Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses interaksi merupakan proses pembelajaran.

Unsur yang terlibat di dalamnya adalah guru, siswa, kurikulum, lingkungan. Jika semua unsur tersebut mendukung maka proses pembelajaran yang telah direncanakan akan tercapai. Faktor guru banyak yang menyatakan bahwa guru itu digugu dan ditiru, dengan kata lain guru harus bisa memberikan contoh yang baik kepada muridnya karena murid akan meniru dan mencontoh tingkah laku gurunya. Dengan kenyataan yang seperti itu sudah selayaknya seorang guru pandai memilih kata, pandai menyampaikan materi, dan juga pandai memilih metode apa yang harus digunakan. Kemudian faktor siswa, siswa merupakan subyek. Subyek disini orang yang belajar yaitu siswa. Siswa mempunyai berbagai macam karakteristik dan setiap siswa harus memperoleh perlakuan yang sama meskipun caranya yang berbeda. Faktor kurikulum merupakan pedoman bagi guru dan siswa, karena tanpa kurikulum seorang guru tidak akan berhasil dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Faktor lingkungan terdiri dari lingkungan fisik, sosial, dan intelektual. Lingkungan fisik ini berupa sarana dan prasarana serta fasilitas yang digunakan. Lingkungan sosial merupakan pergaulan antara guru dan siswa serta orang lain yang terlibat dalam proses pendidikan. Lingkungan intelektual merupakan kondisi dan iklim sekitar yang menunjang proses berfikir. Proses interaksi merupakan proses ketrampilan, kemampuan, pemahaman dan intelektual siswa dalam pembelajaran. Proses ini dihadapkan pada setiap mata pelajaran, dengan tujuan agar siswa mempunyai bekal di masa yang akan datang. Salah satunya adalah mata pelajaran matematika. Penulis merasakan hasil pembelajaran matematika yang kurang menggembirakan, siswa beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan membosankan. Oleh karena itu penulis merasa sangat khawatir hal ini akan membuat siswa terkondisikan sebagai penafsiran yang pasif di dalam kelas. Siswa hanya menerima informasi atau pengetahuan dari guru tanpa merespon dan berfikir secara logis tentang pengetahuan yang mereka dapatkan. Untuk menghilangkan rasa kekhawatiran tersebut penulis mempunyai solusi supaya siswa tidak lagi menjadi partisipan pasif yaitu dengan menggunakan metode Tanya jawab. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindak kelas tentang Peningkatan Kemampuan Siswa Melalui Metode Tanya Jawab pada Materi penjumlahan pecahan di Kelas IV SDN 100530 Simundol Kecamatan Dolok Sigompulon Kabupaten Padang Lawas Utara.
1

B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut di atas, ternyata permasalahannya adalah kurangnya interaksi antara guru dan siswa, dan kurangnya pemahaman siswa tentang materi pengurangan. Masalah penelitian tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana kemampuan siswa sebelum menggunakan metode tanya jawab? 2. Bagaimana aktivitas siswa selama menggunakan metode tanya jawab? 3. Bagaimana kemampuan siswa setelah menggunakan metode tanya jawab? C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pada siswa pada operasi penjulahan pecahan dengan menggunakan metode Tanya jawab. Serta memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Namun secara khusus bertujuan untuk : 1. Mengetahui kemampuan siswa sebelum menggunakan metode tanya jawab, 2. Mengetahui aktivitas siswa selama menggunakan metode tanya jawab, 3. Mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan metode tanya jawab. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam upaya peningkatan kualitas terutama pada mata pelajaran Matematika. Baik bagi guru dan siswa. 1. Bagi Siswa a. Dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap pembelajaran Matematika. b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika terutama pada materi penjumlahan pecahan. 2. Bagi Guru a. Dapat meningkatkan keterampilan Tanya jawab. b. Dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. E. Klarifikasi Konsep Judul proposal ini dapat dijelaskan secara terprinci sebagai berikut : 1. Peningkatan adalah suatu usaha atau cara untuk mencapai suatu maksud dalam meningkatkan suatu kegiatan ( Balai Pustaka, 2005 : 1198 ). 2. Kemampuan adalah kesanggupan untuk melakukan sesuatu ( Balai Pustaka 2005 : 708 ).

