Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Tata guna lahan ialah pengarahan penggunaan lahan dengan kebijakan umum (public policy) dan program tata ruang untuk memperoleh manfaat total sebaikbaiknya secara berkelanjutan dari kemampuan total lahan yang tersediakan (Notohadiprawiro, 1996). Sedangkan perubahan tata guna lahan akan terjadi seiring peningkatan pertumbuhan penduduk yang memicu lebih lanjut terhadap terjadinya pertumbuhan aktifitas ekonomi di suatu wilayah. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi, suatu kota atau negara cenderung untuk tumbuh, ukurannya bertambah dan strukturnya berubah (Alonso dalam Harjanti, 2002). Lahan merupakan faktor produksi yang secara fisik tidak berpindah, tetapi eksistingnya dan pemanfaatannya ditentukan manuver-manuver yang diambil oleh beragam kepentingan dalam pembangunan, ekonomi, sosial dan politik. Semua ini mempercepat terjadinya proses perubahan (Waters dalam Suartika, 2007). Pengalokasian guna lahan di perkotaan akan mengarah ke lokasi yang dapat memberikan keuntungan tertinggi, sehingga lahanlahan yang memiliki tingkat kestrategisan dan potensi yang lebih besar akan lebih berpeluang mengalami proses perubahan pemanfaatan lahan (Goldberg dalam Yunus, 2000). Menurut Chapin, dalam mempelajari faktor-faktor penentu dalam pemanfaatan lahan perlu diidentifikasikan tiga kelompok besar yang berperan secara umum dan substansial yaitu faktor ekonomi yang berorientasikan pada pengembangan modal

Universitas Sumatera Utara

finansial (profit making values) sebagai salah satu faktor penentu dalam kegiatan penataan lahan di suatu kawasan, faktor pemenuhan kebutuhan dasar dan menjaga keberlangsungan hidup masyarakat umum (public interest values) serta faktor nilai-nilai sosial yang bertumbuh kembang di daerah dimana lahan itu berada (socially rooted values) terkait dengan proses penataan lahan di suatu kawasan (Suartika, 2007). Di dalam salah satu penelitian di kawasan kota baru Bandar Kemayoran, Warsilah (2000) mengangkat fenomena munculnya dampak perubahan tata guna lahan setempat dimana terjadi perubahan pola bermukim masyarakat dari model kampung lama ke permukiman umum, munculnya daya tarik pendatang dari luar akibat terbukanya lapangan kerja, penurunan nilai budaya saling mengunjungi dan bersosialisasi, tidak konsistennya filosofi Development Without Displacing serta terjadinya degradasi kualitas lingkungan berkehidupan. Sedangkan Husni,
dkk (1997) pada studi kasus yang sama mengungkap terjadinya fenomena konflik antara masyarakat dengan pengelola kawasan eks bandara dalam hal pengambilalihan tanah akibat dampak dari pembangunan kawasan yang tidak berpihak ke masyarakat.

Dalam rangka mencapai kestabilan konteks keruangan seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk dan aktifitas ekonomi, pemerintah kota Medan saat ini telah menyelesaikan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2008-2028 sebagai salah satu bentuk kebijakan arahan perubahan tata guna lahan. Akan tetapi aplikasi dari kebijakan tersebut kedepan juga memiliki

kecenderungan untuk menghadapi permasalahan yang sama kedepannya apabila sejak dini ternyata tidak dilakukan identifikasi terhadap seluruh potensi dampak sosio-ekonomi yang akan muncul melalui proses penjaringan persepsi masyarakat terhadap rencana perubahan tata guna lahan yang dimaksud terutama di wilayah

Universitas Sumatera Utara

kecamatan Medan Polonia yang akan menjadi salah satu sentra primer kota Medan kedepannya. Berangkat dari latar belakang diatas maka penulis merasa perlu melakukan suatu studi penelitian mengenai kajian persepsi masyarakat terhadap perubahan tata guna lahan di wilayah kecamatan Medan Polonia kedepan dengan harapan dapat menjadi bahan masukan maupun evaluasi untuk seluruh pihak yang memiliki kepentingan dalam kegiatan perencanaan tata ruang wilayah kota Medan selama ini. 1.2. Perumusan Masalah Dari uraian diatas maka rumusan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah persepsi apa sajakah yang muncul dari masyarakat terhadap perubahan tata guna lahan di wilayah kecamatan Medan Polonia berdasarkan pendekatan faktor ekonomi yang berorientasikan pada pengembangan modal finansial, faktor pemenuhan kebutuhan dasar dan keberlangsungan hidup masyarakat umum dan faktor nilai-nilai sosial yang bertumbuh kembang di lokasi masyarakat tinggal. 1.3. Landasan Teori Menurut Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional , tata guna lahan (land use) adalah suatu upaya dalam merencanakan penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman, perdagangan, industri, dan lain-lain. Tata guna lahan merupakan salah satu faktor penentu utama dalam pengelolaan lingkungan karena keseimbangan antara kawasan budidaya dan kawasan konservasi merupakan kunci dari pembangunan

Universitas Sumatera Utara

berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Di samping itu, pengembangan tata guna lahan yang sesuai akan meningkatkan perekonomian suatu kota atau wilayah. Perubahan tata guna lahan merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi dalam proses penetapan kebijakan, perencanaan dan pengambilan keputusan yang di seluruh tingkatan. Hal tersebut terjadi karena perubahan tersebut memiliki kaitan erat dengan permasalahan dan peluang yang muncul pada komunitas perkotaan dan metropolitan meliputi permasalahan terkait pertumbuhan ekonomi, pekerjaan, permukiman dan kualitas lingkungan. Walaupun demikian, perubahan tata guna lahan tetap menjadi penghubung yang kritis diantara seluruh permasalahan tersebut (Skole). Walaupun menurut Marlia (2000) tidak ada hubungan langsung antara tata ruang dan ekonomi, akan tetapi keduanya saling mempengaruhi. Penataan ruang mempengaruhi perkembangan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Sebaliknya, pengaruh dinamika ekonomi terhadap penataan ruang teramati secara kasat mata dalam pemanfaatan ruang. Tata ruang mempengaruhi dinamika ekonomi dan sebaliknya dinamika ekonomi mempengaruhi perkembangan tata ruang. Tata ruang suatu kota tidak lahir karena maksimalisasi teknologi atau ekonomi akan tetapi karena suatu pola sosio-kultural. Namun pemilihan pemukiman kota dapat merujuk pada alasan ekonomis. Kaitan ekonomi dengan penataan ruang dapat digambarkan sebagai berikut: a. Kandungan sumber daya alam yang bernilai jual tinggi (potensi ekonomi) di suatu wilayah mempengaruhi perkembangan wilayah bersangkutan;

Universitas Sumatera Utara

b. Semakin besar potensi ekonomi di suatu wilayah, semakin besar pula prospek perkembangan wilayah bersangkutan; c. Aktifitas ekonomi di suatu wilayah akan mengundang pemukim yang tentu membutuhkan ruang; d. Aktifitas ekonomi membutuhkan prasarana dan sarana yang juga

membutuhkan ruang. Menurut Hadjisarosa, secara alami dinamika ekonomi merangsang perkembangan wilayah, seperti kota yang tumbuh pesat terdorong oleh perkembangan industri. Peranan pemerintah yang dikategorikan sebagai kebijakan publik, mempengaruhi skala dampak industri terhadap perkembangan suatu wilayah sehingga diperkirakan perekonomian suatu wilayah akan tumbuh sebagai dampak pemberian kemudahan berupa prasarana dan sarana (Marlia, 2000). Konsep ini memperhatikan faktor aksesibilitas pergerakan barang dan jasa, termasuk modal, di suatu wilayah. Sasarannya adalah pertumbuhan dan pemerataan pembangunan. Dengan membangun sarana dan prasarana di lokasi yang tepat, tentu pertumbuhan ekonomi akan pesat. Sedangkan dalam hal faktor pemenuhan kebutuhan dasar dan menjaga keberlangsungan hidup masyarakat umum, kebanyakan perencanaan kota dan lingkungan yang dibuat masih sering menganggap masyarakat sebagai konsumen yang pasif. Mereka memang diberi tempat untuk aktifitas kehidupan, kerja, rekreasi, belanja dan bermukim, akan tetapi kurang diberi peluang untuk ikut dalam proses penentuan kebijakan dan perencanaannya. Padahal sebagai mahluk yang berakal dan berbudaya, manusia membutuhkan rasa penguasaan dan pengawasan (a sense of mastery and control) terhadap habitat atau

Universitas Sumatera Utara

lingkungannya. Rasa tersebut merupakan faktor mendasar dalam menumbuhkan rasa memiliki untuk kemudian mempertahankan atau melestarikan (Budiharjo, 2000). Persepsi sendiri adalah proses dimana kita menafsirkan dan

mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Setiap individu memiliki cara yang khas dan berbeda dalam merespon lingkungan. Perbedaan ini kerap kali menjadi penyebab terhambatnya proses komunikasi karena masing-masing memiliki sudut pandang yang berbeda tentang suatu masalah (Atkinson dan Hilgard, 1991). Oleh karena itu, dalam teori komunikasi konsep pokok yang perlu dipahami tentang bagaimana proses informasi itu terjadi sehingga dapat diterima dan ditanggapi. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persepsi yang muncul dari masyarakat terhadap perubahan tata guna lahan di Kecamatan Medan Polonia kedepannya berdasarkan pendekatan faktor ekonomi yang berorientasikan pada pengembangan modal finansial, faktor pemenuhan kebutuhan dasar dan keberlangsungan hidup masyarakat umum dan faktor nilainilai sosial yang bertumbuh kembang di lokasi masyarakat tinggal. 1.5. Batasan Penelitian Adapun batasan penelitian difokuskan pada upaya penjaringan persepsi masyarakat yang muncul terkait rencana perubahan tata guna lahan yang akan dikembangkan di wilayah kecamatan Medan Polonia berdasarkan dokumen

Universitas Sumatera Utara

penyusunan penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota Medan Tahun 2008 2028 . Sedangkan wilayah penelitian dibatasi pada wilayah kecamatan Medan Polonia meliputi kelurahan Anggrung, Polonia, Sarirejo, Sukadamai dan Madras Hulu. 1.6. Kerangka Berfikir Penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap perubahan tata guna lahan di Kecamatan Medan Polonia menggunakan pendekatan tiga faktor penentu yang berperan secara umum dan substansial dalam kesesuaian tata guna lahan di kawasan tersebut berdasarkan teori Chapin yaitu pendekatan faktor ekonomi yang yang berorientasikan pada kepentingan pengembangan modal finansial (profit making values), faktor pemenuhan kebutuhan dasar dan terjaganya

keberlangsungan hidup masyarakat umum (public interest values) serta faktor nilai-nilai sosial bertumbuh kembang di daerah dimana lahan itu berada (socially rooted values) (Suartika, 2007). Karena penelitian ini merupakan penelitian sosial, maka karya tulis ilmiah yang dihasilkan harus bersifat kritis dan analitis, memuat konsep dan teori, menggunakan istilah dengan tepat dan definisi yang seragam, rasional dan obyektif (Utomo, 2006). Untuk mencapai maksud tersebut maka beberapa hal yang menjadi perhatian antara lain: a. b. c. Penggambaran tujuan dan masalah penelitian secara jelas; Penjelasan teknik dan prosedur dalam penelitian secara rinci; Obyektifitas penelitian harus tetap dijaga dengan menunjukkan bukti-bukti mengenai sampel yang diambil;

Universitas Sumatera Utara

d.

