Anda di halaman 1dari 25

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Air limbah adalah air buangan rumah tangga dan/atau air buangan domestik, tidak termasuk air buangan industri dan air hujan. (Peraturan Walikota No.937/2009 Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1, butir 23). Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan buangan/bekas yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dsb. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran. Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut ; Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah. Tidak mengotori permukaan tanah. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.

Pengelolaan

yang

paling

sederhana

ialah

pengelolaan

dengan

menggunakan pasir dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak

pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan. Salah satu lembaga yang bergerak di bidang pengolahan air limbah yaitu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Bojongsoang. IPAL Bojongsoang beroperasi dibawah naungan PDAM Kota Bandung. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang terletak di Bojongsoang ini merupakan instalasi yang

mengolah air buangan rumah tangga yang disalurkan melalui perpipaan. Instalasi ini untuk mengolah buangan domestik rumah tangga yang berasal dari area wilayah Bandung Timur dan Bandung Tengah, Selatan dengan kapasitas pelayanan 400.000 jiwa. IPAL ini dibangun untuk mengurangi tingkat pencemaran air sungai Citarum. IPAL Bojongsoang beroperasi secara konvensional dengan mengunakan Stabilisasi Pond/Kolam Stabilisasi. Dengan adanya proses pengolahan limbah domestik rumah tangga, kualitas air buangan yang dibuang ke sungai Citarum tidak terlalu buruk. Instalasi ini berlokasi di Kabupaten Bandung, yaitu di desa Bojongsari, Kecamatan Bojongsoang. Luas area keseluruhan seluas 85 ha dengan system pengolahan biologi yaitu kolam stabilisasi. IPAL ini merupakan instalasi pengolahan air buangan domestik terbesar di Indonesia, bahkan mungkin di AsiaTenggara.

1.2

Tujuan Kunjungan Studi lapangan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) bertujuan untuk

mengetahui dan memahami bagaimana cara atau metode pengolahan air limbah terutama limbah domestik dan melihat metode pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum Kota Bandung.

1.3

Manfaat Kunjungan Studi kunjungan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Bojongsoang

ini diharapkan dapat memberikan informasi bagaimana cara mengolah air limbah terutama limbah domestik dan dapat memberikan informasi kepada kita agar kita dapat selalu menjaga lingkungan sekitar kita.

BAB II KEADAAN UMUM TEMPAT KUNJUNGAN


2.1 2.1.1 Lokasi Dan Sejarah Lokasi IPAL Bojongsoang terletak di kabupaten bandung, yaitu desa Bojongsari kecamatan Bojongsoang dengan lokasi kurang lebih 12 Km dari kota Bandung yang memiliki koordinat 7-7,28 LS 107 0,14-1070,16 BT dan berada di ketinggian 675 meter dari permukaan laut. IPAL berdiri di atas tanah seluas 85 Ha dengan curah hujan sebesar 167 mm (tahun 2004), rerata curah hujan yang terjadi sebesar 15.18 hari/bulan.

2.1.2

Sejarah Sejarah pendirian PDAM kota bandung dimulai sejak zaman penjajahan

Belanda di Indonesia yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) berdasarkan peraturan daerah (perda) kotamadya Bandung nomor 7/PD/1974 jo Perda Nomor 08/1987, dengan perkembangan lembaga sebagai berikut : Tahun 1916 - 1928 Tahun 1928 1943 Tahun 1943 1945 Tahun 1945 1954 Tahun 1953 1965 Tahun 1965 1974 Tahun 1974 sekarang : Stadsgemente Water Leiding Bandung : Technische Ambtenaar : Sui Doko : Perusahaan Air : Dinas Perusahaan Bagian B (DPB) : Dinas Teknik Penyehatan (DTP) : Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung Tahun 1987 : Pengelolaan Air Kotor Masuk Ke dalam PDAM

Dalam peningkatan debit air pada tahun 1978 sampai dengan 1985 mulai dilaksanakan program fisik Pengembangan Air Minum Tahap I atau BAWS I dengan cara pembuatan sumur Artesis sepanjang jalan kereta api. Kemudian pada

tahun 1985 sampai dengan 1991 dilaksanakan pembangunan mini plant Cibereum, mini plant pakar dan membangun intake siliwangi serta pembangunan saluran kotor sepanjang 176,30 km. Seiring peningkatan jumlah penduduk dan pembuangan air kotor semakin banyak jumlahnya maka pada tahun 1979 - 1994 Pemerintah Kota Bandung melalui " Bandung Urban Development Project (BUDP)" tahap I dan II memperoleh bantuan dana dari Bank Pembangunan Asia (ADB) dan penyertaan modal dari Pemerintah untuk membangun sarana air kotor dan Instalasi Pengolahan Pengolahan Air Kotor. Sarana yang dibangun tersebut berupa jaringan pipa pembuangan air kotor yang difokuskan pada daerah padat penduduk sedangkan instalasi pengolahan air kotor dibangun di Desa Bojongsari Kecematan Bojongsoang Kabupaten Bandung.

Gambar 1. IPAL Bojongsoang (Sumber : Dokumentasi Pribadi) IPAL Bojongsoang merupakan instalasi pengolahan air limbah yang mengelola buangan rumah tangga dari kota Bandung yang dialirkan kedalam perpipaan dan pengolahan ini menghasilkan air yang mempunyai kualitas layak buang ke lingkungan dalam artian aman untuk dilepas ke padan air penerima maupun dimanfaatkan untuk kebutuhan irigasi. Instalasi Pengolahan Air Limbah Bojongsoang ini beroprasi sejak tahun 1992, dengan dibangunnya IPAL ini diharapkan dapat mengurangi tingkat

pencemaran pada sungai-sungai baik di kota Bandung maupun pada badan Air penerima yaitu Sungai Citarum. Instalasi ini mengolah limbah-limbah domestik yang berasal dari area wilayah bandung timur dan bandung tengah selatan dengan kapasitas pelayanan 400.000 jiwa. IPAL Bojongsoang merupakan instalasi pengolahan air limbah domestic terbesar di Indonesia, bahkan mungkin di kawasan Asia Tenggara.

2.2

Fungsi IPAL Menurut Peraturan Walikota no. 937/2009 Bab I ketentuan umum, pasal 1,

butir 23. Air limbah merupakan air buangan rumah tangga atau air buangan domestik, namun tidak termasuk air buangan industri dan air hujan Instalasi Pengolahan Air Limbah Bojongsoang beroprasi untuk mengelola air limbah domestik yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi, bekas cuci yang bersumber dari buangan rumah tangga, hotel, restoran, rumah sakit, sekolah, perkantoran dan lain-lain yang disalurkan melalui pipa-pipa pembuangan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui terciptanya kesehatan masyarakat dan perbaikan sanitasi lingkungan pemukiman yang bersih, sehat dan berkesinambungan. Sistem penyaluran limbah domestic dari rumah tangga sampai instalasi pengolahan air limbah bojongsoang sebagai berikut :

Gambar 2. Skema Penyaluran Limbah Air Kotor (sumber : IPAL)

Areal pelayanan berupa saluran pemipaan meliputi wilayah : Wilayah Bandung utara melalui sewer existing. Wilayah Bandung timur melalui pemipaan dialirkan menuju instalasi Bojongsoang. Wilayah Bandung barat melalui saluran pemipaan yang dialirkan langsung ke aliran sungai citepus (belum mengalami pengolahan). Wilayah Bandung tengah- selatan melalui pemipaan dan dialirkan melalui instalasi Bojongsoang.

Gambar 3. Peta Pelayanan Air Limbah (Sumber : Ipal Bojongsoang) Kapasitas maksimal dari IPAL adalah sebesar 243.000 m3/ hari dengan pengolahan fisik dan biologi. Proses fisik dilakukan secara mekanik menggunakan alat-alat yang canggih sedangkan proses biologi menggunakan mikroorganisme dan proses biologi lainnya.

Permasalahan yang terdapat di lokasi IPAL Bojongsoang antara lain : 1. Pengambilan air baku (air limbah) dari open channel untuk kebutuhan pertanian yang dikhawatirkan akan memberikan dampak terhadap pengguna air di masa datang

2. Idle capacity ipal bojongsoang masih tinggi (54 %) yang menyebabkan terganggunya operasional ipal karena pasokan air dari open channel terganggu 3. Kerusakan infrastruktur open channel akibat gangguan masyarakat pengguna air baku 4. Perubahan tata guna lahan yang dikhawatirkan akan memberikan dampak terhadap masyarakat sekitar ipal ataupun terhadap operasional ipal bojongsoang 5. Pengambilan air dari kolam pengolahan tidak terkendali sebagai akibat belum adanya aturan dalam pemanfaatan air sehingga akan mengganggu kebutuhan yang lainnya

Gambar 4. Kendala Yang Dihadapi IPAL Bojongsoang (Sumber : Internet)

2.3

Struktur Organisasi

Gambar 5. Struktur Organisasi Penanganan Air Limbah (Sumber : PAM Bandung) 2.4 Sarana Dan Prasarana Instalasi pengolahan air limbah bojongsoang yang berproses dengan system kolam stabilisasi sebagian besar berproses secara biologi. Tahapan proses pengolahan tersebut meliputi : 1. Pengolahan fisik Pemisahan sampah tahap I (sampah berukuran >5cm) Pemisahan sampah tahap II (sampah berukuran <5cm) Pemisahan pasir

2. Pengolahan biologi kolam anaerobik

Merupakan upaya penurunan bahan organik dengan bantuan mikroba anerob. Karakteristik kolam anaerobik sebagai berikut : Debit : 80.835 m3 / hari BOD influent : 360 mg / l BOD effluent : 144 mg / l

kolam fakultatif Upaya penurunan bahan organik secara anaerob dan aerob untuk

stabilisasi air buangan. Karakteristik kolam fakultatif adalah sebagai berikut : Debit : 80.835 m3 / hari BOD influent : 144 mg/l BOD efluent : 50 mg/l

kolam maturasi Merupakan pematangan air buangan sebagai penyempurnaan dari

kualitas effluent akhir sesuai dengan standar baku mutu sebelum dibuang. Karakteristik kolam maturasi adalah sebagai berikut : Debit : 80.835 m3 /hari BOD influent : 50 mg/l BOD efluent : 30 mg/l

Gambar 6. Skema Proses Biologi Pada Kolam Pengolahan Sarana (Sumber :Ipal Bojongsoang)

2.4.1 Sarana IPAL Bojongsoang memiliki sarana yang mendukung dalam kegiatan kerja diantaranya : 1. Unit Instalasi Pengolahan Fisik 2. Kolam Stabilisasi 3. Sludge drying bed (bak pengering lumpur) 4. Laboratorium (temporary lab) 5. Gedung perkantoran 6. Mess operator 7. Gudang perlengkapan 8. Bengkel Instalasi 9. Rumah jaga 10. Rumah dinas pengawas instalasi 11. Green House (ruang pengkondisian tanaman)

Fasilitas tersebut berada di lahan seluas 85 ha dengan pemanfaatan meliputi: - Area kolam pengolahan yang terdiri dari 14 kolam seluas 62,5 ha - Area perkantoran dan fasilitas lainnya seluas 22,5 ha 2.4.2 Prasarana IPAL Bojongsoang memiliki unit-unit proses pengelolaan yang saling terkait, sehingga apabila satu komponen unit ini tidak ada maka hasil yang didapatkan tidak akan optimal bahkan tidak dapat berjalan sama sekali. Unit- unit pengelolaan meliputi : 1. Manual Bar Screen Manual Bar Screen berfungsi sebagai pemisah sampah secara manual yang menggunakan tenaga manusia untuk mengambil sampah-sampah yang berada di perairan. Manual Bar Screen terletah di inlet IPAL Bojongsoang. 2. Screw Pump Secrew pump atau pompa ulir berfungsi untuk memompa air dari tempat penampungan untuk masuk ke dalam grit chamber.