3. Siswa adalah anggota masyarakat yang mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia jalur, jenjang. Jenis pendidikan tertentu ( UU RI NO 20, 2003 : 5 ). 4. Metode Tanya Jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, teapi dapat pula sebaliknya yaitu dari siswa kepada guru ( Djamaran dan Zain, 1995 : 107 ). 5. Penjumlahan adalah Jika a, b, dan c adalah bilangan-bilangan bulat, maka a + b = c jika dan hanya jika a = b + c (Ensiklopedia). 6. Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan yang meladasi jenjang pendidikan menengah ( UU RI. 20, 2003 : 14 ) F. Ringkasan Tinjauan Teoritis Strategi yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran disebut strategi pembelajaran. Pembelajaran adalah upaya mendidik anak untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar ( D. Sudjana.S 2005 : 06 ). Sedangkan (Maulana 2008 : 88) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah siasat atau kiat yang sengaja direncanakan oleh guru, berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar, dan tujuan yang berupa hasil belajar dapat tercapai secara optimal. Jadi dapat di simpulkan bahwa Tujuan Stategi pembelajaran adalah terwujudnya efesiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran adalah Pendidik dan peserta didik. Sumber pendukung pembelajaran adalah fasilitas, alat-alat bantu pelajaran, pendekatan, metode dan teknik, bentuk media, sumber belajar, dan kurikulum. Belajar adalah tingkah laku atau penampilan dan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya. ( Sudirman 2005 : 20 )

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Proses Belajar Mengajar Matematika Di Sekolah Dasar. Tujuan Pendidikan Dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Salah satu komponen untuk mencapai tujuan tersebut adalah pembelajaran matematika tingkat sekolah dasar. Hudojo (1988:5) Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk susunan, besaran dan konsepkonsep yang saling berhubungan satu sama lainnya. Dalam jumlahnya terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometris. Untuk memahami pengertian proses belajar mengajar matematika, kita uraikan dulu istilah proses, belajar, mengajar dan matematika. Proses dalam pengertiannnya di sini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam ikatan untuk mencapai tujuan. Sedangkan definisi belajar menurut beberapa pendapat adalah : Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Slameto (1991:4) Belajar adalah suatu aktifitas mental yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta perubahan relative konstan dan berbekas. Winkel Belajar adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan pada diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Hamanik (1975:28) Jadi berdasarkan definisi belajar di atas dapat dirumuskan definisi belajar yaitu: proses perubahan tingkah laku yang dialami oleh individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan dalam kebiasaan (habit), kecakapan (skill), pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan dasar (psikomotor). Pengertian mengajar pada umumnya adalah usaha guru untuk menciptakan kondisi atau menata lingkungan sedemikian rupa, sehingga terjadi interaksi antara murid dengan lingkungan, termasuk guru, metode, media pembelajaran dan sebagainya yang disebut proses belajar, sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Jadi mengajar pada hakekatnya suatu proses,
4

yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan, mendorong dan memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajarnya. Sementara matematika adalah pelajaran yang memerlukan pemusatan pikiran untuk mengingat dan mengenal kembali semua aturan yang ada dan harus dipenuhi untuk menguasai materi yang dipelajari. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, proses belajar mengajar matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang melibatkan guru dan siswa, dimana perubahan tingkah laku siswa diarahkan pada peningkatan kemampuan dalam mempelajari matematika, sedangkan guru dalam mengajar harus pandai mencari pendekatan pembelajaran yang akan membantu siswa dalam kegiatan belajarnya.

