Anda di halaman 1dari 9

Tugas Paper Mata Kuliah : Pasang Surut dan Perubahan Muka Laut PJMK : Dr Ir I Nyoman MN Natih, MSi

Analasis Harmonik Pasang Surut dengan Metode Admiralty (Studi Kasus Pelabuhan Beras, Bontang, Kalimantan Timur)

Oleh: Syamsul Hidayat C551080121

MAYOR ILMU KELAUTAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Analisis Harmonik Pasang Surut dengan Metode Admiralty (Studi Kasus Pelabuhan Beras Basah) Abstrak Pembangunan daerah pantai tidak terlepas dari sifat perairan di daerah tersebut. Pengamatan pasang surut dilakukan untuk memperoleh data sifat dan fenomena perairan yang berbeda-beda di di tiap tempat, tergantung pada topografi tempat, letak geografis, sifat masing-masing lautan maupun karakteristik tempat tersebut. Dengan waktu selama 15 piantan (hari) yaitu 9 23 Mei 1997 dilakukan pengamatan pasang surut di Pelabuhan Beras Basah. Hasilnya kemudian dianalisis dengan metode Admiralty dengan memperhitungkan unsur bulan dan matahari dan dimanfaatkan sebagai referensi pembangunan daerah pantai, seperti coastal engineering, pengerukan (dredging), keselamatan pelayaran (safety of navigation). Selain itu dapat digunakan dalam upaya perencanaan proteksi terhadap bahaya tsunami dan abrasi. Pendahuluan Pasang surut merupakan perubahan gerak relatif dari materi planet, bintang dan benda-benda angkasa lainnya yang diakibatkan oleh aksi gravitasi benda-benda di luar materi itu berada. Pasut di bumi dapat terjadi dalam tiga jenis: pertama, pasut atmosfer (atmospheric tide); kedua, pasut laut (ocean tide) dan di danau-danau besar meskipun sangat kecil; ketiga, pasut bumi padat (bodily tide) (Mihardja dan Setiadi, 1989). Dalam konteks oseanografi, pasut adalah perubahan gerak relatif laut akibat gaya gravitasi benda-benda angkasa, khususnya bulan dan matahari. Pasang surut ini erat hubungannya dengan siklus perjalanan matahari dan bulan dalam keadaan relatifnya terhadap bumi (Sugiyono, 1990 in Kurniawan, 2000). Keadaan pasang surut di suatu tempat dilukiskan oleh konstanta harmonik. Sehingga yang dimaksud dengan analisis harmonik pasang surut adalah suatu cara untuk mengetahui sifat dan karakter pasang surut di suatu tempat dari hasil pengamatan pasang surut dalam kurun waktu tertentu. Pengamatan pasang surut idealnya selama 18,6 tahun (Pariwono, 1985 in Dahuri et al., 1996). Gerakan pasang surut pada tempat-tempat tertentu tidak hanya tergantung pada gaya tarik bulan dan matahari saja, tetapi juga ditentukan oleh gaya friksi; rotasi bumi (gaya coriolis); resonansi gelombang yang disebabkan oleh bentuk, luas, kedalaman, topografi bawah air serta hubungan perairan tersebut dengan laut di sekitarnya (lautan terbuka/laut bebas dengan laut tertutup/laut terisolir) (Kurniawan, 2000). Selain itu, terdapat faktor-faktor non-astronomi yang mempengaruhi pasut, seperti tekanan atmosfer, angin, densitas air laut, penguapan dan curah hujan (Mihardja dan Setiadi, 1989).

Berbagai metode pengukuran pasut telah dikembangkan saat ini, seperti metode least square (Emery and Thomson, 1997) dan metode Admiralty. Pada paper ini akan digunakan metode Admiralty. Pelabuhan Beras Basah terletak pada koordinat geografis 00 03' 31.65" LU dan 177 33' 37.65" BT. Pengetahuan mengenai pasut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat yang menggantungkan sebagian besar pencahariannya di laut. Bagi pemerintah, swasta, perorangan dan pihak lain yang membutuhkan dapat memanfaatkan data pasut pada kegiatan coastal engineering, pengerukan (dredging), keselamatan pelayaran (safety of navigation). Selain itu dapat pula digunakan dalam upaya proteksi terhadap bahaya tsunami dan abrasi. Permasalahannya adalah bagaimana sifat-sifat perairan di Pelabuhan Beras Basah yang berhadapan dengan Samudera Hindia dan merupakan lautan terbuka. Untuk mengetahuinya dilakukan pengamatan pasang surut sebagai fenomena air laut yang dapat diamati sehari-hari. Hasil pengamatan ini dievaluasi dengan pendekatan harmonik air laut untuk mendapatkan konstanta harmonik barupa amplitudo (A) dan beda fase (g0). Kemudian dianalisa untuk mendapatkan tipe pasang surut, kedudukan air laut terendah dan tertinggi yang mungkin terjadi, besar mean sea level (S0), umur pasang surut air laut, besar amplitudo dan beda fase setiap konstanta harmonik pasang surut yang merupakan sifat-sifat dari suatu perairan. Termasuk juga komponen pasang surut yang terbesar dan terkecil, tunggang air rata-rata dan waktu pasang surut purnama. Tabel 1. Sembilan unsur utama pembangkit pasut Unsur M2 S2 K2 N2 K1 O1 P1 M4 MS4 Periode (jam) 12.42 12.00 11.97 12.66 23.93 25.82 24.07 6.21 6.20 Kecepatan sudut (0/jam) 28.9841 30.0000 30.0821 28.4397 15.0411 13.9430 14.9589 57.9682 58.9841 Sifat dan disebabkan oleh Harian ganda: bulan orbit lingkaran dan equatorial orbit Harian ganda: bulan orbit lingkaran dan equatorial orbit Harian ganda: deklinasi bulan dan deklinasi matahari Harian ganda: orbit bulan yang eliptis Harian ganda: deklinasi bulan dan deklinasi matahari Harian ganda: deklinasi bulan Harian ganda: deklinasi matahari quarter diurnal: perairan dangkal quarter diurnal: perairan dangkal, interaksi M2 dan S2

Tujuan Memperoleh sifat dan karakter pasang surut di perairan Pelabuhan Beras Basah sehingga dapat digunakan sebagai referensi bagi kegiatan pembangunan daerah pantai di daerah tersebut. Hal ini penting karena masyarakat setempat sebagian besar menggantungkan hidup dari hasil laut dan kegiatan pantai. Metode Metode penelitian terutama dilakukan dengan pengamatan pasang surut, koreksi data, perhitungan, analisa dan interpretasi.

Pengamatan Pasang Surut Pengamatan pasang surut di Pelabuhan Beras Basah dilakukan pada tanggal 9 23 Mei 1997. Adapun alat pencatatnya adalah A-OTT KEMPTEN R-20 Strip-Chart yang dikelola oleh Bakosurtanal. Alat tersebut masuk dalam klasifikasi jenis pelampung (float type tide gauge), yaitu alat pencatat pasang surut otomatis yang bekerja berdasarkan naik turunnya pelampung. Cara kerjanya dengan mencatat sendiri perubahan naik turunnya permukaan laut dalam skala yang lebih kecil pada kertas pencatat (recording paper) dalam bentuk grafik. Koreksi Data Grafik hasil pengamatan pada recording paper tersebut merupakan fungsi dari garis-garis skala tinggi dengan waktu. Gerakan kertas menurut waktu dilaksanakan oleh suatu mekanisme jam dengan penggerak pegas atau baterai. Dari data bentuk grafik (analog) tersebut diubah dalam bentuk data numerik (angka) dengan mengkonversi pada skala yang sebenarnya sehingga hasil data numerik akan menggambarkan keadaan sebenarnya di lapangan pengamatan. Konversi data inilah yang mengakibatkan timbulnya kesalahan-kesalahan yang harus dilakukan koreksi. Sebagai pembanding dapat dilihat pada rambu ukur yang biasanya terpasang pada lokasi pengamatan pasang surut. Kemudian data yang digunakan untuk penelitian ini berupa data-data numerik yang disusun dalam tabel kedudukan tinggi air laut (dalam satuan sentimeter) tiap jam (24 jam) untuk 15 hari pengamatan dan sudah terkoreksi sehingga sudah siap untuk dilakukan perhitungan selanjutnya.

DATA PENGAMATAN

1
Data pengamatan disusun menurut Skema 1

2 Tabel 2

3 Skema 2

Tabel 6

5 Skema 3

Skema 4

Tabel 30 & 31

8 Skema 5 & 6 10

9
Tabel 40, 41, 42 dan 43

Keterangan: : hasil pekerjaan : tabel : garis kerja : garis konfirmasi dengan tabel
9

Skema 7 & 8

11

: tahap pekerjaan ke-9

Gambar 1. Skema cara perhitungan pasut laut dengan metode Admiralty

Perhitungan Perhitungan dengan metode Admiralty, yaitu hitungan untuk mencari harga amplitudo (A) dan beda fase (g0) dari data pengamatan selama 15 piantan (hari pengamatan) dan mean sea level (S0) yang sudah terkoreksi. Secara skematik, perhitungan dengan metode Admiralty melalui beberapa tahapan seperti digambarkan pada Gambar 1. Adapun tahapan perhitungan tersebut menggunakan delapan kelompok hitungan (skema) dengan bantuan tabel-tabel dari perhitungan metode Admiralty. Secara garis besar hitungan dengan menggunakan metode Admiralty adalah sebagai berikut: 1. Kelompok hitungan 1 Pada hitungan kelompok ini ditentukan pertengahan pengamatan, bacaan tertinggi dan terendah. Bacaan tertinggi menunjukkan kedudukan alat tertinggi dan bacaan terendah menunjukkan alat terendah 2. Kelompok hitungan 2 Ditentukan bacaan positif (+) dan negatif (-) untuk kolom X1, Y1, X2, Y2, X4 dan Y4 dalam setiap hari pengamatan. 3. Kelompok hitungan 3 Pengisian kolom X0, X1, Y1, X2, Y2, X4 dan Y4 dalam setiap hari pengamatan. Kolom X0 berisi perhitungan mendatar dari hitungan X1 pada kelompok hitungan 2 tanpa memperhatikan tanda (+) dan (-). Kolom X1, Y1, X2, Y2, X4 dan Y4 merupakan penjumlahan mendatar dari X1, Y1, X2, Y2, X4 dan Y4 pada kelompok hitungan 2 dengan memperhatikan tanda (+) dan (-) harus ditambah dengan besaran B(B kelipatan 100) 4. Kelompok hitungan 4 Untuk pengamatan 15 piantan, besaran yang telah ditambah B dapat ditentukan dan selanjutnya menghitung X00, Y00 sampai dengan X4d, Y4d dimana: Indeks
00

untuk X berarti X00

Indeks 00 untuk Y berarti Y00 Indeks 4d untuk X berarti X4d Indeks 4d untuk Y berarti Y4d

5. Kelompok hitungan 5 Perhitungan pada kelompok ini sudah memperhatikan sembilan unsur utama pembangkit pasang surut (M2, S2, K2, N2, K1, O1, P1, M4 dan MS4). Untuk

perhitungan kelompok hitungan 5 mencari nilai X00, X10, selisih X12 dan Y1b, selisih X13 dan Y1c, X20, selisih X22 dan Y2b, selisih X23 dan Y2c, selisih X42 dan Y4b dan selisih X44 dan Y4d. Untuk perhitungan kelompok hitungan 6 mencari nilai Y10, jumlah Y12 dan X1b, jumlah Y13 dan X1c Y20, jumlah Y22 dan X2b, jumlah Y23 dan X2c, jumlah Y42 dan X4d dan jumlah Y44 dan X4d. 6. Kelompok hitungan 7 dan 8 Menentukan besarnya P.R cos r, P.R sin r, menentukan besaran p, besaran f, menentukan harga V, V, V dan V untuk tiap unsur utama pembangkit pasang surut (M2, S2, K2, N2, K1, O1, P1, M4 dan MS4), menentukan harga u dan harga p serta harga r. Akhirnya dari perhitungan ini akan menentukan harga w dan (1+W), besaran g, kelipatan dari 3600 serta amplitudo (A) dan beda fase (g0). Analisa dan Interpretasi Dari besaran amplitudo (A) dan beda fase (g0) konstanta harmonik pasang surut air laut yang diperoleh, dapat dianalisis sifat-sifat perairan Pelabuhan Beras Basah melalui tabiat pasang surutnya, yaitu: 1. Tipe pasang surutnya melalui nilai F (Formzal), pada kriteria Courtier. Nilai F pada bulan Mei 1997 di Pelabuhan Beras Basah dapat dicari melalui formula:

Nilai F pada saat pengamatan diperoleh 0.300 sehingga tipe pasang surut di perairan Pelabuhan Beras Basah adalah pasang surut campuran condong ke harian ganda. Hal ini diakibatkan karena nilai Formzal berkisar antara 0.25 < F < 1.50 berdasarkan kriteria Courtier. Tabel 2. Hasil hitungan amplitudo (A) dan beda fase (g0) di Pelabuhan Beras Basah Komponen S0 (MSL) M2 S2 K2 N2 K1 O1 P1 M4 Amplitudo (A) (cm) 135.99 56.98 38.55 13.00 7.48 16.13 12.54 15.00 Beda Fase (g0) 250.63 209.15 321.00 208.84 266.85 343.10 44.00

MS4 2. Hitungan kedudukan air laut terendah dan tertinggi Hitungan air laut tertinggi saat pasang surut purnama (Mean High Water Spring), air laut tertinggi pada saat pasang surut mati (Mean High Water Neap), air laut

terendah saat pasang surut purnama (Mean Low Water Spring) dan air laut terendah pada saat pasang surut mati (Mean Low Water Neap) mengacu pada perhitungan berikut ini:

MHWS = Z0 + M2 + S2 MHWN = Z0 + M2 S2 MLWN = Z0 M2 + S2 MLWS = Z0 M2 S2

Nilai Z0 diperoleh dari perhitungan yang sering digunakan di Perancis, yaitu:

Z0 = S0 1.2 (M2 + S2 + K2).

Tabel 3. Hitungan kedudukan air laut terendah dan tertinggi Tanggal 9 23 Mei 97 Jenis Sasang Surut Pasang surut purnama Pasang surut mati Air Tinggi 174.54 (MHWS) 97.45 (MHWN) Air Rendah -16.51 (MLWS) 60.58 (MLWN)

3. Hitungan tunggang (range) pasut rata-rata Hitungan tunggang dihitung dari hasil pengurangan air laut tinggi dan air laut rendah masing-masing pada saat pasang surut purnama dan pasang surut mati. Tabel 4. Hitungan tunggang air rata-rata 9 23 Mei 1997 Kesimpulan Perairan Pelabuhan Beras Basah mempunyai tipe pasang surut yaitu pasang surut campuran condong ke harian ganda. Pasang surut purnama 191.06 Pasang surut mati 36.87

Daftar Pustaka Dahuri, R., J. Rais, S. P. Ginting, M. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Emery, W.J. and R.E. Thomson. 1997. Data Analysis Methods in Physical Oceanography. Pergamon. UK. Kurniawan, Lilik. 2000. Analisis Harmonik Pasang Surut Pantai Teluk Prigi, Jawa Timur (Upaya Antisipasi terhadap Tsunami). Jurnal Alami. Volume 5 No 2 Tahun 2000. Mihardja, D. K. dan R. Setiadi. 1989. Analisis Pasang Surut di Daerah Cilacap dan Surabaya, in Pasang Surut (editor: Otto R Ongkosongo dan Suyarso). Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai