A. Latar Belakang Mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan acara yang mempunyai hubungan dengan kegiatan kemanusiaan atau sosial. Pada kesempatan ini saya mengambil contoh acara kemanusiaan yang ada pada salah satu televisi swasta di Indonesia. Jika Aku Menjadi, acara ini merupakan acara televisi yang mempunyai misi sosial. Sampai saat ini memang sangat banyak acara televisi yang mempunyai misi kemanusiaan dan sosial. Interaksi sosial yang dilakukan pada acar tersebut termasuk pada ruang lingkup kajian sosiologi komunikasi. Hal ini disebabkan karena didalam acara tersebut terdapat kajian sosial dan komunikasi yang bisa dipelajari dan diambil manfaatnya untuk menjalankan kehidupan bermasyarakat. Selain itu, acara ini memang sudah menjadi acara populer pada ruang lingkup sosial. Dalam proses interaksi manusia, kita mengetahui tentang strata atau kedudukan masyarakat. Dan dari kedudukan situlah kita bisa memahami apa yang disebut dengan kehidupan sosial dengan menjunjung nilai kemanusiaan. Pada kesempata kali ini, saya akan mencoba menjabarkan tentang fenomena acara televisi Jika Aku Menjadi dengan fokus pada ruang lingkup sosiologi komunikasi. B. Rumusan Masalah Bagaimana kajian sosiologi komunikasi dalam menyikapi acara
kemanusiaan yang berjudul Jika Aku Menjadi ? C. Tujuan Untuk mengetahui peran sosiologi komunikasi dalam menyikapi acara kemanusiaan yakni Jika Aku Menjadi.
BAB II PEMBAHASAN
A. Sosiologi Komunikasi Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dengan struktur, fungsi, dan manfaat yang begitu sempurna. Dalam diri manusia juga terdapat kekurangan dan kelebihan. Akan tetapi dibalik kedua hal tersebut pasti mempunyai manfaat antar sesama manusia bahkan dengan makhluk lainnya. Selain itu manusia juga diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang multidimensional. Yang dimaksud multidimensional yakni manusia merupakan makhluk yang mempunyai akal pikiran, dan mereka mampu berinteraksi sosial antar sesamanya. Menengok salah satu fungsi komunikasi adalah sebagai komunikasi sosial, setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lai. Melalui komunikasi kita dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama. Kehidupan manusia di bumi tidak dapat terlepas dari fenomena interaksi. Interaksi disini juga merupakan aktifitas komunikasi sosial ynag mutlak dilakukan oleh manusia. Kebutuhan akan berinteraksi saat ini merupakan kebutuhan utama dalam menjalani kehidupan. Beberapa cara manusia untuk berinteraksi yaitu dengan berkomunikasi. Fokus interaksi social dalam masyarakat adalah komunikasi itu sendiri, dan komunikasi menjadi unsur penting dalam seluruh kehidupan manusia. Pemberdayaan pranata sosial adalah salah satu upaya dalam mewujudkan masyarakat yang berketahanan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok, serta lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal
2
balik antara berbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan hukum dan segi kehidupan agama, antara segi kehidupan hukum dengan segi kehidupan ekonomi, dan sebagainya. Salah satu proses sosial yang bersifat tersendiri adalah dalam hal terjadi perubahan-perubahan di dalam struktur sosial. Pembentukan struktur sosial dan terjadinya proses sosial serta kemudian adanya perubahan-perubahan sosial tidak lepas dari adanya aktivitas interaksi sosial yang menjadi salah satu ruang lingkup sosiologi. Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial merupakan suatu hubungan di mana terjadi proses saling mempengaruhi antara para individu, antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok. Pitrim Sorokin mengemukakan sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari beberapa halndi bawah ini: Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan gejala hukum, gejala politik dengan gejala ekonomi, dan lain-lain); Hubungan dengan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan gejala nonsosial (misalnya gejala geografis); Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial. Pada sosiologi terdapat kajian struktur masyarakat yang didalamnya juga dibahas tentang stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial adalah struktur sosial yang berlapis di dalam masyarakat memiliki strata(lapisan masyarakat). Menurut Pitrim Sorokin, stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk dan masyarakatke dalam kelas-kelas sosial secara bertingkat yaitu, upper class, middle class, dan lower class. Soerjono Soekanto menerangkan sosiologi komunikasi merupakan
kekhususan sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang menimbulkan proses saling pengaruh-mempengaruhi antara para individu, individu dengan kelompok, maupun antarkelompok. Kata sosiologi berasal dari sofie, yaitu bercocok tanam atau bertaman, kemudian berkembang menjadi socius, dalam bahasa Latin yang berarti teman atau kawan. Berkembang lagi menjadi kata social yang artinya berteman, bersama, berserikat. Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi mengatakan bahwa sosiologi ialah
ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahanperubahan sosial. Lebih lanjut, sosiologi komunikasi secara komprehensif mempelajari tentang interaksi sosial dengan segala aspek yang berhubungan dengan interaksi tersebut seperti bagaimana interaksi (komunikasi) itu dilakukan dengan menggunakan media, bagaimana efek media sebagai akibat dari interaksi tersebut, sampai dengan bagaimana perubahan-perubahan sosial di masyarakat yang didorong oleh efek media berkembang serta konsekuensi sosial macam apa yang ditanggung masyarakat sebagai akibat dari perubahan yang didorong oleh media massa itu. Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa dipastikan akan tersesat, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasilah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakanya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi. Dalam kaitanya dengan proses komunikasi ini, maka yang diperlukan adalah suatu disiplin keilmuan tentang komunikasi dan sosiologi, sehingga diupayakan dengan adanya disiplin ilmu ini, kita dapat mempelajarinya sebagaimana disiplin keilmuan lain, tentunya problem komunikasi ditengah-tengah masyarakat akan terjawab dengan hadirnya ilmu komunikasi dan ilmu sosial. B. Fungsi dan Tujuan Melakukan Komunikasi Sosial Sebagai makhluk sosial, manusia telah ditakdirkan untuk hidup secara berkelompok. Kesendirian dan hidup sendiri akan membuat hidup manusia menjadi tidak berarti sehingga sulit untuk dapat bertahan hidup dalam kosmos kehidupan yang saling bertautan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan biologis seperti; makan dan minum, serta memenuhi kebutuhan psikologis seperti; sukses dan kebahagiaan manusia membutuhkan komunikasi antara satu dengan yang lain. Para pakar psikologi1 berpendapat, kebutuhan utama manusia dan untuk menghadirkan jiwa yang sehat, manusia membutuhkan hubungan sosial yang ramah. Kebutuhan ini dapat terpenuhi dengan sempurna bila manusia membina komunikasi yang baik dengan orang lain.
1 Bonner, Hubert (1953) Social Psychology,dalam Rahmat, Jalaluddin, 2003, Psikologi Komunikasi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, hal; 89
Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikirannya kepada orang lain tanpa menampakkan perasaan tertentu. Pada saat lain seseorang menyampaikan perasaannya kepada orang lain bahkan tanpa pemikiran. Tidak jarang pula seseorang menyampaikan pikirannya disertai perasaan dan pikiran tertentu. Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari, sebaliknya komunikasi akan gagal bila hal itu disampaikan dengan tidak terkontrol. Komunikasi dalam konteks apapun adalah bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan. Menurut Rene Spitz2, komunikasi adalah jembatan antara bagian luar dan bagian dalam kepribadian manusia. Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa komunikasi sesungguhnya dilakukan untuk pemenuhan diri, untuk menjadikan jiwa merasa terhibur, nyaman dan tentram baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Tujuan mempelajari ilmu komunikasi, dapat di katagorikan kedalam dua hal, yaitu; aspek umum dan aspek khusus3. Aspek pertama bertujuan untuk memperoleh pemahaman tentang ilmu yang terkit dengan proses komunikasi. Melalui pemahaman ini para ilmuan dan pelaku komunikasi diharapkan akan dapat melakukan komunikasi dengan baik dan selalu mengalami perubahan dan kemajuan dalam berkomunikasi. Aspek kedua diharapkan akan dapat menuntun manusia untuk dapat; a) Merubah sikap (to change the attitude), b) mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion), c) mengubah perilaku (to change the behavior), d) mengubah masyarakat (to change the society). Komunikasi tidak saja berkutat pada persoalan pertukaran berita dan pesan, akan tetapi juga melingkupi kegiatan individu dan kelompok terkait dengan tukar menukar data, fakta dan ide. Bila dilihat dari makna ini, ada beberapa fungsi yang melekat dalam proses komunikasi. Sosialisasi (pemasyarakatan) yaitu fungsi komunikasi dalam penyedian sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif di dalam masyarakat.
2 Pace, R. Wayne et al., Techniques for Effective Communication, Addison Westley Publishing Company, Massachusetts-ontario 1979, p; 98 3 Liliweri, Alo, Komunikasi Verbal dan Non Verbal, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994, hal; 87
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun kensep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan antar lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan negara secara keseluruhan). C. Tayangan Jika Aku Menjadi dalam Perspektif Sosiologi Komunikasi Hampir setiap hari kita menonton sajian acara indutri pertelevisian di Indonesia. Salah satu tayangan yang dibahas disini yaitu sajian acara yang berhubungan dengan komunikasi sosiologi yakni Jika Aku Menjadi. Acara ini merupakan acara sosial yang termasuk sangat disegani oleh masyarakat Indonesia. Acara ini menjelaskan bahwa kehidupan masyarakat Indonesia belum sepenuhnya sejahtera sebagai mana yang tertulis pada Pembukaan UUD 1945. Pada tayangan ini, kita dapat banyak mengambil pelajaran dalam ruang lingkup komunikasi dan sosiologi. Selain itu, tayangan seperti ini juga mempunyai beberapa tujuan sosial. Pada acara tersebut, terdapat dua pihak, yaitu pihak masyarakat yang kurang mampu dan masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi yang lebih. Saat acara berlangsung, kita bisa melihat dimana proses interaksi sosial dengan komunikasi interpersonal sedang berlangsung. Selain itu, juga terlihat dimana golongan mampu dan tidak mampu saling belajar untuk memahami kebutuhan sosial mereka. Fenomena yang ada dalam acara ini, merupakan aplikasi dari komunikasi sosiologi. Karena didalamnya terdapat interaksi sosial, strata sosial, dan fenomena komunikasi sosial lainnya. Pembelajaran antara kedua pihak bisa dilakukan pada seluruh lapisan masyarakat. Kehidupan yang berbeda dari individu yang berlatar belakang berbeda juga menjadi faktor pendorong pembelajaran komunikasi sosial. Kita tahu bahwa pada acara ini mempunyai tujuan yaitu mendidik para penontonnya. Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan dapat mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, serta membentuk keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia seringkali dan selalu melakukan interaksi sosial dengan masyarakat. Itulah makanya manusia acapkali disebut-sebut sebagai makhluk yang bermasyarakat dan berbudaya. Intensitas interaksi sosial itu tidak dapat dilepaskan dari ketergantungan mereka terhadap saling memberi dan menerima informasi. Pada titik inilah ilmu komunikasi menemukan momentumnya, yaitu bertujuan untuk; Pertama, agar informasi yang disampaikan dapat di mengerti orang lain. Komunikator4 yang baik dengan sendirinya dapat menjelaskan pada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti apa yang dimaksudkan. Kedua, Memahami orang lain, Komunikator harus mengerti benar aspirasi masyarakat tentang apa yang di inginkan, jangan mereka menginginkan kemauannya. Ketiga, Supaya gagasan dapat di terima orang lain, komunikator harus berusaha agar gagasan kita dapat di terima orang lain dengan pendekatan persuasif bukan memaksakan kehendak. Keempat, Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, yang
menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan, kegiatan yang di maksudkan di sini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk melakukannya.
Komunikator adalah orang yang punya inisiatif untuk melakukan komunikasi. Dilihat dari jumlahnya komunikator dapat terdiri dari satu orang, dua orang atau lebih. Apabila terdiri dari banyak orang dan saling kenal serta punya ikatan emosional yang relatif kuat dapat disebut sebagai kelompok kecil. Sementara jika tanpa ikatan dan tidak saling kenal dapat disebut sebagai kelompok besar/ public. Lih; Dani Fardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, Pendekatan Taksonomi Konseptual, Galia Indonesia, Jakarta, 2004, hal; 19
4
DAFTAR PUSTAKA
Bonner, Hubert (1953) Social Psychology,dalam Rahmat, Jalaluddin, 2003, Psikologi Komunikasi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya Pace, R. Wayne et al., Techniques for Effective Communication, Addison Westley Publishing Company, Massachusetts-ontario 1979 Liliweri, Alo, Komunikasi Verbal dan Non Verbal, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994 Widjaya, H.A.W, 1986, Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat, Jakarta: Bina aksara Mulyana, Deddy, 2002, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya Dani Fardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, Pendekatan Taksonomi Konseptual, Galia Indonesia, Jakarta, 2004 Effendy, Onong Uchjana, 2000, Dinamikan Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya