Anda di halaman 1dari 6

Lumbal Punksi

1. Pengertian adalah upaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan memasukan jarum ke dalam ruang subarakhnoid. (Brunner and Suddarths, 1999)

Pelaksanaan Pungsi Lumbal

2. Tujuan pemeriksaan cairan serebrospinal mengukur & mengurangi tekanan cairan serebrospinal menentukan ada tidaknya darah pd cairan serebrospinal mendeteksi adanya blok subarakhnoid spinal memberikan antibiotic intrathekal ke dlm kanalis spinal terutama kasus infeksi.

3. Indikasi - Kejang - Paresis atau paralisis termasuk paresis Nervus VI - Pasien koma - Ubun ubun besar menonjol - Kaku kuduk dengan kesadaran menurun - Tuberkolosis milier

4. Kontra Indikasi - Syock/renjatan - Infeksi local di sekitar daerah tempat pungsi lumbal - Peningkatan tekanan intracranial (oleh tumor, space occupying lesion,hedrosefalus) - Gangguan pembekuan darah yang belum diobati

5. Komplikasi - Sakit kepala - Infeksi - Iritasi zat kimia terhadap selaput otak - Jarum pungsi patah - Herniasi - Tertusuknya saraf oleh jarum pungsi

6. Alat dan Bahan - Sarung tangan steril - Duk lubang - Kassa steril, kapas dan plester - Jarum pungsi lumbal no. 20 dan 22 beserta stylet - Antiseptic: povidon iodine dan alcohol 70% - Tabung reskasi untuk menampung cairan serebrospinal

7. Anestesi local - Spuit dan jarum untuk memberikan obat anestesi local - Obat anestesi loka (lidokian 1% 2 x ml), tanpa epinefrin. (Reis CE, 2006) - Tempat sampah.

8. Persiapan Pasien Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik ke abdomen. Catatan : bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas kursi, dengan kursi dibalikan dan kepala disandarkan pada tempat sandarannya.

9. Prosedur Pelaksanaan 1. Lakukan cuci tangan steril

2. Persiapkan dan kumpulkan alat-alat 3. Jamin privacy pasien 4. Bantu pasien dalam posisi yang tepat, yaitu pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (dahi ditarik kearah lutut), eksterimitas bawah fleksi maksimum (lutut di atarik kearah dahi), dan sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) sejajar dengan tempat tidur. 5. Tentukan daerah pungsi lumbal diantara vertebra L4 dan L5 yaitu dengan menemukan garis potong sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) dan garis antara kedua spina iskhiadika anterior superior (SIAS) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula dilakukan antara L4 dan L5 atau antara L2 dan L3 namun tidak boleh pada bayi 6. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm dengan larutan povidon iodine diikuti dengan larutan alcohol 70 % dan tutup dengan duk steril di mana daerah pungsi lumbal dibiarkan terbuka Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang telah memakai sarung tangan steril selama 15-30 detik yang akan menandai titik pungsi tersebut selama 1 menit.

7. Anestesi lokal disuntikan ke tempat tempat penusukan dan tusukkan jarum spinal pada tempat yang telah di tentukan. Masukkan jarum perlahan lahan menyusur tulang vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum terbuka ke atas sampai menembus durameter. Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap anak tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 2,5 cm pada bayi dan meningkat menjadi 5 cm pada umur 3-5 tahun. Pada remaja jaraknya 6-8 cm. 8. Lepaskan stylet perlahan lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran cairan yang lebih baik, jarum diputar hingga mulut jarum mengarah ke cranial. Ambil cairan untuk pemeriksaan. 9. Cabut jarum dan tutup lubang tusukkan dengan plester 10. Rapihkan alat-alat dan membuang sampah sesuai prosedur rumah sakit 11. Cuci tangan

Meningitis Purulenta Manifestasi Klinis Gejala dan tanda penting adalah demam tinggi, nyeri kepala, kaku kuduk, dan kesadaran menurun. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Darah Dilakukan pemeriksaan kadar Hb, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, kultur. Pada meningitis purulenta di dapatkan peningkatan leukosit dengan pergeseran ke kiri pada hitung jenis. 2. Cairan Serebrospinal : lengkap & kultur Pada meningitis purulenta, diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang keruh karena mengandung pus, nanah yang merupakan campuran leukosit yang hidup dan mati, jaringan yang mati dan bakteri. 3. Pemeriksaan Radiologis - Foto kepala : periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi - Foto dada. Penatalaksanaan Terapi bertujuan memberantas penyebab infeksi disertai perawatan intensif, suportif untuk membantu pasien melalui masa kritis. Sementara menunggu hasil pemeriksaan terhadap kausa diberikan obat sebagai berikut : Kombinasi Ampisilin 12-18 gr, Kloramfenikol 4 gr, Intravena dalam dosis terbagi 4 x / hari. Dapat ditambahkan campuran Trimetoprim 80 mg, Sulfametoksazol 400 mg Intravena. Dapat pula ditambahkan Seftriakson 4-6 gr Intravena. (Arief Mansjoer : 2000) DIAGNOSIS PENUNJANG Adanya gejala-gejala seperti panas yang mendadak dan tidak dapat diterangkan sebabnya, letargi, muntah, kejang dan lain-lainya harus difikirkan kemungkinan meningitis. Diagnosis pasti adalah dengan pemeriksaan CSS melalui fungsi lumbal. Pada setiap penderita dengan iritasi meningeal,apalagi yang berlangsung beberapa hari atau dengan gejala-gejala kemungkinan meningitis atau penderita dengan panas yang tidak diketahui sebabnya, harus dilakukan fungsi lumbal. Kadang-kadang pada fungsi lumbal pertama tidak didapatkan derita yang sebelumnya telah mendapat pengobatan antibiotika,tetapi pada pembiakan ternyata ada bakteri. Walaupun fungsi lumbal merupakan faktor resiko untuk terjadi meningitis, untuk kepentingan diagnosis cara ini mutlak dilakukan.

Bila terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (koma, kekakuan descrebrasi, reaksi cahaya negatif) dapat dilakukan fungsi melalui sisterna makna. Cara ini untuk menghindarkan terjadinya dekompresi dibawah foramen maknum dan herniasi tonsila cerebellum. Bila tekanan permukaan CSS di atas 200 mmH2O, sebaiknya diberikan manitol 0,25 -0,50 mg/kg BB secara bolus segera sesudah fungsi lumbal untuk menghindari herniasi otak. Jumlah CSS yang diambil secukupnya untuk pemeriksaan. Pada umumnya tekanan CSS 200-500 mmH2O dan CSS tampak kabur, keruh dan purulen. Pada meningitis bacterial stadium akut terdapat leukosit polimor fonukleat. Jumlah sel berkisar antara 1000-10000 dan pada kasus tertentu bisa mencapai 100000/mm3 , dapat disertai sedikit eritrosit. Bila jumlah sel diatas 50.000/mm3 , maka kemungkinannya adalah abses otak yang pecah dan masuk ke dalam ventrikulus. (Harsono : 1996) a. Pemeriksaan cairan serebrospinalis baik secara makroskopis maupun secara mikroskopis. - Warna (Infeksi bakteri = purulent, infeksi virus dan tuberculosis = Xantocrom) - Tekanan meningkat - Sel PMN (Polimorfonukleus) meningkat - Protein meningkat - Glukosa menurun - None (+) - Pandi (+). b. Pemeriksaan Tambahan - Darah lengkap, LED - Kultur darah - Foto kepala, thorax, vertebra - Kultur Swab hidung dan tenggorokan - EEG, CT Scan Otak. (Depkes : 1995) PENATALAKSANAAN Infeksi Intrakranial Lapisan yang menutupi otak dan medulla spinalis (Meningitis). Sumber penyebab dapat berupa bakteri, virus atau jamur (fungi) dan hasilnya / penyembuhannya dapat komplet (sembuh total) sampai pada menimbulkan penurunan neurologis dan juga sampai terjadi kematian.

PEMICU Seorang anak, usia 3 tahun, berat badan 11 kg, dibawa ke Puskesmas dengan keluhan demam, kejang, kaku duduk. Dokter merujuk pasien ke rumah sakit rujukan. Di rumah sakit rujukan, oleh dokter spesialis anak dilakukan pemeriksaan tambahan berupa Lumbal Punksi. Anak didiagnosis dengan Meningitis Purulenta, dan direncanakan pemberian Cefotaxim.

Diskusikanlah mengenai kuman patogen yang sering menimbulkan Meningitis Purulenta, ciri morfologinya, diagnosis mikrobiologis, dan respon imun terhadap infeksi, serta tahapan suatu obat dapat mencapai jaringan yang terinfeksi (farmakokinetik obat).

RIZKA FADHILA

Anda mungkin juga menyukai