B. Pengertian Kwalitas Proses Belajar Matematika a) Kwalitas Proses Belajar Kwalitas proses belajar adalah kualitas kegiatan belajar mengajar/ interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan antara sesama siswa dalam proses pembelajaran. Pengertian interaksi mengandung unsur saling memberi dan menerima. Dalam interaksi belajar mengajar ditandai sejumlah unsur: 1. Tujuan yang hendak dicapai 2. Siswa, guru dan sumber belajar lainnya 3. Media atau materi pelajaran 4. Metode yang digunakan untuk menciptakan situasi belajar mengajar. Proses belajar adalah suatu proses perubahan sikap, tingkah laku, pengetahuan dan nilai setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar dan media belajar. Sumber belajar dan media belajar ini selain guru dapat berupa buku, lingkungan, teknologi informasi dan komunikasi atau sesama pelajar. Sedangkan istilah mengajar dalam pengertian di atas adalah kegiatan dalam menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar. Dengan demikian belajar tidak harus merupakan proses transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa tetapi dapat melalui alat teknologi informasi seperti; internet, komputer, dll. Contoh yang digunakan oleh Socrates yaitu dengan metode socratik (utamanya Tanya jawab) untuk mengkondisikan siswa dalam situasi aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Tugas guru adalah mengungkap apa yang telah dimiliki siswa dan dengan penalarannya dapat bertanya secara tepat pada saat yang tepat pula sehingga siswa mampu membangun pengetahuannya melalui penalaran berdasar pengetahuan awal yang dimiliki siswa tersebut. Bahkan jawaban benar bukan
5

merupakan tujuan utama. Yang utama ialah bagaimana siswa dapat memperkuat penalaran dan meyakini kebenaran proses berpikirnya yang tentunya akan membawa kejawaban yang benar. Hal ini selaras dengan: penilaian yang berprinsip menyeluruh, yaitu penilaian yang mencakup proses dan hasil belajar, yang secara bertahap menggambarkan perubahan tingkah laku. Menurut Asari (2000) perilaku pembelajaran matematika yang diharapkan seharusnya adalah sebagai berikut: 1. Pemberian informasi, perintah dan pertanyaan oleh guru mestinya hanya sekitar 10 sampai dengan 30 % selebihnya berasal dari siswa. 2. Siswa mencari informasi, mencari dan memilih serta menggunakan sumber informasi. 3. Siswa mengambil insiatif lebih banyak 4. Siswa mengajukan pertanyaan 5. Siswa berpartisipasi dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran 6. Ada penilaian diri dan ada penilaian sejawat. Dengan demikian pembelajaran matematika yang bermutu akan terjadi jika proses belajar yang dialami siswa dan proses mengajar yang dialami oleh guru adalah efektif. Dalam penilaian, efektifitas proses belajar mengajar haruslah ditinjau keefektifan komponen yang berpengaruh dalam pembelajaran. Misalnya siswa termotivasi untuk belajar, materinya menarik, tujuannya jelas, dan hasilnya dapat dirasakan manfaatnya. Untuk memperoleh kualitas belajar matematika yang optimal perlu didukung oleh kerangka umum kegiatan belajar yang mendukung berlangsungnya proses belajar, yang dikenal sebagai struktur pengajaran matematika. Struktur pengajaran ini memuat 1). Pendahuluan 2). Pengembangan 3). Penerapan 4). Penutup Kesiapan siswa dalam belajar disiapkan guru selama tahap pendahuluan, baik dengan memberikan motivasi, maupun revisi atas kemungkinan bahan yang telah mereka pelajari dengan adanya apersepsi bagi konsep atau prinsip baru yang akan dipelajari dalam tahap kedua. Tahap pengembangan merupakan tahap utama dalam hal siswa belajar materi baru. Sesuai prinsip belajar aktif, maka tahap ini perlu dikembangkan melalui optimalisasi proses pembelajaran, misalnya dengan teknik bertanya, penggunaan lembar kerja siswa, diskusi dan lain sebagainya.
6

Tahap ketiga, penerapan hal-hal yang dipelajari pada tahap kedua, tahap pelatihan serta penggunaan dan pengembangan penalaran telah dipelajari pada tatap muka yang baru berlangsung dan penugasan. Pada kegiatan merangkum pun untuk lebih membelajarkan siswa, guru dapat

mengembangkan teknik bertanya. b) Belajar Matematika Untuk mengatasi dan meningkatkan mutu pendidikan matematika yang selama ini sangat rendah, dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: meningkatkan metode dan kualitas guru agar memiliki dasar yang mantap sehingga dapat mentransfer ilmu dalam mempersiapkan kualitas sumber daya manusia. Secara umum, pendidikan sebenarnya merupakan suatu faktor rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia. Kegiatan tersebut dalam dunia pendidikan disebut dengan kegiatan proses belajar-mengajar yang dipengaruhi oleh faktor yang menentukan keberhasilan siswa. Sehubungan dengan faktor yang menentukan keberhasilan sisiwa dalam belajar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa untuk belajar, yaitu: (1) faktor internal, yaitu yang muncul dari dalam diri sendiri, dan (2) faktor eksternal, yaitu faktor yang muncul dari luar diri sendiri (Slameto1987) Selain itu matematika merupakan suatu disiplin ilmu yang mempunyai kekhususan dibanding dengan disiplin ilmu lainnya yang harus memperhatikan hakekat matematika dan kemampuan siswa dalam belajar. Tanpa memperhatikan faktor tersebut tujuan kegiatan belajar tidak akan berhasil. Seorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu dapat diamati dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama disertai usaha yang dilakukan sehingga orang tersebut dari yang tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya (Hudojo, 1988). Dalam proses belajar matematika, prinsip belajar harus terlebih dahulu dipilih, sehingga sewaktu mempelajari metematika dapat berlangsung dengan lancar, misalnya mempelajari konsep B yang mendasarkan pada konsep A, seseorang perlu memahami lebih dahulu konsep A. Tanpa memahami konsep A, tidak mungkin orang itu memahami konsep B. Ini berarti mempelajari matematika haruslah bertahap dan berurutan serta mendasarkan pada pengalaman belajar yang lalu (Hudojo,1988).

Dalam menjelaskan konsep baru atau membuat kaitan antara materi yang telah dikuasai siswa dengan bahan yang disajikan dalam pelajaran matematika, akan membuat siswa siap mental untuk memasuki persolan-persoalan yang akan dibicarakan dan juga dapat meningkatkan minat dan prestasi siswa terhadap materi pelajaran matematika. Sehubungan dengan hal diatas, kegiatan belajar-mengajar matematika yang terputus-putus dapat mengganggu proses belajar-mengajar ini berarti proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar bila belajar itu sendiri dilakukan secara kontiniu (Hudojo, 1988). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang akan lebih mudah untuk mempelajari sesuatu apabila belajar didasari pada apa yang telah diketahui sebelumnya karena dalam mempelajari materi matematika yang baru, pengalaman sebelumnya akan mempengaruhi kelancaran proses belajar matematika

BAB III METODE PENELITIAN Dengan melihat permasalahan yang akan diteliti, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Adapun alasannya adalah karena permasalahan dalam penelitian ini masih menjadi problema sampai saat ini, yaitu bertujuan untuk ada tidaknya hubungan antara minat bertanya dengan prestasi belajar siswa. Dalam Bab ini lebih lanjut penulis akan menguraikan hal-hal sebagai berikut : A. Subjek Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri 100530 Simundol Kecamatan Dolok Sigompulon. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV. Kelas IV berjumlah 30 orang: lima belas orang siswa perempuan dan lima belas siswa laki-laki. Siswa kelas IV berumur rata-rata antara 9 tahun sampai 10 tahun. Siswa kelas IV SD Negeri 100530 Simundol Kecamatan Dolok Sigompulon memiliki kecerdasan menengah dengan nilai rata-rata kelas 60 untuk pelajaran matematika. Siswa kelas IV berasal dari keluarga prasejahtera, yang orang tuanya rata-rata hanya tamatan SD, SMP bahkan SMU dengan mata usaha wirausaha, berdagang dan ada juga yang PNS. Adapun alasan penulis menjadikan sekolah tersebut sebagai lokasi penelitian adalah dengan pertimbangan bahwa sekolah tersebut berada di Desa Simundol memang dekat dari tempat tinggal penulis sekaligus sekolah tersebut adalah tempat dimana penulis bertugas sebagai pengajar (Guru) di sekolah tersebut. B. Prosedur Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan selama tiga siklus, tetapi yang akan di bahas kali ini hanya 1 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat fase; perencenaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi Teknik analisis data Data merupakan komponen terpenting untuk keperluan suatu penelitian. Berdasarkan data ini lah peneliti dapat menemukan fakta-fakta permasalahannya. Untuk memperoleh data tentunya digunakan alat yang dapat menjaring data yang dibutuhkan. Ada beberapa cara untuk mengambil data, antara lain : wawancara, angket, pengamatan, dan sebagainya. Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah : a. Angket