3. Mechanical Bar Screen Mechanical Bar Screen berfungsi untuk memisahkan sampah yang berukuran kecil secara mekanik. 4. Belt Conveyor Belt Conveyor merupakan unit ban berjalan. 5. Screening press Screening press berfungsi untuk memadatkan sampah-sampah halus yang tersaring.

Gambar 7. Skema Proses Pengolahan Limbah IPAL Bojongsoang (Sumber : IPAL Bojongsoang) 6. Grit Chamber Grit chamber berfungsi sebagai bak pemisah pasir dari air buangan secara mekanik. 7. Grit Rake Grit rake berfungsi sebagai unit pengangkat pasir yang terkumpul pada grit dischare pocket. 8. Grit Scraper Grit scraper berfungsi sebagai unit penyapu pasir.

9. Ventury Chanel Ventury chanel berfungsi sebagai saluran pengatur debit air. 10. Kolam Aerobik (terjadi proses anaerob) 11. Kolam Fakultatif (terjadi proses aerob-anaerob) 12. Kolam Maturasi (terjadi proses aerob)

BAB III KEGIATAN DI IPAL BOJONGSOANG


3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Praktikun Kunjungan ke IPAL Bojongsoang ini dilakukan pada : Waktu : Selasa, 22 November 2011 : Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Bojongsoang Kabupaten Bandung Desa Bojongsari Kecamatan Bojongsoang, Km 12. Bandung Tempat

3.2 Kegiatan yang Dilakukan 3.2.1 Kegiatan Materi Pengantar (Indoor) Kegiatan pertama yang kami lakukan adalah penyampaian materi pengantar yang disampaikan oleh salah satu staff dari IPAL Bojongsoang. Beliau menyampaikan beberapa materi mulai dari sejarah IPAL Bojongsoang, Visi dan Misi, Tujuan, Struktur Organisasi, Metode pengelolaan air limbah, dan fasilitasfasilitas di IPAL Bojongsoang.

3.2.2

Kegiatan Lapangan (Outdorr) Kegiatan kedua yang kami lakukan adalah kegiatan lapangan/outdoor.

Kegiatan ini terdiri dari pengenalan langsung fasilitas-fasilitas yang berada di IPAL bojongsoang dan materi operasional serta masalah-masalah yang dihadapi oleh IPAL Bojongsoang.

3.3 Hasil Praktikum di IPAL Bojongsoang 3.3.1 Deskripsi IPAL Bojongsoang Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang terletak di

bojongsoangmerupakan instalasi yang mengolah air buangan rumah tangga yang disalurkanmelalui perpipaan. Instalasi ini untuk mengolah buangan domestik rumah tanggayang berasal dari area wilayah Bandung Timur dan Bandung Tengah Selatandengan kapasitas pelayanan 400.000 jiwa. IPAL ini dibangun untuk

mengurangitingkat pencemaran air sungai Citarum. Dengan adanya proses pengolahan limbahdomestik rumah tangga, kualitas air buangan yang dibuang ke sungai Citarumtidak terlalu buruk. Instalasi ini berlokasi di Kabupaten Bandung, yaitu di desa

Bojongsari,Kecamatan Bojongsoang. Luas area keseluruhan seluas 85 ha dengan system pengolahan biologi yaitu kolam stabilisasi. IPAL ini merupakan instalasi pengolahan air buangan domestik terbesar di Indonesia, bahkan mungkin di AsiaTenggara.Topografi dari IPAL Bojongsoang adalah sebagai berikut : Lokasi Koordinat Curah Hujan : 12 Km dari Kota Bandung : 7-7,28 LS 107 0,14 1070,16 BT : 167 mm (thn 2004)

Rata-rata curah hujan : 15.18 hari/ bulan Ketinggian : 675 m . dpl

Adapun sarana yang tersedia di lokasi ini meliputi : 1. Unit Instalasi Pengolahan Fisik 2. Kolam Stabilisasi 3. Sludge drying bed (bak pengering lumpur) 4. Laboratorium (temporary lab) 5. Gedung perkantoran 6. Mess operator 7. Gudang perlengkapan 8. Bengkel Instalasi 9. Rumah jaga 10. Rumah dinas pengawas instalasi 11. Green House (ruang pengkondisian tanaman)

Fasilitas tersebut berada di lahan seluas 85 ha dengan pemanfaatan meliputi :- Area kolam pengolahan yang terdiri dari 14 kolam seluas 62,5 haArea perkantoran dan fasilitas lainnya seluas 22,5 ha.

Kolam Anaerob

Kolam Fakultatif

Kolam Maturasi

Outlet Citarum

Sungai Citarum

Gambar 8. Denah Lokasi Areal Instalasi Pengolahan Air Limbah Bojongsoang.

Bojongsoang

Kapasitas

maksimum

dari

IPAL

adalah

sebesar

243.000m3/hari dengan pengolahan yang meliputi pengolahan fisiska dan biologi. Proses fsika dilakukansecara mekanik yang masing-masing mempunyai 3 buah alat untuk dipergunakansecara bergantian secara periodik. Sedangkan proses biologi meliputi 3 tahap yangmempunyai 2 set. Tahapan pengolahan air limbah pada IPAL Bojongsoang padamasing-masing prosesnya adalah sebagai berikut.

A. Unit Pengolahan Fisika 1. Open Chanel : Pada open chanel, air limbah domestik yang berasal dari limbah rumah tangga masuk menuju instalasi untuk selanjutnya diolah.

Gambar 9. Saluran Terbuka Air Masuk IPAL. 2. Saringan Kasar (Bar Screen/Manual Bar Screen) : Ditempat ini terjadi penyaringan sampah tahap 1 yaitu menyaring sampah-sampah yang berukuran besar.

Gambar 10. Manual Bar Screen.

3. Pompa Ulir (Screw Pump) : Alat ini berfungsi untuk memompa air dari bak penampung menuju Grit Chamber.

Gambar 11. Screw Pump.

4. Mechanical Bar Screen : Ditempat ini terjadi penyaringan sampah tahap 2 yaitu penyaringan sampah-sampah yang berukuran kecil.

Gambar 12. Mechanical Bar Screen.

5. Mechanical Screw Pump

Gambar 13. Mechanical Screw Pump.

6. Saluran Menuju Grit Chamber

Gambar 14. Saluran Menuju Grit Chamber.

7. Grit Chamber (Pemisah Pasir) : Alat ini berfungsi untuk memisahkan pasir dari air buangan yang pengoperasiannya secara mekanik.

Gambar 15. Grit Chamber.

8. Grit Rake (Pengangkat Pasir : alat ini berfungsi untuk melakukan pengerukan pasir yang terkumpul pada Grit Dischare Pocket.

Gambar 16. Grit Rake.

9. Ventury Chanel : saluran manuju kolam pengolahan.

Gambar 17. Ventury Chanel.

B. Unit Pengolahan Biologi Unit pengolahan biologi berupa kolam-kolam pengolahan biologi yang terdiridari 2 set yaitu set A dan set B. Masing-masing memiliki 7 buah kolam untuk setiap setnya. Setiap rangkaian kolam (set A dan set B) terdiri dari proses anaerobik, proses fakultatif dan proses maturasi yang akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Kolam Anaerobik (Proses Biologi Tahap I)

Gambar 18. Kolam Anaerobik.

Proses anaerobik upaya penurunan bahan organik secara anaerobik dengan bantuan mikroba anaerob. Karakteristik kolam anaerobik adalah sebagai berikut. Debit : 80.835 m3/hari Beban volumetrik : 275 g BOD/m3/hari BOD Influen : 360 mg/l Total Beban Org : 20.100 kg BOD/hari Waktu Detensi : 2 hari Kedalaman kolam : 4 m Luas Area : 4,04 ha Temperatur : 22,5oC BOD Efluen : 144 mg/l1.

2. Kolam Fakultatif (Proses Biologi Tahap II)

Gambar 19. Kolam Fakultatif.

Proses Fakultatif Proses fakultatif adalah upaya penurunan bahan organik secara anaerob danaerob untuk stabilisai air buangan. Karakteristik kolam fakultatif adalah sebagai berikut. Debit : 80.835 m3/hari Beban volumetrik : 300 gr BOD/m3/hari BOD Influen : 144 mg/l Total Beban Org : 11.640 kg BOD/hari Waktu Detensi : 5,6 - 7 hari Kedalaman kolam : 2 m Luas Area : 29,8 ha Temperatur : 22,5oC BOD Efluen : 50 mg/l1.

3. Kolam Maturasi (Proses Biologi Tahap III)

Gambar 20. Kolam Maturasi. Proses maturasi (pematangan)Proses maturasi merupakan proses

pematangan air buangan sebagai penyempurnaan dari kualitas efluen akhir sesuai dengan standar baku mutu yang berlaku sebelum dibuang. Setelah pergi laginya ke badan air penerima (sungai). Karakteristik kolam maturasi adalah sebagai berikut.

Debit : 80.835 m3/hari Fecal coli : 5000 MPN/100 ml BOD Influen : 50 mg/l Waktu Detensi : 3 hari Kedalaman kolam : 1,5 m Luas Area : 32,2 ha Temperatur : 22,5oC BOD Efluen : 30 mg/l

3.3.2

Kendala yang dihadapi IPAL Bojongsoang

Gambar 21. Kendala di IPAL Bojongsoang Pada Perubahan Musim

Sementara itu permasalahan yang sering dihadapi di IPAL Bojongsoang antara lain : Terjadinya fluktuasi debit air yang masuk, disebabkan karena penyadapan air buangan pada open chanel oleh masyarakatuntuk kebutuhan pertanian dan perikanan. Masuknya limbah non domestic ke instalasi pengolahan yang

menyebabkan prosesnya terganggu.

Fluktuasi kualitas air dan efisiensi proses kolam disebabkan banyaknya gangguan pada kolam pengolahan. pencemaran limbah industri dan industri rumah tangga pada saluran air kotor, akumulasi logam berat pada lumpur, campur tangan masyarakat pada IPAL (penanaman ikan pada kolam, pengambilan air kolam dan kerusakan fasilitasinstalasi).

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1

Kesimpulan IPAL Bojongsoang termasuk kedalam bagian Perusahaan Daerah Air

Minum Kota Bandung. IPAL Bojongsoang mengolah air limbah organik yang berasal dari wilayah Bandung Timur dan Bandung Tengah bagian Selatan. Ada dua proses utama dalam pengolahan limbah organic di IPAL Bojongsoang, yang pertama yaitu proses pengolahan secara fisik menggunakan berbagai peralatan (Bar Screen, Screw Pump, Mechanical Bar Screen, Grit Chamber, Grit Rake) dan proses pengolahan secara biologi menggunakan bantuan mikroba (proses anaerobik, fakultatif, maturasi) Selama melakukan kunjungan lapangan ke IPAL Bojongsoang, kami melakukan beberapa kegiatan, diantaranya yaitu mengikuti seminar yang diselenggarakan oleh IPAL Bojongsoang tentang IPAL dan proses pengolahan limbah organic serta melakukan tour peralatan dan fasilitas IPAL.

4.2

Saran Untuk pembaca yang akan melakukan kunjungan ke Instalasi Pengolahan

Air Limbah (IPAL) Bojongsoang disarankan untuk mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik sehingga tidak terjadi kesalahan baik dalam hal komunikasi, waktu, alamat, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/30481815/Laporan-Hasil-Studi-Lapang-ipalBojongsoang http://www.pambdg.co.id/index.php?option=com_content&view=section&id=1& Itemid=90&lang=en http://www.iptek.net.id/ind/warintek/5e7.html Staf PDAM IPAL Bojongsoang. 2009. Diktat kunjungan lapang IPALBojongsoan g PDAM Kota Bandung. BPAK Kota Bandung http://www.pambdg.co.id/11/24/2011.20.00pm http://www.scribd.com/doc/30481815/Laporan-Hasil-Studi-Lapang-ipalBojongsoang/11/24/2011.20.00pm http://www.scribd.com/doc/51864810/Paper-IPAL-SewonBojongsoang/11/24/2011/22.00pm http://www.infobarscreens.com/ http://www.infobarscreens.com/mechanical-bar-screen.htm

Anda mungkin juga menyukai