Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK II

Percobaan ke / Judul : 2 / Penentuan berat molekul berdasarkan pengukuran berat jenis gas Tanggal Percobaan : 12 Maret 2012

Kelompok : II A Nama NIM Asisten NIM : Okbar Suriaman : 1007035054 : Dwi Fitria S. : 0907035030

LABORATORIUM ANALITIK, ANORGANIK DAN FISIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2012

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Setiap zat terdiri dari partikel partikel yang sangat kecil (atom, molekul, ion). Partikel - partikel ini senantiasa bergerak dan karenanya memiliki energi kinetik. Kecepatan gerak partikel partikel ini bergantung pada suhu dan keadaan fisik zat (gas, cair, atau padat). Atom atau molekul pada gas terletak saling berjauhan. Berbeda dengan gas, pada cairan atom atau molekul sangat berdekatan, tapi tidak saling bersinggungan. Gas terdiri atas molekul - molekul yang bergerak menurut jalan - jalan yang lurus ke segala arah, dengan kecepatan yang sangat tinggi. Molekul molekul gas ini selalu bertumbukan dengan molekul molekul yang lain atau dengan dinding bejana. Tumbukan terhadap dinding bejana inilah yang menyebabkan adanya tekanan. Volume molekul - molekul gas sangat kecil bila dibandingkan dengan volume yang ditempati gas tersebut, sehingga banyak ruang yang kosong antar molekulnya. Hal ini menyebabkan gas mempunyai rapat massa yang lebih kecil, jika dibandingkan dengan cairan atau padatan, dan bersifat mudah ditekan. Jika suatu cairan mudah menguap dengan suhu didih kurang dari 100 , ditempatkan dalam labu erlenmeyer tertutup dan berlubang kecil, maka cairan akan keluar melalui lubang - lubang kecil. Berdasarkan teori tersebut maka dilakukan percobaan penentuan massa molekul berdasarkan massa jenis zat ini.

1.2 Tujuan percobaan Mengetahui massa erlenmeyer beserta aluminium foil dan karet gelang Mengetahui massa erlenmeyer saat dimasukkan CHCl3 5 mL Mengetahui jumlah suhu pada saat erlenmeyer dimasukkan dalam penangas dalam proses penguapan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekulnya sangat berjauhan satu sama lain sehingga hampir tidak ada gaya tarik menarik atau tolak menolak diantara molekul-molekulnya sehingga gas akan mengembang dan mengisi seluruh ruang yang ditempatinya, bagaimana pun besar dan bentuknya. Untuk memudahkan mempelajari sifat-sifat gas ini baiklah dibayangkan adanya suatu gas ideal yang mempunyai sifat-sifat : a. Tidak ada gaya tarik menarik di antara molekul-molekulnya. b. Volume dari molekul-molekul gas sendiri diabaikan. c. Tidak ada perubahan enersi dalam (internal energy = E) pada pengembangan. Sifat-sifat ini didekati oleh gas inert (He, Ne, Ar dan lain-lain) dan uap Hg dalam keadaan yang sangat encer. Gas yang umumnya terdapat di alam (gas sejati) misalnya: N2, O2, CO2, NH3 dan lain-lain sifat-sifatnya agak menyimpang dari gas ideal. Densiti dari gas dipergunakan untuk menghitung berat molekul suatu gas, ialah dengan cara membendungkan suatu volume gas yang akan dihitung berat molekulnya dengan berat gas yang telah diketahui berat molekulnya (sebagai standar) pada temperatur atau suhu dan tekanan yang sama. Densiti gas diidenfinisikan sebagai berat gas dalam gram per liter. Untuk menentukan berat molekul ini maka ditimbang sejumlah gas tertentu kemudian diukur PV dan Tnya. Menurut hukum gas ideal : PV = nRT Bila gas ideal sifat-sifatnya dapat dinyatakan dengan persamaan yang sederhana ialah PV = n R T, maka sifat-sifat gas sejati hanya dapat dinyatakan dengan persamaan, yang lebih kompleks lebih-lebih pada tekanan yang tinggi dan temperatur yang rendah. Bila diinginkan penentuan berat molekul suatu gas secara teliti maka hukum-hukum gas ideal dipergunakan pada tekanan yang rendah.

Tetapi akan terjadi kesukaran ialah bila tekanan rendah maka suatu berat tertentu dari gas akan mempunyai volume yang sangat besar. Untuk suatu berat tertentu bila tekanan berkurang volume bertambah dan berat per liter berkurang. Densiti yang didefinisikan dengan W/V berkurang tetapi perbandingan densiti dan tekanan d/p atau W/pV akan tetap, sebab berat total W tetap dan bila gas dianggap gas ideal pV juga tetap sesuai dengan persamaan berikut : PV = RT M = R T = (d/p)o R T Suatu aliran dari udara kering yang bersih dilewatkan cairan yang diukur tekanan uapnya. Ketelitian dari pengukuran ini tergantung pada kejenuhan udara tersebut. Untuk menjamin kejenuhan ini maka udara dilewatkan cairan tersebut secara seri. Bila V adalah volume dari w gram cairan tersebut dalam keadaan uap, M berat mol cairan dan tekanan uap dari cairan tersebut pada temperatur T maka tekanan uap dapat dihitung dengan hukum gas ideal : P = () RT (Respati, 1992). Hukum gabungan gas untuk suatu sampel gas menyetakan bahwa perbandingan PV/T adalah konstan = konstan. Sebenarnya untuk gas-gas real (nyata) seperti metana (CH3) dan oksigen dilakukan pengukuran secara cermat, ternyata hal ini tidak benar betul. Gas hipotesis yang dianggap akan mengikuti hukum gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan hukum gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan disebut gas ideal. Gas nyata akan menyimpang dari sifat gas ideal.. Pada tekanan yang relatif rendah termasuk pada tekanan atmosfer serta suhu yang tinggi, semua gas akan menempati keadaan ideal sehingga hukum gas gabungan dapat dipakai untuk segala macam gas yang digunakan (Brady, 1999). Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatil. Dalam hal ini menyarankan konsep gas ideal, yakni gas yang akan mempunyai sifat sederhana yang sama dibawah kondisi yang sama (Haliday, 1978).

Persamaan yang menghubungkan langsung massa molekul gas dengan rapatannya dapat diturunkan dari hukum gas ideal. Jika jumlah mol suatu gas dapat diketahui dengan membagi massanya dalam gram dengan massa molekulnya. Bila dimasukan dalam hukum gas ideal menghasilkan : PV = R T Rapatan (d) adalah perbandingan antara massa (berat) terhadap volume, (g/V). Maka persamaan dapat ditulis : M = d (Brady, 1999). Kloroform dapat menyebabkan iritasi ringan pada kulit, mata, dan pernapasan. Kloroform juga dapat mempengaruhi system saraf tengah, system kardiovaskular, liver bahkan kanker sekalipun. Dalam konsentrasi tinggi pada obat bius dapat menyebabkan ketidaksadaran dan bahkan kematian. Karena sifatnya yang mudah menguap, maka uapnya dapat menyebabkan rasa sakit dan iritasi pada mata. Apabila pada saat melakukan percobaan terkena dampaknya maka harus segera dilakukan pertolongan pertama untuk meminimalisir dampaknya. Seperti halnya apabila terhirup maka sebaiknya menghirup udara segar dengan sesegera mungkin. Apabila sampai tertelan maka pertolongan pertama yang dapat diberikan adalah meminum air senyak mungkin, dan apabila terjadi kontak langsung pada kulit maka segera mungkin membasuh kulit dengan air sebanyak mungkin sedikitnya selama 15 menit sambil melepas pakaian dan sepatu yang tercemar. Dan basuh mata dengan air bersih sebanyak mungkin apabila terjadi kontak pada mata. Empat sifat dasar yang menentukan tingkah laku fisis gas adalah banyaknya molekul gas, volume gas, suhu, dan tekanan. Dari nilai-nilai numeris tiga besaran yang diketahui, tentunya dapat dihitung nilai besaran keempat. Perhitungan ini bisa diselesaikan melalui persamaan matematis yang disebut persamaan keadaan (equation of state) (Petrucci, 1999).

Berdasarkan percobaan, telah didapat bahwa setiap gas memenuhi ketiga hukum gas sederhana, dan juga memenuhi persamaan (1). Gas seperti itu disebut gas ideal, dan persamaan (1) dikenal sebagai persamaan gas ideal. Gas nyata hanya dapat mendekati perilaku yang memenuhi persamaan gas (Petrucci,1999). Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatil. Dalam hal ini menyarankan konsep gas yang akan mempunyai sifat sederhana yang sama dibawah kondisi yang sama (Halliday, 1978). Bila gas ideal sifat-sifatnya dapat dinyatakan dengan persamaan yang sederhana ialah PV = n R T, maka sifat-sifat gas sejati hanya dapat dinyatakan dengan persamaan, yang lebih kompleks lebih-lebih pada tekanan yang tinggi dan temperatur yang rendah. Bila diinginkan penentuan berat molekul suatu gas secara teliti maka hukum-hukum gas ideal dipergunakan pada tekanan yang rendah (Bird, 1997). Tetapi akan terjadi kesukaran ialah bila tekanan rendah maka suatu berat tertentu dari gas akan mempunyai volume yang sangat besar.. Untuk suatu berat tertentu bila tekanan berkurang volume bertambah dan berat per liter berkurang. Densiti yang didefinisikan dengan W/V berkurang tetapi perbandingan densiti dan tekanan d/p atau W/pV akan tetap, sebab berat total W tetap dan bila gas dianggap gas ideal pV juga tetap sesuai dengan persamaan berikut : PV = RT M = R T = (d/p)o R T Suatu aliran dari udara kering yang bersih dilewatkan cairan yang diukur tekanan uapnya. Ketelitian dari pengukuran ini tergantung pada kejenuhan udara tersebut. Untuk menjamin kejenuhan ini maka udara dilewatkan cairan tersebut secara seri. Bila V adalah volume dari w gram cairan tersebut dalam keadaan uap, M berat mol cairan dan tekanan uap dari cairan tersebut pada temperatur T maka tekanan uap dapat dihitung dengan hukum gas ideal : P = () RT (Respati, 1992).

Hukum gabungan gas untuk suatu sampel gas menyetakan bahwa perbandingan PV/T adalah konstan = konstan Sebetulnya untuk gas-gas real (nyata) seperti metana (CH3) dan oksigen dilakukan pengukuran secara cermat, ternyata hal ini tidak benar betul. Gas hipotesis yang dianggap akan mengikuti hukum gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan hukum gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan disebut gas ideal. Gas nyata akan menyimpang dari sifat gas ideal.. Pada tekanan yang relatif rendah termasuk pada tekanan atmosfer serta suhu yang tinggi, semua gas akan menempati keadaan ideal sehingga hukum gas gabungan dapat dipakai untuk segala macam gas yang digunakan (Brady, 1999). Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa volatil. Dalam hal ini menyarankan konsep gas ideal, yakni gas yang akan mempunyai sifat sederhana yang sama dibawah kondisi yang sama (Haliday, 1978). Hukum Keadaan Standar Untuk melakukan pengukuran terhadap volume gas, diperlukan suatu keadaan standar untuk digunakan sebagai titik acuan. Keadaan ini yang juga dikenal sebagai STP (Standart Temperature and Pressure) yaitu keadaan dimana gas mempunyai tekanan sebesar 1 atm (760 mmHg) dan suhu C (273,15 K). Satu mol gas ideal, yaitu gas yang memenuhi ketentuan semua hukum-hukum gas akan mempunyai volume sebanyak 22,414 liter pada keadaan standar ini. Hukum Gas Ideal Definisi mikroskopik gas ideal, antara lain: Suatu gas yang terdiri dari partikel-partikel yang dinamakan molekul. Molekul-molekul bergerak secara serampangan dan memenuhi hukumhukum gerak Newton. Jumlah seluruh molekul adalah besar Volume molekul adalah pecahan kecil yang diabaikan dari volume yang ditempati oleh gas tersebut. Tidak ada gaya yang cukup besar yang beraksi pada molekul tersebut kecuali selama tumbukan.

Tumbukannya elastik (sempurna) dan terjadi dalam waktu yang sangat singkat.

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN


3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Erlenmeyer Neraca analitik Jarum Hot plate Thermometer Desikator Gelas ukur Pipet volume Botol semprot 3.1.2 Bahan CHCl3 5 mL Karet gelang Aluminium foil Silica gel Aquades 3.2 Prosedur percobaan Ditutup labu erlenmeyer kosong dengan aluminium foil Dikencangkan tutup tersebut dengan karet Ditimbang labu erlenmeyer beserta aluminium foil dan karet gelang Dimasukkan 5 mL CHCl3 Ditutup kembali erlenmeyer dengan aluminium foil Dikencangkan kembali dengan karet gelang erat - erat Ditimbang kembali erlenmeyer Dilubangi aluminium foil dengan sebuah jarum Dimasukkan dalam penangas air sampai menguap

Dicatat suhu penangas tersebut Di lap dinding luar labu erlenmeyerdimasukkan ke dalam desikator sampai mengembun Ditimbang kembali erlenmeyer Di isi akuades ke dalam erlenmeyer sampai penuh Ditimbang labu erlenmeyer

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Tabel Pengamatan Perlakuan Ditutup labu erlenmeyer kosong dengan aluminium foil Dikencangkan tutup tersebut dengan karet gelang Ditimbang labu erlenmeyer beserta aluminium foil dan karet gelang Dimasukkan 5 mL CHCl3 Ditutup kembali erlenmeyer tersebut dengan aluminiu foil Dikencangkan kembali dengan karet gelang erat - erat Ditimbang kembali erlenmeyer Dilubangi aluminium foil dengan jarum Dimasukkan dalam penangas air Sampai menguap Dicatat suhu penangas tersebut Di lap dinding luar labu erlenmeyer Dimasukkan dalam desikator sampai mengembun Ditimbang labu erlenmeyer Di isi akuades ke dalam erlenmeyer sampai penuh Massa = 74,75 gr Massa volatile = 0,2 gr T = 78 + 273K = 351 Massa = 81,01 gr dan Massa volatile = 6,46 gr Massa = 74,55 gr Pengamatan

Ditimbang

Massa = 218,77(Massa erlenmeyer kosong = 73,51 gr dan massa air murni = 145,26 gr

4.2 Perhitungan 4.2.1 Perhitungan berat molekul secara praktek P. Bmx = mx . R . T Verlenmeyer P = tekanan gas dalam atm Bm = berat molekul dalam gr/mol mx = massa dalam gram R = konstanta dalam gas = 0,08206 atm.L/mol.K T = temperature dalam Kelvin V = volume erlenmeyer dalam liter Jadi, P = 1 atm R = 0,08206 atm L/mol. K T = 780C = 3510K mx = 6,46 gr air dalam erlenmeyer = 0,9957 g/liter

Verlenmeyer = massa air dalam erlenmeyer air dalam erlenmeyer

= [ (massa erlenmeyer dan air)- (massa erlenmeyer) ] air dalam erlenmeyer = 218,77 73,51 0,9957 = 145,26 0,9957 = 145,8873 liter Sehingga, P. Bmx = mx. R. T Verlenmeyer

= 6,46 . 0,08206. 351 145,8873 = 186,0677676 145,8873 = 1,275 atm 4.2.2 Faktor koreksi Suhu kamar = 250C Log P uap = 6,90328 1163,03 / (227,4 + T) = 6,90328 1163,03 / (227,4 + 25) = -1156,12672 / 252,4 = -4,58053 P uap = 0,66091 mmHg

=0,66091mmHg 760 = 0,00087 atm 4.2.3 Menghitung massa udara yang menjadi faktor koreksi Puap = 0,00087 atm Bmuap = 28,8 g/mol Verlenmeyer = 145,8873 L T = 250C = 2980K Puap . Bm 0,00087 . 28,8 = Muap Verlenmeyer = Muap = Muap . 145,8873 Muap = 0,1495 gram . 0,08206 . 2980K 145,8873 0,025056 24,45388 .R.T

Sehingga massa yang perlu ditambahkan pada mx adalah Mx = massaembun + massauap = 0,2 gr + 0,1495 gr = 0,3495 gr P. Bmx = Mx . R. T Verlenmeyer 1 atm. Bmx = 0,3495 . 0,08206. 298 145,8873 = 8,54463106 145,8873 = 0,0585 g/mol 4.2.4 perhitungan Bm secara teori Mr CHCl3 = Ar C + Ar H + ( 3. Ar Cl ) = 12 + 1 + ( 3. 36 ) = 121 g/mol

4.3 Pembahasan Prinsip pada percobaan ini yaitu Sejumlah tertentu zat cair yang akan di tentukan berat molekulnya, dipanaskan dan ditimbang agar tekanan uapnya sama dengan atmosfir dan dapat diketahui berat zat yang menguap, serta dapat diketahui volume gas tersebut, dimana volume gas yang menguap = volume wadah. Sehingga dapat ditentukan berat molekulnya dengan persamaan hukum gas ideal. Persamaannya yaitu : PV = n.R.T Dalam percobaan ini digunakan beberapa reagen yang berfungsi sebagai berikut : Aquadest, larutan yang digunakan untuk menentukan volume dari labu erlenmeyer dengan baik dan benar. CHCl3, yaitu senyawa volatile yang akan ditentukan berat molekulnya berdasarkan pengukuran dari berat jenis gas. Adapun fungsi perlakuan dalam percobaan ini, yaitu penutupan erlenmeyer dengan aluminium foil, hal ini dilakukan larutan atau senyawa volatile yang berada di dalam erlenmeyer tidak menguap, pengencangan dengan karet gelang yang berguna agar aluminium foil yang berada di mulut erlenmeyer (penutup) dapat menjadi penutup yang kokoh, pemberian lubang kecil pada tutup aluminium foil yang berguna agar dalam proses penguapan saat pemanasan dapat berlangsung secara optimal, perendaman pada erlenmeyer yang berguna untuk menaikkan suhu agar larutan dapat menguap dengan sempurna. Pengeringan pada erlenmeyer berguna agar tidak terdapat air pada dinding erlenmeyer, dan selanjutnya erlenmeyer dimasukkan ke dalam desikator, agar udara (hidrat) yang terdapat di dalam erlenmeyer terkondensasi kembali, dan dapat diperoleh senyawa volatile yang diinginkan. Faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada percobaan ini ialah kurangnya ketelitian saan proses penimbangan, alat yang digunakan kurang steril, dan pada saat pengukuran suhu, yang terukur mungkin bukan larutannya tetapi suhu tubuh praktikan. Dalam percobaan ini, pertama - tama langkah yang harus dilakukan yaitu penutupan labu erlenmeyer kosong dengan aluminium foil, dan dikencangkan

tutup tersebut dengan karet gelang. Kemudian labu erlenmeyer beserta aluminum foil dan katet gelang ditimbang dan diperoleh massa = 74,55 gr. Selanjutnya dimasukkan 5 mL CHCl3 pada erlenmeyer dan ditutup kembali erlenmeyer tersebut dengan aluminium foil dan dikencangkan kembali dengan karet gelang erat - erat, dan ditimbang kembali erlenmeyer. Selanjutnya dilubangi aluminium foil dengan jarum dan saat penimbangan, diperoleh massa = 81,01 gr dan massa volatile = 6,46 gr. Setelah melalui proses penimbangan, erlenmeyer tersebut dimasukkan dalam penangas air sampai menguap kemudian dicatat suhu penangas tersebut, sehinnga diperoleh T = 78 + 273K = 351 . Setelah melalui proses

perendaman pada penangas air, dinding labu erlemeyer di lap dan dimasukkan ke dalam desikator sampai mengembun. Kemudian ditimbang labu erlenmeyer dan diperoleh massa = 74,75 gr dan massa volatile = 0,2 gr. Selanjutnya di isi akuades ke dalam erlenmeyer sampai penuh dan ditimbang erlenmeyer tersebut, sehingga diperoleh massa = 218,77 (massa erlenmeyer kosong = 73,51 gr dan massa air murni = 145,26 gr). Dalam percobaan ini digunakan faktor koreksi yang berguna untuk mengetahui suatu udara yang tidak dapat masuk kembalike dalam labu erlenmeyer karena terdapatnya uap cairan yang tidak mengembun. Gas ideal adalah gas yang memenuhi syarat atau asumsi-asumsi sebagai berikut 1. Gas ideal terdiri dari partikel-partikel (atom-atom maupun molekul-molekul) dalam jumlah yang banyak sekali. 2. Ukuran partikel gas sangat kecil dibanding dengan bejana sehingga dapat diabaikan 3. Setiap partikel gas selalu bergerak dengan arah sembarang (acak) 4. Partikel gas terdistribusi merata pada seluruh ruangan dalam bejana 5. Pada partikel gas berlaku hukum - hukum Newton tentang gerak 6. Setiap tumbukan antar partikel dengan dinding terjadi tumbukan lenting sempurna.

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan Massa erlenmeyer beserta aluminium foil dan karet gelang dalam penimbangan diperoleh massa = 74,55 gr. Massa erlenmeyer saat dimasukkan 5 mL CHCl3 yaitu 81,01 gr. Jumlah suhu yang diperoleh pada saat erlenmeyer dimasukkan dalam penangas yaitu 78 + 273K = 351 .

5.2 Saran Selain menggunakan CHCl3, sebaiknya dalam percobaan ini digunakan juga reagen lain seperti aseton, agar dapat dibandingkan perbedaan dari berat molekulnya.

DAFTAR PUSTAKA
Bird, Tonny. 1997. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta : PT. Gramedia Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Jilid 1, edisi kelima. Jakarta : Binarupa Aksara Halliday dan Resnick. 1978. Fisika Jilid I. Jakarta : Erlangga Respati. 1992. Dasar-Dasar Ilmu Kimia Untuk Universitas. Yogyakarta : Rineka Cipta Petrucci. 1999. Kimia Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai