Anda di halaman 1dari 11

RINGKASAN PERATURAN PEMERINTAH NO.

61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN

OUTLINE
BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V BAB VI BAB VII BAB VIII BAB IX BAB X BAB XI BAB XII Ketentuan Umun Tatanan Kepelabuhan Nasional Rencana Induk Pelabuhan, Daerah Lingkungan Kerja, Dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Penyelenggaraan Kegiatan Di Pelabuhan Pembangunan Dan Pengoperasian Pelabuhan Terminal Khusus Dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri Penarifan Pelabuhan Dan Terminal Khusus Yang Terbuka Bagi Perdagangan Luar Negeri Sistem Informasi Pelabuhan Ketentuan Lain-Lain Ketentuan Peralihan Ketentuan Penutup

PASAL 1

BAB I KETENTUAN UMUM Tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.

PELABUHAN

Tatanan Kepelabuhanan KEPELABUHANA Nasional N

segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat perpindahan intra-dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. suatu sistem kepelabuhanan yang memuat peran, fungsi, jenis,hierarki pelabuhan, Rencana Induk Pelabuhan Nasional, dan lokasi pelabuhan serta keterpaduan intra-dan antarmoda serta keterpaduan dengan sektor lainnya. melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi. melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi. melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan dalam provinsi.

PELABUHAN UTAMA PELABUHAN PENGUMPUL PELABUHAN PENGUMPAN

PELABUHAN LAUT PELABUHAN SUNGAI & DANAU

digunakan untuk melayani kegiatan angkutan laut dan/atau angkutan penyeberangan yang terletak di laut atau di sungai. digunakan untuk melayani kegiatan angkutan sungai dan danau terletak di sungai dan danau

lembaga pemerintah di pelabuhan sebagai otoritas yang melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan

Otoritas pelabuhan

Unit penyelenggara pelabuhan

Diusahakan secara komersil

JENIS ANGKUTAN

Pemberian pelayanan jasa kepelabuhanan untuk pelabuhan yang belum diusahakan secara komersial.

ANGKUTAN PENYEBRANGAN : angkutan


yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan

ANGKUTAN SUNGAI/DANAU:

angkutan dengan menggunakan kapal yang dilakukan disungai, danau, waduk, rawa, banjir kanal, dan terusan yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai dan danau.

secara nasional yang memuat tentang kebijakan pelabuhan, rencana lokasi dan hierarki pelabuhan secara nasional yang merupakan penetapan lokasi, pembangunan, pengoperasian, dan pengembangan pelabuhan pengaturan ruang kepelabuhanan.

Rencana Induk Pelabuhan

peruntukan rencana tata guna tanah dan perairan

Daerah lingkungan kerja

Daerah lingkungan kepentingan

wilayah perairan dan daratan pada pelabuhan/terminal khusus yang digunakan secara langsung untuk kegiatan pelabuhan.

perairan di sekeliling Daerah Lingkungan Kerja perairan pelabuhan yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran.

Khusus :

( Diluar)

melayani kep.sendiri sesuai dgn usaha pokoknya

didalam)

Kepentingan Sendiri

TERMINAL (Fasilitas Pelabuhan)


Tempat sandar/tambat Tempat menunggu/naik/turun penumpang KOLAM SANDAR tempat bongkar /muat tempat penumpukan

Perairan yang digunakan kepentingan operasional menyandarkan/menambatkan kapal di dermaga

Kolam pelabuhan

perairan di depan dermaga yang digunakan untuk kepentingan operasional sandar dan olah gerak kapal.

Penataan Ruang : suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Hak Pengelolaan Atas Tanah adalah hak yang diberikan kepada Pemerintah, pemerintah daerah, atau badan usaha milik negara yang dapat digunakan untuk kepentingan pihak lain. Syahbandar adalah pejabat Pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh Menteri dan memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran. Badan Usaha Pelabuhan adalah badan usaha yang kegiatan usahanya khusus di bidang pengusahaan terminal dan fasilitas pelabuhan lainnya. Konsesi adalah pemberian hak oleh penyelenggara pelabuhan kepada Badan Usaha Pelabuhan untuk melakukan kegiatan penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan tertentu dalam jangka waktu tertentu dan kompensasi tertentu. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Menteri adalah menteri yang membidangi urusan pelayaran.

