Anda di halaman 1dari 13

TEORI HIMPUNAN

1.1 Pengertian Himpunan Kumpulan dari obyek-obyek tertentu yang merupakan suatu kesatuan dinamakan suatu himpunan (set) dan obyek-obyek itu sendiri disebut anggota (elemen) dari himpunan tersebut. Ada beberapa literature menambahkan definisi himpunan sebagai kumpulan objek tak-terurut (unordered collection). Contoh 1-1 : 2.1 komputer-komputer yang terdapat dalam laboratorium Jurusan Manajemen Informatika merupakan suatu himpunan dan setiap komputer didalamnya adalah anggota dari himpunan tersebut. 2.2 seluruh dosen Undiksha merupakan suatu himpunan dan setiap dosen secara individu adalah anggota dari himpunan tersebut. Dalam penyajiannya, himpunan umumnya ditulis dengan huruf besar, seperti : A, B, C, D, X, Y, Sedangkan anggota himpunan, umumnya ditulis dengan huruf kecil, seperti : a, b, c, d, x, y, Bila x adalah suatu anggota dari suatu himpunan A, maka ditulis x A (baca x adalah suatu anggota dari A), sedang jika x bukan anggota dari A ditulis x A (baca x adalah bukan anggota dari A atau x diluar A). 1.2 Penulisan Dan Notasi Himpunan Di sini akan dibahas tiga buah cara untuk menyajikan suatu himpunan, yaitu mengenumerasikan elemen-elemennya, menyatakan syarat keanggotaan, dan menggunakan Digram Venn. 1. Enumerasi yaitu dengan menulis semua elemen-elemennya di antara tanda alokade/kurung kurawal. Notasi : - { elemen-elemen } atau {, ., ., ., ., ., ., .,}

Pengasuh : Ni Wayan Marti, S.Kom., M.Kom

Contoh 1-2 : a. C adalah himpunan bilangan Cacah yang berisi empat anggota yaitu 0,1,2,3. Dapat dinotasikan : C = { 0, 1, 2, 3 } Perhatikan bahwa himpunan ditentukan oleh anggota-anggotanya dan bukan pada urutan anggota-anggotanya. Urutan di dalam himpunan tidak mempunyai arti apa-apa. Jadi, Himpunan C di atas juga dapat ditulis sebagai C = {2, 3, 1, 0} atau A = {0, 2, 1, 3}. b. X adalah himpunan nama-nama mata kuliah di Jurusan Manajemen Informatika semester II. Notasi : X = {Pengenalan Komputer, Metode Numerik, Paket Aplikasi, Pengantar Database, Alpro II, BPTT I} 2. Notasi Pembentuk Himpunan, yaitu himpunan dinyatakan dengan menulis syarat yang harus dipenuhi oleh anggotanya. Notasi : - { x | syarat yang harus dipenuhi oleh x} Aturan yang digunakan dalam penulisan syarat keanggotaan : a. Bagian kiri tanda | melambangkan elemen himpunan. b. Tanda | dibaca dimana atau sedemikian hingga c. Bagian kanan tanda | menunjukkan syarat keanggotaan himpunan d. Setiap tanda , dalam syarat keanggotaan dibaca sebagai dan. Contoh 1-3 : a. X adalah himpunan bilangan Ganjil Positif (G) antara -3 dan 8. Notasi : X = {x | x G, -3 < x < 8 } Dibaca X adalah himpunan semua x di dalam G sedemikian hingga x berada antara -3 dan 8. Yang sama dengan X = {1, 3, 5, 7}. b. Y menyatakan himpunan semua bilangan-bilangan bulat (B) yang akar kuadratnya berupa bilangan bulat positif dan lebih kecil dari 7.

