Anda di halaman 1dari 12

HARAMNYA PERNIKAHAN BEDA AGAMA

Anggraini Yulianita Kurniasarie

Ardhiyani

Christine

PENGERTIAN PERNIKAHAN
Nikah atau perkawinan ialah akad yang menghalalkan pergaulan, membatasi hak dan kewajiban antara seorang laki-laki dan perempuan yang antara keduanya bukan muhrim. Muhrim ialah orang yang tidak halal dinikahi.

HUKUM NIKAH

Jaiz, artinya diperbolehkan dan inilah yang menjadi dasar hukum pernikahan Sunah, yaitu bagi orang yang telah mempunyai keinginan untuk nikah dan mempunyai bekal Makruh, yaitu bagi orang yang mempunyai keinginan untuk nikha tapi belum mempunyai bekal hidup untuk membiayai (nafkah) bagi orang yang menjadi tanggungannya.

Calon Suami syaratnya antara lain beragama Islam, bukan muhrim, calon istri tidak terpaksa dan sudah baligh Calon Istri syaratnya antara lain beragama Islam, bukan muhrim, calon suami tidak terpaksa dan sudah baligh Sigad (akad), yaitu ijab qabul. Ijab diucapkan oleh wali mempelai perempuan, seperti Saya nikahkan engkau dengan anak saya nama fulan binti fulan dengan mas kawin ... kemudian qabul (jawab) mempelai laki-laki, seperti Saya terima nikahnya Fulan binti Fulan dengan mas kawin ... tidak sah nikah kecuali dengan lafal nikah.

LARANGAN MENIKAH DENGAN ORANG BEDA AGAMA

Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. [QS. Al-Baqarah : 221]

QS al Maidah ayat 5
Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundikgundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi.

Yang dimaksud dengan ahlul kitab adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani yang berasal dari keturunan bangsa Israel asli. Adapun umat-umat lain yang menganut agama Yahudi dan Nasrani, maka mereka tidak termasuk dalam kata ahlul kitab. Sebab, Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa a.s. tidak diutus kecuali untuk Israil dan dakwah mereka juga bukan ditujukan bagi umat-umat setelah Bani Israil.
[Al-Umm, Imam Syafii]

Orang nasrani bukan ahlu kitab karena mereka menuhankan Isa. Mereka adalah orang musyrik sehingga haram dinikahi.
[Pendapat Ibnu Umar dan Ibnu Hazm] Orang nasrani bukan ahlu kitab karena mereka menuhankan Isa. Mereka adalah orang musyrik sehingga haram dinikahi. [Pendapat Ibnu Umar dan Ibnu Hazm]

BOLEHNYA seorang lelaki Muslim menikah dengan perempuan Kitabiyah, sifatnya tidak mutlak, tetapi dengan beberapa SYARAT yang WAJIB untuk diperhatikan, yaitu:
1. 1. Kitabiyah itu benar-benar berpegang pada ajaran SAMAWI. Tidak ateis, tidak murtad dan tidak beragama yang bukan agama SAMAWI 2. 2. Wanita Kitabiyah yang muhshanah (memelihara kehormatan diri dari perbuatan zina) 3. 3. Ia bukan Kitabiyah yang kaumnya berada pada status permusuhan atau peperangan dengan kaum Muslimin 4. 4. Di balik perkawinan dengan Kitabiyah itu tidak akan terjadi fitnah, yaitu mafsadat atau kemurtadan (keluar dari agama Islam). Makin besar kemungkinan terjadinya kemurtadan makin besar tingkat larangan dan keharamannya. Nabi Muhammad SAW. pernah menyatakan, La dharara wa la dhirara (tidak bahaya dan tidak membahayakan).

Fatwa

MUI

MAJELIS ULAMA INDONESIA

KEPUTUSAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 4/MUNAS VII/MUI/8/2005 Tentang PERKAWINAN BEDA AGAMA

Perkawinan beda agama adalah haram dan tidak sah. Perkawinan laki-laki muslim dengan wanita Ahlu Kitab, menurut qaul mutamad, adalah haram dan tidak sah.
22 Jumadil Akhir 1426 H. 29 Juli 2005 M.

+
WANITA MUSLIMAH LAKI-LAKI MUSYRIK

=
HARAM

+
WANITA MUSLIMAH LAKI-LAKI AHLU KITAB

=
HARAM

+
LAKI-LAKI MUSLIM PEREMPUAN MUSYRIK

=
HARAM

+
LAKI-LAKI MUSLIM PEREMPUAN AHLU KITAB

=
BOLEH DENGAN SYARAT

Anda mungkin juga menyukai