Anda di halaman 1dari 4

AKHLAK TERHADAP ALLAH Setiap muslim meyakini, bahawa Allah adalah sumber segala sumber dalam kehidupannya.

Allah adalah Pencipta dirinya, pencipta jagad raya dengan segala isinya , Allah adalah pengatur alam semesta yang demikian luasnya. Allah adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam kehidupan manusia. Sehingga manakala hal ini mengakar dalam diri setiap muslim, maka akan terimplementasikan dalam realiti bahawa Allah-lah yang pertama kali harus dijadikan keutamaan dalam berakhlak. Jika kita perhatikan, akhlak terhadap Allah ini merupakan dasar dalam berakhlak terhadap siapapun yang ada di muka bumi ini. Jika seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah, maka ia tidak akan mungkin memiliki akhlak positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak yang karimah terhadap Allah, maka ini merupakan pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang lain. Di antara akhlak terhadap Allah SWT adalah :
1.

Taat terhadap perintah-perintah-Nya Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam beretika kepada Allah SWT, adalah dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya. Sebab bagaimana mungkin ia tidak mentaati-Nya, padahal Allah lah yang telah memberikan segala-galanya pada dirinya. Allah berfirman (QS.4:65): Maka demi Rab-mu, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. Kerana taat kepada Allah merupakan keutamaan keimanan seorang muslim kepada Allah SWT. Tanpa adanya ketaatan, maka ini merupakan salah satu indikasi tidak adanya keimanan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW juga menguatkan makna ayat di atas dengan bersabda (yang ertinya): Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga hawa nafsunya (keinginannya) mengikuti apa yang telah datang dariku (Al-Quran dan Sunnah). (HR.Abi Ashim al-syaiban). Memiliki rasa tanggungjawab atas amanah yang telah diberikan padanya. Etika kedua yang harus dilakukan seorang muslim kepada Allah SWT, adalah memiliki rasa tanggungjawab atas amanah yang diberikan padanya. Kerana pada hakikatnya, kehidupan ini merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh itu, seorang mukmin sentiasa meyakini, apapun yang Allah berikan padanya, maka itu merupakan amanah yang kelak akan dipertanggungjawabkan dari Allah. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW

2.

pernah bersabda (yang artinya): Dari Ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda (yang ertinya), Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang amir (presiden/imam/ketua) atas manusia, merupakan pemimpin, dan ia bertanggungjawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami merupakan pemimpin bagi keluarganya, dan ia bertanggungjawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita juga merupakan pemimpin atas rumah keluarganya dan juga anak-anaknya, dan ia bertanggungjawab atas yang dipimpinnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dan ia bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnya. Dan setiap kalian adalah pemimpin, dan bertanggungjawab atas apa yang dipimpinnya. (HR. Muslim)
3.

Redha terhadap ketentuan Allah SWT. Etika berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT, adalah redha terhadap segala ketentuan yang telah Allah berikan pada dirinya. Seperti ketika ia dilahirkan baik oleh keluarga yang berada mahupun oleh keluarga yang tidak mampu, bentuk fizikal yang Allah berikan padanya, atau hal-hal lainnya. Kerana pada hakikatnya, sikap seorang muslim sentiasa yakin (baca; tsaqih) terhadap apapun yang Allah berikan pada dirinya. Baik yang berupa kebaikan, atau berupa keburukan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda (yang ertinya): sungguh mempesona perkara orang beriman. Kerana segala urusannya adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, kerana ia tahu bahawa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, kerana ia tahu bahawa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.(HR. Bukhari). Apalagi terkadang sebagai seorang manusia, pengetahuan atau pandangan kita terhadap sesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu yang kita anggap baik justru buruk, sementara sesuatu yang dipandang buruk ternyata malah memiliki kebaikan bagi diri kita. Senantiasa bertaubat kepada-Nya. Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena itulah, etika kita kepada Allah, manakala sedang terjerumus dalam kelupaan sehingga berbuat kemaksiatan kepada-Nya adalah dengan segera bertaubat kepada Allah SWT. Dalam al-Quran Allah berfirman(QS.3:135): Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri mereka sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu

4.

memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui.
5.

Obsesinya adalah keridhaan Ilahi. Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, akan memiliki obsesi dan orientasi dalam segala aktivitasnya, hanya kepada Allah SWT. Dia tidak beramal dan beraktivitas untuk mencari keridhaan atau pujian atau apapun dari manusia. Bahkan terkadang, untuk mencapai keridhaan Allah tersebut terpaksa harus mendapatkan ketidaksukaan dari para manusia lainnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah menggambarkan kepada kita: Barang siapa yang mencari keridhaan Allah dengan adanya kemurkaan manusia, maka Allah akan memberikan keridhaan manusia juga. Dan barang siapa yang mencari keridhaan manusia dengan cara kemurkaan Allah, maka Allah akan mewakilkan kebencian-Nya pada manusia.(HR. Tirmidzi, Al-Qadhai dan ibnu Asakir). Dan hal seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat dalam dirinya. Karena orang yang tidak memiliki kesungguhan iman, orientasi yang dicarinya tentulah hanya keridhaan manusia. Ia tidak akan peduli, apakah Allah menyukai tindakannya atau tidak. Yang penting ia dpuji oleh orang lain. Merealisasikan ibadah kepada-Nya. Etika atau akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT adalah merealisasikan segala ibadah kepada Allah SWT. baik ibadah yang bersifat mahdhah, atauppun ibadah yang ghairu mahdhah. Karena pada hakekatnya, seluruh aktivitas sehari-hari adalah ibadah kepada Allah SWT. Dalam Al-Quran Allah berfirman (QS.51:56): Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Oleh karenanya, segala aktivitas, gerak-gerik, kehidupan sosial dan lain sebagainya merupakan ibadah yang dilakukan seorang muslim terhadap Allah. Sehingga ibadah tidak hanya yang memiliki skup mahdhah saja, seperti shalat, puasa, haji dan sebagainya. Perealisasian ibadah yang paling penting untuk dilakukan pada saat ini adalah beraktivitas dalam rangkaian tujuan untuk dapat menerapkan hukum Allah di muka bumi ini. Sehingga Islam menjadi pedoman hidup yang direalisasikan oleh masyarakat Islam pada khususnya dan juga oleh masyarakat dunia pada umumnya. Banyak membaca Al-Quran. Etika dan akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim

6.

7.

terhadap Allah adalah dengan memperbanyak membaca dan mentadaburi ayat-ayat, yang merupakan firman-firman-Nya. Seseorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering menyebutnya. Demikian juga dengan mukmin, yang mencintai Allah SWT, tentulah ia akan selalu menyebut-nyebut Asma-Nya dan juga senantiasa akan membaca firman-firman-Nya. Apalagi manakala kita mengetahui keutamaan membaca Al-Quran yang demikian besarnya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengatakan kepada kita: Bacalah Al-Quran, karena sesungguhnya Al-Quran itu dapat memberikan syafaat di hari kiamat kepada para pembacanya.(HR. Muslim) Adapun bagi mereka-mereka yang belum bisa atau belum lancar dalam membacanya, maka hendaknya ia senantiasa mempelajarinya hingga dapat membacanya dengan baik. Kalaupun seseorang harus terbata-bata dalam membaca Al-Quran tersebut, maka Allah pun akan memberikan pahala dua kali lipat bagi dirinya. Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda (yang artinya): Orang (mukmin) yang membaca Al-Quran dan ia lancar dalam membacanya, maka ia akan bersama para malaikat yang mulia lagi suci. Adapun orang mukmin yang membaca Al-Quran, sedang ia terbata-bata dalam membacanya, lagi berat (dalam mengucapkan huruf-hurufnya), ia akan mendapatkan pahala dua kali lipat.(HR. Bukhori Muslim).

Anda mungkin juga menyukai