Pengasuh : Ni Wayan Marti, S.Kom., M.Kom

Notasi : Y = {y | y B,

y <7} y

Dibaca Y adalah himpunan semua y di dalam B sedemikian hingga berupa bilangan bulat positif dan kurang dari 7. Yang sama dengan Y = {1, 4, 9, 16} 3. Diagram Venn

Diagram Venn juga disebut dengan diagram Venn Euler yaitu suatu cara sederhana untuk menggambarkan hubungan antara himpunan-himpunan dengan jalan menggambarkan semua anggota himpunan itu sebagai luas bidang, misalnya bidang lingkaran, bidang persegi panjang dan sebagainya. Contoh 1-4 : Misalkan K L, maka K dan L dapat disajikan dalam bentuk diagram Venn seperti gambar di bawah ini : S K L

Gambar 1.1 Diagram Venn untuk contoh 1-4

1.3 Kardinalitas Sebuah himpunan dikatakan berhingga jika terdapat n elemen berbeda yang dalam hal ini n adalah bilangan bulat positif. Sebaliknya himpunan tersebut dinamakan tak-berhingga. Misalnya A merupakan himpunan berhingga, maka jumlah elemen berbeda di dalam A disebut kardinal dari himpunan A. Notasi : n(A) atau |A| Catatan : Di dalam modul ini, akan digunakan notasi n(A) untuk menyatakan kardinalitas himpunan.

Pengasuh : Ni Wayan Marti, S.Kom., M.Kom

Contoh 1-5 : Berikut ini adalah beberapa contoh himpunan berhingga : i. ii. iii. X = {x|x merupakan bilangan prima antara 2 dan 20 }, maka n(A) = 7, dengan elemen-elemen X adalah 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19. Y = {kucing, anjing, harimau, kambing, babi, sapi}, maka n(Y) = 6, dengan elemen-elemen Y adalah kucing, anjing, harimau, kambing, babi, dan sapi C = {c | c adalah bilangan bulat negative ganjil yang lebih besar -1}, maka n(C) = 0, karena tidak ada bilangan negative ganjil yang lebih besar dari -1. Himpunan yang tidak berhingga mempunyai kardinal tidak berhingga pula. Sebagai contoh himpunan bilangan bulat yang mempunyai jumlah anggota tidak berhingga, maka n(B) = . 1.4 Jenis-Jenis Himpunan Dalam sub bahasan ini akan dibahas beberapa jenis himpunan yang dikenal dalam teori himpunan, yaitu himpunan bagian, himpunan tak hingga dan berhingga, himpunan kuasa, himpunan semesta, himpunan kosong dan komplemen dari sebuah himpunan. 1.4.1 Himpunan Bagian Himpunan A dikatakan himpunan bagian (subset) dari sebuah himpunan B jika dan hanya jika tiap anggota dari himpunan A merupakan anggota dari himpunan B, dan ditulis A B (baca A adalah himpunan bagian dari B, atau A termasuk di dalam B) Contoh 1-6 : o Himpunan bilangan-bilangan ganjil (G) adalah himpunan semua bilanganbilangan bulat (B), yang ditulis dengan G B o P = {2, 3, 5} adalah himpunan bagian dari A = {5, 4, 3, 2, 1,0}, yang ditulis dengan notasi P A o D = {5, 10, 15} adalah himpunan bagian dari T = {15, 10, 5} yang ditulis dengan notasi D T

Pengasuh : Ni Wayan Marti, S.Kom., M.Kom

Dua himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B, jika dan hanya jika A dan B memuat elemen-elemen yang sama dan ditulis dengan A = B. Ada tiga hal yang perlu dicatat dalam memeriksa kesamaan dua buah hinpunan, yaitu : 1. Urutan elemen di dalam himpunan tidak penting. Jadi, {a, b, c} = {c, b, a} = {a, c, b} 2. Pengulangan elemen tidak mempengaruhi kesamaan dua buah himpunan. Jadi, {a, a, a} = {a, a} = {a} {1, 2, 3} = {2, 2, 3, 1, 3} 3. Untuk tiga buah himpunan, A, B, dan C berlaku aksioma berikut : a) A = A, B = B, dan C = C. b) Jika A = B , maka B = A c) Jika A = B dan B = C, maka A = C Contoh 1-7 : A = {a, b, c, d} B = {c, d, a, b}. maka A = B K = {2, 3, 4} L = {2, 3, 3, 3, 4}, maka K = L Sebuah himpunan A dikatakan himpunan bagian sejati (proper subset) dari himpunan B jika dan hanya jika A merupakan himpunan bagian dari B dan A tidak sama dengan B, yang dinotasikan dengan A B. Contoh 1-8 : A = {2, 3, 4} B = {1, 2, 3, 4, 5}, maka A B Misalkan : A = {a, b, c, d} B = {b, c} C = {b, d, c, a},

Pengasuh : Ni Wayan Marti, S.Kom., M.Kom

maka dapat dikatakan bahwa B adalah himpunan bagian sejati dari A, tetapi C merupakan himpunan bagian tidak sejati dari A. 1.4.2 Himpunan yang Ekivalen Dua buah himpunan dapat mempunyai kardinal yang sama meskipun anggota kedua himpunan tersebut tidak sama. Sehingga kedua himpunan tersebut dapat dikatakan ekivalen. Maka himpunan A dikatakan ekivalen dengan himpunan B jika dan hanya jika kardinal dari kedua himpunan tersebut sama. Notasi : A ~ B n(A) = n(B) Contoh 1-9 : Jika A = {1, 2, 3, 4} dan B = {a, b, c, d}, maka A ~ B sebab n(A)=n(B )= 4. Jika terdapat 3 buah himpunan yaitu : Z = {a, n, t, a, r, i, k, s, a} W = {2, 3, 5, 7, 11, 13, 17} D = {a, n, t, a, r, s, a, k, t, i}

Hubungan antara kesamaan dua buah himpunan dengan sifat ekivalen :

1.4.3 Himpunan Tak Hingga dan Himpunan Berhingga Yang dimaksud dengan himpunan tak hingga adalah himpunan yang banyak anggotanya tak terhingga atau tidak dapat dihitung. Contoh 1-10 : Himpunan A adalah himpunan bilangan asli, dinotasikan dengan A = {1, 2, 3, 4, 5, } Himpuan P adalah himpunan bilangan prima, dinotasikan dengan P = {2, 3, 5, 7, 11, 13, } Himpunan berhingga adalah himpunan yang banyaknya anggota berhingga atau dapat dihitung atau ada batasnya. Contoh 1-11 :

Pengasuh : Ni Wayan Marti, S.Kom., M.Kom

Himpunan K adalah himpunan nama-nama hari dalam seminggu, dinotasikan dengan K = {minggu, senin, selasa, rabo, kamis, jumat, sabtu}. Himpunan T adalah himpunan nama-nama bulan dalam setahun, dinotasikan dengan T = {januari, februari, maret, april, mei, juni, juli, agustus, september, oktober, nopember, desember}.

Himpunan L adalah himpunan nama-nama jurusan di lingkungan FTK, dinotasikan dengan L = {PKK, Manajemen Informatika, Teknik Elektro, Boga Perhotelan, Pend-TIK}.

1.4.4 Himpunan Kuasa Keluarga dari semua himpunan bagian dari himpunan A disebut dengan himpunan kuasa dari A, dan banyaknya himpunan bagian dari himpunan A dirumuskan dengan 2A. Contoh 1-12 : Himpunan A = {2}, himpunan bagiannya : {}, {2} Himpunan B = {a, b}, himpunan bagiannya : {}, {a}, {b}, {a, b} Himpuan C = {1, 2, 3}, himpunan bagiannya : {}, {1}, {2}, {3}, {1, 2}, {1, 3}, {2, 3}, {1, 2, 3} 1.4.5 Himpunan Semesta Semua himpunan pembicaraan akan merupakan himpunan bagian dari suatu himpunan tertentu, maka himpunan tertentu itu tersebut disebut himpunan semesta dan umumnya dilambangkan dengan huruf S atau U. Contoh 1-13 : Himpunan pembicaraan adalah himpunan bilangan asli maka himpunan semestanya adalah himpunan bilangan cacah atau bisa juga himpunan bilangan bulat. 1.4.6 Himpunan Kosong Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki anggota himpunan. Simbol umum untuk himpunan kosong adalah: "{}," " Contoh 1-14 : " dan " "

Pengasuh : Ni Wayan Marti, S.Kom., M.Kom

Himpunan orang-orang yang berusia lebih dari 200 tahun adalah himpunan kosong. A = {x|x 2 = 9 dan bilangan genap}, maka A = .