Informasi secara jujur atas kekurangan yang ada selama pelaksanaan penelitian dan penjelasan terkait dampaknya;

e. f.

Validitas dan kehandalan data harus diperiksa dengan cermat; Kesimpulan yang diambil harus didasarkan pada hal-hal yang terkait dengan data penelitian. Untuk mempermudah arah penelitian ini, maka dibuat kerangka pemikiran

penelitian seperti pada gambar 1.1. dibawah ini:

Universitas Sumatera Utara

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN PARAMETER PENELITIAN 1. Profit Making Values; 2. Public Interest Values TUJUAN PENELITIAN DATA COLLECTING KAJIAN PUSTAKA 1. Persepsi Masyarakat FAKTA EMPIRISLITERATUR 1. Penelitian Di Kota Baru Bdr. Kemayoran

RUMUSAN PERMASALAHAN

DATA COLLECTING SURVEI ( DATA PRIMER ) Persepsi Masyarakat Terhadap Perubahan Tata Guna Lahan Kedepan KEC. MEDAN POLONIA DALAM ANGKA ( DATA SEKUNDER) 1. Geografis 2. Demografis

IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

INTERVIEW 1. Otoritas Kawasan

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN DI KECAMATAN MEDAN POLONIA

DATA COLLECTING ZONING REGULATIONS KOTA MEDAN RAPERDA TATA RUANG KOTA MEDAN

DATA PROCESSING Dengan Menggunakan Program SPSS Analysis

ANALISIS FREKUENSI

CROSS-TABULATION

UJI STATISTIK

CHI-SQUARE

FEED BACK

KESIMPULAN 1. Kesimpulan

Kelemahan Penelitian & Arahan Penelitian Lebih Lanjut

Gambar 1.1. Kerangka Berpikir

1.7. Struktur Penulisan Adapun struktur penulisan yang akan digunakan dalam proses penyusunan tesis ini terdiri dari:

Universitas Sumatera Utara

a.

Bab

I. Pendahuluan

Bab ini menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, landasan teori, tujuan penelitian, batasan penelitian, kerangka berpikir dan struktur penulisan ini sendiri; b. Bab II. Tinjauan Pustaka Bab ini membahas mengenai tinjauan pustaka terkait dengan penelitian yang terdiri dari kajian tentang teori persepsi masyarakat, teori perubahan tata guna lahan, persepsi masyarakat terhadap perubahan tata guna lahan dan kaitan kajian teori terhadap kegiatan penelitian. c. Bab III. Metodologi Penelitian Bab ini membahas mengenai metodologi penelitian yang secara garis besar akan membahas tentang metode penelitian itu sendiri , penetapan populasi dan sampel, identifikasi variabel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik analisis data, serta tahapan penelitian secara umum. d. Bab IV. Gambaran Umum Wilayah Studi Bab ini membahas tentang kondisi kawasan kajian secara umum yaitu kondisi umum wilayah kecamatan Medan Polonia dan kondisi tata guna lahan di Kecamatan Medan Polonia. e. Bab V. Hasil dan Pembahasan Bab ini membahas hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden dari sudut pandang sosial dan ekonomi, hasil penjaringan persepsi masyarakat terhadap perubahan tata guna lahan kawasan sekitar bandar udara Polonia berikut pembahasan terhadap hasil penelitian berdasarkan teori-teori terkait.

Universitas Sumatera Utara

f.

Bab VI. Penutup Bab ini memuat hasil rangkuman atau kesimpulan hasil penelitian berupa kesimpulan teoritis dan kesimpulan praktis serta memunculkan rekomendasi atau saran bagi pemerintah, swasta dan masyarakat serta arahan penelitian lebih lanjut berdasarkan kelemahan dari penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai