Anda di halaman 1dari 18

1 RELIGI JAWA Orang Jawa percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan pusat segala ehidu

pan arena sebelum semuanya terjadi di dunia ini Tuhanlah yang pertama ali ada. Tuhan tida hanyamencipta an alam semesta beserta isinya tetapi juga bertinda s ebagai pengatur, arena segalasesuatunya bergera menurut rencana dan atas ijin serta ehenda -Nya.Pusat yang dima sud dalam pengertian ini adalah sumber yang d apat memberi an penghidupan, eseimbangan dan estabilan, yang dapat juga memberi ehidupan dan penghubung individu dengandunia atas. Pandangan orang Jawa yang d emi ian biasa disebut Manunggaling Kawula Lan Gusti ,yaitupandangan yang beranggapan bahwa ewajiban moral manusia adalah mencapai h armoni dengan e uatan tera hir dan pada esatuan tera hir, yaitu manusia menyera h an dirinya sela u awulaterhadap Gustinya.Punca gunung dalam ebudayaan Jawa dianggap suatu tempat yang tinggi dan paling de atdengan dunia diatas, arena pa da awalnya dipercayai bahwa roh nene moyang tinggal di gunung-gunung.Sebagian b esar orang Jawa termasu dalam golongan yang telah berusaha mencampur anbeberapa onsep dan cara berpi ir islam, dengan pandangan asli mengenai alam odrati (du nia ini) danalam adi odrati (alam gaib atau supranatural).Pandangan hidup merupa an suatu abstra si dari pengalaman hidup. Pandangan hidup adalahsebuah pengatur an mental dari pengalaman hidup yang emudian dapat mengembang an suatu si apter hadap hidup.Ciri pandangan hidup orang Jawa realitas yang mengarah epada pemben tu an esatuanNuminus antara alam nyata, masyara at dan alam adi odrati yang dia nggap eramat. Alam adalahung apan e uasaan yang menentu an ehidupan. Orang Ja wa percaya bahwa ehidupan mere a telahada garisnya, mere a hanya menjalan an sa ja.Dasar epercayaan Jawa atau Javanisme adalah eya inan bahwa segala sesuatu y ang adadidunia ini pada ha e atnya adalah satu, atau merupa an esatuan hidup. J avanisme memandang ehidupan manusia selalu terpaut erat dalam osmos alam raya. Dengan demi ian ehidupan manusiamerupa an suatu perjalanan yang penuh dengan pe ngalaman-pengalaman yang religius. Alam pi iran orang Jawa merumus an ehidupan manusia berada dalam dua osmos (alam)yaitu ma ro osmos dan mi ro osmos.Ma ro os mos dalam pi iran orang Jawa adalah si ap dan pandangan hidup terhadap alamsemes ta, yang mengandung e uatan- e uatan supranatural (adi odrati). Tujuan utama da lam hidupadalah mencari serta mencipta an eselarasan atau eseimbangan antara ehidupan ma ro osmos danmi ro osmos.Dalam ma ro osmos pusat alam semesta adalah Tuhan. Alam semesta memili i hirar i yangdituju an dengan adanya jenjang alam e hidupan dan adanya ting atan dunia yang sema in sempurna (dunia atas - dunia man usia - dunia bawah ). Alam semesta terdiri dari empat arah utama ditambah satupu sat yaitu Tuhan yang mempersatu an dan memberi eseimbangan.Si ap dan pandangan terhadap dunia nyata ( mi ro osmos ) adalah tercermin pada ehidupanmanusia deng an ling ungannya, susunan manusia dalam masyara at, tata ehidupan manusia sehar i-hari dan segala sesuatu yang nampa oleh mata. Dalam menghadapi ehidupan manu sia yang bai danbenar didunia ini tergantung pada e uatan batin dan jiwanya.Ba gi orang Jawa dahulu, pusat dunia ini ada pada pimpinan atau raja dan eraton, T uhan adalahpusat ma ro osmos sedang an raja dianggap perwujudan wa il Tuhan di d unia, sehingga dalam dirinyaterdapat eseimbangan berbagai e uatan dari dua ala m. Jadi raja dipandang sebagai pusat omunitasdi dunia seperti halnya raja menja di mi ro osmos dari wa il Tuhan dengan eraton sebagai tempat 2 ediaman raja. Keraton merupa an pusat eramat erajaan dan bersemayamnya raja arena rajapundianggap merupa an sumber e uatan- e uatan osmis yang mengalir e daerah edaulatannya danmembawa etentraman, eadilan dan esuburan wilayah.Hal hal diatas merupa an gambaran umum tentang alam pi iran serta si ap dan pandang anhidup yang dimili i oleh orang Jawa pada jaman erajaan. Alam pi iran ini tela h bera ar uat dan menjadilandasan falsafah dari segala perwujudan yang ada dala m tata ehidupan orang Jawa

K E J A W E N Mari ita mengutip satu tembang JawaTa uwisi gunem i i saya a hiri pembicaraan iniNiyat u mung aweh wi an saya hanya ingin memberi tahuKabatinan a eh lire aba tinan banya macamnyaLan gawat a liwat-liwat dan artinya sangat gawatMulo dipun prayitno ma a itu berhati-hatilahOjo eliru pamilihmu Jangan amu salah pilihLa mun mardi ebatinan alau belajar ebatinanTembang ini menggambar an nasihat seo rang tua ( pinisepuh ) epada mere a yang inginmempelajari abatinan cara ejawen. Kiranya perlu dipa hami bahwa tujuan ha i i dari ejawen adalahberusaha mendapat an ilmu sejati unt u mencapai hidup sejati, dan berada dalam eadaan harmonishubungan antara awul a (manusia) dan Gusti (Pencipta) ( jumbuhing awula Gusti ) /pende atan epadaYa ng Maha Kuasa secara total.Keadaan spiritual ini bisa dicapai oleh setiap orang yang percaya epada Tuhan, yangmempunyai moral yang bai , bersih dan jujur. bebe rapa la u harus dipra te an dengan esadaran dan etetapan hati yang mantap. Pen cari dan penghayat ilmu sejati diwajib an untu mela u an sesuatu yangberguna ba gi semua orang serta melalui ebersihan hati dan tinda annya. Cipta, rasa, arsa dan aryaharus bai , benar, suci dan dituju an untu mamayu hayuning bawono. Ati suci jumbuhing KawuloGusti : hati suci itu adalah hubungan yang serasi antara Kawulo dan Gusti, ejawen mer upa an aset dariorang Jawa tradisional yang berusaha memahami dan mencari ma na dan ha e at hidup yangmengandung nilai-nilai.Dalam budaya jawa di enal adanya simbolisme , yaitu suatu faham yang mengguna anlambang atau simbol untu membimbing pemi ir an manusia earah pemahaman terhadap suatu halsecara lebih dalam. Manusia memper guna an simbol sebagai media penghantar omuni asi antar sesama dan segala sesua tu yang dila u an manusia merupa an perlambang dari tinda an atau bah an ara ter dari manusia itu selanjutnya. Ilmu pengetahuan adalah simbol-simbol dari Tuhan, yangditurun an epada manusia, dan oleh manusia simbol-simbol itu ditelaah dibu ti an dan emudian diubahmenjadi simbol-simbol yang lebih mudah difahami agar b isa diterima oleh manusia lain yang memili idaya tang ap yang berberda-beda.Bias anya sebutan orang Jawa adalah orang yang hidup di wilayah sebelah timur sungai Citanduydan Cilosari. Bu an berarti wilayah di sebelah barat-nya bu an wilayah p ulau Jawa. Masyara at Jawa 3 adalah masyara at yang menjunjung tinggi rasa e eluargaan dan su a bergotong ro yong dengansemboyannya saiyeg sae oproyo yang berarti se ata satu tujuan.Kisah su u Jawa diawali dengan edatangan seoran g satriya pinandita yang bernama Aji Sa a ,sampai emudian satriya itu menulis sebuah saja yang emudian saja tersebut d ia ui menjadi huruf jawa dan diguna an sebagai tanda dimulainya penanggalan tari h Ca a . Kejawen adalah faham orang jawa atau aliran epercayaan yang muncul dari masu nyaberbaga i macam agama e jawa. Kejawen menga ui adanya Tuhan Gusti Allah tetapi juga men ga uimisti yang ber embang dari ajaran tasawuf agama-agama yang ada.Tinda an te rsebut dibagi tiga bagian yaitu tinda an simbolis dalam religi, tinda an simboli sdalam tradisi dan tinda an simbolis dalam seni. Tinda an simbolis dalam religi, adalah contoh ebiasaanorang Jawa yang percaya bahwa Tuhan adalah zat yang tida mampu dijang au oleh pi iran manusia, arenanya harus di simbol an agar dapat d i a ui eberadaannya misalnya dengan menyebut Tuhandengan Gusti Ing ang Murbheng Dumadi, Gusti Ing ang Maha Kuaos, dan sebagainya.Tinda an simbolis dalam tradis i dimisal an dengan adanya tradisi upacara ematian yaitumedo a an orang yang meni nggal pada tiga hari, tujuh hari, empatpuluh hari, seratus hari, satu tahun, dua

tahun, tiga tahun, dan seribu harinya setelah seseorang meninggal (tahlillan). D an tinda an simbolisdalam seni dicontoh an dengan berbagai macam warna yang terl u is pada wajah wayang ulit; warna inimenggambar an ara ter dari masing-masing to oh dalam wayang.Per embangan budaya jawa yang mulai tergilas oleh per embang an te nologi yangmempengaruhi pola pi ir dan tinda an orang jawa dalam ehidupan . Ma a orang mulai berfi ir bagaimanabisa membu ti an hal gaib secara empiris te rsebut dengan mengguna an berbagai macam metode tanpamengindah an unsur esa ral an. Bah an ter adang epercayaan itu ehilangan unsur esa ralannya arena dijadi an sebagai obye exploitasi dan penelitian.Kebiasaan orang Jawa yang percaya ba hwa segala sesuatu adalah simbol dari ha i at ehidupan, seperti syarat sebuah ru mah harus memili i empat buah so o guru (tiang penyangga) yangmelambang an empat unsur alam yaitu tanah, air, api, dan udara, yang e empatnya dipercaya a anmem per uat rumah bai secara fisi dan mental penghuni rumah tersebut. Namun dengan adanyate nologi onstru si yang sema in maju, eberadaan so o guru itu tida la gi menjadi syaratpembangunan rumah. Dengan analisa tersebut dapat diper ira an b agaimana nantinya faham simbolismea an bergeser dari budaya jawa. Tapi bahwa sim bolisme tida a an terpengaruh oleh ehidupan manusiatapi ehidupan manusialah y ang tergantung pada simbolisme. Dan sampai apanpun simbolisme a anterus ber emb ang mengi uti berputarnya sang a ala. Mang unegara IV (Sembah dan Budiluhur) Mang unegara IV memili i empat ajaran utama yang meliputi sembah raga, sembah c ipta( albu), sembah jiwa, dan sembah rasa. Sembah Raga Sembah raga ialah menyembah Tuhan dengan mengutama an gera la u badaniah atau amalperbuatan yang bersifat lahiriah . Cara bersucinya sama dengan sembahyang biasa, yaitu denganmemperguna an air (wud hu). Sembah yang demi ian biasa di erja an lima ali sehari semalam denganmengin dah an pedoman secara tepat, te un dan terus menerus, seperti bait beri ut: Sembah raga puni u / pa artining wong amagang la u / sesucine asarana sa ing war ih / angwus lumrah limang we tu / wantu wata ing wawaton Sembah raga, sebagai bagian pertama dari empat sembah yang merupa an perjalanan hidupyang panjang ditamsil an sebagai orang yang magang la u (calon pela u atau penempuh perjalananhidup erohanian), orang menjalani tahap awal ehidupan berta pa (sembah raga puni u, pa artiningwong amagang la u). Sembah ini didahului deng an bersuci yang mengguna an air (sesucine asaranasa ing warih). Yang berla u umu m sembah raga ditunai an sehari semalam lima ali. Atau dengan atalain bahwa un tu menunai an sembah ini telah ditetap an wa tu-wa tunya lima ali dalam sehari 4 semalam ( ang wus lumrah limang we tu). Sembah lima wa tu merupa an shalat fardl u yang wajibditunai an (setiap muslim) dengan memenuhi segala syarat dan ru unny a (wantu wata ing wawaton).Sembah raga yang demi ian ini wajib ditunai an terusmenerus tiada henti (wantu) seumur hidup. Dengan eharusan memenuhi segala etent uan syarat dan ru un yang wajib dipedomani (wata ing wawaton).Wata suatu waton (pedoman) harus dipedomani. Tanpa mempedomani syarat dan ru un, ma a sembahitu t ida sah.Sembah raga tersebut, mes ipun lebih mene an an gera la u badaniah, na mun bu an berartimengabai an aspe rohaniah, sebab orang yang magang la u selain ia menghadir an seperang atfisi nya, ia juga menghadir an seperang at aspe spi ritualnya sehingga ia mening at e tahap erohanian yang lebih tinggi. Sembah Cipta ( Kalbu ) Sembah ini adang- adang disebut sembah cipta dan adang- adang disebut sembah albu,seperti terung ap pada Pupuh Gambuh bait 1 dan Pupuh Gambuh bait 11 beri u t : Sameng on sembah albu / yen lumintu uga dadi la u / la u agung ang agungan na rapati / patitis tete ing awruh / meruhi marang ang momong. Apabila cipta mengandung arti gagasan, angan-angan, harapan atau einginan yang

tersimpandi dalam hati, albu berarti hati , ma a sembah cipta di sini mengandu ng arti sembah albu atau sembahhati, bu an sembah gagasan atau angan-angan. Apa bila sembah raga mene an an penggunaan air untu membasuh segala otoran dan naj islahiriah, ma a sembah albu mene an an penge angan hawa nafsu yang dapat menga ibat anterjadinya berbagai pelanggaran dan dosa (sucine tanpa banyu, amung nyun yuda hardaning albu).Thaharah (bersuci) itu, demi ian ata Al-Ghazali, ada empat ting at. Pertama, membersih an hadats dan najis yang bersifat lahiriah. Kedua, membersih an anggota badan dari berbagai pelanggaran dan dosa. Ketiga, membersih an hati dari a hla yang tercela dan budi pe erti yang hina. Keempat, membersih an hati nurani dari apa yang selain Allah. Dan yang eempat inilah tah arah padaNabi dan Shiddiqin.Ji a thaharah yang pertama dan edua menurut Al-Ghaz ali masih mene an an bentu lahiriahberupa hadats dan najis yang mele at di bada n yang berupa pelanggaran dan dosa yang dila u an olehanggota tubuh. Cara member sih annya dibasuh dengan air. Sedang an otoran yang edua dibersih andan dibasu h tanpa air yaitu dengan menahan dan menjauh an diri dari pelanggaran dan dosa. Thaharahyang etiga dan eempat juga tanpa mengguna an air. Tetapi dengan member sih an hati dari budi jahatdan mengosong an hati dari apa saja yang selain Allah . Sembah Jiwa Sembah jiwa adalah sembah epada Hyang Su ma ( Allah ) dengan mengutama an pera n jiwa.Ji a sembah cipta ( albu) mengutama an peran albu, ma a sembah jiwa lebi h halus dan mendalamdengan mengguna an jiwa atau al-ruh. Sembah ini henda nya di resapi secara menyeluruh tanpa hentisetiap hari dan dila sana an dengan te un se cara terus-menerus, seperti terlihat pada bait beri ut: Sameng o ang tinutur / Sembah atri ang saye ti atur / Mring Hyang Su ma su s manensaari-ari / Arahen dipun eca up / Sembahing jiwa sutengong Dalam rang aian ajaran sembah Mang unegara IV yang telah disebut terdahulu, semb ah jiwa inimenempati edudu an yang sangat penting. Ia disebut pepuntoning la u (po o tujuan atau a hir perjalanan sulu ). Inilah a hir perjalanan hidup batini ah. Cara bersucinya tida seperti pada sembah ragadengn air wudlu atau mandi, ti da pula seperti pada sembah albu dengan menundu an hawa nafsu,tetapi dengan awas emut (selalu waspada dan ingat/dzi ir epada eadaan alam ba a/langgeng), alamIlahi.B etapa penting dan mendalamnya sembah jiwa ini, tampa dengan jelas pada bait ber i ut :

Saye ti luwih perlu / ingaranan pepuntoning la u / Kala uan ang tumrap bangsani ng batin / Sucine lan awas emut / Mring alaming lama amota. Berbeda dengan sembah raga dan sembah albu, ditinjau dari segi perjalanan sulu , sembah iniadalah ting at permulaan (wong amagang la u) dan sembah yang edua a dalah ting at lanjutan. Ditinjaudari segi tata cara pela sanaannya, sembah yang pertama mene an an esucian jasmaniah denganmengguna an air dan sembah yang edu a mene an an esucian albu dari pengaruh jahat hawa nafsulalu membuangnya dan m enu arnya dengan sifat utama. Sedang an sembah etiga mene an anpengisian seluru h aspe jiwa dengan dzi ir epada Allah seraya mengosong annya dari apa saja yan gselain Allah.Pela sanaan sembah jiwa ialah dengan berniat teguh di dalam hati u ntu mengemas ansegenap aspe jiwa, lalu dii atnya uat- uat untu diarah an ep ada tujuan yang henda dicapai tanpamelepas an apa yang telah dipegang pada saat itu. Dengan demi ian trilo a (alam semesta) tergulungmenjadi satu. Begitu pula jagad besar dan jagad ecil digulung an disatupadu an. Di situlah terlihat alamy ang bersinar gemerlapan. Ma a untu menghadapi eadaan yang menggum an itu, hend a lah perasaanhati dipertebal dan diperteguh jangan terpengaruh apa yang terjadi . Hal yang demi ian itu dijelas anMang unegara IV pada bait beri ut: "Ru tine ngang ah ngu ud / ngi et ngru et trilo a a u ud / jagad agung ginulung

lan jagad alit / den andel umandel ulup / mring elaping alam ono." Sembah Rasa Sembah rasa ini berlainan dengan sembah-sembah yang sebelumnya. Ia didasar an epadarasa cemas. Sembah yang eempat ini ialah sembah yang dihayati dengan meras a an intisari ehidupanma hlu semesta alam, demi ian menurut Mang unegara IV.Ji a sembah albu mengandung arti menyembah Tuhan dengan alat batin albu atau hat i sepertidisebut an sebelumnya, sembah jiwa berarti menyembah Tuhan dengan alat batin jiwa atau ruh, ma asembah rasa berarti menyembah Tuhan dengan mengguna an alat batin inti ruh. Alat batin yangbela angan ini adalah alat batin yang paling dalam dan paling halus yang menurut Mang unegara IVdisebut telenging albu (lub u hati yang paling dalam) atau disebut wosing jiwangga (inti ruh yang palinghal us).Dengan demi ian menurut Mang unegara IV, dalam diri manusia terdapat tiga bu ah alat batinyaitu, albu, jiwa/ruh dan inti jiwa/inti ruh (teleng ing albu ata u wosing jiwangga) yang memperlihat ansusunan urutan edalaman dan ehalusannya. Pela sanaan sembah rasa itu tida lagi memerlu an petunju dan bimbingan guru se perti etigasembah sebelumnya, tetapi harus dila u an sali sendiri dengan e ua tan batinnya, seperti diung ap anMang unegara IV dalam bait beri ut: Semong o ingsun tutur / gantya sembah ling ang aping catur / sembah rasa arasa wosingdumadi / dadi wus tanpa tuduh / mung alawan asing batos. Apabila sembah jiwa dipandang sebagai sembah pada proses pencapaian tujuan a hi r perjalanan sulu (pepuntoning la u), ma a sembah rasa adalah sembah yang dila u an bu an dalamperjalanan sulu itu, melain an sembah yang dila u an di tempat tujuan a hir sulu . Dengan ata lain,seorang sali telah tiba di tempat yang dit uju. Dan di sinilah a hir perjalanan sulu nya. Untu sampai disini, seorang sali masih tetap dibimbing gurunya seperti telah disebut di mu a. Setelah ia dianta r ansampai selamat oleh gurunya untu memasu i pintu gerbang, tempat sembah yang eempat, ma aselanjutnya ia harus mandiri mela u an sembah rasa.Pada ting atan ini, seorang sali dapat mela sana an sendiri sembah rasa sesuai petunju -petunj u gurunya. Pada ting at ini ia dipandang telah memili i ematangan rohani. Oleh arena itu, iadipandang telah cu up ahli dalam mela u an sembah dengan mempergu na an aspe -aspe batiniahnyasendiri.

6 Di sini, dituntut emandirian, eberanian dan eteguhan hati seorang sali , tanp a menyandar an epada orang lain. Kejernihan batinlah yang menjadi modal utama. H al ini sesuai dengan wejangan Amongraga epada Tambangraras dalam Centini bait 1 56. Sembah tersebut, demi ian dinyata an Amongraga, sungguh sangat mendalam, tid a dapat diselami dengan ata- ata, tida dapat puladiminta an bimbingan guru. O leh arena itu, seorang sali harus merampung annya sendiri dengansegala etenan gan, ejernihan batin dan ecintaan yang mendalam untu melebur diri di muara sa muderaluas tanpa tepi dan berjalan menuju esempurnaan. Kesemuanya itu tergantun g pada diri sendiri, sepertiterlihat pada bait beri ut: I u luwih banget gawat ne i / ing rar= ]asantang eneng rinasa / tan ena ginuro a e / ye u yayi dan rampung / eneng onengira ang ening / sungapan ing lautan / t anpa tepinipun / pelayaran ing esidan / aneng sira dewe tan Iyan i u yayi eneng ening wardaya. BUDAYA KEBATINAN Di dalam serat Wulang Reh, arya " asusastran" Jawa (dalam bentu syair) yang di tulis olehSunan Pa u Buono IV, terdapat juga ajaran untu hidup secara as eti , dengan mana usaha menuju asampurnaning urip ( esempurnaan hidup) dan mende at Ya ng Maha Widi (Allah Yang Maha Kuasa)bisa dicapai.Dalam tembang Kinanthi ajaran i tu bertutur : Pada gulangen ing albu ing sasmita amrih lantip aja pijer mangan nendra aprawi ran den aesti pesunensarira nira sudanen dhahar lan guling (Intinya, orang harus melatih epe aan hati agar tajam menang ap gejala dan tan da-tanda. Orang pun ta boleh mengumbar nafsu ma an serta tidur). Sejarah budaya Kebatinan

Pada tanggal 19 dan 20 Agustus 1955 di Semarang telah diada an ongres dari berp uluh-puluhbudaya ebatinan yang ada di berbagai daerah di jawa dengan tujuan unt u mempersatu an semuaorganisasi yang ada pada wa tu itu. Kongres beri utnya yan g diada an pada tanggal 7 Agustus tahunberi utnya di Sura arta sebagai lanjutann ya, dihadiri oleh lebih dari 2.000 peserta yang mewa ili 100organisasi. Pertemua n-pertemuan itu berhasil mendiri an suatu organisasi bernama Badan KongresKebati nan Indonesia (BKKI) (Badan 1956), yang emudian juga menyelenggara an dua ongr es sertaseminar mengenai masalah ebatinan dalam tahun 1959, 1961 dan 1962 (Pa a n 1978:98).Kebanya an budaya ebatinan di Jawa awalnya merupa an budaya lo al sa ja dengan anggotayang terbatas jumlahnya, ya ni tida lebih dari 200 orang. Buda ya seperti itu secara resmi merupa an aliran ecil , seperti Penunggalan, peru unan awula manembah gusti, jiwa ayu dan pancasilahandayaningratan dari Sura arta; il mu ebatinan asunyatan dari yogya arta; ilmu sejati dari madiun; dantrimurti na luri majapahit dari mojo erto dan lain-lain.Sebagian ecil dari budaya ebatinan ini biasanya mempunyai anggota ta lebih dari 200 orangnamun ada yang beranggot a an lebih dari 1000 orang yang tersebar di berbagai ota di jawa danterorganisa si dalam cabang-cabang. dan lima yang besar adalah hardapusara dari purworejo, susilabudi darma (SUBUD) yang asalnya ber embang di semarang, paguyuban ngesti tunggal (pangestu) dari sura arta, paguyuban sumarah dan sapta dari yogya arta. 7 Hardapusara adalah yang tertua diantara elima gera an yang terbesar itu, yang dalam tahun18 95 didiri an oleh Kyai Kusumawicitra , seorang petani desa emanu an de at purworejo. Ia ononmenamat an ilmu dari me nerima wangsit dan ajaran-ajarannya semula disebut awruh asunyatangaib . Para pengi utnya mula-mula adalah seorang priyayi dari Purworejo dan beberapa ota lain didaerah bagelan. organisasi ini dahulu pernah ber embang dan mempunya i cabang-cabangnya diberbagai ota di Jawa Tengah, Jawa timur, dan juga Ja arta. Jumlah anggotanya onon sudah mencapaibeberapa ribu orang. Ajaran-ajarannya ter ma tub dalam dua buah bu u yang oleh para pengi utnyasudah hampir dianggap eram at, yaitu Bu u Kawula Gusti dan Wigati.

Susila budi (SUBUD) didiri an pada tahun 1925 di semarang, pusatnya se arang berada diJa arta. Buday a ini tida mau disebut budaya ebatinan, melain an menama an dirinya Pusat Latih anKejiwaan . Anggota-anggotanya yang berjumlah beberapa ribu itu tersebar di berba gai ota diseluruhIndonesia dan mempunyai sebanya 87 cabang di luar negeri. Ban ya dari para pengi utnya adalahorang Asia, Eropa, Australia dan Ameri a. Do tri n ajaran organisasi itu dimuat dalam bu u berjudul susila budhi dharma ; selain itu gera an itu juga menerbit an majalah ber ala berjudul Pewarta KejiwaanSubud. Pagguyuban ngesti tunggal , atau lebih ter enal dengan nama Pangestu adalah sebuahbudaya ebatinan lain yang luas jang auannya. Gera an ini didiri an

oleh Soenarto , yang di antara tahun1932 dan 1933 menerima wangsit yang oleh edua orang pengi utnya dicatat dan emudian diterbit anmenjadi bu u sasang a djati. Pangestu didiri an di sura arta pada bulan mei 1949, dan anggota-anggotanya yan g ini sudahberjumlah 50.000 orang tersebar di banya ota di Jawa, terutama ber asal dari alangan priyayi. Namunanggota yang berasal dari daerah pedesaan juga banya yaitu yang tinggal di pemu iman transmigrasi disumatera dan alimantan. M ajalah yang di eluar an organisasi itu dwijawara merupa an tali pengi atbagi para anggotanya yang tersebar itu. Paguyuban sumarah juga merupa an organisasi besar yang dimulai sebagai suatu gera an ecil, dengan pemimpinnya bernama R. Ng. Su irno Hartono dari Yogya arta. Ia menga u menerimawahyu pada tahun 1935. Pada a hir tahun 1940 -an gera an itu mulai mundur, namun ber embang embali tahun 1950 di Yogya arta. Jumlah anggotanya ini sudah mencapai 115.000 orang bai yangberasal dari golong an priyayi maupun dari elas- elas masyara at lain. Sapta darma adalah yang termuda dari elima gera an ebatinan yang terbesar di jawa yangdidi ri an tahun 1955 oleh guru agama bernama Hardjosaputro yang emudian mengganti namanyamenjadi Panuntun Sri Gutomo. Beliau berasal dari desa epla an de at pare. Berbeda dengan eempatorganisasi yang lain, sapta darm a beranggota an orang-orang dari daerah pedesaan dan orang-orangpe erja asar ya ng tinggal di ota- ota. Walaupun demi ian para pemimpinnya hampir semua priyayi .Bu u yang berisi ajarannya adalah itab pewarah sapta darma. Walaupun budaya ebatinan ada di seluruh daerah di jawa, namun Sura arta sebaga i pusat ebudayaan jawa aga nya masih merupa an tempat dimana terdapat paling ban ya organisasi ebatinanyang terpenting. Dalam tahun 1970 ada 13 organisasi eba tinan di sana; lima diantaranya dengananggota sebanya antara 30-70 orang, tetap i ada satu yang anggotanya se itar 500 orang dalam tahun1970. Sepuluh lainnya ad alah organisasi-organisasi yang besar, yang berpusat di ota- ota lain sepertiJa arta, Yogya arta, Madiun, Kediri dan sebagainya (jong 1973: 10-12).S. de jong ya ng mempelajari budaya ebatinan jawa di jawa tengah, melapor an bahwa dalampropi nsi jawa tengah saja tercatat sebanya 286 organisasi ebatinan dalam tahun 1870 , dengan emung inan bahwa masih ada organisasi-organisasi ecil lainnya yang tid a terdaftar di sana.Pengi ut-pengi ut ter emu a dari budaya ebatinan, yang dia ntaranya ada yang berlatar bela ang pendidi an psi ologi, biasanya menjelas an b ahwa timbulnya berbagai budaya itu disebab an arena sebagian besar orang jawa bu tuh mencari ha e at alam semesta, intisari ehidupan dan ha e atTuhan. Ahli sosi olagi Selosoemardjan berpendirian bahwa orang jawa pada umumnya cenderung untu 8 mencari eselarasan dengan ling ungan dan hati nuraninya, yang sering dila u ann ya dengan cara-carametafisi . Misti Kebatinan Menurut pandangan ilmu misti ebatinan orang jawa, ehidupan manusia merupa an bagiandari alam semesta secara eseluruhan, dan hanya merupa an bagian yang sang at ecil dari ehidupanalam semesta yang abadi, dimana manusia itu sea an-a an h anya berhenti sebentar untu minum.Si ap. Gaya hidup, dan banya a tivitas sebag ai latihan upacara yang harus diterima dandila u an oleh seorang, yang ingin men ganut misti dibawah pimpinan guru dan panuntun agama itu,pada dasarnya sama pad a berbagai gera an ebatinan jawa yang ada. Hal yang mutla perlu adalah emampua n untu melepas an diri dari dunia ebendaan, yaitu memili i sifat rila (rela) u ntu melepas ansegala ha mili , pi iran atau perasaan untu memili i, serta ei

9 Kebatinan Yang Berdasar an Ilmu Gaib Di seluruh daerah tempat tinggal orang jawa banya terdapat gera an-gera an eba tinan yanghanya beranggota an beberapa puluh orang saja. Kebanya an dari gera an seperti itu berpusat di ota- ota dan pada umumnya bersifat rahasia, yaitu deng an tujuan-tujuan yang bersifat misti , moralis, atauetis dan dipimpin oleh seora ng guru. Untu mencapai tujuannya, para anggota gera an seperti itu banya mela u an pra te -pra te ilmu gaib, disamping studi dan bersamadi.Banya dari budaya semacam itu pada awalnya adalah suatu organisasi yang mengajar senibela diri pen ca . Kecuali memberi latihan fisi , gurunya juga melatih murid-muridnya untu me la u anmeditasi. Untu mencipta an suasana eramat, ada juga yang ditambah berba gai ritus ilmu gaib secararahasia yang dima sud an agar para muridnya, memperole h e ebalan dan esa tian tertentu.

60 Tha

nginan untu memili i.. melalui si aprohaniah ini orang dapat membebas an diri d ari berbagai e uatan serta pengaruh dunia ebendaan dise itarnya. Si ap menyera h serta mutla ini tida boleh dianggap sebagai tanda sifat lemahnyaseseorang; s ebali nya ia menanda an bahwa orang seperti itu memili i e uatan batin dan ete guhaniman.Kemampuan untu membebas an diri dari dunia ebendaan dan ehidupan du niawi jugamelibat an si ap narima yaitu si ap menerima nasib, dan si ap bersabar , yang berarti si ap menerimanasib dengan rela. Kemampuan untu memili i si ap-s i ap semacam itu dapat diperoleh dengan hidupsederhana dalam arti yang sesungguh nya, hidup bersih, tetapi juga dengan jalan mela u an berbagai egiatan upacara egiatan upacara yang mening at an emampuan ber onsentrasi dengan jalanmengendal i an diri, dan mela u an berbagai latihan samadi. Melalui latihan bersemedi di h arap an agar orang dapat membebas an dirinya dari eadaan se itarnya, yaitu meng henti an segala fungsi tubuh dan einginan serta nafsu jasmaninya.Hal ini dapat m emberi an eheningan pi iran dan membuatnya mengerti dan menghayatiha e at hidup serta eselarasan antara ehidupan rohaniah dan jasmaniah. Apabila orang sudah bebasdari beban ehidupan duniawi (pamudharan), ma a orang itu setelah melalui b eberapa tahap beri utnya,pada suatu saat a an dapat bersatu dengan Tuhan ( jumbu hing awula Gusti, atau manunggaling awula-Gusti ) /Pende atan epada Illahi.Na mun dengan tercapainya pamudharan, yang memung in an orang untu melepas an diri dari ehidupan dunia ebendaan, orang itu juga tida terbebas dari ewajiban- ew ajibannya dalam ehidupanyang on ret; bah an, orang yang sudah mencapai pamudha ran, wajib amemayu ayuning bawana, atauberupaya memperindah dunia, yaitu berusah a memelihara dan memperindah dengan jalan mela u anhal-hal yang bai , dan hidup dengan penuh tanggung jawab. Gera an Untu Purifi asi Jiwa Semua organisasi ebatinan yang besar umumnya, memang bersifat mistis; banya ge ra an ebatinan, terutama yang jumlah anggotanya sedi it, hanya berusaha untu me ncapai purifi asi jiwa, Halyang mere a ingin an adalah memperoleh suatu ehidupa n erohanian yang mantap, tanpa rasa ta utdan rasa etida -pastian. Inilah yang oleh orang jawa disebut orang yang sudah bebas ( amanungsan, asunyatan).Cara untu amanungsan pada umumnya sama dengan cara untu mencapai pamudharantersebut dia tas. Kecuali beberapa variasi ecil, ma a cara untu mencapai purifi asi jiwa pa da dasarnyaadalah dengan menjalan an ehidupan yang penuh tanggung jawab, bai s ecara moral, sederhana,mampu membebas an diri dari eduniawian, mempunyai si ap yang bai terhadap ehidupan, nasib dan ematian dan mela u an samadi secara eta t. Oleh arena gera an-gera an ebatinan ini berusahamencari ebebasan rohaniah individu, ma a orang mudah mengerti bahwa sifatnya aga individualis;gera an-ger a an seperti itu paling tida menari bagi orang-orang yang membutuh an ehidupa n eagamaan, tanpa harus menaati peraturan-peraturan eagamaan yang resmi secara etat, namunmenyesuai an dengan adat istiadat (Said 1972-a: 153-154)

Tu ul sa a niat - sesuatu harus dimulai - tumbuh dari niatan Nga Ngracut busananing manungso - melepas an egoisme pribadi -manusia Filsafat Ha-Na-Ca-Ra-Ka Filsafat ha-na-ca- a-ra yang diung apan Pa u Buwana IX di utip oleh Yasadipura s ebagaibahan sarasehan yang diselenggara an Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradis ional Yogya arta padatanggal, 13 Juli 1992. Judul ma alah yang dibawa an Yasadip ura adalah " Basa Jawi Hing TembeWing ing Sarta Ha sara Jawi ang Mawa Tuntunan Panggalih Dalem Hing ang Sinuhun Pa u Buwana IXHing Karaton Sura arta Hadiningra t ". Dalam ma alah itu di emu a an oleh Yasadipura ( 1992 : 9 - 10 )bahwa Pa u B uwana IX memberi an ajaran ( filsafat hidup ) berdasar an a sara ha-na-ca-ra- a danseterusnya, yang dimulai dengan tembang inanthi, sebagai beri ut.Nora urang wulang wuru ta urang piwulang dan ajaranTumrape wong tanah Jawi bagi orang t anah JawaLa u-la une ngagesang perila u dalam ehidupanLamun gelem angla oni ji a mau menjalaninyaTegese a sara Jawa ma nanya a sara JawaI u guru ang sejati it u guru yang sejati Ajaran filsafat hidup berdasar an a sara Jawa itu sebagai beri ut : Ha-Na-Ca-Ra-Ka berarti ada " utusan " ya ni utusan hidup, berupa nafas yang ber ewajibanmenyatu an jiwa dengan jasat manusia. Ma sudnya ada yang mempercaya an, ada yang diperc aya danada yang dipercaya untu be erja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan ewajiban manusia (sebagai ciptaan ) Da-Ta-Sa-Wa-La berarti manusia setelah dicipta an sampai dengan data " saatnya ( dipanggil ) "t ida boleh sawala " mengela " manusia ( dengan segala atributnya ) harus bersed ia mela sana an,menerima dan menjalan an ehenda Tuhan Pa-Dha-Ja-Ya-Nya berarti menyatunya zat pemberi hidup ( Khali ) dengan yang diberi hidup (ma hlu ). Ma sdunya padha " sama " atau sesuai, jumbuh, coco " tunggal batin yang te rcermin dalamperbuatan berdasar an eluhuran dan eutamaan. Jaya itu " menang, u nggul " sungguh-sungguh danbu an menang-menangan " se edar menang " atau menang tida sportif. Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintah an dan yang dilarang oleh TuhanYang Maha Kuasa. Ma sudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis odrat, mes ipun manu siadiberi ha untu mewiradat, berusaha untu menanggulanginya. 61 Serat Wulang Sunu Karya : Pa uBuwono IV Latar bela ang dan tujuan ditulisnya Serat Wulang Sunu Pada abad 18-19 M, ondisi politi erajaan Sura arta dalam penjajahan bangsa Er opa, Pa uBuwana IV telah beberapa ali berusaha mengusir penjajah tersebut. A ib at dari penjajahan bangsaEropa telah membuat ra yat Sura arta menjadi sengsara b ai lahir maupun bathin. Suasana ehidupansema in berat dan sulit, tida ada eg embiraan erena esusahan yang tiada a hir. Piha istana yangdiharap an sebagai perlindungan ra yat Sura arta, sudah tida mampu lagi erena e uasaannya telahd irampas oleh penjajah, untu itulah Pa u Buwana IV dan para pujangga lainya menc oba mengalih an egiatan istana epada erohanian. Hal tersebut mempunyai ma sud untu memberi an pengajaran ataupanutan epada ra yat Sura arta hususnya dan ma syara at pada umumnya.Untu mengembali an atau membuat suasana tentram, damai da n ma mur ra yat Sura arta,ma a Pa u Buwana IV mencoba menulis nasehat-nasehat da lam bentu arya sastra, diantaranya adalahSerat Wulang Sunu. Dengan arya sastr a tersebut Pa u Buwana IV berharap epada ra yat Sura artamempunyai pegangan hid up di dunia ini untu menjalani ehidupan sehari-hari dalam aitannya mencariilm

u, eti a, terhadap guru, terhadap orang tua dan sesama manusia.Dalam hal menyemb ah epada Allah juga sangat dite an an oleh Pa u Buwana IV, beberapahal tersebut merupa an ajaran po o Pa u Buwana IV dalam rang a mencipta an peri ehidupanmas yara at Jawa yang damai dan tentram tida melanggar aturan dan larangan sehingga nantinya a anselamat bai di dunia maupun di a herat yang menjadi tujuan bagi s eluruh umat manusia. P u p u h I a) Wulang sunu ang inarya gendhing, ang pinurwa tataning ngawula, suwita ing won g tuwane, pomapadha mituhu, ing pitutur ang muni tulis, sapa ang tan nuruta sa ujareng tutur, tan urung asurang-surang, donya nga ir tan urung manggih billahi , tembe matine nra a.b) Mapan sira mang e anglampahi, ing pitutur ang muni ing layang, pasti beci sete mahe, be ti mringrama ibu du purwa sira udani, arya beci lan ala, sa ing rama ibu, du siro tasih jajabang, ibu iro alang ung lara prihatin, rume sa maring s iro.c) Nora eco dahar lawan ghuling, ibu niro rume so ing siro, dahar se ul uyah bae, t an etang wejahluntur, nya ot batho dipunlampahi, saben ri mring bengawan, pili s singgul alampahan, ibu nirirume so du siro alit, mulane den rumongso.d) Dhaharira mang e pahit getir, ibu niro rume so ing sira, nora etang turu samben , tan etang omahuyuh gupa tinjo dipun lampahi, lamun sira wawratana, tinatur pinang u, cinowe an ibu nira, dipundusi eso sore nganti resi , lamun luwe dinul ang.e) Du sira ngumur sangang waresi, pasti siro yen bisa rumang ang, ibumu momong ar sane, tan etang gombal tepung, rume sane du sira alit, yen sira irang pangan n ora etang nubru , meng osira wus diwasa, nora ana pamalesira, ngabe ti tuhu sir a niaya.f) Lamun sira mang e anglampahi, nganiaya ing wong tuwanira, ingu um dening Hyang M anon, tembeyen lamun lampus, datan wurung pulang lan geni, yen wong dura eng ren a, sanget si sanipun,mulane wewe as ingwang, aja wani dhateng ibu rama a i, pre ntahe la onano.g) Parandene mang e sira i i, yen den wulang dhateng ibu rama, so balawanan ucape, sumahir balimung ur, iya i u cegahen a i, tan beci temahira, donya eratipun, tan wurung asurang- asurang,tembe mati sinatru dening Hyang widhi, sini sa ing Male at. 62 h) Yen wong anom ing ang anastiti, tan mang ana ing pamang gihira, den wulang ibu r amane, asiloanem ayun, wong tuwane inaryo Gusti, lungo te o anembah i u budi lu hung, serta be ti ing su ma,hiyo i u ang aryo pati lan urip, miwah sandhang la n pangan.i) Kang wus aprah nonoman samang e, anggulang polah, malang sumirang, ngisisa en i ng wisese,andadar polah dlurung, muting rang polah muting ring, mateng us polah ting ra , antara raganipun,lampahe same lelewa, yen gununggungsarirane anjenthi t, ngore en wong athah. j) Poma aja na ngla oni, ing sabarang polah ing ang salah tan wurung weleh polahe, asuluhsolahipun, tan uwama solah ang silip, semune ingeseman ing sasaminipun, mulanetaawa ingwang, poma aja na polah ang silip, samya brongta ing lampah. )

Lawan malih we as ingsun a i, alamun sira andarbe arsa, aja sira tinggal bote , murwaten lanragamu, lamun derajatiro alit, aja ambe uwawa, lamun siro luhur, den prawira anggepiro, dipunsabar jatmi o alus ing budi, i u lampah utama.l) Pramilane nonoman puni i, dan teberi jagong lan wong tuwa, ing ang beci pitutur e, tan siratemahipun, apan bathin alawan lahir, lahire tata romo, bathine be ti mring tuhu, mula eta we asingwong, sa athahe ana putu buyut mami, den samya br ongta lampah. Terjemahan Pupuh I : a) Wulang sunu yang dibuat lagu, yang dimulai dengan tata cara berba ti, bergaul be rsama orangtuanya, agar semuanya memperhati an, petunju yang tertulis, siapa ya ng tida mau menurut, padapetunju yang tertulis, niscaya a an tersia-sia, nisca ya dunia a herat a an mendapat malapeta a,sesudah mati di nera a.b) Bila nanti amu mela sana an petunju yang tertuang dalam serat pasti bai pada a hirnya berba ti epada ibu bapa , eti a pertama ali diperlihat an a an perbua tan bai dan buru dari ibu bapa eti a amu masih bayi, ibumu lebih sa it dan m enderita memelihara amu.c) Tida ena ma an dan tidur, ibumu memelihara amu walau hanya ma an nasi garam w alaupunhanya untu membasahi erong ongan , ma an elapa pun dila u annya setiap hari mandi danmencuci di sungai dengan lang ah terseo -seo ibumu memelihara a mu eti a ecil untu iturasa anlah hal itu.d) Keadaan pahit getir ibumu memelihara amu dia tidur hanya sambilan mes ipun penu h dengan air seni ter ena tinja dila u annya bila amu buang air besar ditatur d an dipang u, dibersih an olehibumu dimandi an setiap pagi dan sore sampai bersih , bila amu lapar disuapi.e) Keti a amu berumur sembilan bulan, pada saat amu bisa merang a pe erjaan ibum u hanyamenjagamu walau hanya mema ai ain sambungan, memeliharamu eti a amu ma sih ecil, bila amu urang ma an, dicari an sampai dapat, nanti alau amu sudah dewasa, tida bisapembalasanmu ecuali berbuat bai dan berba ti epadanya.f) Bila amu nanti berbuat aniyaya terhadap orang tuamu, dihu um oleh Tuhan Yang Ma haMengetahui, beso alau mati niscaya a an embali bersama api, alau orang sen ang durha a,si sanya sangat berat, ma a a u berpesan jangan berani ibu bapa ana u, la u an perintah eduanya.g) Adapun amu nanti, bila dididi ibu bapa ucapanmu sering berlawanan menyahut l alu berpaling,cegahlah itu ana u, tida bai pada a hirnya, dunia a herat a an sia-sia, beso alau mati dimusuhiTuhan, disi sa oleh Malai at.h) Sedang an ana muda yang bai , pendapatnya tida begitu dididi ibi bapa nya, du du bersiladihadapannya, orang tuanya bagai an Tuhan, pergi pulang bersujud, itu adalah budi yang luhur sertaberba ti epada Tuhan Yang Maha Hidup yaitu yang me ncipta an mati dan hidup serta pemberisandang dan pangan. 63 i) Yang sudah aprah bagi ana muda, berting ah malang melintang memanja an diri, b erting ah yang eterlaluan dudu seena nya dan ta tahu esopanan, berla u cong a , senang memperlihat anbadannya, ela uannya tida terarah, bila badannya terse ntuh menjing at dan selalu membuat onar orang banya . j)

Ingat-ingat jangan ada yang mela u an, segala ting ah yang salah, ting ahnya pas ti a an ter ua (di etahui orang banya ), ia a an tersuluh dan tida uat menyand angnya, seolah-olah semua oranghanya melempar senyum, untu itu ana u, ingatlah jangan ada yang berbuat salah agar hidupmutida mengalami esusahan. ) Ada lagi nasehat u ana u, bila amu mempunyai ehenda jangan sampai memberat an diri, jagalah badanmu, bila derajatmu ecil, jangan merasa pesimis, bila amu menjadi orang luhur,tega anlah pendapatmu, bersabar dengan ehalusan, budi, it ulah perbuatan yang utama.l) Ma a dari itu aum muda se arang bersabarlah, bergaul dengan orang tua, perhati anlahpetunju nya yang bai , dari lahir sampai batin, lahir dengan tata rama, bat innya dengan berba ti epadanya, itulah nasehat u semua ana cucu cicit u, agar h idupmu tida mengalami esusahan. P U P U H II 1) Pupuh II ini terdiri dari 22 bait, seleng apnya penulis sampai an sebagai beri u t :2) Lawan malih we as mami, ana putu butut ingwang, miwah canggih wareng ingwang, p oma padhaesto na, ing pitutur ang arja, aja ana wong tu ar padu, amungsuh lawan sudara.3) Dhahat ingsun tan nglilami, sujatma ahli dursila, cewengan lan sudarane, temahan tan manggeh arjalan tipis ang sarira, wong liyan athah an purun, mejanani mr ing sira.4) Mo al sira tan miyarsa, ang ocap sujana athah, gecul mgrumpul bandhol ngrompo l, nanging aja alirua, babasan aya i a, den was itheng surupipun, babasan aya mang ana.5) Dipun umpul sira sami, aja gecul te adira, dipun ngrompol ala bandhol, poma i u esto na, yen siranedya arja, aja ma awongan pocung, anom umpul tuwo pisah.6) Yen ayaa pocung ugi, salawsiro neng donya, dadi wong pidhangan bae, dudu wate wong sujana,salawasira neng donya, lamun sujalma ang surup, nom umpul tuwa tan pisah.7) Poma den astiti, pitutur ing layang i i, poma aja na maido, lamun sira maidoa, l an mara ayonana,dumeh tutur tanpa dhapur, tinari tan manggih arja.8) Yen sira arsa ngayeni, pitutur ing layang i i, anuli solahe age, mungsuhe lawan sudara, nuli pisahawisma, samangsane sira luput, alawan sujalma liyan.9) Pasti sira den ayoni, den ira sujalma liyan, sadulur wis tega abeh, sanajan sil ih ataha, adhangmangsa belas, sajege sira tan atut, lawan sana adhangira.10) Pan ana salo a maning, poma padha esto na, surasane, ujaring ngong, rusa sana d en aresa,mang ana tuturing wang, wonten sima tu ar padu, amungsuh alawan wana. 11) Mang ana sang sima angling, heh wana sira apurba, denira uwasaning ngong, yen aja na uwatingwang, pasti sira binabat, denira sujalma agung, temah sira lebur sirna.12) Kang wana nyahuri bengis, apa ta samono ugo, yen aja na uwating ngong, amasti s ira mene a, denrisa jalma athah, initer winaos lampuh, samana diya-diniya.13) Sang sima lawan manadri, anulya tala tinala , samya arengat manhe, samana sang

sima esahmedal sing wana wasa, anjog wiring dhusun, anglela ing ara-ara14) Yata ganti ang winarni, wonten laren ngon maesa, sa sana anulya anon, yen wonte n sima puni a,anglela ngara-ara, cang ela anuli wangsul, apa jarwang tuwanira.

83 cu up bagi Bima hanya mengesamping an amu ten dan amulyan, dia harus juga meng hilang an ejahatan didalam hatinya.Untu itu dia harus mempunyai sifat-sifat seb agai beri ut:1. Rila: dia tida susah apabila e ayaannya ber urang dan tida ir i epada orang lain.2. Legawa : harus selalu bersi ap bai dan benar.3. Nrima : bersyu ur menerima jalan hidup dengan sadar.4. Anoraga : rendah hati, dan apabil a ada orang yang berbuat jahat epadanya, dia tida a anmembalas, tetap sabar.5. Eling : tahu mana yang benar dan salah dan selalu a an berpiha epada ebai an dan ebenaran.6. Santosa : selalu beraa dijalan yang benar, tida pernah berhen ti untu berbuat yang benar antara lain: mela u an samadi. Selalu waspada untu menghindari perbuatan jahat.7. Gembira : bu an berarti senang arena bisa mela s ana an ehenda atau napsunya, tetapi merasatentram melupa an e ecewaan dari pa da esalahan- esalahan dari erugian yang terjadi padamasa lalu.8. Rahayu : ehe nda untu selalu berbuat bai demi epentingan semua piha .9. Wilujengan : menj aga esehatan, alau sa it diobati.10. Marsudi awruh : selalu mencari dan mempe lajari ilmu yang benar.11. Samadi.12. Ngurang-ngurangi: dengan antara lain ma an pada wa tu sudah lapar, ma an tida perlu banya dantida harus memilih ma anan yang ena -ena : minum secu upnya pada wa tu sudah haus dan tida perlu harus mem ilih minuman yang lezat; tidur pada wa tu sudah mengantu dan tida perlu harust idur di asur yang tebal dan nyaman; tida boleh terlalu sering bercinta dan itu pun hanya bolehdila u an dengan pasangannya yang sah. Pertemuan dengan Dewa Su sma Ruci Sesudah Bima mebunuh ular dengan mengguna an u u Pancana a, Bima bertemu dengan Dewa ecil yaitu Dewa Su sma Ruci yang rupanya persis seperti dia. Bima memasu i raga Dewa Su smaRuci melalui telinganya yang sebelah iri. Didalam, Bima bisa m elihat dengan jelas seluruh jagad dan jugamelihat dewa ecil tersebut. Pelajaran spiritual dari pertemuan ini adalah : Bima bermeditasi dengan benar, menutup edua matanya, mengatur pernapasannya,mem usat an perhatiannya dengan cipta hening dan rasa hening. Kedatangan dari dewa Su sma Ruci adalah pertanda suci, diterimanya samadi Bima y aitubersatunya awula dan Gusti. Didalam paningal (pandangan didalam) Bima bisa melihat segalanya segalanya terbu auntu nya (Tinarbu a) jelas dan tida ada rahasia lagi. Bima telah menerima pel ajaran terpenting dalamhidupnya yaitu bahwa dalam dirinya yang terdalam, dia ada lah satu dengan yang suci, ta terpisah an.Dia telah mencapai asunyatan sejati. Pengalaman ini dalam istilah spiritual disebut mati dalam hidup dan juga disebut dup dalam mati . Bima tida pernah merasa an ebahagiaan seperti ini sebelumnya.Mu la-mula di tida mau pergi tetapi emudian dia sadar bahwa dia harus tetap mela sana an pe erjaandan ewajibannya, etemu eluarganya dan lain-lain. Arti simbolis pa aian dan perhiasan Bima Bima mengena an pa aian dan perhiasan yang dipa ai oleh orang yang telah mencapa i asunytan- enyataan sejati. Gelang Candra irana di ena an pada lengan iri dan anannya. Candra 84 artinya bulan, irana artinya sinar. Bima yang sudah tinarbu a, sudah menguasai sinar suci yang terangyang terdapat didalam paningal. Bati poleng :Kain bati yang mempunyai 4 warna yaitu; merah, hitam, uning dan putih. Yang m erupa ansimbol nafsu, amarah, alumah, supiah dan mutmainah. Disini menggambar an bahwa Bima sudahmampu untu mengendali an nafsunya. Tusu onde besar dari ayu asem

hi

Kata asem menunju an sengsem artinya tertari , Bima hanya tertari epada la u untu esempurnaan hidup, dia tida tertari epada e eyaan duniawi. Tanda emas diantara mata. Artiya Bima mela sana an samadinya secara teratur dan mantap. Ku u Pancana a Bima mengepal an tinjunya dari edua tangannya.Melambang an :1. Dia telah memega ng dengan uat ilmu sejati.2. Persatuan orang-orang yang bermoral bai adalah le bih uat, dari persatuan orang-orang yang tida bertanggung jawab, mes ipun jumla h orang yang bermoral bai itu alah banya .Contohnya lima pandawa bisa mengalah an seratus orawa. Ku u pancana a menunju an magisdan wibawa seseorang yang te lah mencapai ilmu sejati. PRANATA MANGSA ( aturan wa tu musim uno ) Pranata Mangsa atau aturan wa tu musim biasanya diguna an oleh para petani pedes aan, yangdidasar an pada gejala naluriah alam dan mencoba memahami asal-usul dan bagaimana uraian satu-satu ejadian cuaca di dalam setahun. Petani di Jawa dahu lu masih mema ai pato an untu mengolahpertanian dengan prantan ini. Uraian meng enai Pranata Mangsa ini diambil dari bu u sejarah para raja diSura arta, yang te rsimpan di musium Radya-Pusta a.Yang menurut riwayatnya, sebetulnya baru mulai d i enal an pada tahun 1856, saat erajaanSura arta diperintah oleh Pa oeboewono V II, yang memberi pato an bagi para petani agar mempunyaihasil panen yang bai da lam bertani, tepatnya dimulai tanggal 22 Juni 1856, dengan urut-urutan :1. Kasa , mulai 22 Juni, berusia 41 hari. Para petani memba ar dami yang tertinggal di sawah dan dimasa ini dimulai menanam palawija, sejenis belala ng masu e tanah, daun-daunan berjatuhan.Penampa annya/ibaratnya : lir sotya (d edaunan) murca sa a ngembanan ( ayu- ayuan).2.

Karo , mulai 2 Agustus, berusia 23 hari. Palawija mulai tumbuh, pohon randu dan mangg a, tanahmulai reta /berlubang. Penampa annya/ibaratnya : bantala (tanah) reng a (reta ). 85 3. Katiga , mulai 25 Agustus, berusia 24 hari. Musimnya/wa tunya lahan tida ditanami, seb ab panasse ali, yang mana Palawija mulai di panen, berbagai jenis bambu tumbuh. Penampa annya/ibaratnya: suta (ana ) manut ing Bapa (lanjaran).4. Kapat , mulai 19 September, berusia 25 hari. Sawah tida ada (jarang) tanaman, sebab m usim emarau, para petani mulai menggarap sawah untu ditanami padi gaga, pohon apu mulaiberbuah, burung-burung ecil mulai bertelur. Penampa annya/ibaratnya : waspa umembeng jroning albu (sumber).5. Kalima , mulai 14 O tober, berusia 27 hari. Mulai ada hujan, selo an sawah diperbai i d an membuattempat mengalir air di pinggir sawah, mulai menyebar padi gaga, pohon asem mulai tumbuh daunmuda, ulat-ulat mulai eluar. Penampa annya/ibaratnya : pa ncuran (hujan) emas sumawur (hujannya) ing jagad.6. Kanem , mulai 10 Nopember, berusia 43 hari. Para petani mulai menyebar bibit tanaman p

adi dipembenihan, banya buah-buahan (durian, rambutan, manggis dan lain-lainnya ), burung blibis mulai elihatan di tempat-tempat berair. Penampa annya/ibaratnya : rasa mulya asucian (sedang banya -banya nya buah-buahan).7. Kapitu , mulai 23 Desmber, usianya 43 hari. Benih padi mulai ditanam di sawah, banya h ujan,banya sungai yang banjir. Penampa annya/ibaratnya : wisa entar ing ing ma ruta (bisa larut denganangin, itu masanya banya penya it).8. Kawolu , mulai 4 Pebruari, usianya 26 hari, atau 4 tahun se ali 27 hari. Padi mulai hij au, uret mulaibanya . Penampa annya/ibaratnya : anjrah jroning ayun (merata dal am einginan, musimnya ucing awin).9. Kasanga , mulai 1 Maret, usianya 25 hari. Padi mulai ber embang dan sebagian sudah berbu ah, jang ri mulai muncul, ucing mulai awin, cenggeret mulai bersuara. Penampa annya/ibaratnya :wedaring wacara mulya ( binatang tanah dan pohon mulai bersuar a).10. Kasepuluh , mulai 26 Maret, usianya 24 hari. Padi mulai menguning, mulai panen, banya hew anhamil, burung-burung ecil mulai menetas telurnya. Penampa annya/ibaratnya : g edong minep jroning albu (masa hewan sedang hamil).11. Desta , mulai 19 April, berusia 23 hari. Seluruhnya memane n padi. Penampa annya/ibara tnya: sotya(ana burung) sinara wedi (disuapi ma anan).12. Saya, mulai 12 Mei, berusia 41 hari. Para petani mulai menjemur padi dan memasu an e lumbung. Di sawah hanya tersisa dami. Penampa annya/ibaratnya : tirta ( eringat) sah sa ingsasana (badan) (air pergi d ari sumbernya, masa ini musim dingin, jarang orang ber eringat, sebabsangat ding in).Demi ian uraian sing at tentang Pranata Mangsa, yang ji a di ait an dengan ondisi saat ini, haltersebut diatas tentunya harus diselaras an secara ilmiah, ondisi alam, emajuan te nologi pengindraansatelit cuaca, dan sebagainya. 86 WUKU dan KELAHIRAN Tiap-tiap wu u mempunyai wata sendiri-sendiri. Wata wu u dapat diperguna an un tu mengetahui dasar wata bayi lahir : 1. Sinta. .dewanya sangyang Yamadipati = wata nya seperti raja dan pendita, banya emauan , eras,cepat bahagia, ba at aya harta benda. Memanggul tunggul = mudah mendapa t an esenangan hidup.Ka i bela ang direndam dalam air = perintahnya panas didep an dingin bela ang. Pohonnya :Kendaya an = jadi pelindung orang susah, dan orang minggat.Burungnya : Gaga = mengerti petunju gaib. Gedungnya didepan = memperl ihat an simbul e ayaannya, pradah hanya lahir. Bahayanya : Berada di pertengahan umur. Tang alnya : selamatannasi pulen beras sepitrah di u us, lau nya daging erbau seharga 21 eteng dimasa pindang,membelinya tida menawar. Selawatnya 4 eteng. Doanya : Tola bilahi. Candranya : Endra = gemar bertapa brata, ang uh, s u a epada epanditan. Keti a ala wu u berada ditimu laut, selama 7 hari ta bol eh mendatangi tempat ala. 2. Landep .dewanya sangyang Mahadewa = bagus rupanya, terang hatinya, gemar bersemadi. Ka

inyadirendam dalam air = perintahnya eras didepan dingin dibela ang, asih saya ng. Pohonnya :Kendaja an = jadi pelindung orang sa it, orang sengsara dan orang minggat. Burungnya : Atat embang = jadi esu aan para agung, ji a menghamba an d iri jadi esayangan. Gedungnya didepan =memperlihat an e ayaannya, pradah hanya lahir.Bahayannya : orobohan pohon. Tang alnya : Selamatan tumpeng beras sepitr ah di u us.Lau nya daging rusa dicacah lalu diba ar. Selawatnya 4 eteng. Doanya : Kabul. Candranya : Suratingraditya = tajam ingatannya, dapat mengerja an sega la pe erjaan, dapat menggrirang an hati orang lain. 3. Wu ir .dewanya sangyang Mahaye ti = besar hatinya, menghenda i lebih dari sesama. Tung galnya :didepan = a hirnya hidup senang. Menghadapi air di jembung besar = bai budi pe ertinya. Pohonnya :Nagasari = bagus rupaya, sopan-santun, ji a be erja d icintai oleh maji annya. Burungnya : Manyar = ta mau alah dengan sesama, dapat mengerja an segala pe erjaan. Gedungnya didepan = memperlihat an e ayaannya, pra dah hanya lahir. Bahayanya : dianiaya.Penang alnya : selamatan nasi uli, beras s epritah di u us, daging ayam ayam putih dimasa pa ai santan dan sayur lima macam . Selawatnya 4 eteng. Doanya raju na. Candranya : Gunung artinya ji a dide ati sulit dan berbahaya ji a dilihat dari jauh menyedap an pemandangan. Keti a olo wu uberada ditenggara, dalam 7 hari tida boleh mendatangi tempat olo. 4. Kurantil. dewanya sangyang Langsur = pemarah. Memanggul tunggal = a hirnya mendapat esenan gan hidup. Air dalam jimbung besar disebelah iri = serong hatinya. Pohonnya : I ngas = ta dapatuntu berlindung, arena panas. Burungnya : Salinditan = tang as . Gedungnya terbali didepan = murahhati. Bahayanya : jatuh memanjat.Penang alny a : selamatan tumpeng beras sepitrah di u us, lau nya daging ayam lereng dipecal .Selawatnya 7 eteng. Doanya : raju na dan pina. Candranya : Woh-wohan = ta ten tu reje inya.Keti a olo wu u berada dibawah, dalam 7 hari ta boleh turun dari g unung dan ta boleh menggali tanah. 5. Tolu .dapat menyenang an hati orang lain, alau marah berbahaya, ta dapat dicegah, T unggulnya :dibela ang = ebahagiannya terdapat dibela ang hari. Pohonnya : Wijay amulya = sangat indah rupanya,tajam roman mu anya, tinggi adat-istiadatnya, teli ti, su a pada esunyian, selamat hatinya. Burungnya :Branjangan = riang tangan, cepat be erjanya. Gedungnya didepan = su a memperlihat an e ayaannya,pradah han ya lahir. Bahayanya = ditandu atau disiung. 87 Penang alnya : selamatan nasi udu beras sepitrah di u us, lau nya daging ayam d imasa dengan santan. Selawatnya 3 eteng. Doanya : Kabul. Candranya : Wang awa = ang uh, tida tetap,su a bohong.Keti a olo wu u berada dibarat-laut, dalam 7 h ari ta boleh mendatangi tempat ala. 6. Gumbreg .dewanya sangyang ca ra = eras budinya, segala yang di ehenda inya segera terca pai,ta mau dicegah, pengasih. Ka ai sebelah yang didepan direndam dalam air = p erintahnya dingindidepan, panas dibela ang. Pohonnya : beringin = jadi pelindung eluarganya, budinya tinggi. Burungnya: ayam hutan = liar, dicintai oleh para a gung, su a tinggal ditempat sunyi. Gedungnya di iri an =penyayang, ji a marah ta a sayang epada harta bendanya.Bahayanya : tenggelam atau ejatuhan dalam. Tang alnya : selametan nasi pulen beras sepitrahdi u us, lau nya daging ayam berumbu n yang masih muda dan daun-daun 9 macam. Selawatnya 4 eteng. Doanya : Raju na. C andranya : Geter ne ger ing wijati = hening pi irannya, per ataannya nyataredhoa n.Keti a ala wu u berada di Selatan menghadap utara, dalam 7 hari tida boleh mem andangwajah ala. 7. Warigalit , dewanya sangyang asmara = bagus rupanya,senang asmara, cemburuan, hatinya muda htersentuh, Pohonnya : sulastri = bagus rupanya, banya yang cinta. Burungnya : epodong cemburuan,ta su a ber umpul dengan orang banya . Bahayanya : tersang u

t suatu per ara.Tang alnya : selametan nasi urap beras sepitrah di u us, lau nya daging erbau ranjapan(pembelian bersama-sama), dimasa getjo . Selawatnya 8 e teng. Doanya : tola bilahi. Candranya : aju emladean ngaja sempal = dimana-ma na dapat tumbuh. Keti a ala wu u berada diatas, dalam 7 haritida boleh mendatang ani tempat ala 8. Warigagung , dewanya sanghyang mahaje ti = berat tanggungannya, ber einginan. Tunggulnya :d ibela ang reje inya dibela ang hari. Pohonnya : cemara = rame bicaranya, lemah l embut perintahnyadan dihormati. Burungnya : betet = eras emauannya, pandai men cari ehidupan. Gedungnya dua buahdibela ang dan didepan = ichlasnya hanya seten gah. Bahayanya : dimarahi temannya.Penang alnya : selamatan nasi udu bers sepit rah di u us, lau nya daging bebe dimasa gurihdan daun-daunan 5 macam. Selawatn ya 5 eteng. Doanya : rasul. Candranya : Ketug lindu = menepatiper ataannya, ji a marah mena ut an, tida mau menerima ta dir. Keti a ala wu u berada di utaramen ghadap e selatan, dalam 7 hari tida boleh mendatangani tempat ala. 9. Julungwangi, dewanya sanghyang sambu = tinggi perasaannya, tida boleh disamai. Mengahadap ai r dijembung = pradah i hlasan, a an tetapi harus diperlihat an harum = dicintai oleh orang banya .Burungnya utilang = banya bicara dan per ataannya dipercayai orang, dicintai para pembesar.Bahayanya : diter am harimau. Tang alnya : selama tan nasi pulen beras sepitrah di u us, lau nyadaging ayam brumbun dan uang suwan g (+/- 81 sen). Selawatnya : ucing. Doanya Tola bilahi.Candranya : asturi aru m angambar = segala ehenda nya belum terjadi telah tersiar banya yang cinta. 10 Sungsang , dewanya sanghyang gana = pemaranh, gelap hati. Air dijebung didepannya +/- pra dah,i hlasan, harus diperlihat an pemberiannya, banya reje inya. Pohonnya : tan ganan = ta su amenganggur, eras budinya, su a epada epunyaan orang lain. Bur ungnya : nori = pemboros, jauh ebahagiaannya, mur a. Gedungnya terbali dibela a ng = i hlasan dengan tida pa ai perhitungan.Bahayanya : ena besi. Tang alnya : selamatan nasi megana dan tumpeng betas 2 pitrah, daun-daunan 9 macam dicampur dalam tumpeng. Selawatnya 10 eteng. Doanya : Kabul. Candranya : se ar wora-wari bang = besar amarahnya, tetapi mudah dicegah. Keti a ala wu u berada di timur da lam 7hari tida boleh mendatangani tempat ala. 11. Galungan , dewanya sangyang Komajaya = teguh hatinya, dapat melega an hati orang susah, c intapada perbuatan bai , jauh epada perbuatan jahat. Memang u air dalam bo or = su a bersede ah,pengasih, namun sedi it reje inya. Pohonnya : Tanganan = ringan tangan, eras budinya, gampangsu a pada epunyaan orang lain. Burungnya : Bido = besar nafsunya, mur a. 88 Bahayanya : berselisih.Penang alnya : selamatan nasi beras sepitrah di u us, lau nya daging ambing.Doanya : Selamat pina. Candranya : pe si wonten ing luhur = ji a mencari hasil dengan menundu an epala, sebab gora-goda. Keti a olo wu u b erada di selatan daya, dalam 7 hari ta boleh mendatangitempat ala. 12.Kuningan, dewanya sangyang Indra = melebihi sesama, tinggi derajatnya. Pohonnya : Wijaya u suma= rupanya sangat indah, sangat pua a, tinggi budinya dan teliti, menghindari eramaian, selamat hatinya.Burungnya : Urang-urangan = cepat be erjanya, le as marah, pemalu.Gedungnya dibela ang, jendelanya tertutup = hemat. Bahayanya = dia mu ..Penang alnya :selamatan nasi punar beras sepitrah di u us, lau nya daging erbau membelinya beramai-ramai,digoreng. Selawatnya 11 eteng. Doanya : Kabul. C andranya : Garojogan = rame bicaranya, banya bohong.Keti a olo wu u berada di B arat, dalam 7 hari ta boleh mendatangi tempat ala 13. Lang ir , dewanya sangyang Kala menggigit bahunya sendiri = besar nafsunya, tida sayang epadabadannya sendiri, yang melihat ta ut, buru adat-istiadatnya, tida mau m

enurut, mur a, banya larangan.Pohonnya : Ingas dan cemara tumbang = panas hati, ta boleh dide ati orang,Penang alnya : selamatan nasi udu beras sepitrah di u us, lau nyadaging ambing dan i andimasa pa ai santan, sayuran secu upnya. Sel awatnya 5 eteng. Doanya : Slametpina. Candranya :Redi gumaludug = bicaranya men a ut an, tetapi tida mengapa.Keti a olo wu u berada di selatan daya,dalam 7 ha ri ta boleh mendatangi tempat ala. 14. Mandasia ,dewanya sangyang Brama, uat budinya, pemaran, ta mau memberi ampun, ji a mara hta dapat dicegah, tegaan. Pohonnya : Asam = uat dan dicintai orang banya , ja di pelindung sengsara.Burungnya : Platu bawang = uat budinya, cepat pe erjaanny a, tida sabaran. Gedungnya tergulingdidepan = hemat dan banya reje inya. Bahay anya : Kena api dan dijahili orang.Penang alnya : selamatan nasi merah beras sep itrah di u us, sayur bayam merah, daging ayammerah dipindang dan bunga setaman y ang merah. Selawatnya uang baru 40 eteng. Doanya : Slamat.Candranya : Watu item munggeng papreman lan wre sa gung lebet tancepnya = sabar, tetapi ji a marah ej am.Keti a olo wu u berada diatas, dalam 7 hari ta boleh mendatangi tempat ala . 15. Djulungpujut, dewanya sangyang guretno, = su a epada eramaian, tersiar bai , mempunyai edudu an yang lumayan. Menghenda i bu it = besar emaunnya, ta su a diatasi, menghen da imemerintah. Pohonnya : Rembu nya = indah warnanya, tida berbau, dimana-mana jadi unjunganorang.Burung : Prijohan = besar emauannya, halus budinya. Bahaya nya : diteluhPenang alnya : selamatantumpeng beras sepitrah di u us, daging ayam merah dipanggang, daun- daunan 9 macam. Selawatnya30 eteng. Doanya : Balasrewu dan Kunut. Candranya : Palwa ing samodra = esana- emari mencarinaf ah, reje in ya tida urang.Keti a olo wu u, berada di utara dan selatan, dalam 7 hari ta bolehmendatangi tempat ala. 16. Pahang , dewanya sangyang tantra = per ataannya melebihi sesama, tida sabaran menepati janji.Jembungnya disebelah iri dibela angnya = su a jalan serong. Memanggul se njata tajam = waspada, asar per ataannya, panas hati, su a berti ai. Pohonya : K endayaan = jadi pelindung orang sa it, orangsengsara dan orang minggat. Burung : Coca = gelata bicaranya. Gedung telentang = boros.Bahayanya : dianiaya.Penang alnya : selamatan nasi udu beras sepitrah, lau nya daging ayamdimasa sansan, daun-daunan 11 macem. Selawatnya 9 eteng. Doanya : Rasul.Candranya : Pulo ating gal sa ing tebih = tersiar semua ting ah la unya, lahirnya suci, batinnya otor, ang uh, selalususah.Keti a olo wu u berada di Barat-Laut dalam 7 hari ta bole h mengunjungi tempat ala. 17. Kuruwelut , dewanya sanhyang wisnu : tajam ciptanya, tinggi dan selamat budinya, melebihi sesamadewa. Memanggul : ca ra = tajam hatinya, berhati-hati. Pohonnya : parijata = jadi pelindung dan besar ebahagiaannya. Burungnya : puter = ji a berbicara m ula-mula alah, a hirnya menang, tida pernah K-E-J-A-W-E-N

Anda mungkin juga menyukai