1.4.7 Himpunan Saling Asing (lepas) Dua himpunan A dan B dikatakan saling asing (lepas), jika himpunanhimpunan itu tidak mempunyai anggota yang berserikat. Artinya tidak terdapat anggota A yang menjadi anggota B dan begitu juga sebaliknya. Contoh 1-15 : Misalkan A = {3, 5} dan B = {4, 6,8}, maka A dan B saling lepas. K = { x | x2 = 4} dan L = {2, 3, 5, 7}, maka K dan L dikatakan tidak saling lepas, sebab 2 K dan 2 L. 1.4.8 Komplemen Komplemen suatu himpunan A adalah himpunan semua obyek yang bukan anggota dari himpunan A tersebut, tetapi merupakan anggota himpunan semesta, yaitu selisih himpunan semesta S dan A, ditulis dengan A atau Ac, yang artinya A = S A. Contoh 1-16 : Misalkan himpunan semesta S adalah semua bilangan cacah, dan misalkan K = {0, 2, 4, 6, 8, }, maka K adalah himpunan {1, 3, 5, 7, 9, }. Misalkan himpunan semesta S adalah S = {1, 2, 3, 4, 5} dan B = {x | x 2 6x + 8 = 0}, maka B = {1, 3, 5}. 1.5 Operasi-Operasi Dasar Himpunan Dalam teori himpunan, ada beberapa operasi dasar yang akan dipelajari, yaitu operasi gabungan, irisan, penjumlahan, pengurangan, dan komplemen dimana contohcontohnya akan digambarkan dengan Diagram Venn. 1.5.1 Operasi Gabungan (Union) Gabungan (union) dari dua buah himpunan A dan B adalah himpunan semua obyek yang menjadi anggota A atau B atau keduanya, dan ditulis dengan lambing A B.

Pengasuh : Ni Wayan Marti, S.Kom., M.Kom

Contoh 1-17 : misalkan A = {1, 2, 3} dan B = {1, 3, 4, 5}, maka A B = {1, 2, 3, 4, 5} misalkan A = {kambing, gajah} dan B = {angsa, itik, ayam}, maka A B = {kambing, gajah, angsa, itik, ayam} Dengan notasi himpunan, gabungan A dan B dapat didefinisikan A B = {x | x
A atau x B}.

Dalam diagram Venn, A B adalah daerah yang diarsir di bawah ini. S S

A B daerah yang diarsir

A B daerah yang diarsir

1.5.2 Operasi Irisan Irisan (Intersection) dari dua himpunan A dan B adalah himpunan yang semua obyeknya sekaligus menjadi anggota himpunan A dan himpunan B, ditulis dengan lambang A B. Contoh 1-18 : Misalkan A = {k, a, m, i} dan B = {k, a, m, u}, maka A B = {k, a, m}. Misalkan K = {1, 2, 3, 5, 7} dan L = {2, 4, 6, 8,10}, maka A B = {2}.

Dengan notasi himpunan , irisan A dan B dapat didefinisikan A B = { x | x A dan x B}. dalam diagram Venn, A B adalah daerah yang diarsir berikut ini. S

A B daerah yang diarsir

1.5.3 Operasi Perjumlahan Penjumlahan (+) dua himpunan A dan B adalah semua obyek yang sekaligus menjadi anggota A dan B, tetapi bukan anggota yang berada dalam irisan A dan B, yang dilambangkan dengan A + B.

Pengasuh : Ni Wayan Marti, S.Kom., M.Kom

Contoh 1-19 : - Misalkan A = {1, 2, 3, 5, 7} dan B = {0, 2, 4, 6}, maka A + B = {0, 1, 3, 4, 5, 6, 7}. - Misalkan A = {k, i, t, a} dan B = {k, a, m, u}, maka A + B = {i, t, m, u} Dengan notasi himpunan, penjumlahan antara A dan B dapat didefinisikan A + B = { x | x A dan x B, x A B }. Dalam diagram Venn, A + B adalah daerah yang diarsir berikut ini. S S

A + B daerah yang diarsir

B + A daerah yang diarsir

Jika himpunan A dan B saling lepas, maka dapat digambarkan sebagai berikut : S S

A + B daerah yang diarsir

B + A daerah yang diarsir

1.5.4 Operasi Pengurangan Pengurangan (selisih) dari dua himpunan A dan B adalah semua obyek yang menjadi anggota A tetapi tidak menjadi anggota B, ditulis dengan lambang A B, sedangkan jika B A dalah semua obyek yang menjadi anggota B tetapi tidak menjadi anggota A. Contoh 1-20 : Misalkan A = {2, 4, 5}, dan B = {1, 2, 3, 5, 7}, maka A B = {4} dan B A = {1, 3, 7}. Misalkan X = {ayam, jantan, jago} dan Y = {ayam, betina, bertelur}, maka A B = {jantan, jago} dan B A = {betina, bertelur}.

Pengasuh : Ni Wayan Marti, S.Kom., M.Kom

10

Dengan notasi himpunan, selisih antara A dan B dapat didefinisikan A - B = { x | x A dan x B }= A B ; B - A = { x | x B dan x A }= B A Dalam diagram Venn, A B atau B A adalah daerah yang diarsir berikut ini, tetapi A dan B tidak saling asing : S S

A - B daerah yang diarsir

B - A daerah yang diarsir

Jika himpunan A dan B saling lepas, maka dapat digambarkan sebagai berikut : S S

A B
A - B daerah yang diarsir

B - A daerah yang diarsir

1.5.5 Komplemen Komplemen dari sebuah himpunan A dapat disajikan dalam bentuk notasi himpunan : A = {x | x S dan x A}. Dengan diagram Venn A adalah daerah yang diarsir, disini S (himpunan semesta) adalah daerah di dalam persegi panjang.

S
A A
A adalah daerah yang diarsir

Pengasuh : Ni Wayan Marti, S.Kom., M.Kom

11

1.6 Perkalian Kartesian Perkalian kartesian dari sebuah himpunan A dan B adalah himpunan yang elemennya semua pasangan berurutan yang dibentuk dari komponen pertama dari himpunan A dan komponen kedua dari himpunan B. Notasi : A x B = {(a,b) | a A dan b B} Contoh 1-21 : i. Misalkan C = {1, 2, 3}, dan D = {a, b}, maka perkalian kartesian C dan D adalah C x D = {(1, a), (1, b), (2, a), (2, b), (3, a), (3, b)} ii. Misalkan A = B =himpunan semua bilangan riil, maka A x B = himpunan semua titik di bidang datar. Catatan, bahwa : 1. Jika A dan B merupakan himpunan berhingga, maka n(A x B) = n(A).n(B). 2. Pasangan berurutan (a,b) berbeda dengan (b,a), dengan kata lain (a,b)(b,a). 3. Perkalian kartesian tidak komutatif, yaitu A x B B x A dengan syarat A atau B tidak kosong. Seperti pada contoh 1-21(i) di atas, D x C = {(a,1), a(a,2), (a, 3), (b, 1), (b, 2), (b, 3)} C x D. 4. Jika A = atau B = , maka A x B = B x A = .

Latihan dan Tugas 1. Diketahui : S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7}, A = {1, 2, 3, 6}, B = {1, 3, 6, 7}, dan C = {2, 4, 7}. Carilah : a. A B b. B C c. B C a. (A B) C b. (A B) + C a. A B b. A B C d. C A e. A B f. (A + C) c. B (A C) d. A B C c. A B = d. A

g. (B C) h. (A C)

2. Gambarlah dalam Diagram Venn , himpunan-himpunan di bawah ini :

3. Gambarlah diagram Venn yang menunjukkan hubungan :

Pengasuh : Ni Wayan Marti, S.Kom., M.Kom

12

Pengasuh : Ni Wayan Marti, S.Kom., M.Kom

13

Anda mungkin juga menyukai