Anda di halaman 1dari 7

2.

Masalah Pelestarian Lingkungan Hidup Pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan alam atau sumber daya alam tidak bijaksana akan menimbulkan akibat buruk bagi manusia. Begitu pun halnya dengan masalah pelestarian sumber daya alam. Agar terjadi keseimbangan alam semesta ini adanya upaya pelestarian, baik alam fauna maupun flora. Di Indonesia sudah banyak hewan-hewan langka yang perlu dilestarikan habitatnya seperti orang utan di Kalimantan, gajah dan harimau di Sumatera. Apabila tidak ada upaya pelestarian, pada suatu saat pasti akan punah. Hewanhewan tersebut memberi keseimbangan pada ekosistem, sehingga dapat memberikan kenyamanan hidup bagi manusia. Alam flora (tumbuh-tumbuhan) sudah banyak tumbuhan yang punah akibat ulah manusia, terutama jenis-jenis kayu hutan seperti maranti, rasamala, dan lain-lain. Bila tidak ada upaya pelestarian tentu lama-kelamaan mengalami kepunahan. Upaya pelestarian hutan sudah sejak lama dilakukan pemerintah dengan program penanaman hutan kembali (reboisasi). Namun sampai saat ini tidak seimbang antara pohon kayu yang ditebang dengan yang ditebang kembali, karena proses penanaman memerlukan waktu yang cukup lama dan pemeliharaan sedangkan penebangan prosesnya sangat cepat, akhirnya banyak lahan kritis di wilayah nusantara ini. Akibat penebangan hutan yang semena-mena akan berdampak pada tingkat kesuburan tanah, apalagi kondisi mortologi yang miring, penebangan hutan berakibat humus tanah makin berkurang bahkan nyaris habis terbawa oleh erosi air hujan. Salah satu upaya pelestarian atau konservasi tanah yaitu mengadakan sistem terasering atau sengkedan agar air tidak langsung mengalir, namun mengendap dahulu pada bidang-bidang datar yang diterasering tadi. Upaya pelestarian kondisi tanah ini sulit dilakukan bila tidak ada kesadaran dari masyarakat untuk melestarikan lingkungan hidup termasuk pelestarian kondisi tanah.

3. Masalah Pencemaran Lingkungan Hidup Apabila masalah pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup tidak dapat diupayakan secara maksimal, maka akan mengakibatkan atau timbul masalah pencemaran lingkungan. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi modern saat ini, di satu sisi manusia lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan yang seiring dengan semakin kompleks kebutuhan dan semakin bertambah jumlah manusia di muka bumi ini. Tanpa upaya modernisasi di segala aspek kehidupan, maka semua kebutuhan manusia akan sulit di terpenuhi. Di sisi lain kemajuan IPTEK ini, apabila tidak dikelola dan dilaksanakan dengan bijaksana maka akan menimbulkan bencana lain bagi kehidupan manusia. Seperti kita ketahui bersama bahwa dimana-mana, di seluruh Indonesia baik di perkotaan maupun di pedesaan berdiri pabrik-pabrik yang semuanya menimbulkan limbah buangan. Seperti misalnya pabrik tekstil, sudah tentu menghasilkan limbah buangan yang mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air. Pencemaran udara ditandai dengan adanya bau busuk yang menyengat hidung dari sungai-sungai di daerah perkotaan. Pencemaran tanah ditandai banyaknya tanaman yang mati akibat buangan limbah pabrik, pencemaran air di tandai dengan banyak sumber-sumber air seperti air sumur, air mata air, dan air sungai tidak dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia lagi karena sudah tercemar oleh limbah pabrik. Apabila proses pengolahan limbah pabrik-pabrik tidak ditangani secara profesional, maka pencemaran udara, tanah dan air yang kesemuanya merupakan lingkungan hidup manusia, makin lama makin parah dan akhirnya manusia yang hidup di daerah-daerah yang tercemar akan mengganggu bahkan bisa merusak sistem kehidupan manusia di sekitarnya.

Baik masalah pemanfaatan, pelestarian, dan pencemaran , ketiganya merupakan masalah yang saling berkaitan satu sama lain dan berakibat negatif bagi manusia bila tidak dilaksanakan dan diupayakan secara baik dan profesional. Oleh karena itu permasalahan lingkungan adalah masalah hidup manusia. Tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa pemeliharaan dan pelestarian lingkungan berarti juga pemeliharaan dan pelestarian hidup dan kehidupan manusia di muka bumi ini.

D. Kesadaran Hukum dan Pendidikan Warga Negara yang Sadar Hukum 1. Pengertian Hukum Hukum adalah suatu tata tertib, aturan, norma, dan nilai yang telah disepakati bersama oleh suatu kelompok manusia atau masyarakat suatu negara atau masyarakat dunia dan untuk dilaksanakan dan ditaati bersama. Apabila ada diantara warga melanggar tata tertib, aturan, norma, dan nilai trsebut dikenakan sanksi sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama pula. Agar hukum di suatu negara dapat ditegakkan secara murni dan konsekuen, perlu adanya uapaya pemerintah untuk mendidik warga negara sadar akan hukum yang harus ditaati bersama. Pendidikan tersebut dinamakan pendidikan warga negara sadar hukum (wadarkum). Pendidikan warga negara yang sadar hukum sangat diperlukan dalam suatu masyarakat atau negara. Oleh karenanya perlu adanya dukungan dari berbagai pihak yaitu keluarga, masyarakat dan pemerintah. Ada beberapa penyebab rendahnya kesadaran hukum bagi warga negara Indonesia saat ini, yaitu kurang atau tidak tercapai 3 (tiga) misi pendidikan (education of mission) berikut ini : a. Kurang atau belum tercapainya misi untuk mentransfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) kepada peserta didik di berbagai level (tingkat)

pendidikan. Kondisi ini mengakibatkan peserta didik kurang memiliki ilmu pengetahuan walaupun ia telah mencapai pendidikan tinggi. Hal ini disebabkan peserta didik kurang memiliki ilmu pengetahuan walaupun ia telah mencapai pendidikan tinggi. Hal ini disebabkan peserta didik kurang memiliki minat dan motivasi terhadap jenis pendidikan yang sedang di tempuhnya. b. Kurang atau belum tercapainya misi untuk mentransfer sikap dan moral sebagai warga negara yang baik (transfer of moral attitude). Di sekolahsekolah sejak SD sampai dengan Perguruan Tinggi sangat rendah sekali sikap dan moral mereka, sekalipun para guru dan dosen sudah berupaya menanamkan hal itu di setiap kesempatan mereka mengajar di muka kelas. Di samping itu masyarakat sekitar kurang memberikan dukungan terhadap pendidikan moral attitude ini. c. Kurang berhasilnya para pendidik dalam menransfer rasa kemanusiaan (transfer of humanities). Hal ini terbukti akhir-akhir ini banyak terjadi peristiwa pembunuhanpembunuhan dengan sistem mutilasi, penganiayaan, dan perkosaan. Manusia sudah tidak punya mata hati, iba dan belas kasihan terhadap sesama. Malahan sering terjadi anak membunuh orang tuanya sendiri atau sebaliknya. Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan salah satu indikator kegagalan kita menanamkan rasa kemanusiaan kepada anak bangsa ini.

Ketiga faktor tersebut di atas dapat pula menjadi penyebab kurangnya rasa kesadaran hukum terhadap peserta didik, sehingga setelah dewasa nanti mereka menjadi orang yang kurang ilmu pengetahuan, kurang memiliki sikap mental yang baik dan kurang memiliki rasa kemanusiaan terhadap sesama manusia. Keberhasilan ketiga misi pendidikan tersebut setidaknya ada 4 (empat) hal yang perlu kita perhatikan, yaitu : a. Pendidik atau pemimpin di suatu lembaga pendidikan harus memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi, terlebih ilmu dan

teknologi tentang kependidikan, sehingga para peserta didik yakin dan percaya akan kemampuan para pendidik. b. Para pendidik harus dapat menjadi panutan, contoh dan suritauladan bagi peserta didiknya. Seperti kata para ahli pendidik alat pendidikan yang paling baik adalah keteladanan. c. Para pendidik harus dapat dan mampu menanamkan sikap disiplin yang tinggi terhadap peserta didiknya, agar kelak menjadi warga negara yang patuh dan taat serta disiplin dalam menjalankan aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sikap disiplin ini diperoleh dari lembaga-lembaga pendidikan, baik pendidikan informal (di keluarga), non formal (di masyarakat), maupun formal (di sekolah). d. Lebih mengintensifkan pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan (PKn) di setiap jenjang pendidikan agar kelak menjadi seorang warga negara yang tahu dan mengerti tentang hak dan kewajibannya.

2. Pendidikan Warga Negara yang Sadar Hukum Yang dimaksud dengan pendidikan warga negara yang sadar hukum ialah suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan rasa kesadaran dan keikhlasan yang tinggi untuk menjalankan hukum, undang-undang dan peraturan yang berlaku di negara tersebut trhadap semua warga negaranya. Pendidikan kesadaran hukum ini akan berhasil bila di dukung oleh berbagai pihak, baik pihak keluarga, sekolah dan masyarakat sekitarnya. Di samping ini semua warga negara memiliki keinginan dan kemauan untuk menjalankan dan mematuhi semua hukum, perundang-undangan dan peraturan yang berlaku di negaranya. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan warga negara yang sadar hukum di Indonesia adalah dengan diberikannya mata pelajran atau mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) baik di tingkat Sekolah Dasar maupun di Perguruan Tinggi. Pada era Orde Baru pernah dilakukan simulasi P4, hal inii tujuannya tidak lain untuk mendidik warga

negara masyarakat agar menjadi warga negara yang melaksanakan hukum, tentu hak dan kewajibannya sebagai warga negara, dan dapat bergaul dan beradaptasi di lingkungan sesuai dengan nilai P4. Pendidikan warga negara yang sadar hukum ini lebih efektif bila diberikan kepada anak sejak usia dini dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar. Anak usia dini lebih peka terhadap contoh-contoh perilaku yang diperlihatkan oleh orang tua di dalam keluarga. Di sekolah secara resmi diberikan pelajaran PKn sambil dicontohkan oleh perilaku guru, sehingga di tengah masyarakat anak mengimplementasikan apa yang telah mereka peroleh di keluarga dan sekolah. Metode pendekatan pendidikan warga negara yang sadar hukum ini lebih efektif menggunakan metode pemberian contoh dan teladan dari orang tua kepada anaknya, terlebih dalam penanaman disiplin dalam keluarga. Anak yang berasal dari keluarga yang menanamkan disiplin akan menunjukan perilkau serba tertib dan disiplin pula damal kehidupannya sehari-hari. Di sekolah pun guru tidak terlalu sulit mendidik muridnya yang berasal daari keluarga yang berdisiplin tinggi. Dengan demikian keluargalah yang memegang peranan penting dalam mendidik anak untuk menjadi warga negara yang sadar hukum di kemudian hari. Keterlambatan penanaman sikap mental sadar hukum pada masa kanak-kanak, tidak dapat diganti pada masa berikutnya, karena pendidikan pada masa kanakkanak sangat berkesan dan berbekas pada jiwa anak. Bagai kata pepatah mengukir di atas batu, segala sesuatu yang diperoleh dan dialami pada masa kanak-kanak akan selalu teringat dan tidak mudah dilupakan sampai kelak menjadi dewasa atau tua. Begitu pula hal nya penanaman disiplin dan kesadaran mentaati aturan hukum perlu dididik ditanamkan sejak masa kanak-kanak. Untuk lebih jelasnya tentang proses pendidikan warga negara yang sadar hukum ini dapat dilihat pada bagan berikut ini :

Bagan Proses Pendidikan Warga Negara Sadar Hukum

Misi Pendidikan

Pendidikan Warga Negara Sadar Hukum

Intensifikasi Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Informal Pendidikan Non Formal Pendidikan Formal

Manusia (Warga Negara) Sadar Hukum

Dilakukan sejak dini (Masa Kanakkanak) sampaii dengan Dewasa

Keterangan : - Salah satu misi pendidikan di Indonesia adalah untuk membentuk warga negara negara yang sadar hukum - Upaya ke arah itu diantaranya mengintensifkan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) - Pendidikan kesadaran hukum ini perlu dilaksanakan disemua lingkungan pendidikan, baik pendidikan informal (keluarga), non formal (masyarakat) dan formal (sekolah) - Agar pendidikan warga negara yang sadar hukum ini lebih efektif, perlu diberikan atau di tanamkan sejak dini (masa kanak-kanak) hingga dewasa - Kesemua kegiatan yang dilakukan bermuara kepada terbentuknya manusia (warga negara) Indonesia yang sadar hukum.

Anda mungkin juga menyukai