat segala bangsa di dunia, dan penjajahan itu tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan oleh karena itu harus dihapuskan. Alinea ke II menjelaskan tentang perjalanan perjuangan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan, Alinea ke III menjelaskan tentang kedudukan kodrat manusia Indonesia sebagai bangsa yang religius yang kemudian pernyataan kemerdekaan. Adapun Alinea ke IV, menjelaskan tentang terbentuknya bangsa dan negara Indonesia, yaitu adanya rakyat Indonesia. Pemerintah negara Indonesia yang disusun berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara, Wilayah negara serta dasar filosofis negara yaitu Pancasila. 1. RAKYAT(MASYARAKAT/WARGA NEGARA) Rakyat merupakn unsur yang sangat penting dalam sebuah negara, karena secara kongkrit rakyatlah yang memiliki kepentingan agar negara itu dapat berjalan dengan baik. Rakyat dalam konteks ini dapat diartikan sebagai sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan yang bersama-sama mendiami wilayah tertentu. 2. WILAYAH Wilayah dalam sebuah negara merupakan unsur yang harus ada, karena tidak mungkin ada negara tanpa ada batas-batas teritorial yang jelas. Secara mendasar, wilayah dalam sebuah negara biasanya mencakup daratan(wilayah daratan), perairan (wilayah laut/perairan) dan udara (wilayah udara).

a. Daratan (wilayah darat) Wilayah darat suatu negara dibatsi oleh wilayah darat atau laut negara lain. Perbatasan wilayah sebuah negara biasanya ditentukan berdasarkan perjanjian. Perbatasan antar dua negara dapat berupa: 1. Perbatasan alam, seperti sungai,danau,pegunungan atau lembah 2. Perbatasan buatan, seperti pagar tembok,pagar kawat,tiang tembok 3. Perbatsan menurut ilmu pasti, dengan menggunakan ukuran garis lintang atau bujur pada peta bumi b. Perairan (wilayah laut/perairan) Batas dari perairan teritorial pada umumnya 3 mil laut (5,555 km) yang dihitung dari pantai ketika air surut. Laut yang berada diluar perairan teritorial disebut lautan bebas (Mare Liberum). c. Udara (wilayah udara) Udara yang berada diatas wilayah darat dan wilayah laut teritorial suatu negara merupakan bagian dari wilayah sebuah negara. Mengenai batas ketinggian sebuah wilayah negara tidak memiliki batas yang pasti, asalkan negara yang bersangkutan dapat mempertahankannya. 4. PEMERINTAH Pemerintah adalah alat kelengkapan negara yanhg bertugas memimpin organisasi negara untuk mencapai tujuan negara. Pemerintah yang menetapkan, menyatakan dan menjalankan kemauan individu-individu yang tergabung dalam organisasi politik yang disebut negara. Pemerintah adalah badan yang mengatur urusan sehari-hari, menjalankan kepentingan bersama. B. Konstitusionalisme Setiap Negara modern dewasa ini senantiasa memerlukan suatu sistem pengaturan yang dijabarkan dalam suatu konstitusi. Oleh karena itu

konstitusionalisme mengacu kepada pengertian sisitem institusionalisasi secara efektif dan teratur terhadap suatu pelaksanaan pemerintahan. Dengan lain perkatan untuk menciptakan suatu tertib pemerintahan diperlukan pengaturan sedemikian rupa, sehingga dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat dibatasi dan dikendalikan (Hamilton, 1931 : 255). Gagasan mengatur dan membatasi kekuasaan ini secara alamiah muncul karena adanya kebutuhan untuk merespon perkembangan peran relatif kekuasaan umum dalam suatu kehidupan umat manusia. Ketika negara-negara bangsa (nation states) mendapatkan bentuknya yang sangat kuat,sentralistis dan sangat berkuasa selama abad ke-16 dan ke17, berbagai teori politik berkembang untuk memberikan penjelasan mengenai perkembangan sistem yang kuat tersebut. Basis pokok konstitusionalisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan (consensus) di antara mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkaitan dengan Negara. Organisasi negara itu di perlukan oleh warga masyarakat politik agar kepentingan mereka bersama dapat dilindungi atau dipromosikan melalui pembentukan dan penggunaan mekanisme yang disebut negara (Andrews,1968: 9). Oleh karena itu kata kuncinya adalah consensus general agreement. Jika kesepakatan itu runtuh, maka runtuh pula legitimasi kekuasaan Negara yang bersangkutan, dan pada gilirannya dapat terjadi civil war atau perang sipil, atau dapat pila suatu revolusi. Dalam sejarah perkembangan Negara di dunia peristiwa tersebut terjadi di Perancis tahun 1789, di Amerika tahun 1776, di Rusia tahun 1917 bahkan di Indonesia terjadi pada tahun 1945,1965 dan 1998. Consensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme di zaman modern dewasa ini pada umumnya dipahami berdasar pada tiga elemen kesepakatan atau consensus, sebagai berikut: 1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society or general acceptance of the same philosophy of government).

2. Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan Negara (the basis of government). 3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur ketatanegaraan (the form of institusions and procedures). (Andrews 1968 : 12). Kesepakatan pertama yaitu berkenaan dengan cita-cita bersama yang sangat menentukan tegaknya konstitusionalisme dan konstitusi dalam suatu negara. Karena cita-cita bersama itulah yang pada puncak abstraksinya paling mungkin mencerminkan bahkan melahirkan kesamaankesamaan kepentingan diantara sesame warga masyarakat yang dalam kenyataan harus hisup di tengah-tengah pluralism atau kemajemukan. Oleh karena itu, pada suatu masyarakat untuk menjamin kebersamaan dalam kerangka kehidupan bernegara, diperlukan perumusan tentang tujuan-tujuan atau cita-cita bersama yang biasa jiga disebut sebagai

philosofhiscegronslaag dan comon

platforms, di antara sesame warga

masyarakat dalam konteks kehidupan bernegara. Bagi bangsa Indonesia dasar filosofis yang dimaksud adalah filsafat Negara Pancasila. Lima prinsip dasar yang merupakan dasar filosofis bangsa Indonesia tersebut adalah: 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yan adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam

permusyawaratan/perwakilan,dan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima prinsip dasar filsafat negara tersebut merupakan dasar filosofisideologis untuk mewujudkan cita-cita ideal dalam bernegara yaitu: 1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia 2. Meningkatkan (memajukan) kesejahteraan umum 3. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan,

4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Kesepakatan kedua adalah kesepakatan bahwa baris pemerintahan didasarkan atas aturan hukum dan konstitusi. Kesepakan kedua ini juga sangat prisipial, karena dalam setiap Negara harus ada keyakinan bersama bahwa dalam segala hal dalam penyelenggaraan negara harus didasarkan atas rule of law. Bahkan di Amerika dikenal istilah The Rule of law, and not rule of man untuk mengggambarkan pengertian bahwa hukumlah yang sesungguhnya memerintah atau memimpin dalam suatu negara, buakn manusia. Istilah The Rule of law harus dibedakan dengan istilah The Rule by Law. Dalam istilah terakhir ini, kedudukan hukum (law) digambarkan hanya bersifat instrumentalis atau hanya sebagai alat, sedangkan kepemimpinan tetap berada di tangan orang atau manusia, yaitu The Rule of Man by Law. Dalam pengertian demikian hukum dapat dipandang sebagai suatu kesatuan sistem yang puncaknya terdapat pergertian mengenai hukum dasar yang disebut konstitusi, baik dalam arti naskah yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dari pengertian ini kita kenal istilah constitutional state yang merupakan salah satu ciri penting negara

demokrasi modern. Oleh karena itu kesepakatan tentang sistem aturan sangat penting sehingga konstitusi sendiri dapat dijadikan pegangan tertinggi dalam memutuskan segala sesuatu yang harus didasarkan atas hukum. Tanpa ada konsensus semacam itu, konstitusi tidak berguna, karena ia hanya sekedar berfungsi sebagai kertas dokumen yang mati, hanya bernilai semantik dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kesepakatan ketiga adalah berkenaan dengan: a. Bangunan organ Negara dan prosedur-prosedur yang mengatur kekuasaan b. Hubungan-hubungan antar organ Negara itu satu sama lain c. Hubungan antara organ-organ Negara itu dengan warga negara

Dengan adanya kesepakatan tersebut, maka isi konstitusi dapat dengan mudah dirumuskan karena dapat mencerminkan keingginan bersama, berkenaan dengan institusi kenegaraan dan mekanisme ketatanegaraan yang hendak dikembangkan dalam kerangka kehidupan negara berkonstitusi (constitutional state). Kesepakan itulah yang dirumuskan dalam dokumen konstitusi yang diharapkan dijadikan pegangan bersama untuk kurun waktu yang cukup lama. Para perancang dan perumus konstitusi tidak seharusnya membayangkan bahwa konstitusi akan diubah dalam waktu dekat. Konstitusi tidak sama dengan undang-undang yang dapat lebih mudah diubah. Karena itulah mekanisme perubahan Undang-Undang Dasar memang sudah

seharusnya tidak diubah semudah mengubah undang-undang. Meskipun demikian seharusnya konstitusi tidak sisakralkan dari kemungkinan perubahan seperti yang terjadi tatkala Orde Baru. Keseluruhan kesepakatan itu pada intinya menyangkut prinsip pengaturan dan pembatasan kekuasaan. Atas dasar pengertian tersebut maka seberarnya prinsip konstitusionalisme modern adalah menyangkut prinsip pembatas kekuasaan atau yang lazim disebut sebagai prinsip limited government. Dalam pengertian inilah yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu: Pertama, hubungan antara pemerintahan dengan warga negara; dan Kedua, hubungan antara lembaga pemerintahan yang satu dengan lainnya. C. Konstitusi Indonesia 1. Pengantar Dalam proses reformasi hukum dewasa ini berbagai kajian ilmiah tentang UUD 945, banyak yang melontarkan ide untuk melakukan amandemen terhadap UUD 1945. Memang amandemen tidak dimaksudkan untuk mengganti sama sekali UUD 1945, akan tetapi merupakan prosedur penyempurnaan terhadap UUD 1945 tanpa harus langsung mengubah UUDnya itu sendiri, amandemen lebih merupakan perlengkapan dan rincian

yang dijadikan lampiran otentik bagi UUD tersebut (Mahfud,1999:64). Dengan sendirinya amandemen dilakukan dengan melakukan berbagai perubahan perubahan pada pasal-pasal maupun memberikan tambahantambahan. Ide tentang amandemen terhadap UUD 1945 tersebut didasarkan pada suatu kenyataan sejarah selama masa orde lama dan orde baru, bahwa penerapan terhadap pasal-pasal UUD memiliki sifat multi in terpretable atau dengan kata lain berwayuh arti, sehingga mengakibatkan adanya sentralisasi kekuasaan terutama kepada presiden. Karena latar belakang politik inilah maka masa orde baru berupaya untuk melestarikan UUD 1945 bahkan UUD 1945 seakan-akan bersifat keramat yang tidak dapat diganggu gugat. Suatu hal yang mendasar bagi pentingnya amandemen UUD 1945 adalah tidak adanya system kekuasaan dengan check and balances terutama terrhadap kekuasaan eksekutif. Oleh karena itu bagi bangsa Indonesia proses reformasi terhadap UUD 1945 adalah merupakan suatu keharusan, karena hal itu akan mengantarkan bangsa Indonesia ke arah tahapan baru melakukan penataan terhadap ketatanegaraan. Amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan oleh bangsa Indonesia sejak tahun 1999, dimna amandemen pertama dilakukan dengan memberikan tambahan dan perubahan terhadap pasal 9 UUD 1945. Kemudian amandemen kedua dilakukan pada tahun 2000, amandemen ketiga dilakukan pada tahun 2001, dan amandemen terakhir dilakukan pada tahun 2002. Dan disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002. Demikianlah bangsa Indonesia memasuki suatu babakan baru dalam kehidupan ketatanegaraan yang diharapkan membawa kea rah perbaikan tingkat kehidupan rakyat. UUD1945 hasil amandemen 2002 dirumuskan dengan melibatkan sebayak-banyaknya partisipasi rakyat dalam mengambil keputusan politik, sehingga diharapkan struktur kelembagaan Negara yang lebih demokratis ini akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2. Hukum Dasar Tertulis ( Undang-Undang Dasar) Sebagaimana disebutkan diatas bahwa pengertian hokum dasar meliputi dua macam yaitu, hokum dasar tertulis (Undang-Undang Dasar) dan hokum tertulis (convensi). Oleh karena itu sifatnya yang tertulis, maka Undang-Undang Dasar itu rumusanya tertulis dan tidak berubah. Secara umum menurut E.C.S. Wade dalam bukunya Constitutional Law, UndangUndang Dsar menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang memaperkan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan

pemerintahan suatu Negara menentukan pokok-pokok cara kerja badanbadan tersebut. Jadi pada perinsipnya mekanisme dan dasar dari setiap system pemerintahan diatur dalam Undang-Undang Dsar. Bagi mereka yang memendang Negara dari sudut kekuasaan dan menganggapnya sebagai suatu organisasi kekuasaan, maka Undang-Undang Dasar dapat dipandang sebagai lembaga atau sekumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan tersebut dibagi antara Badan Legislatif, Eksekutif dan Badan Yudikatif.. Undang-Undang Dasar menentukan cara-cara bagaimna pusat-pusat kekuasaaan ini bekerjasama dan menyesuikan diri satu sama lain. UndangUndang Dsar merekam huungan-hubungan kekuasaan dalam suatu Negara (Budiardjo, 1981:95,96). Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Undang-Undang Dasar 1945 bersifat singkat dan supel. Undang-Undang Dasar 1945 hanya memiliki 37 pasal, adapun pasal-pasal lain hanya memuat aturan peralihan dan aturan tambahan. Hal ini mengandung makna: 1. Telah cukup jikalau Undang-Undang dasar hanya memuat aturanaturan pokok, hanya membuat garis-garis besar instruksi kepada pemerintah pusat dan lain-lain penyelenggaraan Negara untuk

menyelenggarakan Negara, untuk menyelenggarakan kehidupan Negara dan kesejahteraan social.

2. Sifatnya yang supel(elastic) dimaksudkan bahwa kita senantiasa harus ingat bahwa masyarakat itu harus berkembang, dinamis. Negara Indonesia akan terus tumbuh berkembang seiring dengan perubahan zaman. Berhubung dengan itu janganlah terlalu tergesagesa memberikan kristalisasi, memberikan bentuk kepada pikiranpikiran yang masih berubah. Memang sifat aturan yang tertulis itu bersifat mengikat, oleh Karena itu makin supel sifatnya aturan itu makin baik. Jadi kita harus menjaga agar supaya system UndangUndang Dasar itu jangan ketinggalan zaman. Meneurut Padmowahyono, seluruh kegiatan Negara dapat

dikelompokkan menjadi dua macam yaitu: 1. Penyelenggaraan kehidupan Negara 2. Penyelenggaraan kesejahteraan social Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas, maka sifat-sifat Undang-Undang Dasar 1945 adaalah sebagai berikut: 1. Oleh karena sifatnya tertulis maka rumusannya jelas, merupakan suatu hokum positif yang mengikat pemerintahan sebagai

penyelenggara Negara, maupun mengikat bagian setiap warga Negara. 2. Sebagaimana tersebut dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa UUD 1945 bersifat singakat dan supel, memuat aturan-aturan yaitu memuat aturan-aturan pokok yang setiap kali harus

dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman, serta memuat hak-hak asasi manusia. 3. Memuat norma-norma, aturan-aturan serta ketentuan-ketantuan yang dapat dan harus dilaksanakan secara konstitusional. 4. Undang-Undang Dasar 1945 dalam terteb hokum. Indonesia merupakan peraturan hokum positif yang tertinggi, di samping itu sebagai alat control terhadap norma-norma hukum positif yang lebih rendah dalam hirarki tertib hokum Indonesia.

3. Hukum Dasar yang Tidak Tertulis (Convensi) Conversi adalah hokum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara meskipun sifatnya tidak tertulis. Conversi ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: 1. Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara 2. Tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar dan berjalan sejajar. 3. Diterima oleh seluruh rakyat. 4. Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturanaturan dasar yang tidak terdapat dalam Undang-Undang Dasar. Contoh-contoh Conversi antara lain sebagai berikut: 1. Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat. Menurut pasal 37 ayat (1) dan (4) Undang-Undang Dasar 1945, segala keputusan MPR diambil berdasarkan suara terbayak. Akan tetapi system ini dirasa kurang jiwa kekeluargaan sebagai kepribadian bangsa, karena itu dalam praktek-praktek penyelenggaraan Negara selau diusahakan untuk mengambil keputusan berdasarkan

musyawarah untuk mufakat, dan ternyata hamper selalu berhasil. Putusan suara baru ditempuh, jikalau usaha musyawarah untuk mufakat sudah tidak dapat dilaksanakan. Hal yang demikian ini merupakan perwujudan dari cita-cita yang terkandung dalam pokok pikiran kerakyatan dan permusyawaratan/Perwakilan. 2. Praktek-praktek penyelenggaraan Negara yang sudah menjadi hokum dasar tidak tertulis antara lain: a) Pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia setiap tanggal 16 Agustus di dalam siding Dewan Perwakilan Rakyat.

b) Pidato

Presiden

yang

diucapkan

sebagai

keterangan

pemerintah tentang Rancangan Pendapatan dan Belanja Negara pada minggu pertama bulan januari setiap tahunnya. ketiga hal tersebut dalam batinnya secara tidak langsung adalah merupakan realisasi dari Undang-Undang Dasar ( merupakan pelengkap). Namun perlu digaris bawahi bilamana conversi ingin dijadikan menjadi rumusan yang bersifat tertulis, maka yang berwenang adalah MPR, dan rumusannya bukanlah merupakan suatu hokum dasar melainkan tertuang dalam ketetapan MPR. Jadi conversi bilamana dikehendaki untuk menjadi suatu aturan dasar yang tertulis, tidak secara otomatis setingkat dengan UUD, melaikan sebagai suatu ketetapan MPR. 4. Konstitusi Disamping pengertian Undang-Undang Dasar, dipergunakan juga istilah lain yaitu konstitusi. Istilah berasal dari bahasa Inggris constitution atau dati bahasa Belanda Constitutie. Terjemahan dari istilah tersebut adalah Undang-Undang Dasar, dan hal ini memang sesuai dengan kebiasaan orang Belanda dan Jerman, yang dalam percakapan sehari-hari memakai kata Grondwet (Grond=dasar, wet=undang-undang) yang keduanya menunjukkan naskah tertulis. Namun pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaraan umumnya dapat mempunyai arti: 1. Lebih luas dari pada Undang-Undang Dasar atau 2. Sama dengan pengertian Undang-Undang Dasar. Kata kostitusi dapat mempunyai arti lebih luas dari pada pengertian Undang-Undang Dasar, karena pengertian Undang-Undang dasar hanya meliputi konstitusi tertulis saja, dan selain itu masih terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak tercakup dalam Undang-Undang Dasar.

Tujuan Konstitusi Kostitusi dapat dipahami sebagai bagian dari social contract (kontak sosial). Menurut Sovernin Lohman menjelaskan bahwa dalam konstitusi harus memuat unsur-unsur sebagai berikut: 1. Konstitusi dipanjang sebagai perwujudan perjanjian

masyarakat, artinya bahwa konstitusi merupakan konklusi dari kesepakatanmasyarakat untuk membina negara dan pemerintahan yang akan mengatur mereka. 2. Konstitusi ebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia dan warga negara sekaligus penentuan batas-batas hak dan kewajiban warga negara dan alat-alat

pemerintahannya. 3. Konstitusi sebagai forma regimenis yaitu kerangka bangunan pemerintahan (Solly Lubis, 1982;48) Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, diklasifikasikan menjadi tiga tujuan, yaitu: 1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan

sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan politik; 2. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa sendiri; 3. Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para penguasa dalam menjalankan kekuasannya. Konstitusi Demokratis Konstitusi merupakan aturan-aturan dasar yang dibentuk untuk mengatur dasar hubungan kerjasama antara negara dan masyarakat(rakyat) dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai sebuah aturan dasar yang mengatur kehidupan dalam berbangsa dan bernegara,maka sepatutnya konstitusi dibuat atas dasar kesepakatan bersama antara negara

dan warga negara, agar satu sama lain merasa bertanggung jawab serta tidak terjadi penindasan dari yang kuat terhadap yang lemah. Jika konstitusi dipahami sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka konstitusi memiliki kaitan yang cukup erat dengan penyelenggaraan pemerintahan dalam sebuah negara. Konstitusi merupakan media bagi terciptanya kehidupan yang demokratis bagi seluruh warga negara. Dengan kata lain, negara yang memilih demokrasi sebagai pilihannya, maka konstitusi demokratis merupakan aturan yang dapat menjamin terwujudnya demokrasi di negara tersebut sehingga melahirkan kekuasaan atau pemerintahan yang demokratis pula. Meskipun tidak dijumpai pemerintahan yang demokratis murni didunia ini,namun pada dasarnya setiap konstitusi yang digolongkan sebagai konstitusi demokratis haruslah memiliki prinsip-prinsip dasar demokrasi itu sendiri. Secara umum, konstitusi yang dapat dikatakan demokratis mengandung prinsip-prinsip dasar demokrasi dalam kehidupan bernegara, yaitu : 1. Menempatkan warga negara sebagai sumber utama kedaulatan 2. Mayoritas berkuasa dan terjaminnya hak minoritas 3. Pembatasan pemerintahan 4. Pembatasan dan pemisahan kekuasaan negara meliputi : a. Pemisahan wewenang kekuasaan berdasarkan trias politika b. Kontrol dan keseimbangan lembaga-lembaga pemerintahan c. Proses hukum; dan d. Adanya pemilihan umum sebagai mekanisme peralihan kekuasaan Prinsip-prinsip konstitusi demokratis ini merupakan refleksi dari nilainilai dasar yang terkandung dalam hak asasi manusia yang meliputi : 1. Hak-hak dasar 2. Kebebasan mengeluarkan pendapat 3. Hak-hak individu

4. Keadilan 5. Persamaan 6. Keterbukaan Perubahan Konstitusi Dalam sistem ketatanegaraan modern paling tidak ada dua sistem yang berkembang dalam perubahan konstitusi yaitu renewel (pembaharuan) dianut di negara-negara Eropa Kontinental dan amandement (perubahan) seperti dianut di negara-negara Anglo-Saxon. Sistem perubahan konstitusi dengan model renewel merupakan perubahan konstitusi secara keseluruhan sehingga yang diberlakukan adalah konstitusi yang baru secara keseluruhan. Di antara negara yang menganut sistem ini antara lain Belanda, Jerman, dan Prancis. Sedangkan perubahan yang menganut sistem amandement adalah apabila suatu konstitusi diubah maka konstitusi yang asli tetap berlaku. Dengan kata lain hasil amandemen tersebut merupakan bagian atau lampiran yang menyertai konstitusi awal. Diantara negara yang menganut sistem ini antara lain adalah Amerika Serikat. Adapun cara yang dapat digunakan untuk mengubah UndangUndang Dasar atau konstitusi melalui jalan penafsiran, menurut K.C Wheare ada empat macam cara yaitu melalui : 1. Beberapa kekuatan yang bersifat primer (some primary forces) 2. Perubahan amandement) 3. Penafsiran secara hukum (judicial interpretation) 4. Kebiasaan yang terdapat dalam bidang ketatanegaraan (usage and convention) Sementara itu menurut Miriam Budiarjo ada empat macam prosedur dalam perubahan konstitusi yaitu : yang diatur dalam konstitusi (formal

1. Sidang badan legislatif dengan ditambah beberapa syarat 2. Referendum atau plebisit 3. Negara-negara bagian dalam negara federal (misal Amerika Serikat; dari 50 negara-negara bagian harus menyetujui) 4. Musyawarah khusus (special convention) Pendapat yang hampir sama diungkapkan oleh CF.Strong. Ia mengatakan bahwa prosedur perubahan konstitusi-konstitusi da empat macam yaitu : 1. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislatif, akan tetapi menurut pembatsan-pembatasan tertentu 2. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh rakyat melalui uatu referendum 3. Perubahan konstitusi dan ini berlaku dalam negara serikat yang dilakukan oleh sejumlah negara-negara bagian 4. Perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi atau dilakukan oleh suatu lembaga negara khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan

5. Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen 2002 Sistem pemerintahan Negara Indonesia sebelum dilakukan amandemen dijelaskan secara terinci dan sistematis dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945. Sistem pemerintahan Negara Indonesia ini dibagi atas tujuh yang secara sistematis merupakan pengejewantahan kedaulatan rakyat oleh karena itu sistem pemerintahan Negara ini dikenal dengan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara yang dirinci sebagai berikut. Walaupun tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara menurut penjelasan tidak lagi merupakan dasar yuridis, namun tujuh kunci pokok tersebut mengalami perubahan. Oleh karena itu sebagai studi komparatif, sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945 setelah amandemen, dijelaskan sebagai berikut:

a. Indonesia

ialah

Negara

yang

berdasarkan

atas

Hukum

(Rechtstaat) Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machstsstaat). Hal ini

mengandung arti bahwa negara, termasuk di dalamnya Pemerintahan dan lembaga-lembaga negara lainnya dalam melaksanakan tindakantindakan apapun, harus dilandasi oleh peraturan hukum atau harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Tekanan pada hukum (recht) disini dihadapkan pada kekuasaan (macht). Prinsip dari sistem ini disamping akan tampak dalam rumusannya dalam pasal-pasalnya, juga akan sejalan dan merupakan pelaksanaan dari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yang diwujudkan oleh cita-cita hukum (rechtsidee) yang menjiwai UUD 1945 dan hukum dasar yang tidak tertulis. Sesuai dengan semangat dan ketegasan Pembukaan UUD 1945, jelas bahwa negara hukum yang dimaksud berarti negara bukan hanya sebagai polisi lalu lintas atau penjaaga malam saja, yang menjaga jangan sampai terjadi pelanggaran dan menindak pada pelanggar hukum. Pengertian negara hukum baik dalam arti formal yang melindungi seluruh warga dan seluruh tumpah darah, juga ddalam pengertian negara hukum material yaitu negara haarus bertanggung jawab terhadap kesejahteraan dan kecerdasan seluruh warganya. Dengan landasan dan semangat negara hukum dalam arti material itu, setiap tindakan negara haruslah mempertimbangkan dua kepentingan atau landasan, ialah kegunaannya (doelmatigheid) dan landasan hukumnya (rechtmatigheid). Dalam segala hal harus senantiasa diusahakan agar setiap tindakan negara (pemerintah) itu selalu memenuhi dua kepentingan atau landasan tersebut. Adalah suatu seni tersendiri untuk mengambil keputusan yang tepat apabila ada pertentangan kepentingan atau salah satu kepentingan tidak terpenuhi, sehingga harus dilakukan secara bijaksana yang dengan

sendirinya harus senantiasa berlandaskan atas peraturan hukum yang berlaku.

b. Sistem Konstitusional Pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolut (kekuasaan yang tidak terbatas). Sistem ini memberikan penegasan bahwa cara pengendalian pemerintahan dibatasi oleh ketentuan-ketentuan konstitusi, yang dengan sendirinya juga oleh ketentuan-ketentuan hukum lain merupakan poduk konstitusional, Ketetapan MPR, Undang-Undang dan sebagainya. Dengan demikian sistem ini memperkuat dan menegaskan lagi sistem negara hukum seperti dikemukakan diatas. Dengan landasan kedua sistem negara hukum dan sistem

konstitusional diciptakan sistem mekanisme hubungan dan hukum antar lembaga negara, yang sekiranya dapat menjamin terlaksananya sistem itu sendiri dan dengan sendirinya juga dapat memperlancar pelaksana pencapaian cita-cita nasional.

c. Kekuasaan Negara yang Tertinggi di tangan Rakyat Sistem kekuasaan tertinggi sebelum dilakukan amandemen dinyatakan dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai berikut: Kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu badan, bernama MPR, sebagai penjelmaan deswillens seluruh des rakyat Indonesia Majelis ini

(Vertretungorgatan

statsvolkes).

menetapkan Undang-Undang Dasar dan menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara. Majelis ini mengangkat Kepala Negara (Presiden) dan Wakil Kepala Negara (Wakil Presiden). Majelis inilah yang memegang kekuasaan negara yang tertinggi, sedangkan presiden harus menjalankan haluan negara menurut garis-garis besar yang telah ditetapkan oleh Majelis. Presiden yang diangkat oleh Majelis tunduk dan bertanggung jawab kepada Majelis (Mandataris)

dari Majelis. Presiden wajib menjalankan putusan-putusan Majelis, dan tidak neben akan tetapi untergeordnet kepada Majelis. Namun menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002 kekuasaan tertinggi di tangan rakyat, dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2). Hal ini berarti terjadi suatu reformasi kekuasaan tertinggi dalam negara secara kelembagaan tinggi negara, walaupun esensinya tetap rakyat yang memiliki kekuasaan. MPR menurut UUD 1945 hasil Amandemen 2002, hanya memiliki kekuasaan melakukan perubahan UUD, melantik Presiden dan Wakil Presiden, serta memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden sesuai masa jabatan, atau jikalau melanggar suatu konstitusi. Oleh karena itu sekarang presiden bersifat neben bukan Untergeordnet, karena presiden dipilih langsung oleh rakyat , UUD 1945 hasil Amandemen 2002, pasal 6A ayat (1).

d. Presiden ialah Penyelenggara Pemerintah Negara yang Tertinggi di Samping MPR dan DPR Kekuasaan Presiden menurut UUD 1945 sebelum dilakukan amandemen, dinyatakan dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, sebagai berikut: di bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat, Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi. Dalam menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dan

tanggungjawab adalah ditangan Presiden (Concentration of power responsibility upon the president). Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen 2002, presiden merupakan penyelenggara pemerintah tertinggi di samping MPR dan DPR, karena Presiden dipilih langsung oleh rakyat UUD 1945 pasal 6A ayat (1). Jadi menurut UUD 1945 ini tidak lagi merupakan mandataris MPR, melainkan dipilih langsung oleh rakyat.

e. Presiden Tidak Bertanggungjawab Kepada MPR

Sistem ini menurut UUD 1945 sebelum amandemen dijelaskan dalam Penjelasan UUD 1945, namun dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 juga memiliki isi yang sama, sebagai berikut: Disamping presiden adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Presiden harus mendapatkan persetujuan DPR untuk membentuk Undang-Undang (Gezetzgebung) pasal 5 ayat (1) dan untuk menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara

(Staatsbergrooting) sesuai dengan pasal 23. Oleh karena itu Presiden harus bekerja sama dengan Dewan, akan tetapi Presiden tidak bertanggungjawab kepada Dewan, artinya kedudukan Presiden tidak tergantung Dewan. f. Menteri Negara ialah Pembantu presiden, Menteri Negara tidak Bertanggung jawab Kepada Dewan Perwakilan Rakyat sistem ini dijelaskan dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 maupun dalam dalam penjelasan UUD 1945, sebagai berikut: Presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahan dibantu oleh menteri-menteri negara (pasal 17 ayat (1) UUD 1945 Hasil Amandemen ), presiden mengangkat dan memberhentikan Menterimenteri Negara (pasal 17 ayat (2) UUD 1945 Hasil Amandemen 2002 ), Menteri-menteri Negara itu tidak bertanggungjawab kepada dewan Perwakilan Rakyat.

g. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak-Terbatas Sistem ini dinyatakan secara tidak eksplisit dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 dan masih sesuai dengan penjelasan UUD 1945 dijelaskan sebagai beriku: Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen 2002, Presiden dan wakil Presiden dipilih oleh rakyat secara langsung (UUD 1945 hasil

Amandemen 2002 pasal 6A ayat (1)). Dengan demikian dalam sistem kekuasaan kelembagaan negara presiden tidak lagi merupakan mandataris MPR bahkan sejajar dengan DPR dan MPR. Hanya jikalau Presiden melanggar Undang-Undang Dasar, maka MPR dapat melakukan Impeachment. Meskipun kepala Negara tidak bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat, ia bukan diktator, artinya kekuasaan tidak tak-terbatas. Diatas telah ditegaskan bahwa ia bukan mandataris Permusyawaratan Rakyat, namun demikian ia tidak dapat

membubarkan DPR atau MPR kecuali itu ia harus memperhatikan sungguh-sungguh suara Dewan Perwakilan Rakyat. 6. Negara Indonesia adalah Negara Hukum Menurut penjelasan UUD 1945 , Negara Indonesia adalah Negara Hukum, Negara yang berdasarkan Pancasila dan bukan berdasarkan atas kekuasaan. Sifat Negara dapat ditunjukan jikalau alat-alat perlengkapannya bertindak menurut dan terikat kepada aturan-aturan yang ditentukan lebih dahulu oleh alat-alat perlengkapan yang dikuasai untuk mengadakan aturanaturan itu. Ciri-ciri suatu Negara Hukum adalah: a. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung persamaan dalam bidang politik,hukum,social,ekonomi dan kebudayaan. b. Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak memihak. c. Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan

hukumnya dapat dipahami dapat dilaksanakan aman dalam melaksanakannya.

Pancasila sebagai dasar Negara yang mencerminkan jiwa bangsa Indonesia harus menjiwai semua peraturan hukum dan pelaksanaannya,

ketentuan ini menunjukkan bahwa di Negara Indonesia dijamin adanya perlindungan hak-hak asasi manusia berdasarkan ketentuan hukum, bukan kemauan seseorang yang menjadi dasar kekuasaan menjadi suatu kewajiban bagi setiap penyelangaraan Negara untuk menegakan keadilan dan kebenaran berdasarkan pancasila yang selanjutnya melakukan pedoman peraturan-peraturan pelaksanaan. Disamping itu sifat hukum yang berdasarkan pancasila, hukum mempunyai fungsi pengayoman agar cita-cita luhur bangsa Indonesia tercapai dan terpelihara. Namun demikian untuk menegakan hukum demi keadilan dan kebenaran perlu adanya Badan-badan kehakiman yang kokoh, kuat yang tidak mudah dipengaruhi oleh lembaga-lembaga lainnya. Pemimpin eksekutif (presiden) wajib bekerja sama dengan badan-badan kehakiman untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan sehat. Dalam era reformasi dewasa ini bangsa Indonesia benar-benar akan mengembalikan peranan hukum, aparat penegak hukum beserta seluruh sistem peraturan perundang-undangan akan dikembalikan pada dasar-dasar Negara hukum yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 hasil amandemen 2002 yang mengemban amanat demokrasi dan perlindungan hal-hak asasi manusia. Adapun pembangunan hukum di Indonesia sesuai denan tujuan Negara Hukum yang mengabdi pada kepentingan nasional terutama rakyat, melalui penyusunan menteri hukum yang bersumberkan pada Pancasila sebagai sumber filosofiinya dan UUD 1945 sebagai dasar konstitusionalnya, serta aspirasi rakyat sebagai sumbermaterialnya.

Anda mungkin juga menyukai