Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLOGI ANALISIS LAJU INFILTRASI MENGGUNAKAN PERSAMAAN PHILLIP

Disusun Oleh :

Nama NPM Hari, Tanggal Praktikum Jam Asisten Praktikum

: Arnella Qurrota Ainni : 240110100061 : Rabu, 16 November 2011 : 08.00 10.00 WIB : Egi Madyagi Eva Febrianty Annisa Okky Yuda Rizky Winarsyah

JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2011

BAB I LATAR BELAKANG

Daerah Aliran Sungai merupakan suatu ekosistem yang di dalamnya terdapat berbagai penggunaan lahan seperti lahan semak, pertanian, lahan hutan, dan pemukiman. Pemberian lahan yang berbeda memberikan respon infiltrasi yang berbeda. Air merupakan sumberdaya yang penting bagi kehidupan, sehubungan dengan itu perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mengendalikan produksi air dalam suatu DAS, terutama faktor penggunaan lahan dalam meresapkan air. Air bawah permukaan adalah semua bentuk aliran air hujan yang mengalir di bawah permukaan tanah sebagai akibat struktur pelapis geologi, beda potensial kelembapan tanah dan gaya grafitasi buni, ini termasuk kedalam mekanisme daur hidrologi. Air bawah permukaan mempertimbangkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan keberadaan air di dalam tanah. Untuk proses dan mekanisme terjadinya keberadaan air di dalam tanah itu termasuk pula ke dalam proses infiltrasi. Infiltrasi sendiri adalah proses kelanjutan aliran air masuk kedalam tanah berhubungan erat dengan perkolasi yaitu proses berkelanjutan aliran air tersebut ke tanah yang lebih dalam. Ketika air hujan jatuh di atas permukaan tanah, sebagian atau seluruh air hujan tersebut akan mengalir masuk ke dalam tanah melalui permukaan tanah, ini termasuk salah satu contoh yang sering di temukan pada proses infiltrasi. Nilai infiltrasi sangat penting untuk diketahui. Jika nilai infiltrasi diketahui, maka besarnya curah hujan yang menjadi potensi untuk melimpas setelah mencapai permukaan dapat diperhitungkan. Nilai laju infiltrasi di lapangan dapat diduga dengan menggunakan persamaan infiltrasi. Persamaan yang digunakan adalah persamaan Horton, Kostiakov dan Philip. Dalam praktikum kali ini, praktikan akan melakukan praktikum tentang perhitungan laju infiltrasi dengan menggunakan persamaan Phillip. Diharapkan dengan melakukan praktikum ini, praktikan dapat membuktikan bahwa persamaan yang digunakan untuk menghitung laju infiltrasi itu adalah mendekati benar dan tidak ada perbedaaan yang cukup jauh dengan persamaan-persamaan yang lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infiltrasi Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan dari air permukaan yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dan air tanah. Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiknya dan derajat kemampatannya, kandungan air dan permebilitas lapisan bawah permukaan, nisbi air, dan iklim mikro tanah. Air yang berinfiltrasi pada sutu tanah hutan karena pengaruh gravitasi dan daya tarik kapiler atau disebabkan juga oleh tekanan dari pukulan air hujan pada permukaan tanah. Infiltrasi adalah proses meresapnya air atau proses meresapnya air dari permukaan tanah melalui pori-pori tanah. Dari siklus hidrologi, jelas bahwa air hujan yang jatuh di permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam tanah, sabagian akan mengisi cekungan permukaan dan sisanya merupakan overland flow. Sedangkan yang dimaksud dengan daya infiltrasi (Fp) adalah laju infiltrasi maksimum yang dimungkinkan, ditentukan oleh kondisi permukaan termasuk lapisan atas dari tanah. Besarnya daya infiltrasi dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari. Laju infiltrasi (Fa) adalah laju infiltrasi yang sesungguhnya terjadi yang dipengaruhi oleh intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi. Infiltrasi mempunyai arti penting terhadap :
a. Proses Limpasan

Daya infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang dapat diserap ke dalam tanah. Sekali air hujan tersebut masuk ke dalam tanah ia akan diuapkan kembali atau mengalir sebagai air tanah. Aliran air tanah sangat lambat. Makin besar daya infiltrasi, maka perbedaan antara intensitas curah dengan daya infiltrasi menjadi makin kecil. Akibatnya limpasan permukaannya makin kecil sehingga debit puncaknya juga akan lebih kecil.