BAB II TATANAN KEPELABUHANAN NASIONAL

Peran, Fungsi, Jenis, Dan Hierarki Pelabuhan;

Rencana Induk Pelabuhan Nasional

lokasi pelabuhan

1. (pasal 4 ) Peran : a. simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hierarkinya; b. pintu gerbang kegiatan perekonomian; c. tempat kegiatan alih moda transportasi; d. penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan; e. tempat distribusi, produksi, dan konsolidasi muatan atau barang; f. mewujudkan Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara. 2. (Pasal 5) berfungsi sebagai tempat kegiatan pemerintahan & pengusahaan.

Jenis Pelabuhan :

1. Pelabuhan Laut Pelabuhan utama Pelabuhan pengumpul Pelabuhan pengumpan

2.Pelabuhan Sungai/Danau

1. Angkutan laut

2. Angkutan Penyebrangan

2.Rencana Induk Pelabuhan Nasional


Menteri menetapkan Rencana Induk Pelabuhan Nasional untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun. Dalam hal terjadi perubahan kondisi lingkungan strategis akibat bencana yang ditetapkan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Rencana Induk Pelabuhan Nasional dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Pada Rencana Induk Pelabuhan Nasional (Pasal 7 ayat (1) )memuat: a. Kebijakan Pelabuhan Nasional : memuat arah pengembangan pelabuhan, baik pelabuhan yang sudah ada maupun arah pembangunan pelabuhan yang baru, agar penyelenggaraan pelabuhan dapat saling bersinergi dan saling menunjang antara satu dan lainnya. b. Rencana Lokasi Dan Hierarki Pelabuhan : disusun dengan berpedoman pada kebijakan pelabuhan nasional serta dibangun harus sesuai dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota;potensi dan perkembangan sosial ekonomi wilayah; potensi sumber daya alam; dan perkembangan lingkungan strategis, baik nasional maupun internasional. 3. Lokasi Pelabuhan (pasal 17) yang ditetapkan oleh mentri berupa wilayah perairan dan daratan sesuai dengan Rencana Induk Pelabuhan Nasional serta daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan memuat titik koordinat geografis lokasi pelabuhan;nama lokasi pelabuhan; dan letak wilayah administratif

BAB III RENCANA INDUK PELABUHAN, DAERAH LINGKUNGAN KERJA, DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN PELABUHAN 1. Rencana Induk Pelabuhan
Setiap pelabuhan wajib memiliki yang disusun oleh penyelenggara pelabuhan dengan pedoman yakni Rencana Induk Pelabuhan Nasional;tata ruang wilayah provinsi,wilayah kabupaten/kota; keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain terkait di lokasi pelabuhan; kelayakan teknis, ekonomis, dan lingkungan(pasal 20) Baik laut maupun sungai Rencana Induk pelabuhannya meliputi rencana peruntukan wilayah daratan dan perairan. disusun berdasarkan kriteria Kebutuhan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang.(pasal 21) Ditetapkan oleh : Menteri (untuk pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul) gubernur (pelabuhan pengumpan regional) bupati/walikota( pelabuhan pengumpan lokal, pelabuhan sungai & danau.)

2. Daerah Lingkungan Kerja


terdiri atas: a. wilayah daratan;untuk fasilitas pokok dan penunjang b. wilayah perairan; untuk kegiatan alur-pelayaran,tempat labuh, tempat alih muat antarkapal, kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal, kegiatan pemanduan, tempat perbaikan kapal, dan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan.

3. Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan


merupakan perairan pelabuhan di luar Daerah Lingkungan Kerja perairan.

Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan digunakan untuk: a. alur-pelayaran dari dan ke pelabuhan; f. fasilitas pembangunan dan pemeliharaan b. keperluan keadaan darurat; kapal c. penempatan kapal mati; g. pengembangan pelabuhan jangka panjang. d. percobaan berlayar; e. kegiatan pemanduan kapal; Dalam penetapan batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan paling sedikit memuat: a. luas lahan daratan yang digunakan sebagai Daerah Lingkungan Kerja; b. luas perairan yang digunakan sebagai Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan; c. titik koordinat geografis sebagai batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan

BAB IV PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI PELABUHAN


Kegiatan pemerintahan di pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 meliputi fungsi: a. pengaturan dan pembinaan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan; dan b. keselamatan dan keamanan pelayaran. C.pada pelabuhan dapat dilakukan fungsi: d. kegiatan pemerintahan lainnya yang bersifat tidak tetap. Fungsi pengaturan dan pembinaan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan (Pasal 37) dilaksanakan oleh penyelenggara pelabuhan dapat membawahi satu atau beberapa pelabuhan terdiri atas a. Otoritas Pelabuhan pada pelabuhan yang diusahakan secara komersial; b. Unit Penyelenggara Pelabuhan pada pelabuhan yang belum diusahakan secara komersial Fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran dilaksanakan oleh Syahbandar . Selain melaksanakan fungsi Syahbandar membantu pelaksanaan pencarian dan penyelamatan di pelabuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kelembagaan Syahbandar terdiri atas: a. Kepala Syahbandar; b. unsur kelaiklautan kapal; c. unsur kepelautan dan laik layar d. unsur ketertiban dan patroli. Otoritas Pelabuhan dibentuk pada pelabuhan yang diusahakan secara komersial mempunyai tugas dan tanggung jawab: a. menyediakan lahan di daratan dan di perairan pelabuhan; b. menyediakan dan memelihara penahan gelombang, kolam pelabuhan, alur-pelayaran, jaringan jalan; c. menyediakan dan memelihara Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran; d. menjamin keamanan dan ketertiban di pelabuhan; e. menjamin dan memelihara kelestarian lingkungan di pelabuhan; f. menyusun Rencana Induk Pelabuhan serta Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan; g. mengusulkan tarif untuk ditetapkan Menteri, atas penggunaan perairan dan/atau daratan, dan fasilitas pelabuhan yang disediakan oleh Pemerintah serta jasa kepelabuhanan yang diselenggarakan oleh Otoritas Pelabuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; h. menjamin kelancaran arus barang. Unit Penyelenggara Pelabuhan sebagaimana dibentuk pada pelabuhan yang belum diusahakan secara komersial dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada: a. Menteri untuk Unit Penyelenggara Pelabuhan Pemerintah;

b. gubernur atau bupati/walikota untuk Unit Penyelenggara Pelabuhan pemerintah daerah. Dan melaksanakan fungsi pengaturan dan pembinaan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan, juga mempunyai tugas dan tanggung jawab: a. menyediakan dan memelihara penahan gelombang, kolam pelabuhan, dan alur-pelayaran; b. menyediakan dan memelihara Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran; c. menjamin keamanan dan ketertiban di pelabuhan; d. menjamin dan memelihara kelestarian lingkungan di pelabuhan; e. menyusun Rencana Induk Pelabuhan serta Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan; f. menjamin kelancaran arus barang; g. menyediakan fasilitas pelabuhan. Kegiatan penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan pada pelabuhan yang belum diusahakan secara komersial dilaksanakan oleh Unit Penyelenggara Pelabuhan dapat juga dilaksanakan oleh Badan Usaha Pelabuhan setelah mendapat konsesi dari Unit Penyelenggara Pelabuhan. Aparat penyelenggara pelabuhan terdiri atas: a. aparat Otoritas Pelabuhan; dan b. aparat Unit Penyelenggara Pelabuhan. Aparat wajib memiliki kemampuan dan kompetensi di bidang kepelabuhanan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. hal ini terdiri atas a. manajemen kepelabuhanan di bidang: 1. perencanaan kepelabuhanan; 2. operasional pelabuhan; dan/atau 3. pemanduan. b. manajemen angkutan laut di bidang: 1. bongkar muat; 2. trayek kapal; dan/atau 3. operasional kapal. c. pengetahuan kontraktual/perjanjian. Baik otoritas pelabuhan dan unit penyelenggara pelabuhan dipimpin oleh seorang kepala yang membawahi paling sedikit 3 (tiga) unsur, yaitu: a. unsur perencanaan dan pembangunan; b. unsur usaha kepelabuhanan; dan c. unsur operasi dan pengawasan. Untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab Otoritas Pelabuhan mempunyai wewenang: a. mengatur dan mengawasi penggunaan lahan daratan dan perairan pelabuhan; b. mengawasi penggunaan Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan; c. mengatur lalu lintas kapal ke luar masuk pelabuhan melalui pemanduan kapal; dan d. menetapkan standar kinerja operasional pelayanan jasa kepelabuhanan. Kegiatan pengusahaan di pelabuhan terdiri atas: a. penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal, penumpang, dan barang; dan b. jasa terkait dengan kepelabuhanan.

