Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue I, II, III dan IV penyakit ini merupakan penyakita yang ganas , yang hanya terjadi sekitar 5 hari. Tetapi dalam beberapa hari bahkan dalam hitungan jam, kondisi anak bisa masuk dalam keadaan kritis dan mengancam jiwa. Bila penyakit ini terlambat didiagnosis, maka kondisi penderita sulit untuk diselamatkan. Seorang ayah yang anaknya meninggal karena DBD tak habis pikir dikatakan anaknya terlambat dibawa ke dokter. Padahal baru panas satu hari anaknya sudah diperiksakan ke dokter. Saat itu dokter spesialis anak yang memeriksa hanya menyatakan terdapat infeksi tenggorokan. Gejala penyakit ini amat luas, hampir semua infeksi akut pada awal penyakitnya menyerupai DBD. Gejala khas seperti perdarahan kulit atau tanda perdarahan lainnya kadang terjadi hanya di akhir periode panyakit. Untuk mengenali diagnosis DBD sejak dini, perlu diketahui bagaimana perjalanan klinis penyakit ini. Kecemasan orang tua bertambah, bila anaknya mengalami panas badan apapun penyebabnya. Pikiran pertama yang menghantui adalah apakah anak saya menderita DBD? Hal ini juga dirasakan oleh sebagian warga Kota Medan. Puluhan warga Medan terserang demam mendadak menyusul terjadinya perubahan cuaca yang tidak menentu dalam beberapa hari terakhir. Berdasarkan data yang diperoleh Waspada, Jumat (13 Januari 2006) dari RSU Dr. Pirngadi Medan, tercatat sebanyak 38 orang dilarikan ke poliklinik dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit itu akibat terserang demam mendadak. Pada hari kamis (12 januari 2006), tercatat sebanyak 35 orang dilarikan ke rumah sakit milik Pemko Medan itu setelah mengalami demam tinggi secara tiba-tiba. Sebagian besar penderita demam mendadak ini adalah orang dewasa, namun banyak

juga jumlah anak-anak yang terjangkit penyakit itu. Umumnya mereka mengalami gejala demam tinggi yang datang secara tiba-tiba. Namun sebagian mengalami pusing disertai pilek. Walaupun demikian, hanya lima orang yang terpaksa menjalani rawat inap sedangkan selebihnya hanya rawat jalan. Meningkatnya penularan penyakit DBD dapat meningkatkan angka kesakitan masyarakat sehingga kecemasan masyarakat meningkat. Untuk itu sangat diperlukan dilakukannya upaya penanganan DBD yang tepat serta upaya pencegahannya sedini mungkin. Sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat lebih ditingkatkan. 1.2 Tujuan Pengertian Demam Berdarah Dengue Penyebab dan proses terjadinya Manifestasi Klinis

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Demam Berdarah Dengue Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue I, II, III dan IV, yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes albocpitus. DBD ini dapat menjadi fatal jika tidak segera dikenali dan ditangani dengan benar. Dengan penanganan medik yang baik, angka kematian akibat DBD dapat kurang dari 1 %. DBD juga dapat diartikan sebagai demam yang disertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan, terutama menyerang anak remaja dan dewasa dan seringkali menyebabkan kematian bagi penderita. 2.2 Penyebab dan Proses Terjadinya Penyakit Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh Virus Dengue I,II, III san IV yang tergolong dalam famili Flaviviridae genus Flavivius, yang berukuran kecil sekali yaitu 35-45 nm. Virus tersebut memasuki tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang menembus kulit. Organ sasaran adalah hepar, nodus limpafatikus, sumsum tulang serta paru-paru Setelah itu disusul oleh periode tenang selama kurang lebih 4 hari, dimana virus yang melakukan replikasi secara cepat dalam tubuh manusia. Apabila jumlah virus sudah cukup maka virus akan memasuki sirkulasi darah (viraemia), dan pada saat ini manusia yang terinfekasi akan mengalami gejala panas. Dengan adanya virus dengue dalam tubuh manusia, maka tubuh akan memberi reaksi. Bentuk reaksi tubuh terhadap virus ini antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dapat berbeda, dimana perbedaan reaksi ini akan memanifestasikan perbedaan panampilan gejala klinis dan perjalanan penyakit. Pada prinsipnya, bentuk reaksi tubuh manusia terhadap keberadaan virus dengue melalui beberapa tahapan. a) Bentuk reaksi pertama adalah terjadi netralisasi virus, dan disusul dengan mengendapkan bentuk netralisasi virus pada pembuluh darah kecil di kulit berupa gejala ruam (rash).

b) Bentuk reaksi kedua terjadi gangguan fungsi pembekuan darah sebagai akibat dari penurunan c) jumlah dan kualitas komponen-komponen beku darah yang menimbulkan masifestasi perdarahan. Bentuk reaksi ketiga terjadi kebocoran pada pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya komponen plasma (cairan) darah dari dalam pembuluh darah menuju ke rongga perut berupa gejala ascites dan rongga selaput paru berupa efusi pleura. Apabila tubuh manusia hanya memberi reaksi bentuk 1 dan 2 saja, maka orang tersebut akan menderita demam dengue, sedangkan apabila ketiga bentuk reaksi terjadi maka orang tersebut akan mengalami demam berdarah dengue. Penyakit demam berdarah dengue adalah salah satu bentuk klinis dari akibat infeksi dengan virus dengue pada manusia. Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue. Demam Berdarah Dengue adalah infeksi karena virus dengue, tetapi tidak membahayakan atau tidak mengancam jiwa seperti DBD. Biasanya kasus demam dengue sering diistilahkan masyarakat awam sebagai gejala demam berdarah. Bila terdapat 1 penderita DBD di suatu daerah, biasanya disekitar wilayah tersebut juga terdapat banyak penderita demam dengue. 2.3 Gambaran Klinis Infeksi oleh virus Dengue bersifat menimbulkan variasi gejal mulai dari sindroma virus nonspesifik sampai perdarahan yang fatal. Gejala umum adalah demam tinggi tiba-tiba selama 2-7 hari, sakit kepala berat, nyeri punggung, nyeri persendian, mual dan muntah, nyeri bila menggerakkan bola mata, dan ruam.Infeksi ini juga disertai tanda dan gejala yang sama dengan penyakit lain (misalnya mual, muntah, nyeri perut, dan sakit kepala). Selain itu DBD juga akan disertai dengan tanda-tanda perdarahan seperti bintik-bintik perdarahan berwarna merah kulit, perdarahan dari hidung atau gusi, dan perdarahan dalam tubuh seperti misalnya di saluran cerna akan ditandai dengan muntah darah atau berak darah. Hal ini terjadi karena pembuluh darah yang paling kecil, yaitu pembuluh kapiler menjadi bocor sehingga komponen cairan yang seharusnya berada dalam pembuluh darah keluar ke jaringan. Akibatnya akan terjadi

kegagalan sistem sirkulasi darah sehingga timbul syok yang bila tidak segera ditangani dengan benar akan diikuti dengan kematian. Pada pemeriksaan laboratorium dalam sirkulasi darah pasien dijumpai: Ig G Dengue positif Trombositopenia Hemoglobin meningkat > 20% Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan: hipoproteinemia; hiponatremia;

hipokloremia. Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia; netropenia; aneosinofilia; peningkatan limfosit; monosit dan basofil SGOT/SGPT mungkin meningkat Ureum dan PH darah mungkin meningkat Waktu perdarahan memanjang Pada pemeriksaananalisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik: pCO2 <35-40; HCO3 rendah; Base excess(-). Pada pemeriksaan urin dijumpai albiminaria ringan Pemeriksaan serologi. Melakukan pengukuran titer antibody pasien dengan cara Haemaglutination Inhiobition test (HI test) atau dengan uji peningkatan komplemen (Complement fixation test (CFT)). Pada pemeriksaan serologi dibutuhkan 2 bahan masa penyembuhan (1-4 minggu setelah awal gejala penyakit). Untuk pemeriksaan serologi ini diambil darah vena 2-5 ml.

2.4 Cara Penularan Deman Berdarah Anak yang sakit demam berdarah di dalam darahnya mengandung virus. Bila anak ini digigit nyamuk Aedes Aegypti maka bibit penyakit ikut terhisap masuk ke dalam

tubuh nyakut. Dan bila nyamuk tersebut menggigit anak lain (anak sehat), maka anak itu akan dapat ketularan penyakit ini. Ciri-ciri nyamuk penyakit demam berdarah (nyamuk Aedes Aegypti) Badan kecil, warna hitam dengan berbintik-bintik putih Hidup di dalam dan disekitar rumah Menggigit /menghisap darah pada siang hari Senang hinggap pada pakaian yang bergantung dalam kamar Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan sekitar rumah bukan Di dalam rumah: bak mandi, tempayan, vas bunga, tempat minum burung, Di luar rumah: drum, tangki penampungan air, kaleng bekas, ban bekas, botol

di got/comberan perangkap semut dan lain-lain pecah, potongan bamboo, tempurung kelapa, dan lain-lain 2.5 Kejadian Demam Berdarah Dengue di Medan Penyakit demam berdarah di Medan sepanjang tahun 2003, terlihat semakin meningkat. Hingga bulan Agustus tahun 2003, wabah demam berdarah sudah menyerang 115 warga dan tiga di antaranya meninggal dunia. Dinas kesehatan Provinsi Sumatera Utara mengumumkan bahwa korban meninggal dunia akibat demam berdarah dengue (DBD) di Sumatera Utara sejak Januari 2003 hingga 10 September 2003 tercatat sudah mencapai 14 orang. Meningkatnya jumlah pasien DBD di Medan terjadi pada akhir 2004. Selama November 2004 tercatat 197 pasien DBD dengan delapan orang meninggal dunia, dan di bulan Desember 2004 ada 412 pasien dengan enam orang meninggal dunia. Selama Januari 2005 tercatat 91 pasien dengan orang meninggal dunia, dan pada minggu pertama Februari 2005 ditemukan 29 pasien DBD dengan dua orang meninggal dunia. Bulan Maret dan April, serangan DBD di Medan mulai menurun, namun memasuki bulan Mei ini intensitas serangannya kembali meningkat.

Pada tanggal 18 Mei 2005, DBD kembali mewabah di kota Medan sehingga korban banyak meninggal dunia. Jumlah korban meninggal akibat serangan penyakit ini terus bertambah. Sekretaris Posko Penanganan Demam Berdarah Dengue (DBD) Kota Medan, Susyanto, mengemukakan bahwa penyakit itu semakin meningkat. Hal ini terutama disebabkan karena meningkatnya curah hujan akhir-akhir ini. Warga Medan harus kembali waspada,katanya. Susyanto mengatakan bahwa dua orang anak juga meninggal pada hari jumat 13 Mei 2005 yang lalu, yaitu Ulfa (5), warga Gang Setia, Jalan Japaris; dan M Akbar (11), Warga Jalan Bromo, Gang Sepakat. Keduanya meninggal di RSU Pirngadi Medan. Menurut Suyanto, penanggulangan DBD di Medan hanya bisa ditanggulangi oleh kesadaran masyarakat untuk berperan serta dalam memberantas siklus nyamuk Aedes Aegypti. Tanpa ada kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan agar jentik nyamuk tidak berkembang biak, penanganan DBD sulit dilakukan. Pangasapan hanya membunuh nyamuk dewasa, tetapi jentik-jentiknya tetap hidup, katanya. Suayanto juga mengungkapkan bahwa menurut penelitian dari Departemen Kesehatan, tingkat keterulangan serangan DBD di Medan sangat tinggi karena banyak warga yang terinfeksi secara sekunder. Artinya, banyak masyarakat yang telah membawa bibit penyakit DBD dalam tubuh mereka dan sekarang mereka resisten. Namun, mereka potensial menularkan panyakit ini. Susyanto menilai jatuhnya korban meninggal akibat DBD disebabkan keterlambatan penanganan. 2.6 Penanganan Penyakit dan Perawatan di Rumah Penderita DBD memerlukan perawatan yang serius dan bisa berakibat fatal atau kematian jika terlambat diatasi. Oleh karena itu seharusnya penderita dirawat di rumah sakit. Penderita sebaiknya dipindahkan dari pasien penyakit lain dan di ruang yang bebas nyamuk (berkelambu).

Tindakan yang harus dilakukan pada penderita DBD adalah sebagai berikut: 1. Tirah baring atau istirahat baring

2. Diet makan lunak 3. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa: susu, teh manis, sirop dan beri penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DBD 4. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali) Ringer Laktat merupakan cairan intravena yang paling sering digunakan, mengandung Na+ 130mEq/liter, K+ 4 mEq/liter, korektor basa 28mEq/liter, Cl- 109 mEq/liter dan Ca+
+

3 mEq/liter.

5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi memburuk, observasi ketat tiap jam 6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari 7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron (kolaborasi dengan dokter). Juga pemberian kompres dingin 8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut 9. Pemberian antibiotika bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder (kolaborasi dengan dokter) 10. Monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tandatanda vital, hasil-hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk 11. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter) Sesuai dengan perannya sebagai pendidik, seorang perawat harus mampu memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan anggota keluarga. Pendidikan kesehatan yang diberikan dapat dilakukan pasien maupun anggota keluarga baik di rumah atau di lingkungan tempat tinggal mereka. Defenisi pendidikan kesehatan adalah pemberian informasi yang bersifat mendidik dan mempunyai tujuan tertentu.

Tujuan pendidikan kesehatan pada pasien/keluarga yang mengalami DBD antara lain:

1. Meningkatkan pengetahuan pasien/keluarga tentang DBD (penyebab, tanda dan gejala, penanganan dini, pencegahannya) 2. Memotivasi keluarga untuk ikut terlibat dalam perawatan pasien (pentingnya keterlibatan keluarga selama pasien dirawat) 3. Menyadarkan pasien/keluarga akan pentingnya kebersihan lingkungan dan perilaku hidup sehat 4. Mengurangi jumlah penderita DBD dan angka kematian karena DBD. Hal-hal yang dapat diberikan pada pasien/keluarga saat pendidikan kesehatan tentang DBD yaitu: 1. Penjelasan tentang vektor penyebab dan cara berkembang biaknya. Vektor penyebab DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (betina), biasanya menggigit pasien pada siang hari, hidupnya di air yang jernih, bersih dan tergenang, tempattempat gelap atau semak-semak 2. 3. 4. Penjelasan tentang tanda dan gejala awal DBD. Penjelasan tentang pentingnya tindakan pertama bagi penderita. Beri penderita banyak minum/oralit Kompres dingin saat panas tinggi Segera bawa ke dokter atau Puskesmas terdekat Penjelasan tentang prosedur tindakan yang dilakukan selama penderita Cek laboratorium Thorax foto Pemberian cairan intravena (infus) Pemberiam tranfusi darah (bila perlu) Pemasangan NGT (bila terjadi perdarahan pada saluran cerna) Demam tinggi 2-7 hari, mual, muntah, pegal-pegal pada seluruh badan Tindakan pertama yang harus dilakukan yaitu:

dirawat di rumah sakit. Tindakan yang dilakukan antara lain:

5.

Penjelasan tentang manfaat obat-obatan bagi penderita. Pada dasarnya pengobatan penderita DBD bersifat simptomatik dan suportif. Obat-obatan yang biasa di berikan adalah obat antipiretik dan analgetik.

6.

Penjelasan tentang pentingnya mobilisasi ringan di tempat tidur selama penderita tirah baring. Penderita di anjurkan untuk meningkatkan mobilisasinya jika sudah bebas dari panas dan perkembangan fisiknya membaik (penderita mulai belajar untuk mendiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya)

7.

Penjelasan tentang tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk menghindari DBD. Hal terpenting yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu mempertahankan

lingkungan hidup yang bersih dan sehat, dengan ventilasi dan sinar matahari yang cukup. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara memutuskan rantai siklus hidup nyamuk pada fase nyamuk dewasa dan fase larva (hidup di air). Usaha yang dapat dilakukan oleh keluarga yaitu: Memelihara lingkungan tetap bersih dan cukup sinar matahari Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yaitu dengan: Menutup dan menguras tempat penampungan air setiap minggu agar Membakar, mengubur atau membuang kaleng bekas, botol bekas, bebas dari jentik nyamuk Aedes Aegypti tempurung dan sampah lain yang dapat digenangi air sehingga tidak menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes Aegypti terurus Bersihkan selokan agar dapat mengalir dengan lancar (jangan biarkan Bersihkan bak mandi setiap minggu dengan disikat Tidak membiarkan kain-kain/baju tergantung selokan tergenang) Rapikan halaman dan jangan biarkan semak-semak dan halaman tak

10

Lakukan penyemprotan nyamuk (bila memang diperlukan) Memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupim dll) Memasukkan racun pembasmi jentik (larvasida) ada tempat

pada kolam-kolam hias yang ada di rumah/lingkungan rumah penampungan air yang tidak dapat dikuras/ditutup rapat. Cara ini dikenal dengan istilah Anadisasi. Larvasida yang biasa digunakan adalah ABATE, dengan alat ukur untuk 10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk ABATE.

11

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang sangat ganas, yang hanya terjadi sekitar 5 hari. Tetapi dalam beberapa hari bahkan dalam hitungan jam, kondisi anak bisa masuk dalam keadaan kritis dan mengancam jiwa. Tragisnya bila penyakit ini terlambat didiagnosis, maka kondisi penderita sulit untuk diselamatkan. Seluruh wilayah Indonesia, mempunyai resiko untuk kejangkitan penyakit Demam Berdarah Dengue karena virus penyebab dan nyamuk panularannya (Aedes Aegypti) tersebar luar, baik di rumah-rumah maupun di tempat umum, kecuali yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. B. Saran Penanggulangan DBD di Medan hanya dapat ditanggulangi oleh kesadaran masyarakat untuk berperan serta dalam memberantas silkus nyamuk Aedes Agytpti. Tanpa ada kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan agar jentik nyamuk tidak berkembang biak, penanganan DBD sulit dilakukan. Selain itu diharapkan agar masyarakat yang salah satu anggota keluarganya terdapat gejala demam yang tinggi agar segera memeriksakannya ke rumah sakit atau Puskesmas terdekat.

12

DAFTAR PUSTAKA Achmady, Z., A. (1996). Petunujk Teknis Pembinaan Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) di Sekolah Melalui UKS. Jakarta: Tim Pembina UKS Pusat Stone, Mc., Guire, Eigsti. (1998). Comprehensive Community Health Nursing, fifth edition. USA: Mosby Co. Soegijanto,S. (2004) demam Berdarah dengue. Surabaya : Air Langga University Press. Judarwanto, W. (2006). Deteksi Dini Diagnosis DDB. Dikutip dari: http://news.indosiar.com/news_read.htm?id=43773 _ (2006). Demam Berdarah. Dikutip dari: http://www.dinkes-dki.go.id/db.html _ (2005). Dengue, Informasi dan Pencegahannya. Dikutip dari: http://bsmi.tslog.com/

13

Anda mungkin juga menyukai