Anda di halaman 1dari 3

Kendati demikian, disadari masih terdapat berbagai permasalahan dan kendala terkait dengan ketenagalistrikan ini.

Salah satu dari permasalahan itu adalah belum meratanya penyebaran listrik ke seluruh pelosok tanah air. Hingga saat ini, sekira 45% penduduk Indonesia belum menikmati listrik. Tak hanya itu, pemanfaatan energi listrik pun masih sangat terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Bali. Berdasarkan data PLN, pada 2002 konsumsi listrik di Pulau Jawa dan Bali mencapai 83,6 TWh atau sekitar 80% dari total konsumsi Indonesia. Di tengah masih banyaknya masyarakat yang belum menikmati listrik, suatu fakta yang ironis bahwa sebagian masyarakat yang lain belum menunjukkan kepedulian yang maksimal akan arti penting listrik dan arti penting menjaga keberlanjutan pasokannya. Salah satu di antaranya tercermin dari sikap hidup boros dalam menggunakan energi listrik. Ketidakefisienan ini pula yang antara lain ikut mendorong terjadinya padam listrik sebagaimana terjadi pada peristiwa September black out pada tahun 2002 yang menimpa Jawa-Bali. Kejadian yang hampir sama terulang pada 18 Agustus 2005 lalu. Disadari atau tidak, Indonesia merupakan negara yang sangat boros dalam mengonsumsi energi, termasuk energi listrik. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari dua indikator, yakni intensitas dan elastisitas energi. Intensitas energi adalah perbandingan antara jumlah konsumsi energi dengan produk domestik bruto (PDB), sedangkan elastisitas energi adalah perbandingan antara pertumbuhan konsumsi energi dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, semakin kecil angka intensitas dan elastisitas energi suatu negara maka semakin efisien pula penggunaan energi di negara yang bersangkutan. Berdasarkan data Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) 2005, elastisitas energi di Indonesia mencapai angka 400 atau empat kali lebih besar dibanding Jepang. Angka ini juga masih lebih boros dibanding negara-negara Amerika Utara yang mencapai angka 300. Sementara itu, berdasarkan data Lembaga Konservasi Energi Nasional (2004), elastisitas energi Indonesia berkisar antara 1,04-1,35 dalam kurun waktu 1985-2000. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding dengan negara-negara maju yang pada kurun yang sama angka elastisitasnya rata-rata hanya mencapai 0,55-0,65. Seiring dengan keluarnya Instruksi Presiden Nomor 10 tahun 2005 tentang Penghematan Energi yang mulai berlaku sejak 10 Juli 2005, perlu dibangkitkan kesadaran masyarakat tentang arti penting hemat energi, termasuk energi listrik. Dalam upaya menggugah kesadaran tersebut, kegiatan sosialisasi atau kampanye hemat energi memegang peranan penting. Kampanye dimaksud sejauh ini sesungguhnya telah cukup banyak dilakukan. Namun, dari ragam kampanye yang telah dilakukan, penulis mencatat adanya beberapa penekanan yang perlu dibenahi dengan harapan agar pelaksanaan gerakan hemat listrik nasional menjadi lebih holistik sehingga lebih menggugah kesadaran serta lebih tepat sasaran. Seperti diketahui, energi listrik berasal dari pembangkit listrik. Di seluruh Indonesia, jumlah daya yang dibangkitkan PLN dengan menggunakan bahan bakar minyak (BBM) mencapai 34 juta mWh, batu bara 30,6 MWh, gas alam 20 juta mWh, panas bumi 3 juta mWh, dan hydro 9,1 juta mWh. Dari data tersebut, tampak bahwa persentase tenaga listrik yang dibangkitkan dari energi tak terbarukan, khususnya BBM, masih sangat besar. Oleh karena itu, efisiensi penggunaan listrik merupakan kebutuhan yang tak bisa ditawar demi ketahanan energi nasional serta memberikan kesempatan kepada generasi mendatang untuk tetap dapat menikmati listrik. Dalam konteks keluarga, perlu pula dibangkitkan kesadaran bahwa hemat listrik merupakan salah satu bentuk perilaku sejahtera sehingga menjadi bagian dari upaya membangun keluarga yang sejahtera. Perlu ditanamkan kesadaran untuk menjalani hidup secara terfokus pada hal-hal yang benar-benar berarti dan membebaskan diri dari segala belenggu keinginan yang tak ada batasnya. Industri dan bisnis sampai tahun 2004, data PLN menunjukkan bahwa dari total 33,2 juta pelanggan PLN di seluruh Indonesia, 31 juta (93%) di antaranya

merupakan kelompok rumah tangga. Selanjutnya diikuti sektor bisnis sebesar 1,4 juta pelanggan (4%), kelompok sosial sebesar 691 juta (2%), kelompok perkantoran sebesar 160,5 ribu (0,48%), dan kelompok industri sebesar 46,3 ribu (0,14%). Uniknya, kendati pelanggan PLN dari sektor industri, perkantoran, dan bisnis sangat kecil, konsumsinya justru sangat besar. Sebagai contoh, sekitar 60% pasokan listrik di Jawa dan Bali digunakan oleh sektor industri. Seiring dengan kenaikan harga BBM, penggunaan listrik PLN di sektor tersebut diperkirakan akan semakin meningkat. Industri dan bisnis yang semula menggunakan generator sendiri, banyak yang beralih menggunakan listrik PLN karena operasional generator sudah tidak ekonomis lagi akibat kenaikan harga BBM. Implikasi dari kenyataan di atas, kampanye hemat listrik kepada sektor industri, bisnis, dan juga perkantoran menjadi sangat penting. Bukan hanya "mematikan yang tidak perlu" Dari kampanye hemat listrik yang dilakukan selama ini, terekam kesan bahwa menghemat listrik hanya dapat dilakukan secara konvensional yakni dengan mematikan peralatan eletronik yang tidak diperlukan. Maka yang diimbau adalah mematikan televisi yang sudah tidak ditonton, mematikan lampu yang tidak digunakan, dan lain-lain. Menghemat listrik secara konvensional tentu saja benar, namun bukan satu-satunya cara. Perlu diberikan pengetahuan yang lebih komprehensif kepada masyarakat bahwa terdapat berbagai langkah lain yang bisa dilakukan untuk menghemat listrik melalui pendekatan teknis dan teknologi. Langkah-langkah tersebut antara lain sebagai berikut: * Pertama, menggunakan peralatan listrik yang lebih kecil dayanya, karena untuk satu alat yang sama, biasanya terdapat beragam produk dengan beragam daya listriknya. Dengan demikian, saat akan membeli suatu alat elektronik, konsumen diimbau untuk tidak hanya melakukan komparasi dari sisi harga dan merek peralatan tersebut, tetapi juga dari wattnya. * Kedua, menggunakan alat khusus penghemat listrik yang telah resmi dan disahkan pemerintah. Sekarang alat seperti itu sudah banyak tersedia di pasaran dengan harga yang cukup terjangkau dan penggunaan yang praktis. * Ketiga, bagi masyarakat yang tengah membangun rumah, perkantoran, dan bangunan lainnya, dapat memberikan andil menghemat energi listrik dengan mendesain bagunan menjadi bangunan yang hemat energi. Desain yang hemat energi antara lain memungkinkan cahaya dari luar masuk ke dalam bangunan sehingga kebutuhan penerangan di dalam bangunan tidak bergantung pada listrik. Bangunan yang hemat energi juga memiliki ventilasi yang memadai yang memungkinkan udara bebas keluar masuk secara wajar sehingga untuk mendapatkan udara segar, ruang-ruang dalam bangunan tidak bergantung pada AC (pendingin ruangan). Konsumsi listrik yang boros berdampak pada berkurangnya pasokan listrik sehingga terjadi pemadaman bergilir. Yang juga tidak banyak diketahui oleh masyarakat adalah bahwa semakin tinggi konsumsi listrik maka akan semakin tinggi pula emisi karbon yang dihasilkan dari pembangkit listrik, dimana 60 persen diantaranya menggunakan bahan bakar fosil. Sementara pembakaran bahan bakar fosil adalah penyebab utama terjadinya pemanasan global, yang berdampak pada meningkatnya suhu bumi secara global.tindakan hemat listrik tidak terbatas untuk menghemat pengeluaran tapi juga merupakan tindakan bijak yang berguna bagi kepentingan orang banyak, di masa kini dan masa mendatang.

1.

2. 3. 4. 5.

6. 7. 8.

Kontrol penggunaan gadget kecil, seperti charger hp, DVD player, TV, komputer dan lain-lain. Segeralah mencabut aliran listriknya jika sudah tidak digunakan. Meskipun tampak tidak signifikan, pengaruhnya cukup besar dalam tagihan listrik. Gunakan lampu neon bukan lampu pijar. Lampu neon tidak hanya membantu menghemat lisrik, tetapi juga memberikan pencahayaan lebih baik. Kurangi penggunaan AC. Daripada menggunakan AC, manfaatkan angin alam. Bukalah jendela lebarlebar agar anginnya dapat masuk hingga ke dalam rumah. Daya elektrik dari setrikaan cukup besar. Jadi, sebaiknya, menyetrikalah seminggu sekali untuk penghematan. Operasikan AC dalam suhu minim untuk menghemat daya. Jika biasanya Anda mengatur suhu 16 atau 20, sebaiknya ubah suhu AC menjadi 25 derajat celcius. Ini merupakan suhu yang ideal dan tidak boros dalam pemakaiannya. Gunakan alat elektronik modern yang berlabel hemat energi. Ini akan membantu Anda dalam penghematan listrik. Jangan sering membuka pintu kulkas atau oven jika tidak perlu. Alat elektronik ini akan menarik daya listrik ketika pintunya dibuka. Selalu mengontrol meteran listrik. Jika Anda memeriksanya secara berkala, maka Anda akan mengetahui jika ada kebocoran energi listrik.

Anda mungkin juga menyukai