Tujuan MDGs
GOAL 1 : MEMBERANTAS KEMISKINAN DAN KELAPARAN GOAL 2 : MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA GOAL 3 : MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN GOAL 4 : MENURUNKAN KEMATIAN ANAK GOAL 5 : MENINGKATKAN KESEHATAN IBU GOAL 6 : MENGENDALIKAN HIV DAN AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA (TB) GOAL 7 : MENJAMIN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
Kementrian Dalam 33 provinsi dengan prioritas pada provinsiNegeri dan provinsi yang memiliki tingkat kemiskinan Kementrian di atas kemiskinan nasional, yaitu: Aceh, Pekerjaan Umum Sumsel, Bengkulu, Lampung, Jateng, DIY, Jatim, NTB, NTT, Sulteng, Sultra, Gorontalo, Sulbar, Maluku, Papua Barat, dan Papua. Gubernur, Bupati/Wali-kota agar meningkatkan fungsi koordinasi melalui Tim Koordinasi Penang-gulangan Kemiskinan Provinsi dan Kab/Kota. Kementrian Koperasi dan UKM dan bank pelaksana KUR 33 provinsi dengan prioritas pada provinsiprovinsi yang memiliki tingkat kemiskinan di atas kemiskinan nasional, yaitu: Aceh, Sumsel, Bengkulu, Lampung, Jateng, DIY, Jatim, NTB, NTT, Sulteng, Sultra, Gorontalo, Sulbar, Maluku, Papua Barat, dan Papua. Gubernur, Bupati/Walikota membantu peningkatan kemampuan calon penerima KUR yang belum bankable.
Terlaksananya pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil serta pelayanan Kredit Usaha Rakyat/KUR (persen anggaran penjaminan KUR)
100
100
(2) (3) (4) Peningkatan Meningkatnya produksi padi 66,68 juta ton 68,8 juta ton ketahanan pangan nasional Gabah Kering GKG di tingkat rumah Giling (GKG) tangga
Terlaksananya program beras 17,5 juta RTS 17,5 juta RTS miskin (Raskin) kepada @ 15 kg/RT/ @ 15 kg/RT/ Rumah Tangga Sasaran bulan bulan (RTS)
Ditetapkannya penggunaan Kesepakatan Pemutakhiran satu data dasar keluarga penggunaan data PPLS miskin PPLS 2008 di daerah satu data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS)
Meningkatnya Bulog, Pemda, Di 33 provinsi. Gubernur, akses keluarga dengan Tim Bupati/Walikota memastikan miskin terhadap Raskin yang kelancaran pelaksanan Raskin dan pangan yang dikoordinasikan memastikan RTS menerima Raskin mencukupi, Menko Kesra sesuai dengan target dan rencana dengan harga program. yang terjangkau. BPS, Pemda, Gubernur, Bupati/Walikota Penajaman Timnas Percepatan menempatkan data RTS dan data sasaran dan meningkatnya Penanggulangan kemiskinan lainnya pada Tim Kemiskinan Koordinasi Penanggulangan kualitas data Kemiskinan Daerah (TKPKD) serta PPLS dijadikan dasar untuk penyusunan rencana dan koordinasi pencapaian MDG di daerah.
1. Persentase balita gizi buruk 100 yang mendapat perawatan 2. Persentase balita ditimbang 65 berat badannya (jumlah balita ditimbang/seluruh balita atau D/S) 3. Persentase bayi usia 0-6 65 bulan mendapat ASI eksklusif 4. Persentase 6-59 bulan dapat 75 kapsul vitamin A 5. Persentase Kab/Kota yang 100 melaksanakan surveilans gizi 6. Persentase penyediaan 100 bufferstock Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) 2. Peningkatan Proporsi penduduk yang kecukupan kalori berada dibawah garis konsumsi minimum (2.100 kkal/kapita/hari)
67 78 100 100
Diprioritaskan pada provinsi-provinsi Sumber data : Susenas, dengan proporsi penduduk yang 2009 berada dibawah garis konsumsi minimum, di atas angka rata-rata nasional (>64,43%) yaitu 10 Provinsi, meliputi : DIY, Kaltim, DKI Jakarta, Jateng, Jatim, Malut, Maluku, Papua, Gorontalo, dan Riau.
(2) (3) 3. Penyusunan 1. Tersusunnya Rencana Rencana Aksi Aksi Nasional Pangan dan Pangan dan Gizi Gizi (RAN PG) 2011-2015 (persen)
2. Tersusunnya pedoman 100 dan sosialisasi Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD PG) 2011-2015 (persen)
33 provinsi
Gubernur
Menurunnya Angka Kematian Bayi dan Balita yang ditandai oleh perbaikan indikator kinerja : 1. Cakupan kunjungan 84 neonatal pertama (KN1)
86
Kementerian Kesehatan
84
85
Kementerian Kesehatan
78
80
Kementerian Kesehatan
Diprioritaskan pada provinsi-provinsi Sumber data : Profil dengan dengan cakupan kunjungan Kesehatan, 2007 neonatal di bawah angka rata-rata nasional (<79,96 %, ) yaitu di 16 provinsi, meliputi : Papua, DIY, Papua Barat, Sulbar, Aceh, Sulut, Lampung, Kaltim, Maluku, Malut, Kalbar, Sulsel, Banten, Jabar, Kepri, Kalteng. Diprioritaskan pada provinsi-provinsi Sumber data : SDKI 2007 dengan angka kematian bayi (AKB) diatas angka rata-rata nasional (>34 per 1.000 kelahiran hidup) yaitu di 26 provinsi, meliputi : Sulbar, NTB, Sulteng, Maluku, Kalsel, NTT, Gorontalo, Malut, Sumbar, Sumut, Bengkulu, Banten, Kalbar, Lampung, Kepri, Sumsel, Sulsel, Sultra, Papua, Jambi, Babel, Jabar, Riau, Papua Barat, Jatim, Sulut Diprioritaskan pada provinsi-provinsi Sumber data : SDKI, 2007 dengan angka kematian bayi (AKBA) diatas angka rata-rata nasional (> 44 per 1.000 kelahiran hidup) yaitu di 26 provinsi, meliputi : Sulbar, Maluku, NTB, NTT, Kalsel, Malut, Sulteng, Gorontalo, Sumut, Bengkulu, Papua, Sumbar, Sultra, Papua Barat, Kalbar, Kepri, Banten, Sulsel, Lampung, Sumsel, Jabar, Riau, Jambi, Babel, Aceh, Jatim.
80
85
6.. Persentase puskesmas rawat inap yang mampu Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar (PONED) 7. Persentase RS kab/kota yang melaksanakan Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)
60
70
Meningkatnya ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan kesehatan dasar Meningkatnya puskesmas rawat inap yang mampu PONED Meningkatnya RS kab/kota yang mampu PONEK
Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan
80
85
Kementerian Kesehatan
84
86
Diprioritaskan pada provinsi-provinsi Sumber data : dengan angka pertolongan persalinan Susenas, 2009 oleh tenaga kesehatan terlatih di bawah angka rata-rata nasional (< 77,37%) yaitu di 17 provinsi, meliputi : Maluku, Malut, Sulbar, Sultra, Papua, NTT, Kalbar, Papua Barat, Sulteng, Gorontalo, Kalteng, Sulsel, Jabar, Sumsel, NTB, Kalsel, Lampung. Provinsi-provinsi dengan kunjungan K4 Sumber data : Profil Kesehatan, 2008 di bawah angka rata-rata nasional (<86,04%) yaitu di 24 provinsi, meliputi : Papua, Sulbar, Maluku, Kalbar, Malut, Papua Barat, Sulteng, Sultra, Sulut, Banten, Kalsel, Kaltim, Aceh, Kepri, Bengkulu, Jatim, Gorontalo, Sulsel, Jambi, Sumsel, Kalteng, Lampung, Sumbar, Riau. Diprioritaskan pada 183 kabupaten/kota Diperlukan regulasi dengan kategori daerah terpencil, khusus (Perpres) tertinggal, perbatasan dan kepulauan untuk menempatkan (DTPK) yang berada pada 27 provinsi, tenaga kesehatan meliputi : Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, strategis (dokter, drg, perawat, bidan, Bengkulu, Lampung, Babel, Kepri, tenaga gizi, SKM, Banten, Jabar, Jatim, Kalbar, Kalteng, asisten apoteker, dan Kalsel, Kaltim, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sulsel, Sultra, Sulbar, Maluku, sanitarian) terutama Malut, Papua, Papua Barat, NTT, NTB. di DTPK
2. Persentase ibu hamil yang mendapatkan 84 pelayanan antenatal (cakupan kunjungan kehamilan ke empat/K4)
88
Kementerian Kesehatan
3. Jumlah tenaga kesehatan yang ditempatkan di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK)
1.200
1.245
Tersedianya tenaga Kementerian kesehatan di Puskesmas Kesehatan DTPK dan di Rumah Sakit
(8)
Meningkatnya Kementerian ketersediaan obat Kesehatan esensial generik di sarana pelayanan kesehatan dasar
5. Persentase puskesmas rawat inap yang mampu Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar (PONED) 6. Persentase RS kab/kota yang melaksanakan Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)
60
70
Meningkatnya Kementerian puskesmas rawat Kesehatan inap yang mampu PONED Meningkatnya RS Kementerian kab/kota yang Kesehatan mampu PONEK
80
85
74
Kementerian Kesehatan
3.80
12.2
11. Meningkatnya jumlah tenaga lini lapangan program KB (PLKB/PKB) yang terlatih: a. Latihan dasar umum b. Refreshing c. Pelatihan teknis 1. Meningkatnya jumlah pelatih Peningkatan Intensitas Pelayanan Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja (PKBR) dilatih (pendidik dan dan Promosi konselor sebaya) Program KB 2.Meningkatnya jumlah Center of Excellent PKBR 3. Meningkatnya jumlah Pusat Informasi dan Konseling (PIK) remaja/ mahasiswa yang dibentuk dan dibina
Diprioritaskan pada provinsi yang nilai Age Specific Fertility Rate (ASFR)-nya tinggi atau di atas rata-rata nasional, yaitu di 16 provinsi: Sulteng, Malut, Gorontalo, NTB, Babel, Jatim, Kalsel, Pabar, Sultra, Sulbar, Bengkulu, Bali, Kalbar, Papua, Lampung, dan Jabar.
4. Meningkatnya persentase remaja 95 yang mengetahui informasi Kependudukan dan KB (KKB) melalui media massa (cetak dan elektronik) dan media luar ruang (persen)
95
90
Kementerian Kesehatan
Program Pengelolaan Sumber Penyediaan dan Daya Air Pengelolaan Air Baku Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman
7600 l/detik 9000 l/detik Meningkatnya kapasitas Kementerian PU tersebar di 25 tersebar di seluruh dan layanan air baku untuk provinsi provinsi penyediaan air minum 218 kawasan 244 kawasan Meningkatnya pelayanan Kementerian PU air minum terhadap MBR di perkotaan dan perdesaan Kementerian PU
Pengaturan, 3. Terfasilitasinya kawasan Pembinaan, perkotaan yang terlayani air Pengawasan, minum Pengembangan Sumber Pembiayaan 4. Terfasilitasinya kawasan dan Pola Investasi, perdesaan yang terlayani air serta Pengembangan minum Sistem Penyediaan Air Minum Peningkatan akses penduduk Peningkatan akses 1. Jumlah desa yang terhadap sanitasi dasar yang sanitasi dasar yang melaksanakan Sanitasi Total layak layak Berbasis Masyarakat (STBM)
Diprioritaskan pada provinsi-provinsi Sumber data : dengan persentase akses RT terhadap Susenas, 2009 air minum layak dibawah angka ratarata nasional (<47,63%) yaitu di 19 provinsi, meliputi : Banten, Aceh, Bengkulu, DKI Jakarta, Papua, Kalteng, Babel, Kepri, Lampung, Jabar, Riau, Sulbar, Malut, Sulteng, Sulut, Gorontalo, NTB, NTT, Sumbar.
2.500
5.500
Diprioritaskan pada provinsi-provinsi Sumber data : dengan persentase akses penduduk Susenas, 2009 pada fasilitas sanitasi layak dibawah angka rata-rata nasional (<51,02%) yaitu di 21 provinsi, meliputi NTT, Papua, Kalteng, Papua Barat, Bengkulu, Lampung, Maluku, Kalbar, Sumbar, NTB, Jambi, Kalsel, Sumsel, Sulteng, Aceh, Malut, Gorontalo, Sulbar, Kepri, Sultra, Jatim.
1%
2%
2. Pengelolaan ekosistem 2% esensial sebagai penyangga kehidupan meningkat 3. Penanganan perambahan 2 Prov kawasan hutan pada 12 provinsi prioritas (Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Sumbar, Lampung, Kaltim, Kalteng, Kalsel, Kalbar, Sultra, dan Sulteng)
4% 4 Prov
Meningkatnya Kemenhut pengelolaan dan pendayagunaan 50 unit taman nasional dan 477 unit kawasan konservasi lainnya (CA, SM, TB, dan HL) dan ekosistem esensial.
TN terletak di 28 Provinsi, yaitu Pengembangan NAD, Sumut, Sumbar, Riau, kawasan konservasi Jambi, Bengkulu, Sumsel, menyelamatkan Lampung, Banten, Jabar, DKI, spesies yang Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTB, terancam punah NTT, Kalbar, Kalteng, Kaltim, Sulsel, Sultra, Sulteng, Gorontalo, Sulut, Malut, Maluku, Papua Sumut, Sumbar, Jambi, Kaltim, Sulut, Sulsel, NTT, Papua Barat, Papua Provinsi prioritas
Penyusunan 1. Tersusunnya pedoman pedoman rencana aksi daerah tentang rencana aksi percepatan pencapaian tujuan percepatan MDGs (persen) pencapaian tujuan MDGs di daerah
100
Tersedianya pedoman dan terlaksananya sosialisasi rencana aksi daerah tentang percepatan pencapaian tujuan MDGs
2. Terlaksananya sosialisasi pedoman rencana aksi daerah tentang percepatan pencapaian tujuan MDGs (persen)
100
Bappenas (koordinator), 33 Provinsi Kemenkes, Kemendiknas, Kemenag, Kem.PU, BKKBN, Kementan, Kemensos, Kemendagri, KemenPP, KLH, Kementerian ESDM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, BPS, Kemenhut.
Di daerah dibentuk tim koordinasi yang dipimpin oleh Bappeda Provinsi dengan anggota analog seperti anggota di tingkat pusat.
100 3. Terselenggaranya fasilitasi penyusunan RAD MDGs 20112015 oleh tim pusat (persen) 4. Tersusunnya rencana aksi 10 33 Tersedianya Gubernur daerah tentang percepatan Provinsi Provinsi RAD MDGs pencapaian tujuan MDGs di 2011-2015 di tingkat provinsi (RAD MDGs seluruh provinsi 2011-2015)
33 Provinsi
RAD MDGs 2011-2015 mencakup rencana percepatan pencapaian MDGs pada tingkat Kab/Kota
TERIMA KASIH