Anda di halaman 1dari 21

MODUL KEPANITERAAN KLINIK MADYA DOKTER KELUARGA

Disusun oleh : Citra Dwi H Dhian Eka P Dina Ariani A Eka Rahmawati Wan Md Hafizi

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak tidak hanya oleh orang perorang atau keluarga, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota masyarakat. Untuk mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya yang harus dilaksanakan, yang satu diantaranya adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan diharapkan memenuhi faktor 3A 2C I dan Q, yaitu available, accesible, affordable, continue, comprehensive, integreted dan quality. Secara umum pelayanan kesehatan dibagi 2 yaitu pelayanan kesehatan personal atau pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat (Wahyu, 2003). Sistem Kesehatan Nasional tahun 2004 menggariskan bahwa untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan nasional telah berkembang, pemerintah tidak lagi menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) strata pertama melalui puskesmas. Penyelenggaraan UKP akan diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga, kecuali di daerah yang terpencil (Depkes RI, 2004). Pelayanan kedokteran keluarga adalah termasuk dalam pelayanan kedokteran dimana pelayanan dokter keluarga ini memiliki karakteristik tertentu dengan sasaran utamanya adalah keluarga (Wahyu, 2003). Pelayanan dokter keluarga merupakan salah satu upaya penyelenggaraan kesehatan perorangan di tingkat primer untuk memenuhi ketersediaan, ketercapaian, keterjangkauan, kesinambungan dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Diharapkan akan mampu mengatasi permasalahan kesehatan yang hingga sekarang belum terselesaikan karena belum jelasnya bentuk sub sistem pelayanan kesehatan dan terkait dengan sub sistem pembiayaan kesehatan (Moeloek, 2005). Sistem dokter keluarga merupakan antisipasi perkiraan bergesernya status puskesmas menjadi sarana umum. Tugas puskesmas akan mengatur sanitasi dan lingkungan atau yang bersifat Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), sedangkan dokter keluarga menjadi private good, dokter akan menjadi bagian dari keluarga. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau merupakan sesuatu yang esensial, dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan model dokter keluarga diharapkan dokter keluarga sebagai ujung

tombak dalam pelayanan kedokteran tingkat pertama, yang dapat berkolaborasi dengan pelayanan kedokteran tingkat kedua dan yang bersinergi dengan sistem lain (Moeloek, 2005). Pengertian Dokter Keluarga bisa dibahas menjadi lima bahasan, yaitu pertama, dokkel sebagai ilmu (science) perlu dikaji dan dikembangkan oleh Pusat Pendidikan Dokter. Kedua, dokkel sebagai pendekatan (approach) pelayanan kesehatan yang holistik (vs non holitik / maszab liberalis dan sosialis) perlu dikaji, disusun, dibakukan dan diajarkan, oleh IDI dan Fakultas Kedokteran. Ketiga, dokkel sebagai menejemen klinik dan jaringan klinik dokter keluarga yang berstandard, berorientasi pada kemampuan dan pemberdayaan pada individu dan keluarga sebagai unit pelayanan, serta menejemen YanKes berwawasan mutu dengan mengutamakan upaya pembiayaan pra bayar. Keempat, dokkel sebagai profesi dengan standard, kurikulum, dan akreditasi oleh persatuan profesi ( nasional dan lokal). Terakhir, dokkel sebgai politik ekonomi pelayanan kesehatan yaitu Iklim politik dan supra struktur yang mampu mendukung berbagai pengembangan dokter keluarga diIndonesia (Modul IKM, 2012). 10 Produk Yankes Klinik Dokter Keluarga (Modul IKM, 2012) meliputi, diagnosa Holistik komprehensif dan intervensi rasional / berkelanjutan di klinik, Edukasi dan Advokasi individu di klinik, Edukasi dan advokasi keluarga di klinik, tindakan medis khusus di klinik, diagnosa holistik & komprehensif di rumah, edukasi & advokasi keluarga di rumah, tindakan medis khusus dan perawatan di rumah, kunjungan mediasi di RS, kunjungan/ pendampingan di tempat kerja, penyuluhan kesehatan pada komunitas sasaran

1.2

Tujuan

1. Memahami dan menerapkan praktek menjalankan produk pelayanan kesehatan dokter keluarga (produk yankes dokter) pada pelayanan kesehatan perorangan Strata I di poliklinik Puskesmas 2. Mengidentifikasi permasalahan dalam penerapan pendekatan dokter keluarga 3. Mampu menerapkan pendekatan dokter keluarga dalam proses klinis, hubungan dokter pasien dan penyusunan rencana manajemen penatalaksanaan pasien dan kelurga

BAB 2 BERKAS REKAM MEDIK DOKTER KELUARGA 2.1 Kasus Chronic Kidney Disease 2.1.1 Data Pasien Nama Usia Jenis kelamin Status perkawinan Pekerjaan Pendidikan Agama Alamat lengkap : Tn. J : 49 tahun : Laki-laki : Menikah : kepala keluarga dan tukang reparasi sepatu : SMP : Islam : Jalan Melati, Mulyo Agung Kecamatan Dau

2.1.2 Data Anggota Keluarga a. Identitas anggota keluarga Tn. J tinggal bersama 4 anggota keluarga lainnya, yaitu istri, ibu kandung, dan 2 anak kandung pasien. Identitas setiap anggota keluarga akan dijabarkan dalam tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Identitas anggota keluarga pasien chronic kidney disease

N o 1 2 3 4

Nama

Usia

Pendi dikan SMP SMP SD D3 TK besar

Pekerjaan/ Status Kegiatan Tukang reparasi sepatu Ibu rumah tangga Tidak bekerja Mahasiswa Pelajar TK

Hub. Keluarga Pasien Istri Ibu Anak 1 Anak 2

Status Kawin Menikah Menikah Menikah Belum menikah Belum menikah

Keterangan Domisili Serumah Ya Tdk Kdg

Tn. J Ny. E Ny. A Nn. S

49 th 47 th 70 th 20 th 6 th

5 An. Si

b. Data biomedis anggota keluarga

Setiap anggota keluarga Tn.J memiliki status biomedis yang berbeda- beda. Status biomedis ini bisa mempengaruhi kesehatan antar anggota keluarga. Penjabaran status biomedis masing- masing anggota keluarga Tn.J dijelaskan dalam tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.2 Status biomedis keluarga pasien chronic kidney disease

Anggota Keluarga

Status Praesens KU : baik TD : 140/80 N : 92x/mnt RR : 18x/ mnt TB : 165cm BB : 70kg

Riwayat Sakit yang Penting Didiagnosa hipertensi dan gagal ginjal sejak Agustus 2011 rutin cuci darah 2x/minggu di RSSA

Faktor Risiko Psikobiologi Ibu kandung menderita hipertensi dan ayah meninggal disebabkan sakit jantung. Pasien perokok berat 23 pak/hari. Kebiasaan minum jamu yang sering dan minuman penambah stamina -

Upaya Kesehatan yang Telah Dilakukan Sebelum didiagnosa gagal ginjal, tidak pernah berobat bila sakit. Pasien lebih memilih minum jamu

Tn.J

KU : baik TD : 140 / 90 N TB BB : 64 x / menit : 160 cm : 45 kg RR : 24 x / menit Ny. E

- riw. Op struma th. 96

Berobat hanya bila ada keluhan, berobat ke puskesmas Dau

Pmriksaan khusus: Didapatkan luka bekas operasi Ny. A struma KU : cukup - riw. Hipertensi riwayat HT POSYANDU

TD : 180/100 N : 76 x/mnt RR : 20 x/ mnt TB : 150 cm BB : 65 kg KU : baik TD : 140/90 N Nn. S : 88x/menit RR : 20x/menit TB : 155 cm BB : 60 kg Pmriksaan khusus: Tonsil : T3-T3 KU : baik N : 80 x/mnt

sejak 3 bulan terakhir - nyeri sendi hiperuricemia ? - trias DM (+) kronis Riw.

dan DM keluarga

LANSIA (dulu), sekarang berobat ke puskesmas Dau jika ada keluhan

Berobat hanya bila ada keluhan ( ke Puskesmas Dau, atau beli obat sendiri di apotek)

Tonsillitis

Kesan Riw. Underweig ht Berobat ke puskesmas Dau bila ada keluhan Bapilnas terutama saat daya tahan tubuh turun

RR : 20 x/ mnt Strabismus An. I konvergen oculi S Tonsil : T2-T3 Limfadenopati (+) pd preauriculer S, submandibular S, retroauriculer D, supraclavicula D

Pmriksaan khusus: kambuh2an,

c. Data kondisi faktor resiko lingkungan fisik, kimia, biologi, sosial ekonomi, budaya, dan ergonomi keluarga Setiap manusia akan berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan yang berada di sekita manusia teresebut dapat berupa lingkungan fisik, biologi, sosial, ekonomi, dan budaya. Selain itu, manusia juga hidup dalam lingkungan keluarga. Lingkungan ini dapat berpengaruh sangat besar pada status kesehatan seorang manusia. Faktor resiko lingkungan di sekitar Tn. J yang turut berperan dalam kesehatan Tn. J akan dijelaskan dalam tabel 2.3 berikut ini.

Tabel 2.3 Data faktor resiko lingkungan fisik, kimia, biologi, sosial ekonomi, budaya dan ergonomi keluarga pasien chronic kidney disease

1.

Perumahan dan fasilitas

LINGKUNGAN FISIK Rumah pasien berada di dalam gang yang cukup sempit, hanya dapat dilewati 1 sepeda motor. Dinding rumah bagian depan dan belakang berupa tembok, lantai dari plester pada sebagian besar rumah, tidak berpagar dan beratap genting. Didapatkan halaman depan yang tidak terlalu lebar. Rumah tersebut terdiri dari satu lantai, yang terdiri atas ruang tamu, tiga kamar tidur, satu kamar yang digunakan untuk tempat penyimpanan baju dan peralatan makan yang tidak terpakai, dapur, kamar mandi, tempat mencuci pakaian dan menjemur pakaian. Ruang tamu terletak pada bagian depan rumah. Selain untuk menyambut tamu, ruangan ini juga biasa digunakan sebagai ruang tidur istri dan anak kedua pasien. Pada bagian belakang rumah terdapat dapur yang langsung bersebelahan dengan kamar mandi. Hanya terdapat 1 kamar mandi yang digunakan oleh seluruh anggota keluarga dengan sumber air berasal dari PDAM.

2. 3. 4. 5. 6.

Luas bangunan Luas tanah Jenis dinding terbanyak

75 m2 80 m2 Tembok plester

Jenis lantai terluas Listrik dari PLN Sumber utama Ventilasi pada rumah ini kurang baik. Kamar tidur penerangan

7.

Ventilasi

pertama (ruang tidur anak pertama) dilengkapi

ventilasi

berupa

lubang

berbentuk

persegi

panjang, ukuran 30x10 cm, dengan tembok yang lembab. Kamar kedua (ruang tidur pasien) tidak dilengkapi ventilasi sama sekali, dengan atap yang berlubang besar, dan kamar ketiga (kamar ibu pasien) dilengkapi jendela ukuran 30x50 cm, dan di atapnya terdapat tali jemuran yang biasanya digunakan untuk menjemur handuk dan baju yg basah. Air untuk mencuci dan mandi berasal dari sumber 8. Sarana MCK PDAM Air 9. 10. Pembuangan limbah Sumber air minum limbah rumah tangga dibuang melalui

langsung ke belakang rumah, meresap ke tanah Air mineral (untuk pasien) dan air PDAM yang direbus sendiri (untuk keluarga lain) Sampah dikumpulkan di tempat sampah di depan

11.

Pembuangan sampah

rumah dan apabila sudah terkumpul banyak, sampah diambil oleh pengangkut sampah setiap pagi Pasien bekerja sebagai tukang reparasi sepatu

12.

Lingkungan kerja

yang tempat kerjanya tidak jauh dari rumahnya, yaitu di ujung gang rumah pasien, semenjak terdiagnosa chronic kidney disease, pasien hanya bekerja hingga pukul 12.00 siang, dan selanjutnya melanjutkan pekerjaan di rumah pasien. LINGKUNGAN SOSIAL Pasien rutin mengikuti arisan PKK dan kegiatan pengajian 1x/bulan LINGKUNGAN EKONOMI 5 x 16 m2 Milik ibu pasien

Kegiatan Sosial

1. 2.

Luas lahan

Status kepemilikan rumah

3.

Fasilitas

dan

pemilikan Ruang tamu tanpa meja dan kursi tamu (hanya dilengkapi sebuah karpet), 3 buah ranjang kayu, 6 buah lemari kayu, 1 buah bufet, 1 set alat dapur dan perlengkapan makan, 1 buah televisi

barang rumah tangga

4.

Tingkat keluarga

pendapatan Penghasilan suami pasien per bulan + Rp. 450.000, sedangkan penghasilan tambahan dari anak pertamanya (penjual pulsa elektrik) +Rp100.000, namun penghasilan anaknya ini digunakan untuk keperluan kuliahnya.

5.

Pengeluaran rata- rata per bulan: Bahan makanan: a. Biaya masak/hari Di luar bahan makanan b. Biaya listrik c. Pendidikan d. Pakaian e. Transport f. Kesehatan g. Kegiatan sosial Rp. Rp. Rp. Rp Rp. Rp. Rp. 300.000,00 30.000,00 201.000,00 20.000,00 /hari (kondisional)

1.

Pelayanan promotif/ dan balita

Rp. 20.000,00 LINGKUNGAN BUDAYA kesehatan Di lingkungan rumah pasien terdapat posyandu bayi lansia dan balita. Dahulu, ibu pasien dan anak kedua pasien rutin memeriksakan diri ke posyandu lansia dan balita, namun sekarang sudah tidak pernah dilakukan.

preventif

2.

Pemeliharaan

kesehatan Pasien dan anggota keluarga yang lain tidak rutin kontrol keluhan. kesehatan ke posyandu maupun puskesmas, melainkan hanya datang jika terdapat

anggota keluarga lain

3.

Pelayanan pengobatan

Di lingkungan rumah pasien terdapat puskesmas Dau. Jika salah satu anggota keluarga pasien

sakit, maka akan berobat ke puskesmas Dau. Dahulu awalnya pasien berobat ke puskesmas Dau, namun telah dirujuk ke RSSA, sehingga pasien melanjutkan terapi (cuci darah) ke RSSA. 4. Jaminan kesehatan pemeliharaan Pasien dan anggota keluarga memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan (jamkesmas pusat)

1.

LINGKUNGAN ERGONOMI KELUARGA Pola makan keluarga Sumber karbohidrat didapatkan dari nasi dan singkong. Protein dan lemak didapatkan dari ikan laut dan air tawar (kembung, lele, belut, mujaer, bandeng), tahu, tempe, telur, ayam dan daging (jarang). Sebelum sakit, pasien dan ibu pasien sering mengkonsumsi jeroan, namun sekarang sudah menghindari jeroan. Vitamin didapatkan dari buah dan sayur, kacang panjang, wortel, bayam, sawi, selada, pepaya, dan apel.

2.

Aktivitas fisik keluarga

Pasien (kepala keluarga) bekerja sebagai tukang reparasi sepatu. Sebelum sakit, pasien selalu merokok 2-3 pak per hari. Sebelum sakit, pasien biasa bekerja dari pagi hingga sore hari, namun sejak sakit, pasien bekerja dari pagi hingga pukul 12 siang, lalu melanjutkan pekerjaannya di rumah. Istri pasien merupakan ibu rumah tangga, sehariharinya melakukan pekerjaan rumah tangga. Ibu pasien melakukan aktivitas ringan di rumah dan jarang datang ke POSYANDU LANSIA maupun

3.

Aktivitas mental keluarga

POLINDES/

PUSKESMAS,

hanya

jika

ada

keluhan saja. Anak pertama pasien kuliah di Universitas Brawijaya Malang, dan menjual pulsa elektrik. Anak kedua pasien masih duduk di

10

bangku sekolah TK besar. Keluarga pasien jarang pergi rekreasi (berlibur). Di sela sela kesibukannya, pasien lebih suka berada di rumah dan menonton televisi bersama keluarga. sekali. a. Data kondisi faktor resiko lingkungan keluarga Keluarga sebagai lingkup lingkungan terkecil dalam kehidupan manusia berperan besar dalam kesehatan manusia. Lingkungan keluarga yang tidak kondisional dapat menjadi faktor resiko terjadinya suatu penyakit, seperti yang terjadi pada Tn.J. Lingkungan keluarga dalam aspek fisik, kimia, biologi, sosial, ekonomi, dan budaya kurang mendukung, baik dalam hal promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif. Hal ini dijelaskan dalam tabel 2.4.
Tabel 2.4 Faktor risiko lingkungan keluarga pasien chronic kidney disease

Pasien

rutin

mengikuti

kegiatan

pengajian dan arisan PKK di desa setiap sebulan

No

Faktor Risiko Fisik Obesitas Kimia Perokok aktif. Kebiasa an minum jamu yang sering. Biologi Riwayat keluarga mengalami hipertensi, dan sering mengkonsumsi makanan berlemak Sasaran Pasien

Sosial Ekonomi / Budaya a. Tidak pernah berobat bila ada keluhan. Lebih memilih minum jamu b. Tidak ada anggaran khusus untuk kesehatan

1 .

11

2 .

Istri pasien

Perokok pasif

Dahulu mengkonsumsi jamu ( 1x/bulan) - Riw. Op struma 6 tahun lalu,

a. Hanya memeriksakan dirinya ke puskesmas jika ada keluhan b. Tidak ada anggaran khusus untuk kesehatan

Ibu pasien

Perokok pasif

Sering mengkonsumsi jeroan (dulu) Riw. sendi Riw. ( 150/) Trias DM (+) Hipertensi Sering nyeri

a. Hanya memeriksakan dirinya ke puskesmas jika ada keluhan b. Tidak ada anggaran khusus untuk kesehatan a. telah memeriksakan dirinya, dan dianjurkan operasi tonsillitis, namun menolak, dan lebih memilih membeli obat sendiri jika timbul keluhan. b. Tidak ada anggaran khusus untuk kesehatan a. Sering mendatangi a. sering mendatangi puskesmas

Anak pasien

Perokok pasif

Sering mengkonsumsi softdrink (dulu) Riw. Tonsillitis kronis, sering timbul keluhan

5 .

Anak pasien

II

Perokok - Riw tonsillitis kronis pasif - Sering timbul keluhan batuk, pilek, dan panas

12

badan, terutama jika daya tahan tubuhnya turun

karena keluhan batuk, pilek, dan panas. b. Tidak ada anggaran khusus untuk kesehatan

2.1.3 Data Pemeriksaan a. Keluhan Utama Pasien mengeluh nyeri pinggang kedua-dua sisi sejak 3 hari yang lalu b. Riwayat penyakit sekarang Pasien mengeluh nyeri pinggang kedua-dua sisi sejak 3 bulan. Nyeri dirasakan hilang timbul. Hilang mulai dirasakan setelah pasien sering duduk untuk reparasi sepatu dari pagi sehingga sore. Tidak didapatkan keluhan nyeri sewaktu kencing, kencing sulit dikeluarkan dan kencing berdarah. Pasien didiagnosa menderita gagal ginjal sejak Agustus 2011 dan telah menjalani cuci darah sebanyak 60 kali yaitu 2 kali setiap minggu. Pada Agustus 2011, pasien dibawa ke Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) dengan keluhan berak hitam dan muntah-muntah. Pasien sempat dimasukkan ke ruang 26 (ruang perawatan intensif) selama 1 minggu karena kesadaran menurun dan di ruang 27 (ruang inap biasa) selama 2 bulan. c. Riwayat penyakit dahulu Pasien sebelumnya Agustus 2011 tidak pernah memeriksakan kesehatannya di rumah sakit atau puskesmas. Pasien tahu bahawa beliau menderita hipertensi sejak rawat inap di rumah sakit. Tekanan darah tertinggi 160/.. Pasien juga menderita diabetes mellitus dan juga baru diketahui sejak di rumah sakit. Sebelumnya, pasien tidak pernah menderita penyakit yang memerlukan opname di rumah sakit. d. Riwayat penyakit keluarga Ibu pasien menderita hipertensi dan ayah pasien meninggal disebabkan oleh penyakit jantung. Pasien merupakan anak ke-2 dari 8 bersaudara, Saudara pasien tidak pernah menderita diabetes mellitus maupun hipertensi.

13

e. Hasil pemeriksaan fisik Kesadaran Tanda vital : GCS 456, compos mentis : Tekanan darah Nadi Frekuensi nafas Temperatur aksilla sianosis (-) Leher Thorax : pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar tiroid (-) : Pulmo: Inspeksi Perkusi Auskultasi : simetris : sonor pada semua lapangan paru : vesikuler pada semua lapangan paru, tidak didapatkan ronkhi maupun wheezing Cor : Inspeksi Palpasi Auskultasi Abdominal Ekstremitas : ictus tidak terlihat : ictus teraba Di intercostal V midclavicular sinistra : suara jantung normal,tidak didapatkan murmur maupun gallop : flat, soefl, bising usus (+) normal, hepar/lien tak teraba, meteorismus (+) : edema (-), uremic frost (+), krepitasi (-) : 140/80 mmHg : 92 x/menit, reguler : 18 x/menit, simetris : 37,3 C Kesan umum : tampak sakit ringan, kesan overweight

Kepala : konjungtiva pucat (+), sklera ikterik (-), edema palpebra (-),

f. Hasil eksplorasi faktor lingkungan Faktor fisik yang mempengaruhi adalah obesitas dan jarangnya pasien berolahraga. Pasien juga mengaku sering menahan kencing sewaktu bekerja sebagai konduktor bis dan kerja sekarang sebagai tukang reparasi sepatu. Faktor kimia yang berpengaruh adalah pasien sebagai seorang perokok aktif sejak umur 10 tahun. Pasien merokok 2-3 pak setiap hari, tetapi sejak pasien masuk rumah sakit, pasien berhenti merokok. Pasien juga sering mengonsumsi jamu secara rutin 1-3 kali setiap hari. Selain itu pasien juga mengaku sering minum minuman penambah tenaga seperti extra joss dan soft drink yang lain. Pola makan pasien juga mempengaruhi tahap kesehatan pasien. Pasien sering

14

makan makanan berlemak seperti gule dan makanan bersantan yang lain. Faktor biologi yang berpengaruh terhadap kesehatan pasien adalah adanya riwayat hipertensi pada keluarga pasien (ibu pasien) dan riwayat ayah pasien yang meninggal disebabkan oleh sakit jantung. Faktor sosial ekonomi budaya yang turut berperan dalam kesehatan pasien adalah pendapatan pasien yang tidak menentu membuatkan pasien pasien sering tidak berobat bila ada masalah kesehatan. Selain itu, dalam anggaran rumah tangga tidak disediakan anggaran khusus untuk kesehatan. g. Hasil eksplorasi upaya kesehatan Kepedulian pasien terhadap masalah kesehatan masih kurang. Pasien tidak pernah ke dokter, puskesmas atau tenaga kesehatan yang lain untuk berobat sebelumnya. Pasien lebih memilih untuk minum jamu untuk menghilangkan gejala yang dirasakan. Setelah mengalami keluhan yang parah, baru pasien ke puskesmas untuk mendapatkan pengobatan yang akhirnya dirujuk ke rumah sakit Saiful Anwar. h.Hasil pemeriksaan tambahan Tidak dilakukan pemeriksaan tambahan pada pasien ini 2.1.4 Diagnosis a. Diagnosis permasalahan kesehatan Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien ini didiagnosa menderita Chronic Kidney Disease (CKD), hipertensi on treatment dan Diabetes Mellitus. Sedangkan masalah kesehatan lainnya adalah obesitas dan kurangnya olahraga. b. Diagnosis permasalahan lingkungan Dari hasil eksplorasi lingkungan, didapatkan faktor-faktor yang berperan dalam kesehatan pasien. Faktor kimia yang turut berperan adalah kedudukan pasien sebagai perokok aktif, sedangkan faktor biologi yang berperan adalah ibu pasien menderita hipertensi dan ayah pasien meninggal disebabkan penyakit jantung. Faktor budaya yang berperan adalah kurangnya kepedulian terhadap masalah kesehatan, sehingga pencegahan primer dan sekunder tidak terlaksana secara optimal. Selain itu, kebiasaan pasien minum jamu untuk menghilangkan keluhan juga berperan dalam timbulnya penyakit.

15

c. Diagnosis upaya kesehatan Kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasien terhadap pentingnya kesehatan juga menjadi faktor yang memperparah penyakit yang timbul. Pasien tidak pernah berobat ke rumah sakit, puskesmas atau institusi kesehatan yang lain bila pasien ada masalah kesehatan. Di samping itu, kepedulian anggota keluarga yang lain terhadap masalah kesehatan juga masih kurang. Ibu dan isteri pasien yang menderita hipertensi tidak rutin kontrol. Sedangkan anak pertama pasien yang mengalami hipertensi, tonsillitis kronis dan riwayat infeksi lambung juga tidak rutin dibawa kontrol oleh pasien. Selain itu anak kedua pasien sudah batuk lama tidak dibawakan untuk berobat padahal rumah pasien bersebelahan dengan Puskesmas Wisata Dau. Pasien dan keluarga juga lebih memilih untuk mengkonsumsi jamu-jamuan dan obat-obatan cina bila ada keluhan kesehatan 2.1.5 Intervensi Pelayanan Kesehatan Dokter Keluarga a. Intervensi terhadap permasalahan kesehatan Pasien yang sudah menderita suatu penyakit, maka membutuhkan intervensi kuratif dari pelayanan kesehatan. Pada Ny. J, intervensi kuratif dilakukan dengan memberikan pengobatan dan prosedur terapi untuk mengatasi penyakitnya.
Tabel 2.5 Intervensi pelayanan kesehatan terhadap permasalahan kesehatan pasien

No 1.

Masalah Kesehatan Pasien menderita

Pengobatan dan prosedur terapi a. Rujuk ke RSSA untuk hemodialialisa b. Captopril 25mg 3x1

gagal ginjal (Chronic Kidney Disease) 2.

a. Edukasi untuk mengatur pola makan


Obesitas

b. Edukasi untuk rutin periksa gula darah ke


PUSKESMAS Dau

b. Intervensi terhadap permasalahan lingkungan Intervensi yang dilakukan pada pasien harus bersifat holistik. Suatu penyakit yang muncul tidak hanya disebabkan oleh penyakit tersebut tetapi juga oleh faktor resiko- faktor resiko lainnya, salah satunya adalah faktor resiko lingkungan. Karena itu, intervensi terhadap faktor resiko lingkungan juga harus dilakukan.

16

Tabel 2.6 Intervensi pelayanan kesehatan terhadap permasalahan lingkungan pasien

No 1.

Masalah Lingkungan Pasien menderita gagal ginjal (Chronic Kidney Disease)

Intervensi Memberikan pengetahuan mengenai penyakit yang dideritai, faktor resiko, pengobatan dan efek samping pengobatan, pencegahan, dan prognosis dari penyakit Memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi dalam hal kesehatan kepada keluarga pasien

2.

Kesadaran pasien dalam

dan hal

pengetahuan keluarga kesehatan

c. Intervensi terhadap upaya kesehatan Jika intervensi sudah dilakukan untuk mengatasi penyakit dan faktor resikonya, maka seorang pasien harus melakukan upaya kesehatan. Intervensi terhadap upaya kesehatan ini kadang- kadang juga dibutuhkan karena tidak semua pasien menyadari pentingnya suatu upaya kesehatan, seperti yang terjadi pada Tn. J. Karena itu, dilakukan suatu intervensi terhadap upaya kesehatan Tn. J dan keluarganya, seperti dijelaskan pada tabel 2.7 di bawah ini.

Tabel 2.7 Intervensi pelayanan kesehatan terhadap upaya kesehatan pasien

No

Masalah Kesehatan

Tindakan Perawatan (Promotif, Preventif, Protektif) Individu Keluarga Komunitas

17

1.

Chronic Kidney Disease

a. Rutin cuci darah Membatasi (hemodialisa) sesuai jadwal b. Istirahat cukup


c. Mengontol

Masyarakat mendapat informasi mengenai faktor resiko, deteksi dan cara pencegahan CKD

konsumsi minum jamu dan obatobatan tanpa resep kontrol masalah penyakit ke puskesmas

input dokter dan rutin

dan output cairan

2.

Hipertensi on treatment

a.

Rutin Kontrol

Keluarga diberitahu untuk rutin kontrol hipertensi dan menjalani gaya hidup yang sehat seperti pola makan yang sehat, olahraga yang rutin dan menghindari stress

Masyarakat mendapatkan informasi tentang penyakit hipertensi terutama faktor resiko dan cara pencegahannya

ke puskesmas untuk memeriksa tekanan darah dan mendapatkan obat hipertensi


b.

Mengurangi

konsumsi makanan yang berlemak dan bersantan


c.

Segera

berobat bila gejala seperti pusing mendadak dan lemah badan


d.

Menyaranka

n agar olahraga ringan secara 3. Kesadaran dan pengetahuan dalam kesehatan hal teratur Edukasi individu dalam hal kesehatan Edukasi pasien dan keluarga dalam hal kesehatan Edukasi terhadap masyarakat dalam hal kesehatan

18

yang kurang

2.1.6 Edukasi dan Advokasi a. Pengertian CKD dan Hipertensi Chronic Kidney Disease (CKD) atau gagal ginjal kronis adalah kerusakan ginjal 3 bulan, yang bermanifestasi terhadap abnormalitas anatomi dan fungsional ginjal, dengan atau tanpa penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR) atau Laju Filtrasi Ginjal yang ditunjukkan dari:

Abnormalitas Patologi; atau Penanda (Marker) dari kerusakan ginjal termasuk komposisi dari darah, urin dan hasil radiologi ginjal yang abnormal. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan

darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan keadaan tanpa gejala, di mana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. b. Penyebab CKD dan hipertensi Gagal ginjal merupakan penyakit yang penyebabnya multifaktorial. Beberapa penyakit terutama penyakit sistemik dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal termasuk Diabetes Mellitus (40%), hipertensi (25%), glomerulonefritis (15%), Polycystic kidney disease (4%), penyakit urologi (6%) dan tidak diketahui penyebabnya (10%) Hipertensi terbagi kepada dua yaitu hipertensi primer (80-90%) yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yang diketahui penyebabnya (1020%) yaitu kelainan ginjal, hormonal, coarctatio aorta, kehamilan dan kelainan saraf. Faktor resiko terjadinya hipertensi adalah umur, jenis kelamin (pria>wanita), obesitas, herediter, konsumsi garam berlebihan, stress, sosioekonomi yang rendah dan kebiasaan yang tidak sehat seperti rokok, kopi dan alkohol

19

c. Gejala CKD dan hipertensi Pada pasien dengan gagal ginjal sering didapatkan gejala seperti pucat (anemia), hipertensi, sindrom overload (seperti bawah mata, muka, perut dan ekstrimitas yang membengkak) dan uremia Kebanyakan pasien dengan hipertensi tidak mengeluhkan gejala. Pasien mengeluhkan ada gejala setelah sekian lama menderita hipertensi dan kebanyakan gejala timbul setelah terdapatnya komplikasi kepada hipertensi seperti gagal jantung, stroke dan gagal ginjal d. Diagnosis CKD dan hipertensi Diagnosis CKD ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah, urin atau pemeriksaan radiologi. Hipertensi didiagnosa dari gejala dan pemeriksaan tekanan darah serta fisik.

e. Pengobatan CKD dan hipertensi


Pengobatan gagal ginjal adalah mutlak cangkok ginjal atau cuci darah melaui hemodialisa dan CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis). Selain itu, bila ada gejala penyerta (mual, muntah, pucat, diare), diobati gejala penyertanya. Pengobatan Hipertensi termasuk mengurangi faktor resiko seperti kurangi merokok, makan makanan tinggi garam, kurangi lemak dalam makanan, menghindari stress dan olahraga yang rutin. Obat-obatan hipertensi termasuk golongan Thiazide, ARB, Long acting DHP-CCB, Beta blocker dan Alpha-blocker
f.

Pencegahan CKD dan hipertensi Pencegahan terhadap timbulnya CKD dan hipertensi termasuk mengurangi

faktor resiko seperti kurangi merokok, makan makanan tinggi garam, dan kurangi lemak dalam makanan. Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi dianjurkan untuk rutin kontrol ke pusat kesehatan untuk mengevaluasi tekanan darahnya. .

20

DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional Moeloek, A. 2005. IDI usulkan pembentukan dokter keluarga. (online) http://www.JPKM.com Setijowati, Nanik. 2012. Modul Kepaniteraan Klinik Madya : Dokter Keluarga. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Wahyuni, Arlinda Sari. 2003. Pelayanan Dokter Keluarga. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

21

Anda mungkin juga menyukai