Anda di halaman 1dari 6

GEOPOLITIK TIMUR TENGAH

Oleh: Muhammad Jamzuri Prodi: Kajian Timur Tengah Jurusan: Politik dan Hubungan Internasional, 22 Universitas Indonesia Definisi Geopolitik Geopolitik berasal dari dua kata, yaitu geo dari geografi dan politik. Geo yang berarti Bumi/Planet Bumi. Menurut Preston E. James, geografi mempersoalkan tata ruang, yaitu sistem dalam hal menempati suatu ruang di permukaan Bumi. Dengan demikian geografi bersangkut-paut dengan interrelasi antara manusia dengan lingkungan tempat hidupnya. Sedangkan politik, selalu berhubungan dengan kekuasaan atau pemerintahan. Dalam studi Hubungan Internasional, geopolitik merupakan suatu kajian yang melihat masalah/hubungan internasional dari sudut pandang ruang atau geosentrik. Konteks teritorial di mana hubungan itu terjadi bervariasi dalam fungsi wilayah dalam interaksi, lingkup wilayah, dan hirarki aktor: dari nasional, internasional, sampai benua-kawasan, juga provinsi atau lokal. Definisi Geopolitik dapat disederhanakan menjadi suatu studi yang mengkaji masalah-masalah geografi, sejarah dan ilmu sosial, dengan merujuk kepada kepentingan politik internasional. Geopolitik mengkaji makna strategis dan politis suatu wilayah geografi, yang mencakup lokasi, luas serta sumber daya alam wilayah tersebut. Geopolitik mempunyai 4 unsur yang pembangun, yaitu keadaan geografis, politik dan strategi, hubungan timbal balik antara geografi dan politik, serta unsur kebijaksanaan. Adapun peranan geopolitik sebagai berikut: Berusaha menghubungkan kekuasaan negara dengan potensi alam yang tersedia; Menghubungkan kebijaksanaan suatu pemerintahan dengan situasi dan kondisi alam; Menentukan bentuk dan corak politik luar dan dalam negeri; Menggariskan pokok-pokok haluan negara, misalnya pembangunan; Berusaha untuk meningkatkan posisi dan kedudukan suatu negara berdasarkan teori negara sebagai organisme, dan teori-teori geopolitik lainnya;

Membenarkan tindakan-tindakan ekspansi yang dijalankan oleh suatu negara.

Geopolitik Timur Tengah Membahas Geopolitik Timur Tengah berarti mengkaji masalah geografi timur tengah, historikal timur tengah, keadaan sosial, dan budaya kemasyarakatan timur tengah yang dilihat dari aspek politisnya. Aspek politis tersebut bisa pada internal dalam satu wilayah Negara di timur tengah sendiri maupun politik luar negerinya yang menghubungkan antara kedua Negara di wilayah tersebut, lebih luas lagi dengan negara-negara di luar kawasan timur tengah. Sehingga Geopolitik timur tengah bisa dibaca sebagai sebuah studi yang menggambarkan Negara-negara di wilayah tersebut, dalam peran dan tujuan politiknya atas kepentingannya terhadap dunia Internasional dan sebaliknya, kepentingan dunia Internasional terhadap kawasan ini. Sebagai kawasan Timur Tengah, kawasan orang-orang timur (baca:belahan bumi timur dan barat), berada di tengah-tengah peta dunia, gejolak politik kawasan ini memiliki keunikan dan ketertarikan sendiri dibandingkan kawasan bumi lain. Permasalahan-permasalahan transnasional seperti keamanan, politik ekonomi dan sosial menjadi isu yang hangat dan tidak ada habisnya untuk diperbincangkan . Permasalah yang signifikan meliputi perkembangan senjata pemusnah masal (kasus Irak dan Iran), perdagangan narkotika, penyelundupan sejata dan terorisme. Semua itu merupakan permasalah global yang secara otomatis mempengaruhi dunia

Internasional. Isu internal kawasan yang sunter di Timur Tengah adalah pengelolaan sumber Minyak dan ketersediaan air bersih di kawasan gurun ini, keduanya menjadi bahan/objek subur dalam membahas kawasan tersebut. Selain itu, isu Pan-Arabisme dan Fundamentalisme menjadi isu sensiitif antara Negara-negara di kawasan ini. Persentase kelibatan dunia Internasional dalam isu-isu tersebut mencapai 70% dari total konflik yang pernah ada. Di kancah perekonomian global, kawasan Timur tengah yang perekonomian duanianya berinstegrasi dengan Eropa timur dan China, menjadikannya sukar untuk diisolasi perekonomiannya oleh dunia Internasional yang diwakili oleh Eropa barat dan Amerika. Seperti yang terjadi di Iran, walaupun perekonomiannya dan berbagai jenis aktifitasnya diisolasi oleh dunia barat dan Amerika sebagai raksasa dunia, akan

tetapi Iran terbukti bisa bangkit dengan menggandeng Negara-negara di sebelah timur, utamanya China yang saat ini menjadi raksasa ekonomi dunia. Dengan kemajuan komunikasi menjadikan perekonomian saling bergantungan. Dengan perkembangan dunia seperti sekarang ini, hampir tidak memungkinkan bagi setiap negara mempunyai kekebalan (tidak tergantung) dari pengaruh kekuatan-kekuatan ekonomi dunia. Globlasisasi dilihat oleh beberapa pakar ekonomi sebagai pembawa keuntungan bagi para pelakunya. Namun, di sisi lain, Globalisasi bisa membawa ke dalam krisis ekonomi secara global, bahkan kolaps. Gejolak ekonomi seperti ini, bisa

mempengaruhi, merambah kawasan Negara lain dan mempengaruhi pasar modal Internasional. Pada akhirnya, krisis ekonomi, walaupun terjadiya secara global, namun untuk menyelesaikannya dikembalikan bagiamana kekuatan penyokong ekonomi masing-masing Negara berperan. Timur tengah sebagai kawasan kaya akan sumber minyak, jelas mempunyai nilai plus devisa Negara yang bisa mem-backup dan kebal akan krisis ekonomi. Di Timr tengah, khusus di kawasan semenanjung arab, Gross National Product (GNP)-nya di topang oleh sumber minyak alam yang mereka miliki. Qatar misalnya, dengan sumber minyak melimpah, pendapatan perkapitanya mencapai 88.558 USD/year, tertinggi di dunia. Dengan begitu kawasan ini menjadi kawasan sangat potensial dan syarat akan kepentingan dunia internasional yang kebutuhan minyak dan gas buminya 80 persen dipasok dari Timur Tengah. Di satu sisi sangat menguntungkan, namun Negara-negara kawasan ini mulai sadar bahwa minyak dan gas bumi bukanlah sumber daya alam sebagai kekayaan yang bisa diperbaharui, yang suatu saat akan habis. Beberapa Negara, seperti Uni Emirat Arab misalnya, telah mengantisipasinya dengan mencanangkan dirinya sebagai pelabuhan dalam rute perdagangan internasional, utamanya Eropa-Asia dan sebaliknya. Berbeda dengan Saudi Arabia yang sejak zaman Pra Islam ekonominya ditopang oleh sector pariwisata, sebagai Negara tujuan Muslim dunia. Batas-Batas Negara Dalam seminar Romanes Lecture (1907), Lord Curzon mendefiniskan bahwasanya Garis/perbatasan merupakan ibarat sisi tajam pisau yang mempengaruhi isu perang modern dan perdamaiannya. Hampir seabad, meliputi dua perang besar dunia dan

berlanjut pada perang dingin, masalah perbatasan menjadi perhatian utama bagi hubungan Internasional. Pola ini berkembang pada perjalanan abad 20, bahwa negara menjadi besar dan tumbuh kuat dengan cara mengenspansi ke wilayah sekitarnya dan karena itu pembentukan batas-batas internal yang diakui sangat penting dalam hal kedaulatan, legitimasi dan kelangsungan hidup (Darwin). Maka dari itu, detail atas batasan-batasan teritorial sebuah Negara dengan Negara-negara disekitar harus diperjelas dan dituntaskan serta disepakati. Berdasarkan definisi yang diutarakan oleh Lord Curzon, yang memilah antara batas alami dan batas buatan, Perbatasan bisa diklasifikasikan menjadi empat; Fisiografi, Geometri, antropomorphis, dan kombinasi dari ketiganya. Berdasar Fisiografi ditunjukan dengan batas-batas alam yang telah ada secara alami seperti sungai, perairan, pantai, padang pasir bahkan rawa-rawa dan hutan. Sedangkan berdasar Geometri, batas-batas wilayah ditentukan dengan garis lintang dan bujur. Adapun berdasarkan antropomorphis ditentukan atas perbedaan suku dan adat tradisi lainnya. Di timur tengah sendiri, permasalahan perbatasan teritorial di beberapa Negara belum tertuntutaskan bahkan mungkin akan menjadi konflik abadi. Konflik Israel-Palestina misalnya, konflik sebagai kepanjangan dari sejarah masa lampau, di zaman raja Solomon ini menjadikan kaum Yahudi merebut (baca:menurut Israel, mengambil hak mereka) kawasan dari negeri palestina dan mendirikan Negara Palestina. Hingga saat ini kedua masih terlibat konflik yang sekarang focus memeperebutkan Jerusalem yang saat ini masih dalam kekuasaan Palestina. Konflik ini tak hanya melibatkan kedua Negara, namun dunia Internasional, dunia Islam, dunia Arab dan Amerika Serikat, sekutunya Israel. Ada beberapa konflik perbatasan teritorial lain di timur tengah yang perlu kita ketahui. Salah satunya konflik perbatasan Arab Saudi dan Yaman yang mengasilkan perjanjian Thaif (1934). Kemudian, perseteruan antara Mesir dan Sudan atas wilayah aliran sungai Nil yang syarat akan politisasi kepentingan ekonomi kedua Negara. Selanjutnya konflik antara Irak dan Kuwait yang disebabkan oleh sengketa wilayah; penggalian lahan minyak Rumaylah. Perang kedua ini mengakibatkan perubahan batas-batas wilayah keduanya dan menjadi sebab terjadinya perang Teluk.

Senjata Pemusnah Masal Senjata pemusnah massal atau weapons of mass destruction (WMD) yang terdiri dari nuklir, biologi dan kimia (Nubika) saat ini menjadi isu yang semakin mengemuka di Timur Tengah terutama setelah munculnya berbagai teror biologi dan kimia. Isu nuklir juga tidak kalah pentingnya, terutama setelah Iran mendeklarasikan dirinya serbagai negara yang mampu memperkaya Uranium. Sumber ancaman dari nuklir pun telah meluas hingga ke tingkat zat radioaktif. Oleh karena itu ancaman Nubika yang semula dikenal dengan istilah NBC saat ini telah berkembang menjadi CBRN (Chemical, Biological, Radiological and Nuclear). Penggunaan sejata biologi dan kimia dilarang oleh perjanjian Internasional (1968) yang dinaungi oleh organisasi NPT (Non-Proliferation Treaty). Di timur tengah, kedua jenis senjata terlarang tersebut pernah digunakan. Pada perang teluk (1991) misalnya, Pasukan sekutu yang dimotori oleh Amerika juga menggunakan senjata ini dan mengakitbatkan bencana kanker yang menyebar di Irak. Pun, juga terjadi pada perang 1988 antara Irak dan Iran, Irak dengan orang-orang Kurdish menyerang kawasan Halabja dengan senjata gas pemusnah masah yang mengakibatkan 5000 orang mati. Penggunaan senjata ini digunakan kembali pada dua tahun berikutnya, saat Irak menyerang daerah Fao dan Mehran. Berbeda kasusnya dengan Irak, kasus senjata terlarang yang dituduhkan kepada Iran bermula dari pengembangan teknoloni pengembangan Nuklir oleh negeri para mullah itu. Iran memang mempunyai sumber minyak bumi untuk menopang kebutuhan energei di negeranya, namun minyak sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui membuat Iran harus menghemat penggunaan minyak mereka. Oleh karena itu pemerintah Iran sejak rezim Shah berusaha mencari sumber energi alternatif untuk menunjang sekor industry dalam negerinya. Dan Iran memiliki teknologi nuklir untuk sebagai alternatif sumber energinya. Keputusan ini salah satunya didasarkan atas salah satu poin dalam NPT yang menyebutkan bahwa semua negara berhak mengembangkan teknologi nuklir sepanjang untuk kepentingan damai. Oleh karena itu Iran berpendapat bahwa tekonologi nuklir adalah hak semua negara untuk memilikinya maka negara-negara pemiliki senjata nuklir tidak berhak melarang Iran untuk menghentikan program pengayaan uraniumnya.

Iran mencoba memahami kekhawatiran dari sejumlah negara atas program nuklir Iran, namun Iran telah berusaha meyakinkan dunia internasional, baik melalui pernyataan Iran sendiri maupun dengan tindakan berkerjasama dengan IAEA bahwa program yang dilakukan Iran tidak akan membahayakan perdamain dunia. Perdamaian dunia adalah salah satu misi besar Revolusi Islam Iran. Namun, Ahmadinejad tidak dapat mengerti mengenai arogansi dan sikap keras kepala yang ditunjukkan Amerika dan sekutu-sekutunya untuk terus menekan dan memaksa Iran menghentikan program pengayaan uranium yang merupakan hak Iran sebagai anggota NPT sekaligus merupakan urusan dalam negeri Iran. Di samping itu, sikap berbeda ditunjukkan oleh Amerika dalam menyikapi program nuklir yang dilakukan Pakistan, India, maupun Israel. Ketiganegara ini tidak mendapatkan tekanan sekeras Iran saat mengembangkan senjata nuklir pun saat mereka tidak mau menandatangani NPT. Bahkan Amerika memberikan dukungan dan bantuan pengembangan nuklir kepada tiga negara tersebut. Lalu yang menjadi pertanyaan mendasar Iran adalah mengapa Iran yang hanya melakukan pengayaan uranium untuk kebutuhan listriknya mendapat berbagai ancaman, desakan, dan tekanan dengan berbagai cara dari Amerika? Tentu saja sikap Amerika yang menerapkan standar ganda tidak dapat diterima oleh Iran. Iran berusaha membangun kerjasama dengan negara-negara di dunia yang menghormati Iran, termasuk Amerika Serikat, namun Iran tidak akan membuka diri dengan Israel sebab Iran tidak mengakui keberadaan Israel sebagai sebuah negara yang berdiri di atas tanah air rakyat Palestina. Oleh karena Amerika dan negaranegara Eropa yang menjadi sekutunya menunjukkan sikap arogan dan berprasangka buruk pada program nuklirnya, maka Iran lebih mendekatkan diri dengan Rusia, China, Kuba, danVenezuela yang selama ini memiliki sikap berseberangan dengan Amerika. Di samping itu, Iran berusaha untuk membangun hubungan yang erat dengan negara-negara teluk pengekspor minyak diTimur Tengah sebagai salah satu usahanya untuk menjalin hubungan harmonis dengan negara-negara Islam sekaligus upaya menjaga perdamaian di wilayah Timur Tengah. Belajar dari perang teluk I dan II yang telah merugikan Iran dan menyebabkan renggangnya hubungan diantara negara-negara di kawasan Timur Tengah.

Anda mungkin juga menyukai