Anda di halaman 1dari 4

Nama : Uswah Hasanuddin NIM : C111 11 206

Fisiologi Urogenital 1. Berapa banyak cairan yang di filter oleh glomerulus dalam 1 menit? Kapiler glomerulus mempunyai laju filtrasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan sebagian besar kapiler lainnya karena tekana hidrostatik glomerulus yang tinggi dan koefisien filtrasi kapiler yang besar. Pada orang dewasa normal, GFRnya sekitar 125 ml/menit, atau 180 liter/hari. Fraksi aliran plasma renal yang difiltrasi (fraksi filtrasi) rata-ata sekitar 0,2; ini menandakan bahwa kira-kira 20% plasma yang mengalir melalui ginjal akan difiltrasi oleh kapiler glomerulus. 2. Ada beberapa zat yang dapat disekresikan kembali dari ginjal kedalam tubulus distal dari darah. Zat-zat apa saja? Bagian pertama dari tubulus distal membentuk bagian kompleks jukstaglomerulus yang menimbulkan control umpan balik GFR dan aliran darah dalam nefron yang sama bagian tubulus distal selanjutnya sangat berkelok-kelok dan mempunyai banyak ciri reabsorpsi yang sama dengan bagian tebal asenden ansa Henle. Artinya, bagian tersebut mereabsorpsi sebagian besar ion, terasuk natrium, kalium, dan klorida, tetapi sesungguhnya tidak permeabel terhadap air dan ureum. Separuh bagian kedua dari tubuulus distal dan tubulus koligentes kortikalis berikutnya mempunyai ciri-ciri fungsisional yang sama. Secara anatomis, keduanya terdiri dari 2 tipe sel yang berbeda, sel-sel prinsipalis dan sel-sel interkalatus. Sel-sel prinsipalis mereabsorpsi natrium dan air dari lumen dan menyekresikan ion kalium kedalam lumen. Sel-sel interkalatus mereabsorpsi ion kalim dan menyekresikan ion hydrogen kedalam lumen tubulus. 3. Apa pengaruh yang diakibatkan oleh ketidakcukupan masukan air dalam tubuh manusia. Bagaimana kompensasinya? Ada suatu umpan balik yang kuat untuk mengatur osmolaritas plasma dan konsentrasi natrium, yang bekerja dengan cara mengubah eksresi air oleh ginjal, dan tidak bergantung pada kecepatan eksresi zat terlarut. Pelaku utama dari sistem umpan balik ini adalah hormon antidiuretik (ADH), yang juga disebut vasopresin. Bila osmolaritas cairan tubuh meningkat diatas normal (yaitu, zat terlarut dalam cairan tubuh menjadi terlalu pekat), kelenjar hipofisis posterior akan menyekresi lebih banyak ADH, yang meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan duktus koligentes terhadap air. Keadaan ini memungkinkan terjadinya reabsorpsi air dalam jumlah besar dan penurunan volume urin, tetapi tidak mengubah kecepatan eksresi zat terlarut oleh ginjal secara nyata. Kemampuan ginjal untuk membentuk urin yang lebih pekat dari plasma, penting untuk kelangsungan hidup mamalia yang hidup di darat, ttermasuk manusia. Air secra terus menerus hilang

dari tubuh melalui berbagai cara, meliputi paru-paru melalui evaporasi kedalam udara ekspirasi, traktus gastrointestinal melalui feses, kulit melalui evaporasi dan perspirasi, dan ginjal melalui sekresi urin. Asupan cairan dibutuhkan untuk menutupi kehilangan cairan ini, tetapi kemampuan ginjal untuk membentuk volume urin pekat akan meminimalkan asupan cairan yang diperlukan untuk mempertahankan homeostatis, suatu fungsi yang sangat penting apabila suplai air hanya sedikit. 4. Mengapa kurangnya masukan air menyebabkan tubuh menderita penipisan air sementara penurunan masukan natrium tidak mengarah pada penipisan natrium? Walaupun natrium klorida adalah salah satu zat terlarut utama yang membentuk hiperosmolaritas intestinum medulla, bila diperlukan, ginjal mampu mengeluarkan urin dengan kepekatan tinggi yang mengandung sedikit natrium klorida. Hiperosmolaritas urin pada keadaan ini disebabkan oleh tingginya kensentrasi zat terlarut lain, terutama produk buangan seperti ureum dan keratinin. Satu keadaan yang menyebaban keadaan ini terjadi adalah dehidrasi yang disertai dengan asupan natrium yang rendah. Asupan natrium yang rendah akan merangsang pembentukan hormone angiotensin II dan aldosteron, yang bersama-sama menimbulkan reabsorpsi natrium yang hebat dari tubulus sambil meninggalkan ureum dan zat terlarut lainnya untuk mempertahankan kepekatan urin yang tinggi. 5. Mengapa meskipun kandung kemih sangat penuh tetapi urin tidak pernah terdorong kembali ke ureter kemudian ginjal? Setelah terbentuk di gnjal, urin disalurkan melaui ureter ke kandung kemih (vesika urinaria). Urin tidak mengalir melalui ureter hanya karena tarikan gravitasi. Kontraksi peristaltik (mendorong maju) otot polos dinding ureter mendorong urin maju dari ginjal ke kandung kemih. Ureter menembus dinding kandung kemih secara oblik, melewati dinding kandung kemih beberapa sentimeter sebelum membuka kedalam rongga kandung kemih. Susunan anatomic ini mencegah aliran balik dari kandung kemih ke ginjal ketika tekanan di kandung kemih meningkat. Sewaktu kandung kemih terisi, ujung ureter di dalam kandung kemih tertekan hingga menutup. Namun, urin masih tetap dapat masuk karena kontraksi ureter menghasilkan cukup tekanan untuk mengatasi resistensi dan mendorong urin melewati ujung tertutup. 6. Apa nama hormon yang menstimulasi aktivitas pompa Na+ dalam tubulus distal? Sistem hormon terpenting dan paling terkenal yang terlibat dalam regulasi Na+ adalahh sistem renin-angiotensin-aldosteron (SRAA). Sel granular apparatus jukstagromelural mengeluarkan suatu hormone enzimatik, renin, ke dalam darah sebagai respons terhadap penurunan NaCl/volume cairan ekstrasel/tekanan darah. Sekresi reni menyebabkan peningkatan reabsorpsi Na+. setelah dikeluarkan kedalam darah, renin bekerja sebagai enzim untuk mengaktifkan angiotensinogen menjadi angiotensin I. Angiotensinogen adalah suatu protein plasma yang disintesis oleh hati dan terdapat di plasma dalam konsentrasi tinggi. Ketika melewati paru melalui sirkulasi paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oleh angiotensin-converting enzyme (ACE), yang banyak terdapat dikapiler paru. Angiotensin II adalah perangsang utama sekresi hormone aldosterone dari korteks adrenal.

7. Hormon apa yang menyebabkan tubulus distal dan duktus koligentes menjadi permeable terhadap air? Bila osmolaritas cairan tubuh meningkat diatas normal (yaitu, zat terlarut dalam cairan tubuh menjadi terlalu pekat), kelenjar hipofisis posterior akan menyekresi lebih banyak antidiuretic hormone (ADH), yang meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan duktus koligentes terhadap air. Keadaan ini memungkinkan terjadinya reabsorpsi air dalam jumlah besar dan penurunan volume urin. 8. Bagaimana komposisi dan volume cairan ekstraseluler di kontrol? Volume cairan ekstrasel terutama ditentukan oleh keseimbangan antara asupan dan keluaran air dan garam. Pada kebanyakan kasus, asupan air dan garam terutama lebih ditentukan oleh kebiasaan seseorang daripada oleh mekanisme pengaturan fisiologis. Oleh sebab itu, beban pengaturan volume ekstrasel biasanya terletak pada ginjal, yang harus menyesuaikan pengeluaran garam dan airnya agar sesuai dengan asupan garan dan air dalam keadaan normal. Mengenai peraturan volume ekstrasel, juga mempertimbangkan faktor-faktor yang mengatur jumlah natrium klorida daam cairan ekstrasel, karena perubahan kandungan natrium klorida dalam cairan ekstrasel biasanya menyebabkan perubahan yang sama pada volume cairan ekstrasel, asalkan mekanisme hormone antidiuretic (ADH)-rasa haus juga bekerja. Bila mekanisme ADH-rasa haus berfungsi normal, perubahan jumlah natrium klorida dalam cairan ekstrasel disesuaikan dengan perubahan yang serupa pada jumlah air ekstrasel, sehingga osmolaritas dan konsentrasi natrium dipertahankan agar relative konstan. Komposisi kalium cairan ekstrasel normalnya diatur dengan tepat kira-kira 4,2 mEq/L, jarang sekali naik atau turun lebih dari + 0,3 mEq/L. pengaturan yang tepat ini perlu karena banyak fungsi sel yang sangat sensitive terhadap perubahan konsntrasi kalium cairan ekstraseluer. Kesulitan khusus dalam mengatur konsentrasi kalium ekstrasel adalah adanya kenyataan bahwa lebih dai 98 persen kalium tubuh total terkandung didalam sel dan hanya 2 persen dalam cairan ekstrasel. Untuk orang dewasa dengan berat 70 kg, yang memiliki sekitar 28 liter cairan intrasel (40 persen dari berat badan) dan 14 liter cairan ekstrasel (20 persen berat badan), sekitar 3920 miliekuivalen kalium terdapat didalam sel dan hanya sekitar 59 miliekuivalen dicairan ekstrasel. Faktor-faktor paling penting yang merangsang sekresi kalium oleh sen prinsipalis meliputi: a. Peningkatan konsentrasi kalium cairan ekstrasel b. Peningkatan aldosterone, dan c. Peningkatan laju aliran tubulus Komposisi ion kalsium cairan ekstrasel normalnya diatur dengan ketat agar tetap dalam beberapa persentase dari nilai normalnya, 2,4 mEq/L. Sekitar 50% kalsium total dalam plasma berada dalam bentuk terionisasi, yaitu bentuk yang memiliki aktivitas biologis pada membran sel. U Sisanya terikat pada prtein plasma (sekitar 40 persen) atau dalam ikatan kompleks dalam bentuk nonionisasi dengan anion-anion seperti fosfat dan sitrat (sekitar 10 persen).

Eksresi kalsium disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Dengan peningkatan asupan kalsium, juga terdapat peningkatan eksresi kalsium ginjal, walaupun sebagian besar peningkatan asupan kalsium dibuang dalam feses. Dengan hilangnya kalsium, eksresi kalsium leh ginjal menurun sebagai akibat dari peningkatan reabsorpsi tubulus.

Anda mungkin juga menyukai