Anda di halaman 1dari 18

KONSTIPASI

DEFINISI
Konstipasi merupakan defekasi tidak teratur yang abnormal, dan juga pengerasan feses tak normal yang membuat pasasenya sulit dan kadang menimbulkan nyeri. Jenis konstipasi ini disebut sebagai konstipasi kolonik.

Kebanyakan individu sedikitnya melakukan defekasi sekali dalam sehari. Rentang normal : 3 kali dalam sehari atau kurang dalam seminggu. Konstipasi defekasi terjadi secara tidak teratur disertai feses yang keras. Beberapa orang kadang-kadang menghasilkan feses cair sebagai akibat dari iritasi yang disebabkan oleh massa feses yang keras dan kering dalam kolon.

ETIOLOGI
obat-obatan tertentu (tranquilizer, antikolinergis, antihipertensif, opioid, antasida dengan aluminium) gangguan rektal/anal (hemoroid, fisura) obstruksi (kanker usus) kondisi metabolis, neurologis, dan neuromuskuler (diabetes militus, parkinsonisme, sklerosis multipel) kondisi endokrin (hipotiroidisme, feokromositoma) keracunan timah gangguan jaringan penyambung (skleroderma, lupus erimatosus)

Faktor penyebab lain : kelemahan, imobilitas, kecacatan, keletihan, dan ketidakmampuan untuk meningkatkan tekanan intra-abdomen untuk mempermudah pasase feses, seperti yang terjadi pada emfisema. Banyak orang yang mengalami konstipasi karena mereka tidak menyempatkan diri untuk defekasi. Di Amerika Serikat, konstipasi jg tampak sebagai akibat kebiasaan diet (konsumsi rendah terhadap masukan serat dan kurangnya asupan cairan), kurang latihan teratur, dan stres.

Penggunaan laksatif kronis dihubungkan dengan masalah ini dan merupakan masalah kesehatan utama di Amerika Serikat, khususnya diantara populasi lansia.

Konstipasi dapat juga terjadi sebagai proses akut seperti apendisitis. Laksatif yang diberikan pada situasi ini dapat menimbulkan perforasi dari apendiks yang terinflamasi. Katartik tidak pernah boleh diberikan pada penyakit usus inflamasi.

PATOFISIOLOGI
Patofisiologi konstipasi masih belum dipahami. Konstipasi berhubungan dengan pengaruh dari sepertiga fungsi utama kolon: 1. transpor mukosa (sekresi mukosa memudahkan gerakan isi kolon) 2. aktivitas mioelektrik (pencampuran massa rektal dan kerja propulsif) 3. proses defekasi

Dorongan untuk defekasi secara normal dirangsang oleh distensi rektal, melalui empat tahap kerja: rangsangan refleks penyekat rektoanal, relaksasi otot sfingter internal, relaksasi sfingter eksternal dan otot dalam region pelvik, dan peningkatan tekanan intra-abdomen. Gangguan salah satu dari empat proses ini dapat menimbulkan konstipasi.

Apabila dorongan untuk defekasi diabaikan, membran mukosa rektal dan muskulusnya menjadi tidak peka terhadap adanya massa fekal, dan akibatnya rangsangan yang lebih kuat diperlukan untuk menghasilkan dorongan peristaltik tertentu agar terjadi defekasi.

Efek awal retensi fekal ini adalah untuk menimbulkan kepekaan kolon, dimana pada tahap ini sering mengalami spasme, khususnya setelah makan, sehingga menimbulkan nyeri kolik midabdominal atau abdomen bawah. Setelah beberapa tahun, kolon kehilangan tonus dan menjadi sangat tidak responsif terhadap rangsang normal, akhirnya terjadi konstipasi. Atoni usus juga terjadi pada proses penuaan, dan dapat diakibatkan oleh penggunaan laksatif yang berlebihan.

MANIFESTASI KLINIS
distensi abdomen borborigimus (gemuruh usus) rasa nyeri dan tekanan penurunan nafsu makan sakit kepala Kelelahan tidak dapat makan sensasi pengosongan tidak lengkap mengejan saat defekasi volume feses sedikit, keras, dan kering.

PENATALAKSANAAN
Pengobatan ditujukan pada penyebab dasar konstipasi Penghentian penyalahgunaan laksatif Menganjurkan memasukkan serat dalam diet dengan peningkatan asupan cairan Pembuatan program latihan rutin untuk memperkuat otot abdomen

KOMPLIKASI
hipertensi arterial imfaksi fekal hemoroid dan fisura megakolon

Peningkatan tekanan arteri dapat terjadi pada defekasi. Mengejan saat defekasi, yang mengakibatkan manuver valsava (mengeluarkan nafas dengan kuat sambil glotis tertutup), mempunyai efek pengerutan pada tekanan darah arteri. Selama mengejan aktif, aliran darah vena di dada untuk sementara dihambat akibat peningkatan tekanan intratorakal

Imfaksi fekal terjadi apabila suatu akumulasi massa feses kering tidak dapat dikeluarkan. Massa ini dapat diraba pada pemeriksaan manual, dapat menimbulkan tekanan pada mukosa kolon yang mengakibatkan pembentukan ulkus, dan dapat menimbulkan rembesan feses cair yang sering.

Hemoroid dan fisura anal dapat terjadi sebagai akibat konstipasi. Fisura anal dapat diakibatkan oleh pasase feses yang keras malalui anus, merobek lapisan kanal anal. Hemoroid terjadi sebagai akibat kongesti vaskuler perianal yang disebabkan oleh peregangan.

Megakolon adalah dilatasi dan atoni kolon yang disebkan oleh massa fekal yang menyumbat pasase isi kolon. Gejala meliputi konstipasi, inkontenensia fekal cair, dan distensi abdomen. Megakolon dapat menimbulkan perforasi usus.

Anda mungkin juga menyukai