Anda di halaman 1dari 2

INOKULASI MIKORIZA PADA BIBIT JARAK PAGAR

PENGARUH INOKULASI MIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JARAK PAGAR ( Jatropha curcas Linn. ) PADA BERBAGAI FREKUENSI PENYIRAMAN oleh : Juinalker Purba September 2009

Indonesia memiliki peluang besar dalam mengembangkan biodiesel karena potensi bahan baku yang sangat besar berupa sumber daya hayati yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Terdapat sekitar 30 jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai sumber bahan baku biodiesel. Dalam hal ini bahan baku yang paling siap digunakan adalah kelapa sawit dan jarak pagar (Jatropha curcas Liin.) yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk menciptakan bahan bakar alternatif, maka minyak jarak jelas lebih layak dipilih dibandingkan dengan minyak sawit walaupun hasil minyak dari jarak lebih kecil daripada kelapa sawit. Karena minyak jarak pagar termasuk non-edible oil, artinya minyak yang tidak dikonsumsi manusia. Kelebihan lain dari tanaman jarak pagar adalah hampir semua bagian dari tanaman dimanfaatkan untuk tujuan produktif. Daun jarak, misalnya untuk makanan ulat sutera, pembuatan kompos dan sebagai sumber zat anti peradangan. Biji jarak pagar dapat dimanfaatkan untuk pembuatan insektisida, bungkil biji jarak dapat digunakan untuk pembuatan pupuk, produksi biogas dan untuk pakan ternak (dari varietas tidak beracun). Sementara minyak biji jarak selain dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar, juga dapat digunakan sebagai bahan baku produksi sabun, produksi insektisida dan untuk pengobatan, yaitu obat pencahar, kontrasepsi dan lain-lain Untuk menghasilkan bibit yang bermutu maka ketersediaan air adalah salah satu kultur teknis yang perlu diperhatikan pada kegiatan pembibitan. Dalam hal ini frekuensi penyiraman sangat mempengaruhi ketersediaan air dalam tanah karena alam tidak selamanya mendukung hal ini, seperti halnya yang terjadi pada musim kemarau. Jamur mikoriza mampu bersimbiosis dengan perakaran tumbuhan. Hubungan yang menguntungkan ialah tanaman mendapatkan hara lebih banyak dari tanah (P dan unsur lain) sedangkan jamur mendapat fotosintat/karbohidrat dari tanaman. Disamping itu juga hifa mikoriza menigkatkan luas permukaan akar sehingga meningkatkan penyerapan air dan melindungi akar dari serangan patogen akar. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang inokulasi mikoriza pada pembibitan jarak pagar dalam berbagai frekuensi penyiraman

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inokulasi jamur Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) terhadap pertumbuhan bibit jarak pada berbagai frekuensi penyiraman serta untuk mengetahui interaksi dari kedua perlakuan tersebut. Penelitian dilaksanakan di Kebun Pendidikan dan Penelitian (KP2) Institut Pertanian Stiper Yogyakarta yang terletak di desa Maguwoharjo, kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode Penelitian yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap atau Compeletely Randomized Design yang terdiri dari dua faktor yaitu faktor pertama aplikasi mikoriza dan faktor kedua frekuensi penyiraman. Faktor pertama adalah aplikasi mikoriza , terdiri dari dua aras yaitu tanpa mikoriza dan dengan mikoriza 10 g/tanaman . Faktor kedua adalah frekuensi penyiraman degan lima aras yaitu: frekuensi 1, 2, 3, 4dan 5 hari sekali . Total bibit yang diperlukan dalam percobaan ini adalah sebanyak 120 tanaman jarak pagar. Untuk mengetahui frekuensi penyiraman yang baik dalam inokulasi Jamur Mikoriza dalam percobaan ini dilakukan Analisis Sidik Ragam pada jenjang nyata 5%. Uji jarak berganda Duncan (Duncans Multiple Range Test) pada jenjang nyata 5% untuk mengetahui beda nyata dalam perlakuan. Perlakuan inokulasi mikoriza memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit jarak pagar. Pada perlakuan inokulasi mikoriza parameter tinggi tanaman, panjang akar, berat kering akar, berat segar tajuk, dan berat kering tajuk memberikan hasil terbaik dibandingkan tanpa inokulasi. Perlakuan frekuensi penyiraman berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit jarak pagar pada perlakuan parameter tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering akar, berat kering akar, berat segar tajuk, dan berat kering tajuk, dan diameter batang. Frekuensi penyiraman 2 hari sekali memberikan hasil terbaik dibandingkan 3, 4, dan 5 hari sekali. Meskipun tidak berbeda nyata dengan frekuensi penyiraman 1 hari sekali. Terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan inokulasi mikoriza dan frekuensi penyiraman pada parameter panjang akar. Kombinasi perlakuan yang paling baik pada perlakuan inokulasi mikoriza pada frekuensi penyiraman 5 hari sekali. kata kunci: Mikoriza (MVA), jarak pagar dan penyiraman

Anda mungkin juga menyukai