Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN IPTEK DAN DAMPAKNYA PADA PROGRAM DESA VOKASI

Sunyoto, Boenasir, Rahmat Doni Widodo


Jurusan Teknik Mesin FT Unnes, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Email: sonyoto@yahoo.com

Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang persepsi, respons, pelaksanaan program desa vokasi, khususnya pada aspek penerapan Iptek, serta dampaknya terhadap pengurangan pengangguran, kemiskinan, dan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, dengan populasi masyarakat yang terpilih sebagai desa vokasi di Jawa Tengah sejak tahun 2009. Sampel dipilih secara purposive sampling, dengan memilih dua desa di Kabupaten Pemalang (mewakili wilayah pedesaan) dan dua kelurahan di Kota Semarang (mewakili wilayah perkotaan). Data dikumpulkan dengan metode angket, didukung metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Persepsi masyarakat terhadap program desa vokasi tergolong sangat baik (91,11%), 2) Respons masyarakat terhadap pelaksanaan program desa vokasi cukup bagus (92,21%), 3) Sebagaian besar UKM telah mendapatkan bantuan teknologi (mesin dan peralatan) guna meningkatkan kualitas dan kapasitas produksinya, dan 4) Dampak program desa vokasi menurut penilaian masyarakat cukup bagus (74,44%) dan sebanyak 7,77% menyatakan dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Kata kunci: Iptek, desa vokasi, dampak

A. PENDAHULUAN Desa vokasi merupakan program pemerintah provinsi Jawa Tengah yang dirintis sejak tahun 2009 di 105 desa di seluruh kabupaten/kota. Tujuan program ini adalah untuk mengurangi pengangguran, mengentaskan kemiskinan, dan menyejahterakan masyarakat. Program desa vokasi ini di bawah koordinasi Dinas Pendidikan c.q. Bidang Pendidikan Non Formal bekerjasama dengan perguruan tinggi dan pihak lain, diantaranya Kadin Jateng. Pihak perguruan tinggi yang digandeng antara lain Universitas Negeri Semarang. Ditargetkan pada tahun 2013 dapat dibentuk 245 desa vokasi di Jawa Tengah. Hingga saat ini sudah terbentuk 140 desa vokasi, dan pada tahun 2011 ini akan ditambah lagi 35 desa vokasi. Bagi desa yang terpilih dalam program desa vokasi akan mendapatkan pembinaan dan bantuan dalam bentuk pendidikan dan keterampilan kecakapan hidup (life skill). Walaupun program desa vokasi sudah digulirkan dua tahun yang lalu, namun belum semua pihak terkait (stakeholder) dan masyarakat memahami visi, misi dan tujuan
Sunyoto, Boenasir, Rahmat Doni Widodo

27

DIAN MAS, Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 diadakannya desa vokasi. Bagaimana konsep desa vokasi dan implementasinya di lapangan harus dipahami semua pihak terkait. Jangan sampai terjadi miskonsepsi dan mispresepsi tentang desa vokasi. Hal ini penting untuk disadari semua pihak sehingga jangan sampai konsep yang bagus tidak dapat terlaksana dengan baik karena terjadi miskonsepsi dan mispersepsi di antara pihak-pihak terkait, termasuk dengan pelaku di lapangan dan masyarakat sebagai sasaran program. Selain masalah pemahaman konsep desa vokasi, penting untuk dilakukan evaluasi bagaimanakah program tersebut berjalan dan bagaimanakah dampaknya bagi masyarakat yang terpilih sebagai desa vokasi. Mengingat program ini sudah digulirkan sejak dua tahun yang lalu, maka evaluasi kegiatan sudah dapat dilakukan, terutama terhadap desa yang sudah terpilih sejak pertama kali program ini digulirkan. Kegiatan desa vokasi meliputi beberapa bidang, antara lain kelompok belajar usaha, taman bacaan masyarakat, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan keaksaraan, dan pendidikan kesetaraan. Dalam penelitian ini akan difokuskan pada kajian dari sisi penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Sebagaimana tujuan utama program ini, yaitu untuk mengurangi pengangguran, mengentaskan kemiskinan, dan menyejahterakan masyarakat, maka tidak akan lepas dari Iptek. Untuk mejadikan masyarakat terdidik dan terampil dalam usaha tertentu diperlukan Iptek, misalnya bagaimana cara atau langkah-langkah membuat produk tertentu (teknologi proses). Untuk menunjang usaha atau produksi juga tidak lepas dari penggunaan mesin dan alat (termasuk teknologi tepat guna TTG), sehingga usahanya berjalan efektif dan efisien. Terdapat benang merah atau rangkaian yang tidak bisa dilepaskan antara pengangguran, kemiskinan, kesejahteraan, dan Iptek. Masyarakat dikatakan sejahtera apabila sudah terlepas dari belenggu kemiskinan. Kemiskinan dapat dihindari minimal apabila masyarakat mendapatkan pekerjaan yang layak atau tidak menganggur. Untuk dapat bekerja dengan layak, masyarakat harus mempunyai bekal pendidikan dan keterampilan yang cukup (life skill). Dalam setiap aktivitas pekerjaan, yang menghasilkan jasa atau produk, agar mempunyai nilai tambah yang tinggi mutlak diperlukan Iptek. Peranan usaha atau industri kecil-menengah (UKM/IKM) dalam pembangunan ekonomi nasional sudah tidak diragukan lagi. Pengakuan ini semakin kuat semenjak krisis 28
Sunyoto, Boenasir, Rahmat Doni Widodo

Penerapan Iptek dan Dampaknya pada Program Desa Vokasi

ekonomi melanda Indonesi tahun 1997, dimana banyak industri besar dengan cirinya yang padat modal, dengan teknologi modern/impor banyak yang bangkrut dan mem-PHK karyawan, justru UKM/IKM mampu bertahan dan tumbuh dengan banyak menyerap tenaga kerja. UKM/IKM ini umumnya bersifat padat karya dan menggunakan teknologi yang lebih sederhana atau Teknologi Tepat Guna (TTG) Hal ini sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa pembangunan ekonomi nasional suatu bangsa, industri tidak hanya bertumpu pada perusahaan besar, multinasional, tetapi juga bertumpu pada industri kecil dengan menggunakan Teknologi Tepat Guna (TTG) yang cocok dengan kondisi lokal (LIPI, 1998: 1). Dalam konteks penerapan Iptek atau TTG, kiranya perlu disamakan dulu persepsi atau pengertian tentang teknologi tepat guna. Sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 1992 tentang Pemasyarakatan dan Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna di Pedesaan, yang dimaksud Teknologi Tepat Guna adalah teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bersifat dinamis, sesuai dengan kemampuan, tidak merusak lingkungan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam meningkatkan nilai tambah (pasal 1). Sejalan dengan pengertian di atas, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan oleh para perencana dan pelaksana program, antara lain: 1) pilihan bentuk teknologi harus diputuskan oleh warga desa atau pengguna sendiri, 2) adat, kebiasaan, agama, dan sosial budaya setempat, 3) pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin yang biasanya sukar diubah, 4) terjaminnya perlengkapan atau jasa perawatan yang diperlukan, serta 5) TTG yang berhasil perlu diperkenalkan ke daerah lain (Depdagri, 1982: 14-15). Penerapan Iptek dan konteks program desa vokasi, penting untuk diketahui bagaimanakah persepsi dan respons masyarakat terhadap program desa vokasi. Selain itu akan diungkap pula sejauhmana penerapan Iptek dalam program desa vokasi dan bagaimana dampaknya terhadap pengurangan pengangguran, kemiskinan, dan

kesejahteraan masyarakat.

Sunyoto, Boenasir, Rahmat Doni Widodo

29

DIAN MAS, Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama menggambarkan dan menginterprestasikan objek sesuai dengan apa adanya. Sebagai populasi penelitian adalah masyarakat yang terpilih sebagai desa vokasi di Jawa Tengah sejak tahun 2009 hingga tahun 20110, atau yang telah melaksanakan program desa vokasi selama minimal satu tahun. Jumlah desa vokasi pada awal program sebanyak 105 desa dan pada tahun 2010 sebanyak 35 desa, atau total sebanyak 140 desa. Sampel dipilih secara purposive sampling, dengan memilih dua desa di Kabupaten Pemalang (mewakili wilayah pedesaan) dan dua kelurahan di Kota Semarang (mewakili wilayah perkotaan). Data dikumpulkan dengan metode angket, dengan didukung melalui metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang dihasilkan dari angket dianalisis menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Sedangkan data yang bersifat kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara dan studi dokumen dianalisis dengan teknik analisis data kualitatif model interaktif.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini sebagai sampel terdapat dua wilayah desa vokasi, yaitu di Kota Semarang mewakili wilayah perkotaan dan Kabupaten Pemalang mewakili wilayah pedesaan. Di kota Semarang dipilih dua kelurahan, yaitu kelurahan Kedungmundu dan Wonolopo. Sedangkan di Kabupaten Pemalang dipilih Desa Belik dan Wonokromo. Semua wilayah sampel desa vokasi telah melaksanakan desa vokasi sejak tahun 2009. Dengan demikian pelaksanaan penelitian yang bersifat evaluasi ini cukup relevan. Di bawah ini disajikan beberapa tabel yang mengungkap hal-hal yang terkait dengan program desa vokasi di wilayah yang dijadikan objek penelitian.

30

Sunyoto, Boenasir, Rahmat Doni Widodo

Penerapan Iptek dan Dampaknya pada Program Desa Vokasi

Tabel 1. UKM Program Desa Vokasi


Kabupaten/Kota Semarang Desa/Kelurahan Kedungmundu Wonolopo UKM Pembuatan Sandal Budidaya Ikan Gurami Budidaya Ikan Lele Pembuatan Pupuk Organik Menjahit Pembuatan Alat Peraga Edukatif (APE) Pembuatan Kaligrafi dan Lukisan Pembuatan Pupuk Organik Rias Pengantin Ketua Kelompok Rusnaedi Yeni Hutanto Sudarsono Isak Sagito Haniyah M. Sugeng, ST Sugiyono Drs. Masruchin Ahmadi Kaeni

Pemalang

Belik Wonokromo

Tabel 2. Kondisi Iptek pada UKM


Desa/ Kelurahan Kedungmundu UKM Pembuatan Sandal Budidaya Ikan Gurami Wonolopo Budidaya Ikan Lele Mesin/Alat Mesin potong, gunting, dll. Mesin pompa air Keterangan Kondisi bagus, bantuan pemerintah Kondisi baik, milik kelompok Mesin milik pribadi, 3 kondisi baik, 1 rusak Kapasitas prod 5 ton/bln. Mesin sementara tidak produksi karena rusak Kondisi baik, Bantuan pemerintah dan milik sendiri Milik kelompok, kualitas sedang Bantuan pemerintah dan milik sendiri Kondisi bagus, milik kelompok Harapan Ada bantuan permodalan Ada inovasi pakan ikan yg murah, pelatihan Iptek Perlu pendampingan usaha Ada bantuan mesin dan tempat usaha

Mesin pompa air

Pembuatan Pupuk Organik

Menjahit

Belik

Pembuatan Alat Peraga Edukatif (APE) Pembuatan Kaligrafi dan Lukisan Pembuatan Pupuk Organik

Mesin giling/penghancur, Cangkul, sekop, cetok, ayakan Mesin jahit biasa & cepat (juki), over deck 15 mesin

Ada bantuan pemasaran produk Ada bantuan pemasaran produk Peningkatan kualitas Perlu tambahan peralatan

Mesin bubut, pahat, ketam Mesin pencacah rumput, pengolah pupuk organik, genset 1 set peralatan rias

Wonokromo

Rias Pengantin

Kondisi baik, milik pribadi dan bantuan

Ada bantuan permodalan

Sunyoto, Boenasir, Rahmat Doni Widodo

31

DIAN MAS, Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 Tabel 3. Pemahaman tentang Program Desa Vokasi
Desa/ Kelurahan Kedungmundu Wonolopo UKM Pembuatan Sandal Budidaya Ikan Gurami Budidaya Ikan Lele Pembuatan Pupuk Organik Menjahit Pembuatan Alat Peraga Edukatif (APE) Pembuatan Kaligrafi dan Lukisan Pembuatan Pupuk Organik Rias Pengantin Rata-rata Pemahaman/Pengetahuan Paham Kurang Tidak tahu 80% 60% 100% 100% 100% 80% 100% 100% 100% 91,11% 10% 20% 0% 0% 0% 20% 0% 0% 0% 5,55% 10% 20% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 3,33%

Belik Wonokromo

Tabel 4. Respons tentang Program Desa Vokasi


Desa/ Kelurahan Kedungmundu Wonolopo UKM Pembuatan Sandal Budidaya Ikan Gurami Budidaya Ikan Lele Pembuatan Pupuk Organik Menjahit Pembuatan Alat Peraga Edukatif (APE) Pembuatan Kaligrafi dan Lukisan Pembuatan Pupuk Organik Rias Pengantin Rata-rata Sangat setuju 40% 20% 0% 60% 80% 50% 10% 80% 80% 46,66% Respons/Tanggapan Setuju Kurang setuju 50% 10% 70% 10% 90% 10% 40% 0% 20% 0% 40% 0% 60% 20% 20% 45,55% 20% 0% 0% 5,55% Tidak setuju 0% 0% 0% 0% 0% 10% 10% 0% 0% 2,22%

Belik Wonokromo

Tabel 5. Dampak Program Desa Vokasi


Desa/ Kelurahan Kedungmundu Wonolopo UKM Pembuatan Sandal Budidaya Ikan Gurami Budidaya Ikan Lele Pembuatan Pupuk Organik Menjahit Pembuatan Alat Peraga Edukatif (APE) Pembuatan Kaligrafi dan Lukisan Pembuatan Pupuk Organik Rias Pengantin Rata-rata Sangat meningkat 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% Respons/Tanggapan Cukup Sama Meningkat saja 30% 50% 60% 20% 40% 50% 100% 0% 100% 0% 80% 0% 60% 100% 100% 74,44% 40% 0% 0% 17,77% Menurun 20% 20% 10% 0% 0% 20% 0% 0% 0% 7,77%

Belik Wonokromo

32

Sunyoto, Boenasir, Rahmat Doni Widodo

Penerapan Iptek dan Dampaknya pada Program Desa Vokasi

Berdasarkan hasil yang telah disampaikan pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa program desa vokasi cukup membantu aktivitas usaha ekonomi masyarakat berdasarkan potensi masing-masing desa maupun keterampilan yang dimiliki warga. Hal ini terlihat dari jenis usaha yang cukup bervariasi. Jenis usaha di desa maupun di kota tidak terdapat perbedaan yang mencolok. Sebagai contoh, usaha pembuatan pupuk organik terdapat di wilayah desa (Desa Belik, Kab. Pemalang) maupun kota (Kelurahan Wonolopo, Kota Semarang). Teknologi yang dipakai pada UKM rata-rata sudah agak modern. Seperti disajikan pada Tabel 2, sebagaian besar UKM sudah menggunakan mesin-mesin dalam proses produksinya, misalnya mesin giling/pencacah, mesin potong, mesin jahit cepat, mesin bubut, dll. Dilihat dari asal-usul mesin, kebanyakan berasal dari bantuan pemerintah, atau merupakan milik kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa program desa vokasi memang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Sebagaimana terlihat pada Tabel 3, sebagaian besar masyarakat (91,11%) paham tentang maksud dan tujuan program desa vokasi. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi program sudah cukup baik. Walaupun demikian sosialisasi masih perlu ditingkatkan karena ada juga yang kurang tahu (5,55%) bahkan ada yang belum tahu (3,33%). Respons atau tanggapam masyarakat terhadap program desa vokasi sebagaimana disajikan pada Tabel 4 dapat diketahui cukup bagus, yaitu yang menyatakan sangat setuju 46,66% dan setuju 45,55% dan kalau dijumlah sebesar 92,21%. Warga yang menyatakan kurang setuju atau tidak setuju jumlahnya sangat sedikit, yaitu 5,55% dan 2,22%. Jika dilacak lebih jauh, ternyata kurang setuju atau tidak setujunya adalah dalam hal pembiayaan program desa vokasi. Warga ada yang menyatakan kurang setuju atau tidak setuju jika sumber dananya juga dari masyarakat (harapannya dari pemerintah). Demikian juga dalam hal besarnya bantuan dana yang diberikan, harapannya bantuan ditingkatkan lagi. Walaupun persentasenya sangat kecil, respons masyarakat dalam hal pembiayaan perlu ditangani lebih jauh. Hal ini menunjukkan bahwa ada sebagaian masyarakat yang masih terlalu mengharapkan bantuan pihak luar dan kurang adanya kemandirian atau partisipasi warga sendiri.
Sunyoto, Boenasir, Rahmat Doni Widodo

33

DIAN MAS, Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 Dampak program desa vokasi menurut penilaian masyarakat dapat dikatakan cukup bagus, yaitu sebanyak 74,44% menyatakan cukup meningkat dalam beberapa aspek, misalnya dalam hal kondisi pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan, infrastruktur, semangat membangun, gotong royong, serta kesejahteraan secara umum. Namun yang menyatakan sama saja juga perlu mendapatkan perhatian, dimana sebanyak 17,77% menyatakan tidak ada bedanya ada atau tidak ada program desa vokasi. Jika dilacak lebih jauh, yang menyatakan dampaknya menurun (7,77%) adalah menurun dalam hal jumlah pengangguran dan jumlah warga miskin. Jadi menurun di sini dalam arti positif karena memang harapannya seperti itu, yaitu jumlah pengangguran dan kemiskinan di wilayah sasaran program desa vokasi supaya menurun.

D. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Persepsi masyarakat terhadap program desa vokasi tergolong sangat baik, dimana sebanyak 91,11% menyatakan paham maksud, tujuan, serta hal-hal yang terkait dengan desa vokasi. 2. Respons masyarakat terhadap pelaksanaan program desa vokasi cukup bagus, dimana yang menyatakan sangat setuju 46,66% dan setuju 45,55% dan kalau dijumlah sebesar 92,21%. 3. Melalui program desa vokasi, sebagaian besar UKM telah mendapatkan bantuan teknologi (mesin dan peralatan) guna meningkatkan kualitas dan kapasitas produksinya. 4. Dampak program desa vokasi menurut penilaian masyarakat dapat dikatakan cukup bagus, yaitu sebanyak 74,44% dan sebanyak 7,77% menyatakan dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan.

34

Sunyoto, Boenasir, Rahmat Doni Widodo

Penerapan Iptek dan Dampaknya pada Program Desa Vokasi

Saran Saran yang dapat diberikan tim peneliti terkait hasil penelitian ini adalah: 1. Program desa vokasi supaya dilanjutkan dan diperluas di desa-desa lain yang belum mendapatkan program dari pemerintah. 2. Bagi desa yang sudah tidak mendapatkan bantuan, program ini supaya dilanjutkan dengan dana swadaya masyarakat. 3. Perlu dukungan pemerintah daerah atau dinas-dinas terkait, misalnya dinas perindustrian, perdagangan, koperasi dan UMKM guna mendukung keberlangsungan program desa vokasi. 4. Dalam memberikan bantuan teknologi supaya tepat sasaran dan mesin/peralatan yang diberikan betul-betul sesuai dengan kebutuhan UMKM.

DAFTAR PUSTAKA Departemen Dalam Negeri. 1982. Teknologi Tepat Guna. Jakarta: Depdagri. Keputusan Mendagri No. 18 tahun 1992 tentang Pemasyarakatan dan Pemanfaatan Teknologi Tepata Guna di Pedesaan. 1992. Jakarta: Dirjend. Bangdes. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 316/KMK. 016/1994 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 1998. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Teknologi Tepat Guna. Subang: Balai Pengembangan TTG. Sudarman. 1981. Mesin dan Alat Teknik. Semarang: Jurusan Teknik Mesin IKIP Semarang. Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Sunyoto, Boenasir, Rahmat Doni Widodo

35

Anda mungkin juga menyukai