b. Pengisian Lengas Tanah (Soil Moisture) dan Air Tanah

Pengisian lengas tanah dan air tanah adalah penting untuk tujuan pertanian. Akar tanaman menembus daerah tidak jenuh dan menyerap air yang diperlukan untuk evapotranspirasi dari daerah tak jenuh tadi. Pengisian kembali lengas tanah sama dengan selisih antar infiltrasi dan perkolasi (jika ada). Pada permukaan air tanah yang dangkal dalam lapisan tanah yang berbutir tidak begitu kasar, pengisian kembali lengas tanah ini dapat pula diperoleh dari kenaikan kapiler air tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi adalah: 1. Karakteristik karakteristik hujan. 2. Kondisi-kondisi permukaan tanah.

Tetesan hujan, hewan maupun mesin mungkin memadatkan permukaan tanah dan mengurangi infiltrasi.

Pencucian partikel yang halus dapat menyumbat pori-pori pada permukaan tanah dan mengurangi laju inflasi.

Laju infiltrasi awal dapat ditingkatkan dengan jeluk detensi permukaan. Kepastian infiltrasi ditingkatkan dengan celah matahari. Kemiringan tanah secara tidak langsung mempengaruhi laju infiltrasi selama tahapan awal hujan berikutnya.

Penggolongan tanah (dengan terasering, pembajakan kontur dll) dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi karena kenaikan atau penurunan cadangan permukaan.

3. Kondisi-kondisi penutup permukaan.

Dengan melindungi tanah dari dampak tetesan hujan dan dengan melindungi pori-pori tanah dari penyumbatan, seresah mendorong laju infiltrasi yang tinggi.

Salju mempengaruhi infiltrasi dengan cara yang sama seperti yang dilakukan seresah.

Urbanisasi (bangunan, jalan, sistem drainase bawah permukaan) mengurangi infiltrasi.

4. Transmibilitas tanah

Banyaknya pori yang besar, yang menentukan sebagian dari setruktur tanah, merupakan salah satu faktor penting yang mengatur laju transmisi air yang turun melalui tanah.

Infiltrasi beragam secara terbalik dengan lengas tanah.

5. Karakteristik-karakteristik air yang berinfiltrasi

Suhu air mempunyai banyak pengaruh, tetapi penyebabnya dan sifatnya belum pasti.

Kualitas air merupakan faktor lain yang mempengaruhi infiltrasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya infiltrasi antara lain : a. Dalamnya genangan di atas permukaan tanah (surface detention) dan tebal lapisan jenuh. b. Kadar air dalam tanah. c. Pemampatan oleh curah hujan. d. Tumbuh-tumbuhan. e. Karakteristik hujan. f. Kondisi-kondisi permukaan tanah. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi antara lain : a. Jenis permukaan tanah. b. Cara pengolahan lahan. c. Kepadatan tanah. d. Sifat dan jenis tanaman. 2.2 Infiltrometer Infiltrometer merupakan suatu tabung baja silindris pendek, berdiameter besar (atau suatau batas kedap air lainnya) yang mengitari suatu daerah dalam tanah (Seyhan, 1990). Infiltrometer merupakan suatu tabung baja selindris pendek, berdiamater besar (suatu batas kedap air lainnya) yang mengitari suatu daerah dalam tanah. Infiltrometer konsentrik yang merupakan tipe biasa, terdiri dari dua cincin

konsentrik yang ditekan ke dalam permukaan tanah. Kedua cincin tersebut digenangi (karena itu disebut infiltrometer tipe genang) secara terus-menerus untuk mempertahankan tinggi yang konstan. Masing-masing penambahan air untuk mempertahankan tinggi yang konstan ini hanya diukur (waktu dan jumlah) pada cincin bagian dalam. Bagian luar digunakan untuk mengurangi pengaruh batas dari tanah sekitarnya yang lebih kering. Kalau tidak air yang berinfiltrasi yang dapat menyebar secara lateral di bawah permukaan tanah (Subagyo, 1990). Alat infiltrometer yang biasanya digunakan adalah jenis infiltrometer ganda (double ring infiltrometer) yaitu suatu infiltrometer silinder yang iotempatkan di dalam infiltrometer silinder lain yang lebih besar. Infiltrometer silinder yang lebih kecil mempunyai ukuran diameter sekitar 30 cm dan infiltrometer yang besar mempunyai ukuran hingga 50 cm. Pengaturan hanya dilakukan pada silinder yang lebih kecil. Silinder yang lebih besar hanya digunakan sebagai penyangga yang bersifat menurunkan efek batas yang timbul oleh adanya silinder (Asdak, 2002). Ring infiltrometer utamanya digunakan untuk menetapkan infiltrasi kumulatif, laju infiltrasi, sorptivitas dan kapasitas infiltrasi. Ada dua bentuk ring infiltrometer, yaitu single ring infiltrometer dan double atau concentric-ring infiltrometer. Single ring infiltrometer umunya berukuran diameter 10-50 cm dan panjang atau tinggi 1020 cm. Ukuran double ring infiltrometer adalah ring pegukur/ring dalam umunya berdiameter 10-20 cm, sedangkan ring bagian luar (ring penyangga/buffer ring) berdiameter 50 cm (Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006). Untuk tujuan tertentu sering digunakan ukuran ring yang lebih besar atau lebih kecil. Namun demikian, pengguaan ring yang terlalu kecil juga menyebabkan semakin tingginya tingkat kesalahan (error) pengukuran (Tricker, 1978 dalam Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006). Menurut Suci Handayani, pada dasarnya tidak ada perbedaan antara single ring infiltrometer dan double, pengukuran dengan single ring infiltrometer dapat menggunakan lingkaran tengah double ring infitrometer. Hanya saja yang membedakan kedua alat tersebut adalah pendekatanya dimana untuk double ring infiltrometer, ring bagian luar bertujuan untuk mengurangi pengaruh batas dari tanah agar air tidak dapat menyebar secara lateral dibawah permukaan tanah.

Menurut

Sosrodarsono

dan

Takeda

(1993),

penggunaan

double

ring

infiltrometer, lingkaran luar digunakan untuk mencegah peresapan keluar dari air dalam lingkaran tengah setelah meresap ke dalam tanah. Ditujukan untuk mengurangi pengaruh rembesan lateral. Oleh karena adanya rembesan lateral, sering menyebabkan hasil pengukuran dari alat ini menjadi tidak mudah untuk diekstrapolasikan ke dalam skala lapangan.

Gambar 1. Infiltrometer Double Ring

Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1993) kedua jenis alat ukur infiltrasi ini mempunyai persoalan-persoalan yang sama yaitu: 1. Efek pukuan butir-butir hujan tidak diperhitungkan. 2. Efek tekanan udara dalam tanah tidak terjadi. 3. Struktur tanah sekeliling dinding tepi alat itu telah terganggu pada waktu pemasukannya ke dalam tanah. Menurut Dunne dan Leopold (1978) dalam Asdak (2010), dengan cara ini hasil laju infiltrasi yang diperoleh biasanya lebih besar daripada keadaan yang berlangsung di lapangan (infiltrasi dari curah hujan), yaitu 2-10 kali lebih besar. Pengukuran kapasitas infiltrasi dilakukan dengan menggunakan single dan double ring infiltrometer. Dimana kedua alat tersebut terbuat dari baja untuk double ring infiltrometer diameter ring tengah 16,5 cm serta tinggi 25 cm dan ring luar berdiameter 27,5 cm dengan tinggi 15 cm. Sedangkan untuk single ring infiltrometer

merupakan ring yang hanya menggunakan ring tengah double ring infiltrometer. Cara penggunaanya sebagai berikut : Double ring infiltration 1. Double ring dimasukkan ke dalam tanah sampai sedalam separuh tinggi alat, dengan kedudukan diusahakan tegak lurus serta tanah dalam silinder dijaga jangan sampai rusak atau pecah. 2. Untuk menghindari kerusakan struktur tanah dalam silinder, maka sebelum dituangkan air terlebih dahulu permukaan tanah ditutup plastik, baru kemudian dituangkan diatas plastik tersebut. 3. Sebelum penuangan air pada silinder tengah, maka silinder luar sebaiknya diisi air terlebih dahulu supaya perembesan ke arah luar terkurangi, ring tengah harus selalu terisi air saat pengamatan. 4. Setelah diisikan ke dalam ring tengah dengan cepat plastik ditarik dan ditambah air sampai ketinggian tertentu lalu dibaca skala penurunan air setiap 15 menit sampai penurunan air dalam silinder konstan. 5. Hal tersebut dilakukan juga terhadap titik-titik pengukuran infiltrasi lainnya. Single ring infiltration 1. Single ring yang merupakan silinder tengah dari double ring dimasukkan ke dalam tanah sampai sedalam separuh tinggi alat, dengan kedudukan diusahakan tegak lurus serta tanah dalam silinder dijaga jangan sampai rusak atau pecah. Pengukuran kapasitas infiltrasi dengan metode ini dilakukan pada jarak 1-2 m dari lokasi pengukuran menggunakan metode double ring. 2. Untuk menghindari kerusakan struktur tanah dalam silinder, maka sebelum dituangkan air terlebih dahulu permukaan tanah ditutup plastik, baru kemudian dituangkan diatas plastik tersebut. 3. Setelah diisikan air, dengan cepat plastik ditarik dan ditambah air sampai ketinggian tertentu lalu dibaca skala penurunan air setiap 15 menit sampai penurunan air dalam silinder konstan. 4. Hal tersebut dilakukan juga terhadap titik-titik pengukuran infiltrasi lainnya.

2.3 Persamaan Laju Infiltrasi Laju infiltrasi adalah laju air yang meresap ke dalam tanah, yang besarnya dinyatakan dalam mm/jam. Laju infiltrasi ini sangat besar pengaruhnya di dalam rancangan-rancangan untuk cara pemberian air, periode dan lamanya pemberian air beserta besarnya air yang harus diberikan. Kemampuan tanah menyerap air akan semakin berkurang dengan makin bertambahnya waktu. Pada tingkat awal kecepatan penyerapan air ini akan mendekati konstan. Laju infiltrasi (f) kapasitas infiltrasi (fp). Hal ini di pengaruhi oleh intensitas

hujan. Jika Intensitas Hujan < kapasitas infiltrasi maka laju infiltrasi akan < kapasitas infiltrasi, dan jika > maka laju infiltrasi akan = kapasitas infiltrasi.

Gambar 2. Grafik Laju Infiltrasi terhadap waktu

1. Persamaan Horton (1930) : f = fc + (f0-fc) e(-kt) Dimana : f = kapasitas infiltrasi pada saat t (cm/jam) = kapasitas infiltrasi pada saat konstan (cm/jam) = kapasitas infiltrasi pada saat awal (cm/jam) k = konstanta t = waktu dari awal hujan e = 2.718 Untuk memperoleh nilai konstanta K dapat menggunakan cara berikut: 1. Rubah persamaan Horton menjadi +(

2.

Logaritmakan sisi kiri dan kanan. ( ( ( ( ( ( atau

3. Maka diperoleh persamaan. ( ( (


(

) ) (

( ((

( ) (

4. Dengan menggunakan persamaan umum linier, Y = mX + c, maka persamaan diatas dianologikan menjadi. Y=t M = -1 /( K log e) X = Log C = ( 1/ K Log e) Log ( 5. Dari persamaan, m = -1 / ( K Log e ), diperoleh : K = -1 /( m Log e ) atau K =-1/(m Log 2.718) Atau K = -1 / 0.434 m dimana m = Gradien Secara teori fc : konstan untuk suatu jenis dan lokasi tanah tertentu, tetapi akan bervariasi pada setiap intensitas hujan yang tidak sama. Kesulitan Horton menentukan hubungan f0, fc dan k dengan sifat-sifat dari daerah alirannya.

2. Persamaan Phillips : f = (s t-0,5)/2 + C Dimana : f = laju infiltrasi s dan C = konstanta yang dipengaruhi oleh faktor tanah dan kelembaban tanah mula-mula Rumus laju infiltrasi mengandung peubah atau konstanta yang dipengaruhi kondisi lokal, penggunaan persamaan Philiip mudah dicari di lapangan.

fp = cp t-0,5 + c fp = ( fp c t = 2 cp t0,5 fp1 t2 c t1 t2 = 2 cp t10,5 t2 fp2 t1 c t2 t1 = 2 cp t20,5 t1 fp1 t2 fp2 t1 = 2 cp (t10,5 t2 - t20,5 t1) sehingga Cp dapat dicari, yaitu : Cp =
( )

persamaan (1) persamaan (2)

Setelah itu, nilai C pun dapat dicari dengan menggunakan persamaan 1 atau 2.

3. Persamaan Kostiokov Kostiokov merupakan rumus infiltrasi yang sederhana. F = c ta Dimana : F c dan a = infiltrasi akumulatif untuk suatu waktu tertentu = konstanta

Laju Infiltrasi (f) dari Kostiokov dideferensialkan terhadap waktu (t): f = dF/dt = a c t(a-1) = A tn Horton, Philip, dan Kostiakov merupakan persamaan infiltrasi berdasarkan peubah waktu, sedangkan peubah bukan waktu seperti Green-Amp, dan Holtan dan memerlukan beberapa asumsi, sehingga kurang tepat di dalam pendugaannya.

BAB III METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan : 1. Kalkulator 2. Alat tulis Bahan yang digunakan : 1. Data pengukuran laju infiltrasi di petak sawah Jatinangor pada tanggal 23 September 2009 dengan menggunakan ring infiltrometer berdiameter 50 cm.

3.2 Metode Pelaksanaan 1. 2. 3. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai. Mencari luas penampang infiltrometer dengan rumus .

Mengisi kolom penambahan air, dengan rumus : volume air/luas penampang, kemudian dikonversikan ke dalam satuan millimeter (mm).

4. 5. 6.

Mengisi kolom akumulatif penambahan air (Fp). Mencari Cp dengan rumus Cp =


( )

Mencari C dengan menggunakan persamaan (1) Fp1 t2 c t1 t2 = 2 cp t10,5 t2 atau (2) Fp2 t1 c t2 t1 = 2 cp t20,5 t1

7.

Menentukan persamaan Phillipnya fp = cp t-0,5 + c.

BAB IV HASIL PRAKTIKUM

4.1 Tabel Data Pengukuran Laju Infiltrasi di Petak Sawah Jatinangor pada Tanggal 23 September 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Waktu, t (menit) 0 5 10 20 30 40 50 100 120 240 Volume Air (cm3) 0 350 350 1000 1100 1500 3500 2500 4000 8000 Penambahan Air (mm) 0 1,783 1,783 5,093 5,602 7,639 17,825 12,732 20,372 40,744 Akumulatif Penambahan Air (mm) 0 1,783 3,566 8,659 14,261 21,9 39,725 52,457 72,829 113,573

Dari tabel tersebut, maka didapatkan : t1 = t2 = 5 240 menit menit Fp1 = 1,783 mm Fp2 = 113,573 mm

4.2 Analisis Data Menghitung Luas Penampang Ring Infiltrometer Luas = =2x x 252 = 1963,495 cm2

Menghitung Cp Cp = =
( ( ( ) ( (

= = - 0, 152

Menghitung C, dengan persamaan (1) Fp1 t2 c t1 t2 427,92 C (1200) 1200 C C C = 2 cp t10,5 t2 = -163,1435196 = 591,0635196 = = 0,4926 (1,783 x 240) C (5 x 240) = 2 (-0,152 x 50,5 x 240)

Menghitung C, dengan persamaan (2) Fp2 t1 c t2 t1 567,865 C (1200) 1200 C C C = 2 cp t20,5 t1 = -23.548 = 591,413 = = 0,4928 (113,573 x 5) C (240 x 5) = 2 (-0,152 x 2400,5 x 5)

Jadi, dari data yang telah diperoleh di atas, maka persamaan Phillipnya adalah : Fp = cp t-0,5 + c Fp = 0,15 t-0,5 + 0,49

BAB V PEMBAHASAN

Dalam praktikum kali ini, yang dilakukan adalah membuat persamaan Phillip dari data yang telah ada, yaitu data pengukuran laju infiltrasi di petak sawah Jatinangor pada tanggal 23 September 2009 dengan menggunakan ring infiltrometer yang berdiameter 50 cm. Ring infiltometer dalam ukuran ini termasuk ke dalam infiltrometer besar yang berdiameter sampai 50 cm. Dengan mengetahui laju infiltrasi, maka kita akan mengetahui seberapa banyak air yang dibutuhkan oleh tanaman. Jadi, kita pun dapat dengan tepat memberikan air pada tanah. Dalam mencari persamaan Phillip ini praktikan harus mengetahui dahulu berapa luas penampang dari ring infiltrometer yang digunakan. Kemudian data ini akan digunakan dalam mencari nilai penambahan air atau tinggi muka airnya. Karena rumus dari tinggi muka air itu adalah h = volume air/luas penampang. Setelah mendapatkan tinggi muka airnya, praktikan dapat dengan mudah menentukan berapa akumulatif penambahan air (fp) dalam satuan millimeter (mm). caranya adalah dengan menjumlahkan data penambahan air yang waktu t1 dengan penambahan air pada waktu t2 dan begitulah selanjutnya. Ketika akan mencari C, praktikan terlebih dahulu harus mencari Cp dengan menggunakan persamaan yang telah dikemukakan pada pustaka yang telah ada. Dari data yang telah didapatkan dan dengan menghitung dengan rumus C p
( )

, maka nilai C pun dapat diketahui. Nilai C itu adalah -0,152, namun

hanya dua angka di belakang koma yang dimasukan ke dalam persamaan agar terdapat keserasian dengan nilai Cp yang akan dicari. Jadi nilai C-nya adalah -0,15. Untuk mencari nilai C, kita pun dapat menggunakan perhitungan yang ada pada pustaka. Yaitu menggunakan persamaan 1 atau 2 dari penurunan rumus persamaan Phillip. Setelah dihitung, ternyata persamaan 1 dengan persamaan 2 ada sedikit perbedaan pada beberapa angka di belakang koma. Terlihat bahwa pada nilai C pada persamaan 1 yaitu 0,4926 dan nilai C pada persamaan 2 adalah 0,4928. Hal ini hanya berbeda dari pembulatan yang dilakukan oleh praktikan. Oleh karena adanya perbedaan

itu, praktikan hanya mengambil 2 desimal dalam mengambil data untuk nilai C ini. Jadi, C yang dimaksud adalah 0,49. Dari kedua nilai tersebut, maka persamaan Phillipnya bisa didapatkan dengan memasukkan nilai C dan Cp ke dalam persamaan Phillip. Jadi persamaan Phillipnya adalah Fp = 0,15 t-0,5 + 0,49. Dari persamaan tersebut, praktikan pun dapat mengetahui laju infiltrasi dari data di petak sawah Jatinangor pada tanggal 23 September 2009 tersebut dengan memasukkan waktunya (dalam satuan menit) ke dalam persamaan Phillip yang telah didapatkan tersebut. Jadi laju infiltrasinya adalah : No Waktu, t (menit) f (mm/menit) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 5 10 20 30 40 50 100 120 240 0,49 0,557 0,537 0,524 0,517 0,514 0,511 0,505 0,504 0,5

Karena persamaan itu didapatkan dalam satuan millimeter, maka laju infiltrasinya pun dalam satuan mm/jam. Selain dengan menggunakan persamaan Phillip, persamaan laju infiltrasi ini dapat dicari pula dengan menggunakan persamaan Horton atau Kostiokov.

BAB VI KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah : 1. Laju infiltrasi adalah laju air yang meresap ke dalam tanah, yang besarnya dinyatakan dalam mm/jam. 2. Pendugaan laju infiltrasi dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan Horton, Phillip, dan juga Kostiokov. 3. Persamaan Phillipnya adalah Fp = 0,15 t-0,5 + 0,49

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Airan Sungai. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Dwiratna. Sophia N.P. 2011. Penuntun Praktikum Hidrologi. Jatinangor: Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian Universitas Padjadjaran. Anonim. 2009. Infiltrasi. Terdapat pada http://sipil-

inside.blogspot.com/2009/10/infiltrasi.html. Diakses pada (17 November 2011, 12.08 WIB). Anonim..2010. Pengukuran Infiltrasi Menggunakan Ring Infiltrometer

http://nirmalaaaryanti.blogspot.com/2011/04/pengukuran-infiltrasi-menggunakanring_12.html Diakses pada (13 November 2011, 22.00 WIB) Rully, Yanrilla. 2001. Besarnya Laju Infiltrasi pada Berbagai Jenis Penutupan Lahan. Terdapat pada http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/15710. Diakses pada (17 November 2011, 12.10 WIB) Suryatmojo, Hatma. 2010. Infiltrasi. Terdapat pada

http://mayong.staff.ugm.ac.id/site/?page_id=11. Diakses pada (17 November 2011, 12.13 WIB)

Anda mungkin juga menyukai