Angket ini ditujukan kepada siswa yang berbentuk angket tertutup dalam arti bahwa pada setiap pertanyaan telah disediakan alternative jawabannya. Sanafiah faisal menyatakan : Untuk jenis-jenis informasi tertentu, angket tertutup ternyata sangat memuaskan. Angket tertutup mudah di isi, memerlukan waktu yang sangat singkat. Memusatkan pada responden pada persoalan, relative objek juga mudah ditelusuri, serta di analisis. (sanafiah faisal, 1980: 25) Data yang diperoleh dari angket ini masih berapa data kualitatif. Untuk pengujian statistic, maka data ini dirubah menjadi data kwantitatif dengan cara pembabatan. b. Studi Dokumenter Adapun yang penulis maksudkan dengan studi documenter disini adalah, penulis mengumpulkan dafar hasil investasi belajar siswa, dengan mengambil data dari dafatr kumpulan nilai. c. Wawancara Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah atau pun guru yang dimaksudkan hanya untuk mengetahui tentang keadaan sekolah dan usah yang dilakukan untuk memupuk minat para siswa. Data yang diperoleh dari wawancara tidak digunakan untuk pengujian. Tetapi hanya digunakan sebagai data pembanding. d. Organisasi Pengolahan Data Organisasi pengolahan data dalam penelitian ini adalah : 1. Data hasil jawaban angket dianalisa melalui table frekwensi, dimana keseluruhan jumlah frekwensi akan dicari jumlah presentasinya dengan rumus : P = F . 100% N Dimana : P = presentase option yang dijawab responden F = Frekwensi responden yang menjawab option tersebut N = jumlah responden yang dijadikan sampel 2. Mencari nilai korelasi setiap option yang dijawab dengan member bobot penilaian. Untuk option a diberikan bobot 2 Untuk option b deberikan bobot 1 3. Memberikan bobot penilaian terhadap prestasi belajar siswa dalam hal ini siawa yang memperoleh : Nilai rata-rata 7 7,5 diberi bobot 2
10

Nilai rata-rata 6 6,5 diberi bobot 1 4. Mencari hubungan antara dua variable tersebut di atas dengan menggunakan rumus : r xy =

C. Perencanaan Dalam tahap perencanaan peneliti melakukan 3 kegiatan utama; meneliti kelas, menentukan tindakan, membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tindakan. a. Meneliti Kelas Kurangnya hasil belajar siswa pada matematika. Siswa suka makan di ruangan pada saat belajar. Siswa suka ribut dan menganggu teman yang lain Siswa jarang mengulang pelajaran di rumah. Kurangnya pemahaman tentang metematika. Kurangnya aktitivisme dalam pelajaran tanya jawab Siswa kurang refleks terhadap lingkungan

b. Menentukan Tindakan

Menjawab pertanyaan dari guru. Aktif dalam bertanya. Siswa harus mampu berpikir kritis. Mampu dalam menyimpulkan pelajaran. Berani mengemukakan pendapat. Mengerjakan tugas latihan. c. Membuat RPP Tindakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terlampir

11

Bab IV Hasil dan pembahasan A. Prosedur penelitian Sebelum mengadakan penelitian, penulis terlebih dahulu meminta surat izin penelitian dari UT. Selanjutnya penulis menyampaikan surat tersebut kepada kepala Sekolah Dasar Negeri no. 100530 Simundol untuk memperoleh izin mengadakan penelitian di lingkungan Sekolah Dasar Negeri No. 100530 simundol, yaitu dengan menyebar angket kepada siswa di sekolah tersebut. Penyebaran angket kepada siswa dibantu oleh para guru. Dari jumlah angket sebanyak 40 set yang kembali sebanyak 34 set. Namun demikian dari jumlah angket yang kembali tersebut dapat dianggap repsentatif, yaitu 34/40 x 100% = 80%. Pelaksanaan penelitian ini penulis lakukan selama 2 (dua) hari. Setelah angket terkumpul, maka penulis melakukan tabulasi data, kemudian dianalisa dan ditafsirkan untuk mengetahui data mana yang menerima hypotesa dan data mana yang menolak. Demikian prosedur yang ditempuh dalam mengadakan penelitian untuk menyusun skripsi ini, sehingga data ini lebih lanjut dapat disajikan pada uraian berikut.

12

BAB V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan Penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan metode Tanya jawab pada pembelajaran matematika dengan materi pokok bahasan penjumlahan pecahan yang telah dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 100530 Simundol Kecamatan Dolok Sigompulon. Sumber hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran matematika sebelum menggunakan metode Tanya jawab dilaksanakan masih

bersifat monoton, dalam arti tidak ada variasi dalam penyampaian materi pelajaran yang berakibat menurunnya minat dan perhatian siswa pada pembelajaran tersebut. Menurunnya minat tersebut mengakibatkan menurunnya aktifitas belajar siswa yang berpengaruh pada hasil belajar.
2. Proses pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Tanya jawab mendapat kesan

yang baik dari siswa, hal ini terlihat dari adanya siswa yang termotivasi, aktif berdiskusi, dan senang mengikuti proses pembelajaran. Saat kegiatan pembelajaran siswa antusias untuk mengikuti pembelajaran. menggunakan metode Tanya jawab juga telah mengarahkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar yang lebih baik. Terlihat dari respon dalam observasi dan wawancara baik wawancara guru ataupun siswa menjawab senang pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Tanya jawab dan siswa tidak lagi merasa takut atau tegang dalam proses pembelajaran Meningkat.
3. Pembelajaran matematika setelah menggunakan metode Tanya jawab, dapat meningkatkan

kemampuan dan pemahaman siswa dalam operasi penjumlahan bilangan pecahan.

B. Saran Dari beberapa kesimpulan yang diuraikan di atas, maka lebih lanjut penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Kepada pihak sekolah hendaknya dapat menciptakan kondisi yang baik dalam rangka penciptaan suasana belajar yang harmonis dan tenang. Kemudian, hendaknya pihak pimpinan sekolah dapat menambah koleksi-koleksi buku untuk memenuhi kebutuhan minat baca siswanya.

13

2. Kepada para Guru hendaknya terus memotivasi para siswanya untuk mempunyai minat bertanya atau keingintahuan yang tinggi. Seperti misalnya dengan memberikan contohcontoh permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan sesuai dengan mata pelajaran yang di ajarkan oleh guru mata pelajarannya. 3. Kepada para siswa agar dapat menyadari bahwa dengan bertanya kepada guru akanmembuka cakrawala baru dalam menambah wawasan ke ilmuan dan pengalaman yang pada akhirnya akan dapat diperoleh prestasi belajar yang baik.

14

Daftar Pustaka

Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Depdikbud. Jakarta Hudoyo, 1988. Proses Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung. Hamanik, 1975. Proses Belajar adalah Pengalaman dan Latihan. Jakarta. Ke Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta. Erlangga Muhibin syah, 1995. Belajar Matematika. Bandung. Oemar Hamanik, 1989. Media Pembelajaran. Bandung. Slameto, 1991. Teori-Teori Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta Suryosubroto,B.1997. Proses Belajar Mengajar Matematika. Jakarta. Rineka Cipta.

15

Anda mungkin juga menyukai