Anda di halaman 1dari 55

HAND OUT 6 TEKNIK RISET OPERASIONAL Judul: Penyelesaian Algoritma Simpleks dengan Teknik Pinalty Penyusun Tanggal: 12 April

2012 Pengesahan Tanggal: Ttd Eddy Prasetyo N. ST, MT Pengarsipan Tanggal: Teknik Riset Operasional

Sasaran Pokok Bahasan: Pemahaman dan pengertian mahasiswa mengetahui Teknik Penyelesaian dengan Teknik M Pinalty dalam Penyelesaian masalah Programa Linier Referensi :
Tjutju Tarliah Dimyati-Ahmad Dimyati, OPERATION RESEARCH, Model-model Pengambilan Keputusan, Sinar Baru Algensindo, 2003

Algoritma Simpleks dengan Teknik Pinalty

Menyelesaikan Persoalan LP dengan Pembatas Bertanda >= dan atau = Dalam pembicaraan mengenai metode simpleks, kita telah menggunakan variabel slack sebagai solusi basis awal, sedemikian sehingga masingmasing merupakan ruas kanan yang berharga positif pada masingmasing persamaan. Sekarang perhatikan untuk kasus yang persamaan pembatasnya tidak lagi bertanda (<=), tetapi bertanda (=) atau (>=). Untuk kasus yang persamaan pembatasnya bertanda (=), daerah fisibelnya hanya berupa segmen garis sehingga kita tidak dapat mernperoleh solusi fisibel basis awal karena tidak ada variabel slack yang dapat digunakan sebagai variabel basis awaInya. Sebagai contoh, apabila persamaan pembatas ketiga dari persoalan PT Indah Gelas diubah dari 3xl + 2X2 <= 18 menjadi 3xl + 2X2 = 18, maka daerah fisibeInya hanya berupa segmen garis yang menghubungkan titik (2,6) dengan (4,3). Demikian juga untuk kasus dengan persamaan 1

pembatas bertanda (>=), kita tidak akan memiliki solusi fisibel basis awal karena ruas kanannya berharga negatif. Contoh: 3xl + 2X2 >= 18, adalah sarna dengan -3xl - 2X2 <= -18. Dengan menambahkan variabel slack menjadi -3xi - 2X2 + S3 = -18, S3 tidak bisa menjadi variabel basis awal karena harganya negatif. Untuk menyelesaikan kedua jenis kasus tersebut, kita memerlukan adanya variabel dummy (variabel palsu) yang disebut variabel artifisial, sehingga variabel basis awal bisa tetap ada. Sebagai ilustrasi, kita Iihat contoh berikut:

Bentuk di atas kita ubah menjadi:

Pengaruh variabel artifisial (R) ini adalah untuk memperluas daerah fisibel. Pada kasus di atas, daerah fisibel berkembang dari semula berupa segmen garis yang menghubungkan titik-titik (2,6) dan (4,3) menj adi bidang ABCD pada Gambar 3. 1.

Bentuk di atas menjadi:

Pada akhirnya, iterasi-iterasi metode simpleks akan secara otomatis menjadikan variabel 2

artifisial ini tidak muncul lagi (berharga nol), yaitu apabila persoalan semula telah terselesaikan. Dengan kata lain, kita gunakan variabel artifisial ini hanya untuk memulai solusi, dan harus menghilangkannya (menjadikannya berharga nol) pada akhir solusi. Jika tidak demikian, solusi yang diperoleh akan tidak fisibel. Untuk itu, maka harus diberikan penalty M (M bilangan positif yang sangat besar) pada setiap variabel artifisial dalam fungsi tujuannya. Contoh: dari contoh 2 di atas, fungsi tujuannya menjadi:

atau

z - 3xl - 5X2 + MR1 + MR2 + MR3 = 0

Perhatikan bahwa penalty di atas bertanda (-) karena fungsi tujuannya berupa maksimasi. Jika fungsi tujuannya berupa minimasi, maka penalty bertanda (+). Ada dua teknik penyelesaian untuk kasus dengan variabel artifisial ini, yaitu (1) teknik M dan (2) teknik dua fase. Kedua teknik ini saling berkaitan erat. 1. Teknik M (metode penalty) Perhatikan persoalan di bawah ini:

Karena pembatas ketiga bertanda (=), maka untuk mendapatkan solusi basis awaInya kita harus menambahkan variabel artifisial sehingga diperoleh bentuk:

Untuk memasukkan model di atas ke dalam bentuk tabel, maka terlebih dahulu substitusikan R3 dengan cara: kemudian masukkan ke dalam. persamaan z sebagai berikut:

Hal ini dilakukan dengan maksud agar dalam pembuatan tabel simpleks awaInya, R3 sudah secara otomatis "dipaksa" berharga nol. Selanjutnya selesaikan persoalan di atas dengan cara yang sama (lihat Tabel 1 di bawah ini).

Tabel 1: Tabel simpleks penyeiesaian persoalan PT Indah Gelas dengan pembatas ketiga bertanda (=)

(Perhatikan bahwa penalty M bertanda positif).

sehingga didapat:

Tabel 2: Tabel simpleks penyelesaian contoh soal di atas

HAND OUT 7 TEKNIK RISET OPERASIONAL Judul: Penyelesaian Algoritma Simpleks dengan Teknik 2 fase Penyusun Tanggal: 12 April 2012 Pengesahan Tanggal: Ttd Eddy Prasetyo N. ST, MT Pengarsipan Tanggal: Teknik Riset Operasional

Sasaran Pokok Bahasan: Pemahaman dan pengertian mahasiswa mengetahui Teknik Penyelesaian dengan Teknik 2 fase dalam Penyelesaian masalah Programa Linier Referensi :
Tjutju Tarliah Dimyati-Ahmad Dimyati, OPERATION RESEARCH, Model-model Pengambilan Keputusan, Sinar Baru Algensindo, 2003

Algoritma Simpleks dengan Teknik 2 Fase

2. Teknik dua fase Dengan digunakannya konstanta M yang merupakan bilangan positif yang sangat besar sebagai penalty, maka bisa terjadi kesalahan perhitungan, terutama apabila perhitungan itu dilakukan dengan menggunakan komputer. Kesalahan itu bisa terjadi karena koefisien fungsi tujuan relatif sangat kecil dibandingkan dengan harga M, sehingga komputer akan memperlakukannya sebagai koefisien yang berharga nol. Sebagai contoh, apabila pada persoalan teknik M di atas ditetapkan harga M = 100.000, maka koefisien xl dan X2 pada fungsi tujuannya menjadi (300.000 - 3) dan (400.000 - 5). Kesulitan ini bisa dikurangi dengan menggunakan teknik dua fase. Di sini konstanta M dihilangkan dengan cara menyelesaikan persoalan dalam. dua fase (dua tingkatan) sebagai berikut:

Fase 1: Fase ini digunakan untuk menguji apakah persoalan yang kita, hadapi memiliki solusi fisibel atau tidak. Pada fase ini fungsi tujuan semula diganti dengan meminimumkan jurnlah variabel artifisialnya. Jika nilai minimum fungsi tujuan baru ini berharga nol (artinya seluruh variabel artifisial berharga nol), berarti persoalan memiliki solusi fisibel, lanjutkan ke fase 2. Tetapi, jika nilai minimum fungsi tujuan baru ini berharga positif, maka persoalan tidak memiliki solusi fisibel. STOP. Fase 2: Gunakan solusi basis optimum dari fase 1 sebagai solusi awal bagi persoalan semula. Dalam hal ini ubahlah bentuk fungsi tujuan fase 1 dengan mengembalikannya pada fungsi tujuan persoalan semula. Pemecahan persoalan dilakukan dengan cara seperti biasa.

Persoalan di atas memiliki solusi fisibel. Selanjutnya R tidak diikutsertakan lagi. Fase 2: Dari tabel optimum pada fase 1 di atas dapat dituliskan persainaanpersamaan berikut: '

Kembali kepada model persoalan semula, dan dengan menyubstitusikan persamaan-persamaan di atas, kita dapatkan:

Diperoleh persamaan-persamaan:

Persoalan memiliki solusi fisibel. Fase 2:

Kembali ke persamaan semula:

Tabel di atas sudah langsung merupakan tabel optimum

Dari kedua contoh di atas ternyata bahwa jumlah iterasi pada teknik dua fase ini sama dengan jumlah iterasi pada teknik M. Satu hal lagi yang juga penting untuk diingat adalah bahwa variabelvariabel artifisial tidak diikutsertakan lagi dalam perhitungan pada fase 2 apabila pada akhir fase 1, variabel-variabel artifisial itu. berstatus sebagai variabel nonbasis. Ada kemungkinan variabel-variabel artifisial itu berstatus sebagai variabel basis yang berharga nol pada akhir fase 1. Dalam hal ini harus dilakukan tindakan pencegahan untuk memastikan bahwa variabel artifisial itu tidak akan pernah berharga positif selama perhitungan fase 2. Apabila pada iterasi optimum masih ada variabel artifisial yang berstatus sebagai variabel basis dan berharga positif (bu~,an nol), maka hal ini menjadi tanda bahwa persoalan yang bersangkutan tidak memiliki solusi fisibel. Contoh:

berdasarkan:

Solusinya adalah sebagai berikut:

Karena variabel artifisial R berharga positif (= 4) pada "solusi optimum"-nya, maka sebenarnya persoalan di atas tidak memiliki ruang solusi yang fisibel. Karena itu, solusi di atas hanya merupakan solusi optimum samaran (pseudooptimum).

HAND OUT 9 TEKNIK RISET OPERASIONAL Judul: METODE PEMECAHAN MODEL TRANSPORTASI PADA PERSOALAN LINIER PROGRAMMING Penyusun Tanggal: 12 April 2012 Teknik Riset Operasional

Pengesahan Tanggal: Ttd

Pengarsipan Tanggal:

Eddy Prasetyo N. ST, MT

Sasaran Pokok Bahasan: Pemahaman dan pengertian mahasiswa mengetahui Teknik Penyelesaian pada masalah Programa Linier dengan Model Transportasi dengan metode Least Cost, North West Corner untuk mendapatkan Solusi Awal. Terdapat Contoh kasus untuk memudahkan pengertian kearah masing-masing teknik tersebut. Serta teknik untuk menyelesaikan bila dalam persoalan jumlah demand tidak sama dengan jumlah Supply Referensi :
Tjutju Tarliah Dimyati-Ahmad Dimyati, OPERATION RESEARCH, Model-model Pengambilan Keputusan, Sinar Baru Algensindo, 2003

METODE PEMECAHAN MODEL TRANSPORTASI PADA PERSOALAN LINIER PROGRAMMING

METODE PEMECAHAN PERSOALAN TRANSPORTASI Untuk memecahkan persoalan transportasi harus dilakukan langkahlangkah sebagal berikut : 1. Tentukan Basic Feasible Solution 2. Tentukan entering variable dari variable-variabel nonbasis. Bila semua variable sudah memenuhi kondisi optimum, STOP. Bila belum, lanjutkan ke langkah 3. 3. Tentukan leaving variable diantara variablevariabel basis yang ada, kemudian hitung solusi baru. Kembali ke langkah 2.

Langkah 1 : Menentukan Basic Feasible Solution Ada beberapa metode yang bisa digunaken untuk menentukan BFS, antara lain: 1. Metode pojok kiri atas-pojok kanan bawah (northwest corner) Mulai dari pojok kiri atas, alokasikan sebesar X11 = min (a1, b1), artinya : jika b1 < a1 maka X11 = b1 ; jika b1 > a1 maka X11 = a1. Kalau X11 = b1, maka selanjutnya yang mendapat giliran untuk dialokasikan adalah X12 dan seterusnya. 2. Metode ongkos terkecil (least cost) Prinsip cara ini adalah pemberian prioritas pengalokasian pada tempat yang mempunyai satuan ongkos terkecil. 3. Metode Pendekatan VogeI's approximation method (VAM) Cara Ini merupakan cara yang terbaik dibandingkan dengan kedua cara di atas. Langkah-langkah pengerjaan adalah: a) Hitung penalty untuk tiap kolom dan baris dengan jalan mengurangkan elemen ongkos terkecil dari kedua terkecil. b) Selidiki kolom/baris dengan penalty terbesar. Alokasikan sebanyak mungkin pada variable dengan ongkos terkecil, sesuaikan supply dengan demand, kemudian tandai kolom atau baris yang sudah terpenuhi. Kalau ada 2 buah kolom/baris terpenuhi scr simultan,pilih salah satu untuk ditandai, sehingga supply/demand pada baris/kolom dengan supply/demand sama dengan nol, tidak akan terbawa lagi dalam perhitungan penalty berikutnya. c) Setelah itu ikuti langkah sbb: i. Bila tinggal 1 kolorn/baris yang belum ditandai , STOP. ii. Bila tinggal 1 kolom/baris denpn supply/demand positif yang belum ditandai, tentukan variable basis pada kolom/baris dengan cara ongkos terkecil. iii. Bila semua kolom/baris belum ditandai mempunyai supply/demand sama dengan nol, tentukan variable-variable basis yang berharga nol dengan ongkos terkecil. Kemudian STOP. iv. Jika i, ii dan iii tidak tejadi, hitung kembali penalty u/ kolom/baris yang belum ditandai. Kembali ke nomor b). Contoh Persoalan Sebuah perusahaan mempunyai 3 (tiga) buah pabrik yang memproduksi Filling Cabinet masingmasing berlokasi di kota A, B dan C dengan kapasitas produksi per tahun masing-masing pabrik adalah : Pabrik A Pabrik B Pabrik C Total Produksi = 5.000 Unit = 6.000 Unit = 2.500 Unit = 13.500 Unit (Qs)

Perusahaan ini mendapat pesanan dari 4 (empat) buah lnstansi/perkantoran yang berlokasi di kota P , Q , R dan S dimana masing-masing memerlukan Instansi P = 6.000 Unit 2

Instansi Q Instansi R Instansi S Total Permintaan

= 4.000 Unit = 2.000 Unit = 1.500 Unit = 13.500 Unit (Qd)

Dari hasil analisis perusahaan diperoleh data mengenai biaya pengiriman per unit Filling Cabinet dari masing-masing pabrik ke masing-masing instansi sebagai berikut

Catatan: Biaya dalam Ribuan Rupiah/Unit NORTH-WEST CORNER RULE (NWCR) Metoda ini disebut juga dengan metoda Pojok Kiri Atas atau metoda Barat Laut. Metoda ini digunakan untulk mencari penyelesalan awal (initial Solution) dad sebuah persoalan transportasi yang dihadapi. Prosedur Penggunaan North-West Corner Rule 1. 2. Tampilkan persoalan kedalam matrix. Selalu memulai pengisian yang pertama kali pada jalur yang berada pada pojok kiri atas. Pegisian atau pengalokasian barang pada jalur ini harus berpedoman kepada kapasitas yang ada dan jumlah permintaan yang harus dipenuhi. 3. Lakukan gerakan zig-zak dari Pojok Kiri Atas ke arah Kanan Bawah, sampai sernua barang yang diproduksi habis terdistribusi dan memenuhi semua permintaan yang ada. 4. Hitung Total Biaya yang diperoleh,

Urutan Langkah Penyelesalan contoh di atas: 1. Alokasikan 5000 unit pada Jalur AP. 2. Pindah ke jalur BP karena permintaan Kolom P harus dipenuhi 1000 unit lagi. 3. Pindah ke jalur BQ, dan alokasikan sebanyak 4000 unit. 4. Teruskan ke arah jalur BR dan alokasikan 1000 unit saja sebagai sisa kapasitas pabrik B. Dengan cara di atas, semua barang yang diproduksi habis terdistribusi ke semua perkantoran sesuai dengan kapasitas dan jumlah permintaan yang harus dipenuhi.

LEAST-COST

Prosedur Kerja: 1. Sesuai dengan namanya, maka prioritaskan pengisian jalur-jalur yang mempunyai biaya paling murah. Pada Matrik di atas terdapat 3 (tiga) jalur pengiriman yaitu AQ, BR dan CP yang mempunyai biaya terkecil yatu 2. Untuk itu kita bebas memilih salah satu jalur tersebut seperti : Jalur AQ dapat diisi sekaligus yaitu 4000 Unit, jalur BR dapat diisi sekaligus yaitu 2000 Unit, dan jalur CP sementara baru dapat diisi 2500 Unit sesuai kapasitas yang ada dari Pabrik C. 2. Lanjutkan mengisi jalur-jalur dengan biaya 3 yaitu jalur AP dan jalur BS. Jalur AP hanya sanggup diisi 1000 Unit saja sebagai jurnlah yang tersisa pada Pabrik A. Sedangkan Jalur BS dapat langsung diisi 1500 Unit. Setelah melihat jalur-jalur yang sudah terpakai dan juga mempertimbangkan kapasitas produksi yang tersisa serta jumiah permintaan yang harus dipenuhi, maka jalur yang tersisa untuk diisi adalah jalur BP yaitu sebanyak 2500 Unit lagi. Sernua kapasitas yang ada telah terdistribusi ke sernua lokasi yang membutuhkan.

3.

4.

VOGEL APPROXIMATION METHOD (VAM) Prosedur Kerja: 1. Hitung selisih dari 2 (dua) biaya paling kecil dan terkecil setelah biaya tersebut di antara beberapa biaya yang ada baik sebaris atau sekolorn. 2. 3. 4. Beri tanda Baris atau Kolom yang diberi tanda tersebut, Alokasikan barang pada jalur di dalam baris atau Kolom tersebut yang mempunyai biaya terkecil. Pada Baris atau Kolom yang diberi tanda tersebut, alokasikan barang pada jalur di dalam baris atau Kolom tersebut yang mempunyai biaya terkecil. Ulangi terus sampai sernua barang terdistribusikan dengan sempurna. Jalur yang sudah terpakai tidak digunakan lagi dalam perhitungan.

Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut ini :

Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai selisih yang tersebar adalah melalui kolorn yaitu kolom Q. Kemudahan di dalam kolom Q jalur yang mempunyai biaya terkecil adalah jalur AQ yaitu 2. Maka prioritas pengisian pertama adalah Jalur AQ. Untuk itu jalur AQ dapat memenuhi total permintaan kolom Q sebanyak 4000 Unit sekaligus, mengingat jumlah persediaan barang di pabrik A mencukupi untuk itu. Karena jalur AQ telah memenuhi total permintaan kolom Q maka untuk perhitungan selanjutnya, kolom Q tidak diperhitungkan lagi. Dengan perkataan lain, matrik yang tersisa adalah 3 x 3 yang terdiri dari Baris A, B dan C serta Kolorn P, R dan S. Melalui Metoda Vogel Approximation Method (VAM) ini kita sebetulnya mencari "Opportunity Cost' baik melalui Baris atau Kolom.

Setelah kita mempelajari dengan seksama dan memahami karakteristik serta prosedur kerja dari masing-masing cara penyelesaian dengan persoalan yang sama, kita dapat membandingkan cara mana yang lebih mudah untuk dipedomani dalam mencari Penyelesaian Awal (initial Solution).

Penyelesaian Awal mempunyai arti bahwa Total Biaya pengiriman yang diperoleh dari sebuah persoalan pendistribusian barang dengan salah satu cara penyelesalan di atas North-West Corner Rule; Least Cost Combination ataupun Vogel Approximation Method) belum tentu biaya yang termurah. Artinya masih memungkinkan buat. kita menekan total biaya tersebut menjadi lebih murah. Namun secara manual ketiga cara tersebut tidak mampu mencari atau menekan lebih jauh. Hal ini disebabkan oleh kemampuan cara itu sendiri. Sehingga dengan keterbatasan tersebut ketiga cara di atas disebut juga cara untuk mencari penyelesaian awal. PENYELESAIAN PERSOALAN DIMANA QS QD Apabila Jumlah Kapasitas Produksi TIDAK SAMA dengan Jumlah, Permintaan maka kita harus menyamakan jumlah tersebut dengan menggunakan DUMMY. Apabila Qs > Qd, maka tambahkan Dummy Kolorn dan Bila Qs < tambahkan Dummy Baris Setiap Jalur Dummy, biaya yang dicantumkan adalah 0 [nol]. Contoh Persoalan: Tiga buah pabrik makanan yang berlokasi di kota P, Q dan R dengan kapasitas produksi per hari adalah,50, 40 dan 30 ton mendapat pesanan dari tiga buah toko penyalur [K,L dan M] dengan jumlah permintaan per hari masing-masing pengiriman per ton barang dari masing-masing pabrik ke masing-masing toko ialah: Qd. maka

Untuk menyelesaikan persoalan di atas, maka terlebih dahulu kita harus melihat apakah Jumlah Kapasitas Pabrik sama dengan jumlah pesanan toko penyalur. Jumlah Kapasitas ketiga pabrik [Qs] Jumiah Pesanan ketiga Toko Oenyalur [Qd] Ternyata Qs > Qd ............ = 120 Ton. = 90 Ton. maka tambahkan Kolom Dummy.

Catatan: Persoalan di atas dapat kita selesaikan dengan cara yang dari beberapa metoda yang telah kita bahas sebelumnya. Pengertian tambahan untuk Dummy adalah variable tersebut adalah FIKTIF.

HAND OUT 8 TEKNIK RISET OPERASIONAL Judul: MODEL TRANSPORTASI DALAM PROGRAMA LINIER Penyusun Tanggal: 12 April 2012 Teknik Riset Operasional

Pengesahan Tanggal: Ttd

Pengarsipan Tanggal:

Eddy Prasetyo N. ST, MT

Sasaran Pokok Bahasan: Pemahaman dan pengertian mahasiswa mengetahui definisi Model Transportasi dalam persoalan linier programming, karakterisrik Teknik Penyelesaian pada masalah Programa Linier dengan Model Transportasi. Referensi :
Tjutju Tarliah Dimyati-Ahmad Dimyati, OPERATION RESEARCH, Model-model Pengambilan Keputusan, Sinar Baru Algensindo, 2003 Tuti Rastuti, ST, Hand Out Teknik Riset Operasional Poltekpos, 2004

MODEL TRANSPORTASI DALAM PROGRAMA LINIER


Model trasnportasi pada dasarnya merupakan sebuah program linier yang dapat dipecahkan oleh metoda simpleks biasa, Tetapi, strukturnya yang khusus memungkinkan pengembangan sebuah prosedur pemecahan, yang disebut teknik transportasi, yang lebih efesien dalam hal perhitungan. Karakter khusus dari model ini adalah cenderung membutuhkan sejumlah pembatas dan variable yang sangat banyak, juga kebanyakan koefisien aij dalam pembataspembatasnya berharga nol, dan sedikit sekali koefisien yang berharga bukan nol terjadi dalarn suatu pola tertentu.

Definition and Application of Transportation Model


Persoalan Transportasi membahas masalah pendistribusian suatu komoditas atau produk dari sejumlah sumber (supply) kepada sejumlah tujuan (destination, demand), dengan tujuan meminimumkan ongkos pengangkutan yang terjadi. Ciri-ciri khusus persoalan transportasi ini adalah : 1

1. Terdapat sejumlah sumber dan sejumlah tujuan tertentu. 2. Kuantitas komoditas atau barang yang didistribusikan dari setiap sumber dan yang diminta oleh setiap tujuan, besarnya tertentu. 3. Komoditas yang dikirim atau diangkut dari suatu sumber ke suatu tujuan, besarnya sesuai dengan permintaan dan atau kapasitas sumber. 4. Ongkos pengangkutan komoditas dari suatu sumber ke suatu tujuan, besarnya tertentu. KESEIMBANGAN MODEL TRANSPORTASI Suatu model transportasi dikatakan seimbang apabila total supply (sumber) sama dengan total demand (tujuan). Dengan kata lain : ai = bj LINEAR PROGRAMMING: TRANSPORTATION PROBLEM Secara diagramatik, model transportasi dapat digambarkan sebagai berikut : Misalkan ada m buah sumber dan n buah tujuan.

Penjelasan model di atas: Masing-masing sumber mempunyai kapasitas ai, i =1,2,3 .......m 2

Masing-masing tujuan membutuhkan kornoditas sebanyak bj, j = 1,2,3....n Jumlah satuan (unit) yang dikirimkan dari sumber i ke tujuan j adalah cij Dengan demikian, maka formulasi LP-nya adalah sebagai berikut : Jika Kebutuhan / Sumber sama dengan Kapasitas / Tujuan :

Jika Kebutuhan Lebih Kecil dari Kapasitas

Jika Kebutuhan Lebih Besar dari Kapasitas :

Dalam persoalan transportasi tidak digunakan tabel simpleks, sebagai ilustrasi jika ada 2 sumber dan 3 tujuan ( m = 2 dan n = 3), maka pemecahannya dilakukan dengan menggunakan 3

tabel berikut : Tabel-1 Matriks Persoalan Transportasi

HAND OUT 10 TEKNIK RISET OPERASIONAL Judul: Pengujian Dan Perbaikan Nilai Teknik Riset Operasional dari Teknik Transportasi Dalam Programa Linier Penyusun Tanggal: 12 April 2012 Pengesahan Tanggal: Ttd Eddy Prasetyo N. ST, MT Pengarsipan Tanggal:

Sasaran Pokok Bahasan: Pemahaman dan pengertian mahasiswa mengetahui teknik pengujian dan mengetahui nilai terendah atau optimum dari Teknik Penyelesaian pada masalah Programa Linier dengan Model Transportasi yaitu dengan metode multilpier dan Stepping Stone. Referensi :
Tjutju Tarliah Dimyati-Ahmad Dimyati, OPERATION RESEARCH, Model-model Pengambilan Keputusan, Sinar Baru Algensindo, 2003

PENGUJIAN DAN PERBAIKAN NILAI DARI TEKNIK TRANSPORTASI DALAM PROGRAMA LINIER Langkah 2 (Setelah mendapatkan Solusi Basis Awal): Tentukan entering variable dan leaving variable METODE MULTIPLIER Untuk tiap baris i dari table transformasi dikenal suatu multiplier ui, dan untuk kolom j disebut multiplier vj sehingga untuk tiap variable basis Xij di dapat persarnaan : ui + vj + cij Dari persamaan di atas kita dapat menghitung berapa penurunan ongkos transportasi per unit untuk tiap variabel nonbasis Xij sebagai berikut: cij = Xij - ui - vj Kriteria entering variable yaitu variable non basis yang memberikan penurunan ongkos yang terbesar ( c paling negatif). Kriteria leaving variable yaltu varfable-varlabel sudut loop yang bertanda (negatif) yang nilainya paling kecil. Loop tersebut berawal dan berakhir pada variable nonbasis, dimana tiap sudut loop haruslah merupakan tltik-titik yang ditempati oleh 1

variabel-variabel basis dalarn table transportasi. METODE STEPPING STONE STEPPING-STONE merupakan cara penyelesaian manual namun dapat digunakan dengan tujuan MENGANALISIS lebih jauh apakah Total Biaya pengiriman yang diperoleh dengan salah satu cara di atas dapat diturunkan lagi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diingat adalah: Bahwa sebuah persoalan Transportasi yang telah mempunyai penyelesaian awal, dapat dianalisis dengan Stepping Stone apabila memenuhi kriteria yang ditunjukkan oleh Formula berikut yaitu: Jumlah jalur yang telah terpakai harus sarna jumiahnya dengan (Jurnlah Baris + Jurnlah Kolom) - 1. B = Jurnlah Baris K = Jurnlah Kolom

Catatan: Apabila dalarn sebuah penyelesaian awal jumlah jalur yang telah terpakai melebihi {[B + K] -1} maka analisis dengan Stepping Stone akan terhenti karena tidak didapat LINTASAN TERTUTUP (Close Path). Keadaan ini disebut DEGENERASI. Contoh: Ambil Matrix salah satu penyelesaian awal yang diperoleh dari cara VOGEL'S sebelumnya.

Keterangan: Jalur AP, AQ, BP, BR, BS, CP = 6 buah. Pemahaman Beberapa Istilah Dalam Stepping Stone Beberapa istilah harus kita pahami terlebih dahulu supaya kita lebih mudah untuk mengerti dan menggunakan prosedur kerja yang dihadapi dalarn menyelesaikan sebuah persoalan dengan cara ini. Nilai Perbaikan [improvement Index] Setiap jalur yang masih kosong atau belum terpakai dalarn penyelesaian awal HARUS dicari Nilai Perbaikannya agar kita dapat mengetahui apakah ditemukan jalurjalur yang mempunyai Nilail Perbaikan yang NEGATIF. Apabila ditemukan nilai negatif, maka jalur tersebut harus dipilih untuk digunakan dalarn usaha menurunkan biaya pengiriman atau mendapatkan Penyelesaian yang OPTIMAL. Lebih lanjut, seandainya terdapat jalur dengan nilai perbaikan negatif lebih dari satu, maka pilihlah jalur yang mempunyai nilai paling negatif atau negatif terbesar. Lintasan Tertutup [Close Path] Untuk mendapatkan nilai perbaikan terlebih dahulu harus ditentukan Lintasan Tertutup dari jalur yang mau hitung nilai perbaikannya. Bentuk dari Lintasan tertutup dapat bermacam bentuk seperti :

PROSEDUR PENGGUNAAN STEPPING-STONE 1. Semua jalur yang belum terpakai harus dicari lebih dahulu Nitai Perbaikannya. 2. Tentukan Lintasan Tertutup dari jalur yang akan dihitung nilai perbaikannya. 3

3. Selalu beri tanda [ + ] pada Jalur yang akan dicari dan secara bergantian berl tanda [ - ] ; [ + ] pada jalur-jalur dalam lintasan tertutupnya. Arah dari penetapan tanda [ + ] dan [ -] boleh searah atau bedawanan dengan arah jatum jam. 4. Yang dipakai dalam perhitungan nilai perbaikan adalah biaya setiap jalur dalam lintasan tertutup. 5. Prioritaskan menggunakan jalur-jalur yang mempunyai nilai perbaikan negatif terbesar. CONTOH : Mencari Nilai perbaikan jalur AR.

NP [AR]

=+7-3 +7-2 = + 14 - 5 = + 9 (Berlawanan arah jarum jam) = + 7 - 2 + 7 -3 = + 9 (Searah jarum jam)

NP [AR]

Mencari nilai perbaikan jalur CS

NP [CS] NP [CS]

=+5-3+72 = + 7 (Berlawanan arah jarum jam) =+5-2+73 = + 7 (Searah jarum jam)

Dengan cara yang sama kita mendapatkan nilai perbaikan semua jalur yang belum terpakai seperti dibawah ini.

Pada posisi alokasi matrik di atas dapat dilihat nilai perbaikan jalur-jalur yang belum terpakai. Satu-satunya jalur yang memberikan nilai perbaikan yang negatif adalah jalur BQ (A). Maka dengan informasi tersebut jalur BQ harus digunakan dan akan mengurangi biaya transportasi yang sudah diperoleh sebelumnya. CARA MEMANFAATKAN JALUR "BQ 1. Nilai 'perbaikan -1 diperoleh dari lintasan AP ; AQ ; BP dan BQ. 2. Pemindahan barang hanya boleh melalui BARIS atau melalui KOLOM 3. Karena itu jatah tuk jalur BQ dapat diperoleh dari Jalur BP (sebaris) atau AQ (sekolom). 4. Untuk itu bandingkan jumlah yang terdapat pada jalur BP Galur sebarls) dan jumiah yang ada pada jalur AQ (sekolom). Pilih jumiah yang terkedl dan pindahkan semua ke jalur BQ. 5. Dengan pemMahan ini maka akan berubah posisi penempatan barang jalur lainnya. Untuk lebih,jelasnya perhatikan lintasan tertutup untuk mendapatkan BQ:

HAND OUT 11 TEKNIK RISET OPERASIONAL Judul: MODEL TRANSSHIPMENT Teknik Riset Operasional Penyusun Tanggal: 12 April 2012 Pengesahan Tanggal: Ttd Eddy Prasetyo N. ST, MT Pengarsipan Tanggal:

Sasaran Pokok Bahasan: Pemahaman dan pengertian mahasiswa mengetahui Teknik Penyelesaian pada masalah Programa Linier dengan Model khusus Transportasi yaitu model Transshipment. Referensi :
Tjutju Tarliah Dimyati-Ahmad Dimyati, OPERATION RESEARCH, Model-model Pengambilan Keputusan, Sinar Baru Algensindo, 2003 Tuti Rastuti, ST, Hand Out Teknik Riset Operasional Poltekpos, 2004

MODEL TRANSSHIPMENT

Model transshipment adalah model transportasi yang memungkinkan dilakukannya pengiriman barang (komoditas) dengan cara tidak langsung, dimana barang dari suatu sumber dapat berada pada sumber lain atau tujuan lain sebelum mencapai tujuan akhirnya. Jadi, pada model transsipment ini suatu sumber sekaligus dapat berperan sebagai tujuan dan sebaliknya suatu tujuan dapat juga berperan sebagai sumber. Dalam model ini, setiap sumber maupun tujuan dipandang sebagai titik-titik potensial bagai demand maupun supply. Oleh karena itu, untuk menjamin bahwa tiap titik potensial tersebut mampu menampung total barang di samping jumlah barang yang telah ada pada tltik-titik tersebut, maka perlu ditambahkan kepada titik-titik kuantitas supply dan demand-nya masing-masing sebesar B. B >= ai = bj Dengan demikian, apabila ada persoalan transportasi sebagai sbb: 1

Maka persoalan transshipment-nya adalah:

Model di atas baru lengkap apabila ongkos per unit pengangkutan untuk baris-baris dan kolom-kolom yang lainnya telah ditetapkan. Dalarn hat ini perlu diingat bahwa ongkos per unit pada elemen-elemen diagonal adalah nol.

Asumsikan bahwa seluruh ongkos per unitnya telah ditentukan, maka model transhipment 2

selengkapnya adalah :

Selanjutnya, persoalan di atas diselesaikan dengan menggunakan teknik transportasi seperti biasa, sehingga diperoleh solusi optimal sebagai berikut:

Elemen-elemen diagonal dari table di atas diabaikan, karena secara fisik tidak mempunyai arti apa-apa

HAND OUT 12 TEKNIK RISET OPERASIONAL Judul: NETWORK MODEL Penyusun Tanggal: 12 April 2012 Teknik Riset Operasional Pengesahan Tanggal: Ttd Eddy Prasetyo N. ST, MT Pengarsipan Tanggal:

Sasaran Pokok Bahasan: Pemahaman dan pengertian mahasiswa mengetahui definisi dan terminologi pada model jaringan serta Teknik Penyelesaian pada masalah Programa Linier dengan Model Jaringan pada Implementasi Jalur Terpendek, Minimum Spanning Tree. Referensi :
Tjutju Tarliah Dimyati-Ahmad Dimyati, OPERATION RESEARCH, Model-model Pengambilan Keputusan, Sinar Baru Algensindo, 2003 Ir. Hasmand Zusi, M.Sc, Operations Research (Teori dan Pembahasan Soal), Penerbit Universitas TriSakti, Jakarta, Tuti Rastuti, ST, Hand Out Teknik Riset Operasional Poltekpos, 2004

NETWORK MODEL DEFINISI JARINGAN Sebuah jaringan terdiri dari sekelompok node yang dihubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jenis arus tertentu dikaitkan dengan setiap busur. Contohnya, dalam jaringan transportasi. kota mewakili node dan jalan raya mewakili busur, dengan lalu lintas mewakili arus busur. Notasi standar untuk menggambarkan sebuah jaringan G adalah G = (N,A), dimana N adalah himpunan node dari A adalah himpunan busur. Suatu jenis arus tertentu berkaitan dengan setiap jaringan (misalnya, arus produk minyak dalam sebuah jaringan pipa dan arus latu lintas dalarn jaringan transportasi). Pada umumnya, arus dalam sebuah Busur dibatasi kapasitasnya, yang dapat terbatas atau tidak terbatas. Dari ilustrasi di atas, persoalan jaringan ini dapat kita bagi menjadi 3 macam persoalan, yaitu: 1. Persoalan rute terpendek (shortest route) 1

2. Persoalan minimasi jaringan atau rentang pohon minimal (minimal spanning tree) 3. Persoalan aliran maksimum (maximal flow) TERMINOLOGI JARINGAN Sebuah busur dikatakan terarah atau terorientasi jika busur tersebut memungkinkan arus positif dalam satu arah dan arus nol dalam arah yang berlawanan. Karena itu. jaringan yang terarah adatah jaringan dengan sernua busur yang terarah. Jalur (lintasan) di antara node 1 dengan node j adalah urutan busur-busur tertentu yang menghubungkan dua node tanpa bergantung pada orientass busur-busur tersebut. Siklus, yaitu lintasan yang menghubungkan suatu node dengan node itu sendiri. Pohon (tree), yaitu grafik yang mempunyai lintasan yang menghubungkan pasangan-pasangan node, dimana siklus tidak terjadi. Busur maju i, yaltu busur yang meninggalkan node i. Contoh : A A Busur mundur i, yaitu busur yang menuju node i. Contoh : A A Kapasitas aliran suatu busur dengan arah tertentu, yaitu batas atas aliran (atau jumlah aliran total) yang fisibel pada busur tersebut. Sumber suatu jaringan. yaitu node yang menjadi awal bagi busur-busurnya, dimana aliran bergerak meninggalkannya. Tujuan suatu jaringan, yaitu node yang dituju oleh busur-busurnya, dan aliran masuk node tersebut. PERSOALAN RUTE TERPENDEK (SHORTEST ROUTE) Untuk setiap dua node dapat terjadi beberapa lintasan, dimana lintasan dengan bobot yang minimum disebut sebagai lintasan atau rute terpendek. Bobot dapat berupa : jarak, waktu tempuh, atau ongkos transportasi dari satu node ke node lainnya yang berbentuk rute tertentu. Algoritma untuk mencarl rute terpendek dikembangkan pada tahun 1959 oleh Dijkstra, dengan batasan/ketentuan yang mengatakan bahwa algoritma Dijkstra ini hanya dapat digunakan apabila semua busur pada jaringannya mempunyai bobot nonnegative. Contoh praktis : Penentuan rute terpendek yang menghubungkan dua kota dalam sebuah jaringan jalan raya yang ada.

Untuk setiap dua node S dan T (atau 0 dan T pada Gambar 6.1) dapat terjadi beberapa lintasan, di mana lintasan dengan bobot yang minimum disebut sebagai lintasan atau rute terpendek. Bobot di sini dapat,berupa jarak, waktu tempuh, atau ongkos transportasi dari satu node ke node lainnya yang berbentuk rute tertentu. Algoritma untuk mencari rute terpendek ini dikembangkan pada tahun 1959 oleh Dijkstra, dengan batasan/ketentuan yang mengatakan bahwa algoritma Dijkstra ini hanya dapat digunakan apabila sernua busur pada jaringannya mempunyai bobot non negatif. Langkah-langkah algoritma Dijkstra adalah sebagai berikut: 1. Langkah 0: Node sumber diberi bobot d(s) = 0, sedangkan nodes lainnya diberi bobot d(s, j), di mana d(s, j) ini merupakan batas atas dari jarak terpendek dari node sumber ke suatu node j. Jika busur langsung (s, j) tidak ada, maka d(s, j) = ~ . PilihIah d(s, j) minimum dan beri tanda pada node j yang bersangkutan. Misalkan node j yang ditandai pada langkah 0 adalah node j1, maka jl menjadi S1. 2. Langkah 1: Untuk setiap node j yang belum bertanda, carilah d(s-1, j) = min { d(s, j1) + d(jl, j), d(s, j) }. Apabila d(s1, j) = untuk semua node j yang belum bertanda, maka algoritma selesai karena tidak terdapat suatu rute/lintasan dari node S1 ke node j tersebut. Jika tidak, tandai node j yang memiliki harga d(s1, j) terkecil. Misalnya node j yang ditandal pada langkah 1 ini adalah node j2, maka j2 menjadi S2. 3. Langkah 2: Ulangi langkah 1 sampai node tujuan mendapat tanda.

Contoh: jika bilangan-bilangan yang ada pada setiap busur dari Gambar 6.1 menyatakan jarak dari satu stasiun (node) ke stasiun lainnya, maka rute terpendek dari stasiun 0 ke stasiun T dapat ditentulcan seperti terlihat pada tabel di halaman berikut. Pada iterasi 2 kita Iihat bahwa d(A,B) = d(O,C) = 4.,Hal ini menyebabkan kita dapat memilih salah satu, apakah rute yang dijalani akan 0 A X atau 0 C. Misalkan-dipilih rute 0 A B. Iterasi selanjutnya dipilih d(B, j) minimum untuk j = (D, E, T), diperoleh d(B, E) = 3. Artinya rute yang telah ditempuh adalah 0 ) A ) B ) E dengan d (0, E) = 7. Pada iterasi ke-4, dipilih d(E, j) minimum dengan j = (1), T). Diperoleh d(E, D) sehingga rute yang telah ditempuh adalah 0----) A-) B-----) E D dengan d(O, D) = 8. Akhirnya, pada iterasi 5 diperoleh rute 0 A B E D T dengan jarak total 13.

Karena d(O, D) dengan rute 0 A B E D sama dengan d(O, D) dengan rute 0 A B D, maka untuk sampai pada node T, rute yang dijalanildipilih bisa 0 A B E D T atau 0 A B D T dengan jarak total 13 satuan jarak. Dapat dibuktikan bahwa apabila pada iterasi 2 dipilih node C, maka akan diperoleh rute dengan jarak total yang lebih besar dari 13, sehingga rute 0 C tidak usah dilanjutkan (tidak dipilih).

PERSOALAN RENTANG POHON MINIMUM (MINIMAL SPANNING TREE) Persoalan ini merupakan variasi dari persoalan rute terpendek yang perbedaannya terletak pada lintasan yang dicari. Pada rute terpendek, yang dicari lintasan/rute dari sumber ke tujuan yang memberikan total jarak minimum, sedangkan pada persoalan rentang pohon ini yang dipersoalkan ialan menentukan busur-busur yang menghubungkan nodes yang ada pada jaringan, sehingga diperoleh panjang busur total minimum. Contoh praktis : Perencanaan jaringan transportasi : dalam hal ini nodes-nya bisa berupa terminal, sedangkan busur-busurnya dapat berupa jalan raya. Persoalannya ialah menentukan pola transportasi yang dapat melayani seluruh terminal dengan jarak yang minimum. Perencanaan jaringan komunikasi berskala besar. Perencanaan jaringan distribusi. Persoalan spanning tree ini dapat diselesaikan dengan cara yang sangat mudah. yaitu sbb. : Pilihlah secara sembarang salah satu node. kemudian hubungkan node tersebut dengan node lain yang terdekat. Tentukan node lain yang belum dihubungkan yang jaraknya paling dekat dengan node yang sudah dihubungkan pada langkah sebelumnya. Kemudian hubungi node ini. Ulangi langkah ini hingga seluruh node terhubungi.

Penyelesaian persoalan ini akan lebih mudah jika menggunakan gambar. Contoh: Jika di kawasan "Alam Hijau" akan dipasang telepon yang dapat menghubungkan stasiun-stasiun yang ada, maka kabel teleponnya harus dipasang pada jalan-jalan sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. Mulai dari stasiun 0. Stasiun terdekat dengan 0 adalah stasiun A dengan jarak 2. Hubungkan 0 dengan A. Stasiun terdekat dari 0 atau A adalah B. Karena B lebih dekat pada A, maka hubungkan B dengan A. Stasiun terdekat dari 0, A, atau B adalah C. Karena C lebih dekat pada B, hubungkan C dengan B. Stasiun terdekat dari 0, A, B, atau C adalah E. Karena E lebih dekat pada B, hubungkan E dengan B. Stasiun terdekat dari 0, A, B, Q atau E adalah D. Karena D lebih dekat pada E, hubungkan D dengan E. Satu-satunya stasiun yang belum dihubungkan adalah T, karena jaraknya lebih dekat ke D, maka hubungkan T dengan D.

Dengan demikian, kabel-kabel telepon itu harus dipasang pada jalan-jalan yang menghubungkan stasiun-stasiun 0 dengan A, A dengan B, B dengan Q B dengan E, E dengan D, dan D dengan T, dengan kabel sepanjang total 14 satuan panjang.

HAND OUT 13 TEKNIK RISET OPERASIONAL Judul: NETWORK MODEL (Persoalan Max-Flow) Penyusun Tanggal: 12 April 2012 Teknik Riset Operasional

Pengesahan Tanggal: Ttd

Pengarsipan Tanggal:

Eddy Prasetyo N. ST, MT

Sasaran Pokok Bahasan: Pemahaman dan pengertian mahasiswa mengetahui Teknik Penyelesaian pada masalah Programa Linier dengan Model Jaringan pada Implementasi persoalan Maximal Flow. Referensi :
Tjutju Tarliah Dimyati-Ahmad Dimyati, OPERATION RESEARCH, Model-model Pengambilan Keputusan, Sinar Baru Algensindo, 2003 Ir. Hasmand Zusi, M.Sc, Operations Research (Teori dan Pembahasan Soal), Penerbit Universitas TriSakti, Jakarta Tuti Rastuti, ST, Hand Out Teknik Riset Operasional Poltekpos, 2004

NETWORK MODEL (Persoalan Max-Flow)

PERSOALAN ALIRAN MAKSIMAL (MAXIMAL FLOW) Persoalan aliran maksimal dimana satu node sumber dan satu node tujuan dihubungkan melalui sebuah jaringan busur dengan kapasitas terbatas. Jaringan ini bersifat satu arah dalam arti bahwa arus dimulai di node sumber dan berakhir di node tujuan. Tetapi, sebuah busur (i,j) dapat memiliki dua kapasitas yang berbeda, bergantung pada apakah arus tersebut dari i ke j atau dari j ke i. Misalnya, jika jaringan tersebut berhubungan dengan arus lalu lintas di jalan raya, sebuah jalan dapat memiliki kapasitas positif dalam satu arah dan kapasitas nol dalarn arah lainnya. Sebaliknya, sebuah jalan dua arah dapat memiliki kapasitas yang berbeda dalam arah yang berlawanan jika kedua arah tersebut tidak memiliki jumlah jalur yang sama. Contoh praktis : o Penentuan kapasitas tahunan maksimum dalam jumlah ton jaringan pipa 1

penyaluran batu bara yang rnenghubungkan tambang batu bara si Wyoming dengan pembangkit tenaga listrik di Houston. (Jaringan pipa batu bara mengirimkan batu bara dengan memompkan air melalui pipa yang, dirancang khusus dan menghubungkan tambang batu bara dan tujuan yang diinginkan). o Suatu situasi dimana sejumlah pengilangan minyak dihubungkan dengan beberapa terminal distribusi melalui jaringan pipa. Stasiun pemompaan dipasang di jaringan pipa tersebut untuk menggerakkan produk-produk minyak ke terminal distribusi. Tujuan menganalisis situasi ini adalah memaksimumkan arus diantara pengilangan dan terminal berdasarkan kapasitas pengilangan dan pipa. Prosedur penyelesaian maximal flow, adalah sebagai berikut : a) Carilah lintasan dari sumber ke tujuan dengan kapasitas aliran positif (jika tidak ada. berarti aliran yang ada telah merupakan pola aliran optimum) b) Periksa lintasan tersebut untuk mendapatkan busur dengan kapasitas aliran terkecil (nyatakan kapasitas ini sebagai C*), dan tingkatkan aliran pada lintasan tersebut sebesar c*. c) Kurangkan kapasitas aliran sernula dengan c* pada setiap busur dari lintasan yang dimaksud. Tingkatkan kapasitas aliran sernula dengan c* pada setiap busur yang berlawanan arah dari lintasan tersebut. kernbali ke langkah a. Contoh Kasusnya : Persoalan ketiga yang dihadapi oleh, taman Alam Hijau ialah menentukan rute perjalanan-perjalanan tram dari stasiun 0 ke T, sedemikian sehingga jumlah total perjalanan tram yang dapat dilakukan setiap harinya maksimum, tanpa melanggar batas maksimum perjalanan yang dapat dilakukan pada masing-masing jalan. Sudah barang tentu data/informasi yang diperlukan untuk dapat menyelesaikan persoalan ini ialah mengenai jumlah perjalanan yang dapat dilakukan pada masing-masing jalan yang menghubungkan satu stasiun dengan stasiun lainnya. Dengan kata lain, diperlukan data mengenai kapasitas aliran pada masing-masing busur. Misalkan data tersebut adalah:

Gambar di atas dibaca sebagai berikut: Dari 0 ke A dapat dilakukan maksimum. 5 kali perjalanan setiap hari, sedangkan dari A ke 0 tidak ada perjalanan tram yang dapat dilakukan;

Dari A ke B maksimum 1 kali perjalanan, begitu juga dari B dapat dilakukan 1 kali perjalanan ke A; dan seterusnya. Dalam hal ini diasumsikan bahwa aliran yang masuk ke suatu, node sama dengan aliran yang keluar dari node itu. Jika kapasitas pada busur (i, j) adalah cjj, maka tingkat aliran pada busur (i, j) yaitu jumlah aliran dari node i ke node j, adalah bilangan nonnegatif yang tidak lebih besar dari cij. Dengan demikian, jika tingkat aliran pada busur (i, j) dinyatakan oleh fij, maka:

Sebenarnya, persoalan aliran maksimum ini dapat diformulasikan sebagai persoalan program linier sehingga dapat diselesaikan dengan metode simpleks. Akan tetapi, di sini akan dikemukakan satu prosedur penyelesaian yang lebih efisien sebagai berikut: 1. Carilah lintasan dari sumber ke tujuan dengan kapasitas aliran positif (jika tidak ada, berarti aliran yang ada telah merupakan pola aliran optimum). 2. Periksalah lintasan tersebut untuk mendapatkan busur dengan kapasitas aliran terkecil (nyatakan kapasitas ini sebagai c*), dan tingkatkan aliran pada lintasan tersebut sebesar c*. 3. Kurangkan kapasitas aliran semula dengan c* pada setiap, busur dari lintasan yang dimaksud. Tingkatkan kapasitas aliran semula dengan c* pada setiap busur yang berlawanan arah dari lintasan tersebut, kembaIi ke langkah 1. Dengan menggunakan prosedur di atas, maka.persoalan yang di hadapi oleh manajer Alam Hijau dapat diselesaikan sebagai berikut: Iterasi 1: Dari Gambar 6.2 dipilih lintasan 0BET.Alirkan sebesar 5 pada lintasan tersebut, sehingga jaringannya menjadi:

Iterasi 2: Alirkan sebanyak 3 pada lintasan 0ADT. Hasilnya ialah:

Iterasi 3: Alirkan sebanyak 1 pada lintasan 0 A B D T. Iterasi 4: Alirkan sebanyak 2 pada lintasan 0 B D T. Hasilnya ialah

Iterasi 5: Alirkan sebanyak 1 pada lintasan 0 C E D T . Iterasi 6.. Alirkan sebanyak 1 pada lintasan 0 C E T. Hasilnya ialah

Iterasi 7. Alirkan sebanyak 1 pada lintasan0 C E B D T.

Hasilnya ialah

Karena tidak ada lagi lintasan yang mempunyai kapasitas aliran ,positif, maka pola aliran terakhir merupakan pola aliran optimum. Ada cara yang dapat digunakan untuk menguji apakah solusi yang didapat sudah optimum atau belum. Cara itu dikenal sebagai teori maxflow min-cut (teori aliran maksimum-potongan minimum). Suatu cut (potongan) dapat didefinisikan sebagai suatu set busur yang terdiri atas paling sedikit satu busur dari setiap lintasan sumber ke tujuan. Nilai potongan ini sama dengan jumlah kapasitas aliran pada busur-busur (dalam arah tertentu) dari potongannya. Arah aliran pada suatu busur adalah arah dari busur, yang meninggalkan kapasitas aliran lebih kecil dari kapatas aslinya. Teori max-flow min-cut menyatakan bahwa untuk setiap jaringan dengan satu sumber dan satu tujuan, aliran fisibel maksimum dari sumber ke tujuan sama dengan nilai potongan mini.mum untuk setiap potongan pada jaringannya. Jadi, jika F menyatakan jumlah aliran dari sumber ke tujuan untuk setiap pola aliran yang fisibel, maka nilai setiap potongannya merupakan batas atas bagi F, dan nilai potongan terkecil sama dengan nilai F Maksimum. Karena itu, jika pada jaringan original dapat dibuat suatu potongan yang nilainya sama dengan nilai F yang diperoleh dari prosedur penyelesaian, maka pola aliran tersebut pasti optimum. Ekuivalen 4

dengan itu, optimalitas tercapai apabila pada jaringan terdapat suatu potongan yang kapasitas aliran pada busur-busur potongan itu berharga nol. Perhatikan bahwa nilai potongan pada gambar di atas adalah (3 + 4 + 1 + 6) = 14 yang merupakan nilai maksimum dari F, sehingga potongan tersebut adalah potongan minimum. Perhatikan juga bahwa jaringan yang diperoleh dari iterasi 7, di mana F =14, potongannya mempunyai kapasitas aliran sama dengan nol. Sebagai ilustrasi, perhatikan Gambar 6.3 berikut ini.

HAND OUT 14 TEKNIK RISET OPERASIONAL Judul: Critical Path Method Teknik Riset Operasional (CPM)/Program Evaluation & Review Technique (PERT) Penyusun Tanggal: 12 April 2012 Pengesahan Tanggal: Ttd Eddy Prasetyo N. ST, MT Pengarsipan Tanggal:

Sasaran Pokok Bahasan: Pemahaman dan pengertian mahasiswa mengetahui Implementasi dari Penggunaan Model Jaringan dengan CPM/PERT dalam Manajemen Proyek. Referensi :
Tjutju Tarliah Dimyati-Ahmad Dimyati, OPERATION RESEARCH, Model-model Pengambilan Keputusan, Sinar Baru Algensindo, 2003 Ir. Hasmand Zusi, M.Sc, Operations Research (Teori dan Pembahasan Soal), Penerbit Universitas TriSakti, Jakarta Tuti Rastuti, ST, Hand Out Teknik Riset Operasional Poltekpos, 2004

CRITICAL PATH METHOD (CPM)/PROGRAM EVALUATION & REVIEW TECHNIQUE (PERT) CRITICAL PATH METHOD Pada Metode Jaringan Kerja Dikenal Adanya Critical Path (Jalur Kritis), yaitu Jalur Yang Memiliki Rangkaian komponen-komponen Kegiatan, Dengan Total jumlah Waktu terlama Dan Menunjukkan Kurun Waktu Penyelesaian Proyek tercepat. Dengan Demikian Jalur Kritis Terdiri Dari Rangkaian Kegiatan Kritis, Dimulai Dari Kegiatan Pertama Sampai Pada Kegiatan Terakhir Proyek. Makna Jalur Kritis Penting Bagi Pelaksana Proyek, Karena Pada Jalur Ini Terletak Kegiatan-kegiatan Yang Bila Pelaksanaannya Terlambat, Akan menyebabkan Keterlambatan Proyek Secara Keseluruhan. Kadang-kadang Dijumpai Lebih Dari Satu Jalur Kritis Dalam Jaringan Kerja.

TERMINOLOGI DAN PERHITUNGAN Dalam Proses identifikasi jalur kritis, dikenal beberapa terminologi dan rumus-rumus perhitungan sbb: TE = E Waktu paling awal peristiwa (nodelevent dapat menjacil (early time of occurance) suatu kegiatan yang berasal dari metode tsb dapat dimulai. karena menurut dasar aturan jaringan kerja. suatu kegiatan baru dapat dimulai apabila kegiatan terdahulu telah selesai. TL= L Waktu paling akhir suatu peristiwa boleh terjadi (lates allowabel event/ocurrance time), yang berarti waktu paling lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu peristiwa terjadi. ES Waktu mulai paling awal suatu keglatan (earliest start time). Bila waktu kegiatan dinyatakan atau berlangsung dalam jam. maka waktu ini adalah jam paling awal kegiatan dimulai. EF Waktu selesai paling awal suatu kegiatan (earlist finis time). Bila hanya ada suatu kegiatan terlebih dahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu merupakan ES keglatan berikutnya. LS Waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai (latest allowable Start time), yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperfambat proyelc secara keseluruhan. LF Waktu paling akhir kegiatan boleh selesai (latest allowablen finish time) tanpa memperlambat penyelesaian proyek. D Adalah kurun waktu suatu kegiatan. Umumnya dengan satuan waktu hari, minggu. bulan, dan lain-lain.

ANALISIS JARINGAN KERJA : PERT/CPM Langkah awal dalam proses penjadualan sebuah proyek adalah menentukan urutan pekerjaan atau kegiatan. yang terkandung dalam proyek tersebut. Lebih jelasnya dapat kita lihat contoh berikut. Daftar dan urutan pekerjaan yang ada dalarn sebuah proyek sangat berpengaruh dan merupakan kunci awal dalam penyelesaian proyek tersebut. Selanjutnya dalam tabel berikut, kolom pekerjaan sebelumnya berarti bahwa pekerjaan ini harus betul-betul sempurna diselesaikan agar tidak menghalangi pekerjaan selanjutnya yang tergantung sekali kepada pekerjaan tersebut.

Tabel. 1 Daftar Urutan pekerjaan sebuah proyek bisnis 2

PEMBUATAN DIAGRAM JARINGAN KERJA [NETWORK] Langkah selanjutnya adalah menampilkan semua pekerjaan kedalarn sebuah diagram jaringan kerja [network] namun sebelumnya kita harus memahami dan menyamakan persepsi kita tentang beberapa hat antara lain: PROYEK adalah rangkaian beberapa pekerjaan yang sating terkait satu dengan yang lainnya. Didalam diagram jaringan kerja, proyek selalu dimulai dari sebuah lingkaran [node] dan berakhir pada satu lingkaran [node]. EVENT [PERISTIWA], Adalah tempat dimulainya satu atau beberapa pekerjaan serta tempat berakhirnya satu atau beberapa pekerjaan. Didalam diagram jaringan kerja EVENT/ PERIST1WA ditampilkan dalarn bentuk lingkaran. PEKERJAAN [Kegiatan], Adalah bagian dari sebuah proyek dan didalam diagram jaringan kerja setiap satu pekerjaan kegiatan seialu ditampilkan dengan tanda panah, diberi simbol dengan huruf A sampai Z serta dilengkapi dengan keterangan waktu yang diperjukan oleh setiap pekerjaan kegiatan tersebut. Setiap pekerjaan/kegiatan seialudimulai dari satu lingkaran dan berakhir pacia satu lingkaran. Catatan: Dalam usaha membuat diagram jaringan kerja maka disamping urutan dan rangkaian setiap pekerjaan harus benar, juga dituntut untuk menampilkan dengan garnbar yang bagus. Diagram Jaringan kerja Tabel.1

Prosedur Pembuatan diagram jaringan kerja diatas 1. Selalu

mulai

dengan

membuat

sebuah 3

lingkaran 2. 3. Mulailah mobuat tanda panah urduk pekerjaan A dengan arah kekanan [bolch keatas, kesamping kanan atas;kesamping kanan bawah atau horizontal kekanan] Usahakan membuat panjang tanda panah yang ideal artinya tidak terlalu pendek atau terlalu panjang.

Catatan: Diagram diatas memberikan informasi kepada kita bahwa lingkaran .1 adalah tempat dimulainya pekerjaan A dan B. Lingkaran 2 adalah berakhirnya pekerjaan B secara sempurna. Pada lingkaran 3 menyatakan bahwa pekerjaan A dan C selesai dengan sempurna sekaligus mengisyaratkan bahwa pekerjaan D sudah dapat segera dilaksanakan dari lingkaran 3 tersebut. Sedangkan lingkaran 4 menyatakan bahwa pekerjaan D merupakan pekerjaan terakhir sekaligus menyatakan ini merupakan lingkaran terakhir dan proyek secara keseluruhan selesai dengan sempurna. PENJADUALAN PROYEK DENGAN WAKTU YANG TIDAK TENTU [UNCERTAIN ACTIVITY TIME] Begitu kita mendapatkan Diagram Jaringan Kerja sebuah proyek kita barangkah perlu mendapatkan informasi tentang waktu yang diperlukan untuk penyelesalan setiap pekerjaan dari proyek tersebut. Seandainya sebuah proyek mempunyai beberapa urutan pekerjaan dimana waktu yang diperlukan. untuk penyelesaian setiap pekerjaan tidak begitu pasti maka kita perlu menentukan estimasi atau perkiraan waktu yang diperlukan dengan menerapkan penggunaan 3 [tiga] macarn klasifikasi waktu dibawah ini : Optimistic Time [a]. Waktu perkiraan yang diyakini dapat menyelesaikan sebuah pekerjaan apabila, tidak ada hambatan yang mendasar Most Probable Time [m]. Waktu perkiraan yang paling memungkinkan/mendekati untuk penyelesaian sebuah pekedaan Pessimistic Time [b]. Waktu perkiraan yang diperlukan dalarn penyelesaian sebuah pekerjaan seandainya diduga akan ada rintangan dalarn peiaksanaan pekerjaan tersebut. Dengan adanya 3 [tiga] klasifikasi waktu diatas yang kesernuanya didasarkan atas peluang keberhasilan dari estimasi waktu yang diperlukan mulai dari peluang keberhasilan yang tinggi [yakin] sampai peluang yang rendah [kurang yakin]. Sedangkan didalam perhitungan kita akan mengacu kepada waktu rata dari ketiga macam waktu diatas dengan apa yang kita sebut dengan Expected Time [Et] atau waktu yang diharapkan dapat menyelesaikan sebuah pekerjaan.

Formula ini dapat kita gunakan untuk menghitung waktu perkiraan [estimasi] dad setlap. 4

pekerjaan seperti contoh berikut :

Untuk lebih jelasnya dapat kita Uhat contoh berikut ini.

Pertanyaan: 1. Berikan Diagram jaringan kerja proyek diatas 2. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut. 3. Sebutkan pekerjaan yang kritis dan yang tidak kritis Untuk menjawab pertanyaan diatas dapat kita lakukan langkah-langkah sebagal berikut : 1. Buat diagram jaringan kerja

2.

Hitung Expected time [Etl setiap pekerjaan seperti 5

Et[A]

= aA + 4 mA + bA / 6 = 4 + [4 * 5] + 12 /6 = 36/6 = 6 hari

Et[B]

= aB + 4 mB + bB / 6 = 1 + [4 * 1. 51 + 5 / 6 = 12 / 6 = 2 hari

3.

Setelah diperoleh waktu Et setiap pekerjaan maka kita dapat menghitung berapa lama [haril proyek dapat diselesaikan dengan menggunakan 2 [dua] buah cara:

Pertarna: mencari Lintasan Kritis yaitu lintasan yang terpanjang yang dihitung mulai dari lingkaran awal sampai lingkaran akhir. Ukuran yang dipakai adalah waktu dari setiap pekerjaan [Et]. Jurnlah waktu dari lintasan terpanjang inilah yang menentukan berapa lama [hari] proyek tersebut dapat diselesaikan. Begitu juga, setelah mendapatkan lintasan kritis, kita juga sekaligus dapat mengetahui pekerjaan yang kritis, yaitu sernua pekerjaan yang diialui oleh lintasan kritis tersebut. Kedua : sama dengan cara diatas, namun alternatif lain untuk menentukan pekerjaan kritis adalah dengan menghitung waktu setiap pekerjaan dengan menggunakan formula dibawah ini : FORWARD PASS [MENGHITUNG DARI DEPAN KE BELAKANG

EF ES t

[Earliest Finish Time] atau Waktu paling awal sebuah pekerjaan DAPAT diselesaikan. [Earliest Start Time] atau Waktu paling awal sebuah pekerjaan DAPAT dimulai [Time] yaitu waktu yang diperlukan untuk sebuah pekerjaan

Note : Penekanan kata-kata DAPAT" berarti kita diberikan kesempatan untuk memilih [Optional]. Artinya semakin segera kita memulai sebuah pekerjaan, semakin cepat dapat diselesaikan.

BACKWARD PASS [MENGHITUNG DARI BELAKANG KE DEPAN]

LF LS

[Latest Finish Time] atau Waktu paling lambat sebuah pekelaan HARUS diselesaikan [Latest Start Time] atau Waktu paling lambat sebuah pekerjaan HARUS dimulai

Note : Penekanan kata-kata "HARUS" berarti juga penalty atau Deadline untuk pekerjaan tersebut. Apabila tidak dilaksanakan sesuai ketentuan maka pekerjaan lainnya atau penyelesaian Proyek secara keseluruhan akan mundur. Ingat ! setiap lingkaran awal, waktu untuk ES selalu nol Cara perhitungan diatas : Pekerjaan A dimulai dari lingkaran awal Berarti ES {A} = 0 maka EF {A} = ES{A} + T{A} EF {A} = 0 + 6 EF {A} = 6 sama halnya dengan pekerjaan B EF {B} = ES {B} + T {B} EF {B} = 0 + 2 EF {B} = 2 Pekerjaan C dimulai dari lingkaran no.2 atau setelah Pekerjaan A selesai. Berarti waktu memulai C atau ES (C} sama dengan waktu berakhirnya A atau EF {A} maka untuk mencari EF {C) EF {C}= ES {C}+ T {C} EF {C}= 6 + 3 EF {C}= 9

demikian juga dengan pekerjaan D dan E EF (D) = ES {D} + T (D) EF (D) = 6 + 5 EF (D}= 11 EF (E) = EF (E) = EF (E) = ES {E} + T {E} 6+3 9

cara perhitungan diatas sama untuk pekerjaan F,G dan 1. Sedangkan untuk menghitung waktu penyelesaian paling awal {EF} pekerjaan H dan J berlaku formula diatas yaitu :

Pekerjaan H baru dapat dimulai apabila pekerjaan B dan E telah selesai. Maka pengertian Max pada formula diatas adalah memilih waktu penyelesiaan pekerjaan B atau E dimana kita harus menggunakan waktu EF yang paling besar atau maximum diantara B dan E. tersebut. Kita mengetahui Maka EF {B}= 3 EF {E}= 9 EF {H}= ES{H} +T{H} EF {H}= 9 + 4 EF {H}= 13

demikian juga hainya dengan pekerjaan J. untuk ES {J} kita pilih EF yang maksimum diantara EF{F}; EF{G}; EF{1} EF {J} = EF {J} + T {J} EF {J} = 15 + 2 EF {J} = 17 Dengan selesainya kita menghitung waktu penyolesaian paling awal pekelaan terakhir, sekaligus kita telah mengetahui waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan dengan kata lain kita dapat mengatakan bahwa proyek diatas dapat diselesaikan paling awal pada hari yang ke 17 atau selama 17 hari. ingat ! dalam perhitungan Waktu EF {J} digunakan sebagai LF {J} atau waktu paling akhir [lambat] proyek HARUS diselesaikan. Maka pada lingkaran Akhir waktu EF selalu sama dengan waktu LF.

Menggunakan metoda Backward Pass 8

LS = Min LF - T

Perhitungan waktu LF dan LS setiap pekerjaan dengan menggunakan Backward Pass selalu dimulai dari lingkaran terkahir dimana dengan menggunakan tabulasi diatas kita menghitung dari bawah ke atas. Contoh: Pada diagram sebelumnya kita ketahui bahwa pekerjaan yang terakhir dan menuju lingkaran akhir adalah pekerjaan J. Maka kita memulai menhitung LS (J) dengan menggunakan formula : LS = MIN LF - T Ingat maka LF (J) = EF {J} = 17 LS (J) = LF (J} - T{J} LS (J}= 17 - 2 LS {J}=15

LS {J) merupakan LF untuk pekerjaan F ; G dan I karena ketiga pekerjaan ini merupakan prasyarat untuk dimulainya pekerjaan J atau LS{J) = LF {F} = LF{G} = LF {I}. maka, LS {F} = LF {F} - T {F} LS {F} = 15 - 2 LS {F} = 13 LS {G) = LF {G} - T {G} LS {G}= 15 - 3 LS {G}= 12 LS {l} = LF{G} - T{I} LS {I}= 15 2 LS {I}= 13 Cara membaca formula diatas adalah { ambil contoh untuk pekerjaan G }.

LF (G) = 15 .... angka 15 ini berasal dari LS {J) artinya pekerjaan G HARUS diselesaikan paling lambat hari ke 15 supaya pekerjaan J dapat segera dimulai. Demikian sebaliknya pekerjaan J atau LS {J} = 15. Ini juga berarti bahwa pekerjaan J paling lambat HARUS dimulai hari ke 15. Sehingga Waktu paling lambat kegiatan G HARUS diselesaikan merupakan waktu paling lambat pekerjaan J HARUS dimulai. Cara perhitungan seperti diatas dapat digunakan untuk mengcari waktu pekerjaan B ; C ; D ; E dan H. Sedangkan untuk pekedaan A harus menggunakan nilai LF terkecil [minimum] diantara LS C ; D : dan E karena terdapat 3 [tiga] buah pekerjaan yang bermula dari lingkaran dimana pekerjaan A selesai. Dari perhitungan kita dapatkan: LS {C} LS {D} LS {E} Maka LS {A} LS {A) LS {A} = 10 =7 =6 = Min LF {A} - T {A} =6-6 =0

Secara keseluruhan dapat kita tampilkan kedalam tabulasi berikut ini:

Catatan :

[K] = Pekerjaan KRITIS [TKI = Pekerjaan TIDAK KRITIS

Cara perhitungan dengan tabluasi'diatas sangat membantu kita dalam membaca atau mengintrepatasikannya sehingga kita dapat menjawab beberapa pertanyaan sekaligus seperti : a. Berapa Lama proyek dapat dirampungkan ? Jawabannya dapat diNhat pada Nilail EF/LF terbesar b. Pekerjaan mana saja yang KRITIS ? Jawaban dapat dicari dengan melihat selisih antara LS - ES atau LF - EF. Apabila 10

selisih = Nol maka pekerjaan tersebut Kritis. c. Berapa Slack Time [waktu luang] Pekerjaan yang tidak Kritis? Jawaban dapat dicari dengan melihat selisih LS - ES. INGAT ! cara perhitungan diatas dapat juga dilakukan langsung pada Diagram Jaringan Kerja dengan catatan: 1/2 bagian lingkaran disebelah kiri tempat Nomor Lingkaran. 1/4 bagian lingkaran kanan atas adalah tempat nilai ES atau EF; demikian juga 1/4 bagian linglikaran kanan bawah adalah tempat nilai LS atau LF. PEKERJAAN FIKTIF ATAU DUMMY ACTIVITY Didalam usaha kita membuat Diagram Jaringan Kerja seringkali kita HARUS menggunakan alat bantu berupa pekerjaw fiktif atau Dummy dimana ditandai dengan tanda panah. yang putus-putus. Setiap Dummy selalu diberi nilai waktu sama dengan nol [0]. Dengan kata lain Dummy kita gunakan hanya sebagai bantuan untuk menghasilkan sebuah Diagram jaringan kerja sehingga dapat memenuhi semua urutan dan ketentuan yang dijadualkan sebelumnya. CONTOH PENGGUNAAN DUMMY

Gambar Diagram Jaringan Kerja .

11

Anda mungkin juga menyukai