BAB V PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PELABUHAN


Pembangunan pelabuhan hanya dapat dilakukan berdasarkan Rencana Induk Pelabuhan Nasional dan Rencana Induk Pelabuhan oleh penyelenggara pelabuhan dilakukan setelah diperolehnya izin. Pengajuan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi persyaratan teknis kepelabuhanan dan kelestarian lingkungan. Persyaratan teknis kepelabuhanan sebagaimana meliputi:

a. studi kelayakan; memuat kelayakan teknis dan kelayakan ekonomis dan finansial. b. desain teknis : memuat kondisi tanah;konstruksi; kondisi hidrooceanografi; topografi; dan penempatan dan konstruksi Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran, alur-pelayaran, dan kolam pelabuhan serta tata letak dan kapasitas peralatan di pelabuhan. Pengoperasian pelabuhan dilakukan sesuai dengan frekuensi kunjungan kapal, bongkar muat barang, dan naik turun penumpang. dilakukan dengan ketentuan: a. adanya peningkatan frekuensi kunjungan kapal, bongkar muat barang, dan naik turun penumpang; b. tersedianya fasilitas keselamatan pelayaran, kepelabuhanan, dan lalu lintas angkutan laut. Suatu wilayah tertentu di daratan dapat ditetapkan sebagai lokasi yang berfungsi sebagai pelabuhan berdasarkan permohonan.

BAB VI TERMINAL KHUSUS DAN TERMINAL UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI


Untuk menunjang kegiatan tertentu di luar Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan laut serta pelabuhan sungai dan danau dapat dibangun terminal khusus untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan usaha pokoknya.Terminal khusus a. ditetapkan menjadi bagian dari pelabuhan terdekat; b. wajib memiliki Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan tertentu; c. ditempatkan instansi Pemerintah yang melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran, serta instansi yang melaksanakan fungsi pemerintahan sesuai dengan kebutuhan. Terminal khusus hanya dapat dibangun dan dioperasikan apabila: a. pelabuhan terdekat tidak dapat menampung kegiatan pokok instansi pemerintah atau badan usaha; b. berdasarkan pertimbangan ekonomis dan teknis operasional akan lebih efektif dan efisien serta lebih menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran. Terminal khusus wajib memiliki Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan tertentu digunakan untuk: a. lapangan penumpukan; b. tempat kegiatan bongkar muat; c. alur-pelayaran dan perlintasan kapal; d. olah gerak kapal; e. keperluan darurat; f. tempat labuh kapal. Pengelolaan terminal untuk kepentingan sendiri dilakukan sebagai satu kesatuan dalam penyelenggaraan pelabuhan. Terminal untuk kepentingan sendiri hanya dapat dioperasikan untuk kegiatan: a. lalu lintas kapal atau naik turun penumpang atau bongkar muat barang berupa bahan baku, hasil produksi, dan peralatan penunjang produksi untuk kepentingan sendiri; dan b. pemerintahan, penelitian, pendidikan dan pelatihan, dan sosial. Penggunaan terminal untuk kepentingan sendiri selain untuk melayani kegiatan dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan umum setelah mendapat konsesi dari penyelenggara pelabuhan dengan persyaratan: a. kemampuan dermaga dan fasilitas lainnya yang ada untuk memenuhi permintaan jasa kepelabuhanan; b. rencana kegiatan yang dinilai dari segi keamanan, ketertiban dan keselamatan pelayaran dengan rekomendasi dari Syahbandar pada pelabuhan setempat; c. upaya peningkatan pelayanan kepada pengguna jasa kepelabuhanan; d. pungutan tarif jasa kepelabuhan dilakukan oleh penyelenggara pelabuhan yang bersangkutan e. memberlakukan ketentuan sistem dan prosedur pelayanan jasa kepelabuhanan pada pelabuhan yang bersangkutan.

BAB VII PENARIFAN


Besaran tarif pelayanan jasa kepelabuhanan ditetapkan berdasarkan: a. kepentingan pelayanan umum; b. peningkatan mutu pelayanan jasa kepelabuhanan; c. kepentingan pengguna jasa; d. peningkatan kelancaran pelayanan jasa; e. pengembalian biaya; dan f. pengembangan usaha. Tarif penggunaan perairan dan/atau daratan serta jasa kepelabuhanan yang diselenggarakan oleh Otoritas Pelabuhan ditetapkan oleh Otoritas Pelabuhan setelah dikonsultasikan dengan Menteri. Tarif jasa kepelabuhanan yang diusahakan oleh Badan Usaha Pelabuhan ditetapkan oleh Badan Usaha Pelabuhan berdasarkan jenis, struktur, dan golongan tarif yang ditetapkan oleh Menteri dan merupakan pendapatan Badan Usaha Pelabuhan. Tarif jasa kepelabuhanan bagi pelabuhan yang diusahakan secara tidak komersial oleh Pemerintah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dan merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak. Tarif jasa kepelabuhanan bagi pelabuhan yang diusahakan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota ditetapkan dengan peraturan daerah dan merupakan penerimaan daerah.

BAB VIII PELABUHAN DAN TERMINAL KHUSUS YANG TERBUKA BAGI PERDAGANGAN LUAR NEGERI
Untuk menunjang kelancaran perdagangan luar negeri pelabuhan utama dan terminal khusus tertentu dapat ditetapkan sebagai pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar negeri. Penetapan dilakukan atas pertimbangan: a. pertumbuhan dan pengembangan ekonomi nasional; b. kepentingan perdagangan internasional; c. kepentingan pengembangan kemampuan angkutan laut nasional; d. posisi geografis yang terletak pada lintasan pelayaran internasional; e. Tatanan Kepelabuhanan Nasional yang diwujudkan dalam Rencana Induk Pelabuhan Nasional; f. fasilitas pelabuhan; g. keamanan dan kedaulatan negara; dan h. kepentingan nasional lainnya.

BAB IX SISTEM INFORMASI PELABUHAN


Sistem informasi pelabuhan mencakup pengumpulan, pengelolaan, penganalisaan, penyimpanan, penyajian, serta penyebaran data dan informasi pelabuhan untuk: a. mendukung operasional pelabuhan; b. meningkatkan pelayanan kepada masyarakat atau publik; dan c. mendukung perumusan kebijakan di bidang kepelabuhanan. Sistem informasi pelabuhan paling sedikit memuat: a. kedalaman alur dan kolam pelabuhan; b. kapasitas dan kondisi fasilitas pelabuhan; c. arus peti kemas, barang, dan penumpang di pelabuhan; d. arus lalu lintas kapal di pelabuhan; e. kinerja pelabuhan; f. operator terminal di pelabuhan; g. tarif jasa kepelabuhanan; dan h. Rencana Induk Pelabuhan dan/atau rencana pembangunan pelabuhan.

BAB X KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 162 Pengelola kawasan industri yang memerlukan fasilitas pelabuhan wajib menyediakan lahan yang dialokasikan untuk kegiatan kepelabuhanan. Pasal 163 (1) Penyelenggaraan pelabuhan laut serta pelabuhan sungai dan danau yang digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan yang diusahakan secara komersial harus memenuhi ketentuan: a. kegiatan pengaturan dan pembinaan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan dilaksanakan oleh Otoritas Pelabuhan yang digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan; b. kegiatan pemerintahan di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran dilaksanakan oleh Syahbandar; dan c. kegiatan pengusahaan dilaksanakan oleh Badan Usaha Pelabuhan yang mengusahakan pelabuhan laut untuk melayani angkutan penyeberangan. (2) dan dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Pemerintah, Unit Pelaksana Teknis pemerintah provinsi, atau Unit Pelaksana Teknis pemerintah kabupaten/kota. Pasal 164 Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pelabuhan laut serta pelabuhan sungai dan danau yang digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan diatur dengan Peraturan Menteri. BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 165 (1) Pada saat Peraturan Pemerintah ini berlaku, Pemerintah, pemerintah daerah, dan Badan Usaha Milik Negara yang menyelenggarakan pelabuhan tetap menyelenggarakan kegiatan pengusahaan di pelabuhan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini. (2) Dalam waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, kegiatan usaha pelabuhan yang dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan Badan Usaha Milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disesuaikan dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini. (3) Kegiatan pengusahaan di pelabuhan yang telah diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara tetap diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara dimaksud. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 166 Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, semua peraturan perundang-undangan yang lebih rendah dari Peraturan Pemerintah ini yang mengatur mengenai kepelabuhanan dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan Peraturan Pemerintah ini. Pasal 167 Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4145) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 168 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai