Anda di halaman 1dari 6

05:32 HAYARDIN 4 comments

Guru adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa..yaa...saya teringat dengan katakata ini ketika saya masih duduk dibangku SD. Kata kata itulah yang sangat sering saya dengar dan membuat saya mengacungi Jempol Profesi sebagai seorang Guru Kenyataan yang ada sekarang sepertinya sudah terbalik, sekarang yang ada adalah bukan Guru adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa tetapi Guru adalah Jasa ( bukan saya yang bilang ini loh, tapi diskusi teman-temanku kemarin ) Kemarin saya sempat dengar diskusinya teman-teman, seru juga saya dengar, seorang teman mengajukan pertanyaan begini: Jika memang Guru adalah Pahlawan tanpa tanda jasa, kira-kira kamu mau mengajar tanpa digaji ? Diskusinyapun menjadi Heboh dan seru karena mereka saling mempertahankan Argumen masing-masing.Saya juga sebagai seorang penulis merasa bingung jika ditanya sperti itu.Jadi jika bapak-bapak, Ibu-ibu,Om,Tante,Mahasiswa, sahabat blogger, atau Akademis yang Senior yang sempat membaca tulisan saya ini, mohon penjelasan dan Komentarnya.

Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Karena sebesar apapun jasanya tidak ada tanda jasa yang ia ( guru ) terima. Tidak ada pangkat bintang 1, bintang 2 ataupun bintangbintang yang lain. Guru adalah yang mengajarkan kita semua menulis dan membaca. Saya bisa menulis artikel saat inipun adalah karena jasa guru yang dengan telaten memberikan cara menulis kepada saya dan juga mengajarkan cara membaca untuk saya. Saya ingat betul bagaimana guru datang dengan aktif, datang dengan hanya mengendarai sebuah sepeda pedal ke sekolah. Bahkan tidak jarang, kehujanan di tengah jalan dan saya lihat baju guru basah kuyup. Saya dan teman-teman hanya melihat tanpa perasaan apapun, karena waktu itu kita masih anak-anak. Tidak kenal dan tidak paham betapa susahnya guru waktu itu. Tidak paham bahwa guru kita benar-benar berkorban untuk memberikan kita pengetahuan. Guru adalah soko guru bangsa ini. Tanpa guru apa artinya sebuah bangsa. Sebesar apapun bangsa itu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati gurunya. Karena gurulah saya, anda dan kita semua bisa menjadi seperti sekarang. Ada yang menjadi pedagang. Pedagang pasti akan selalu berkutat dengan dunia hitung menghitung. Jadi ingatlah guru Matematika. Merekalah yang mengajarkan anda bagaimana menjumlah, mengalikan, membagi, mengurangkan dan lain-lain. Maka karena perhitungan yang tepat di dalam berdagang, maka anda bisa untung. Kemudian, ada yang menjadi blogger, seperti kita-kita ini. Apa yang patut diingat dari guru dengan menjadi blogger? Dunia blogger pasti tidak akan terlepas dari 2 aktivitas. Menulis dan membaca. Tidak ingatkah kita bahwa kita bisa membaca dan menulis karena jasa guru? Waktu itu ketika SD atau MI guru kita denga telaten mengajarkan bagaimana langkah-langka menulis dan membaca. Hingga akhirnya kita bisa membaca dan juga bisa menulis. Jadi apapun kita, petani, pedagang, pengusaha, kyai, ulama, pejabat mulai kepala desa hingga kepala negara, semua pasti tidak akan terlepas dari jasa guru yang memberinya pengetahuan. Teman dan kawanku semua, kebetulan saya sekarang menjadi seorang guru. Guru swasta di sebuah Pondok Pesantren. Namanya pesantren Atthahiriyah. Saya adalah alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk sumenep Madura. mengenyam pendidikan pesantren selama 6 tahun. Setelah tamat dari Madrasah Aliyah, saya langsung diajak teman ke Pulau Kalimantan. Tepatnya di Kalimantan Selatan. Saya menyadari sekarang bagaimana susahnya menjadi seorang guru. Perlu kesabaran, Perlu ketelatenan. Perlu pengorbanan dan perlu perjuangan. Saya ingat betul guru-guru saya baik dari tingkat dasar hingga tingkat atas. Ketika SD saya ingat guru saya yang bernama pak Juri, pak warno, pak nardi dan lain-lain. Ketika MI saya ingat betul pak Mukri, K. Marham, Pak Hasbi dan lain-lain. Banyak sekali dan tidak bisa saya sebut satu persatu di sini. Wooow mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang telah memberikan ilmu pengetahuan dasar untuk saya. Saya tak akan melupakanmu guru. Jika Bapak guru masih hidup semoga Allah akan memberikan kesejahteraan dan kemakmuran. Jika Bapak guru sudah meninggal, semoga amalmu akan diterima oleh Allah Yang Maha Pencipta. Artikel ini saya tulis dalam rangka Hari Guru Nasional tanggal 25 Nopember 2010 kemarin. Masih ingat kan lagu khusus guru ini :

Terpujilah engkau dalam kehausan .. ..

wahai engkau laksana

ibu embun

bapak

guru penyejuk

Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa

Guru dan Pahlawan Tanpa Jasa


Kamis, 25 November 2010 06:58 | Ditulis oleh Administrator | |

Momentum Hari Guru (PGRI) yang jatuh pada 25 November ini, patut kita dijadikan sebagai kesempatan emas (golden opportunity) untuk memperbaiki citra guru dalam dunia pendidikan. Ini karena, guru merupakan sosok yang patut menjadi teladan sekaligus inovator ulung yang diyakini mampu memberikan pencerahan demi cita-cita pendidikan yang berkualitas. Dengan kata lain, kita tengah mendamba sosok guru ideal yang bisa menjamin kualitas dan intensitas peserta didik menuju masa depan yang gemilang. Namun demikian, keberadaan guru saat ini tengah mendapatkan sorotan yang cukup tajam dari beberapa kalangan yang mempunyai antusiasme terhadap dunia pendidikan. Hal ini tidak lepas oleh menurunnya kualitas seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pengajar di lembaga sekolah. Kualitas seorang guru semakin dipertanyakan, apakah ia memiliki kapabilitas yang memadai dalam melaksanakan tugasnya atau tidak ? Menurunnya kualitas guru saat ini, lebih banyak diimplikasikan oleh kurangnya kesadaran untuk meningkatkan kualitas keilmuannya dan metode yang diterapkan ketika memberikan materi pelajaran, sehingga hal ini menjadi problem yang krusial dalam dunia pendidikan. Padahal, guru dalam perspektif banyak orang masih menjadi agent of teaching untuk melaksanakan program pendidikan yang diamanatkan oleh pemerintah. Keberadaan guru diyakini mampu memberikan wahana penyegaran terhadap peserta didik yang membutuhkan peningkatkan dalam aplikasi keilmuannya. Guru memiliki peranan yang cukup signifikan dalam menumbuhkan kreativitas dan keterampilan peserta didik. Begitu vitalnya peran guru dalam dunia pendidikan, sehingga ia menempati posisi yang amat strategis dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Posisi yang amat strategis tersebut, setidaknya menjadi acuan fundamental bagi guru untuk meningkatkan kualitas anak didiknya. Keberadaan guru dalam konteks memang menjadi problem dalam dunia pendidikan. Itulah sebabnya, gambaran guru masa kini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, masalah loyalitas dan dedikasinya kepada bangsa. Seorang guru yang profesional adalah guru yang mempunyai kesetian dalam melaksanakan tugasnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam mengajar, seorang guru sudah tidak lagi mengedepankan loyalitas terhadap bangsa dan profesi yang ditekuninya. Kedua, adanya guru cacat bawahan. Banyak guru yang kebetulan menjadi guru tidak didorong oleh cita-cita yang diidamkannya, tapi karena tidak ada pekerjaan lain yang dapat dilakukan. Problem guru demikian perlu dipertanyakan kualitas keilmuannya dalam mengajar siswa.

Ketiga, guru yang bersikap kapitalis. Gambaran guru demikian memang menjadi satu kekhawatiran tersendiri dalam dunia pendidikan kita. Guru mengajar bukan karena tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Akan tetapi, hanya berdasarkan pada upaya untuk mendapatkan bayaran dari pemerintah. Keempat, penerapan KBK yang masih belum maksimal. Keberadaan konsep KBK dalam dunia pendidikan masih belum menampakan hasil yang maksimal bagi perkembangan kreativitas dan keteranmpilan peserta didik. Pengembangan kreativitas dan keterampilan menjadi sebuah bukti kongkrit bahwa KBK dapat diterapkan dengan baik oleh tenaga pengajar. Sosok Guru Ideal di Masa Depan Harapan masyarakat terhadap kemajuan pendidikan amatlah besar. Kemajuan pendidikan sangat ditentukan oleh keberadan guru yang mempunyai peranan vital dalam dunia pendidikan. Peranan guru menduduki posisi paling sentral proses pembelajaran. Malah dalam falsafah Jawa, sosok guru itu menjadikan suri teladan (Arab: Uswatun Hasanah) bagi anak didiknya. Guru itu adalah sosok yang digugu (dipercaya) dan ditiru (dicontoh). Menurut Muarif, melihat posisi itu dalam falsafah Jawa seperti sebuah cermin. Semakin jernih cermin itu, maka semakin nampak kondisi peserta didik. Begitu pula dengan sosok guru yang merupakan cermin masa depan peserta didik dalam mengembangkan daya kreatifnya. Dalam konsep pendidikan ideal, guru menduduki peran sebgai patner belajar. Guru adalah teman belajar siswa yang memberikan arahan dan nasehat dalam proses belajar. Hubungan yang harmonis antara guru dan peserta didik akan tercipta, apabila keduanya memiliki pemahaman yang sama mengenai posisi keduanya. Dengan begitu, guru bukan menjadi momok yang menakutkan. Guru yang mempunyai pandangan masa depan akan sangat besar pengaruhnya ketika peserta didiknya mendapatkan prestasi belajar yang baik dalam dunia pendidikan. Tidak hanya peningkatan prestasi belajar yang dijadikan target untuk mencapai sebuah keberhasilan dan kesuksesan, namun perubahan tingkah laku amat penting untuk digalakkan dan dijadikan langkah awal dalam mencapai idealisme dalam belajar. Dalam hal ini, Kamrani Buseri (2003), memahami bahwa attitudes guru amat diperlukkan, sebagai landasan fundamental bagi terjalinnya hubungan interpersonal guru dengan murid yang lebih fair, konfedensial, dan fermisif. Oleh karena itu, guru dituntut sebagai figur yang benar-benar dipercaya dan diyakini dalam menumbuhkan sikap kebebasan terhadap peserta didik untuk mengungkapkan problematikanya. Guru masa depan adalah guru yang mempunyai pandangan jauh untuk membantu meningkatkan kualitas keilmuan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Harapan terhadap guru masa depan menjadi dambaan kita bersama, karena guru seperti itu akan menjadi panutan dan contoh yang baik dalam lingkungan sekolah dan keluarganya.

Sikap guru terhadap peserta didik harus seimbang dan selaras, sehingga merupakan hubungan yang harmonis dan penuh keserasian. Selama ini, peserta didik dianggap sebagai objek pendidikan. Maka sudah saatnya siswa diberi kebebasan untuk mengekspresikan dan mengeksplorasi segala kemampuan yang dimilikinya untuk dikembangkan lebih lanjut, agar nanti potensi yang dimilikinya dapat berkembang dan memenuhi target utama pendidikan. Melalui sikap seperti itulah, Noeng Muhadjir mengatakan bahwa tidak ada yang didudukkan sebagai objek pendidikan dan tidak ada yang dieksploitasi serta tidak ada hubungan yang koersif (yang hanya mempunyai otoritas hak asasi manusia terhadap yang lain). Dan tentu saja dengan moto yang sekaligus menghembuskan ahklak yang mulia adalah hormati yang tua dan hargai yang muda. Jadi, antara guru dan siswa sama-sama sebagai subjek pendidikan yang mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Sumber kampus.okezone.com

Anda mungkin juga menyukai