Anda di halaman 1dari 31

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA

INDONESIA ECONOMIC OBSERVATION 2011- 2012


Membangun Sinergi Untuk Menghadapi Gejolak Ekonomi
Jakarta, 17 Nopember 2011

Disampaikan Dalam Seminar Indonesia Economic Observation 2012 Jakarta 17 November 2011

Kementerian Keuangan RI

OUTLINE
1. Perkembangan Perekonomian Terkini 2. Pokok-pokok Kebijakan Fiskal dan APBN 2012 Arah Kebijakan Fiskal 2012 Postur APBN-P 2011 dan APBN 2012 Kebijakan Pendapatan Negara Kebijakan Belanja Negara Kebijakan Pembiayaan Anggaran 3. Kebijakan Antisipasi Krisis

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN TERKINI

Pertumbuhan Ekonomi dunia diperkirakan melambat menjadi 4% tahun 2011 dan 4% tahun 2012
Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi (%,yoy)
Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Dunia (%, yoy)
8,0 6,0 6,0 4,0 2,0 0,1 0,0 -2,0 -4,0 -6,0 4,8 2,8 1,7 3,1 1,6 7,3 6,9 6,4 5,3 6,1

2011 2012 Kawasan Jun-11 Sep-11 Jun-11 Sep-11 Dunia 4.3 4.0 4.5 4.0 Negara Maju 2.2 1.6 2.6 1.9 Negara Berkembang 6.6 6.4 6.4 6.1 ASEAN 5 5.4 5.3 5.7 5.6
Perkembangan Volume Perdagangan Dunia (%, yoy)
15,0 10,0 5,0 0,0 -5,0 -10,0 -15,0 -10,4 -11,0 2008 2009 -10,7 2010 2011* 2012* 3,0 2,9 3,1 12,8 12,8 12,8 7,3 7,7 7,5 6,1 5,4 5,8

5,1

5,6

4,0 4,0
1,9

2,8

2008
-3,7

2009

-0,7

2010

2011*

2012*

Negara Maju

Negara Berkembang

ASEAN 5

Dunia

Ekspor

Impor

Total Perdagangan

Perlambatan terutama di kawasan negara maju yg tumbuh 1,6% (yoy) di 2011 dan 1,9% (yoy) di 2012. Negara berkembang dan ASEAN 5 diperkirakan masih akan tumbuh di atas 5% (yoy). Volume perdagangan dunia diperkirakan melambat menjadi 7,5% (yoy), dan berlanjut pada 2012 sebesar 5,8% (yoy).
4

Tingginya utang negara PIIGS masih akan menjadi permasalahan hingga 2012-2014
Proyeksi Utang Publik Negara-negara PIIGS (%PDB)
200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 2005 2006 2007 2008 2009 Italia 2010 2011 2012
Forecast

2013

2014

Yunani

Irlandia

Portugal

Spanyol

Sumber: World Economic Outlook, Sept 2011

Dampak krisis utang mulai menjalar ke sektor perbankan terkait kepemilikan sektor ini yang cukup tinggi terhadap surat utang Eropa. Memburuknya kepercayaan investor juga mendorong kemitraan Eropa dan China menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan dana EFSF (European Financial Stability Facility). Kesepakatan Eropa (27 Oktober 2011) untuk memangkas utang Yunani hingga 50% dan meningkatkan dana penyelamatan menjadi 1,0 triliun atau US$ 1,4 triliun telah memberikan sinyal positif dan menurunkan potensi default Yunani.
5

Terdapat dua potensi risiko ekonomi untuk perekonomian Asia yakni penurunan tajam ekspor, sebagaimana terjadi di Q4 2008, dan perlambatan investasi swasta dikarenakan banyak rencana ekspansi 2012 dibatalkan
Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Negara-negara Asia (%, yoy)
China India Indonesia Malaysia Philippines Thailand Vietnam Singapore Korea Hong Kong Taiwan -1 1 3 5 7 9 11 13 15 2012f 2011f 2010

Ekspor Asia diperkirakan akan melambat sejalan dengan perlambatan sektor manufaktur AS dan Eropa

Indonesia: 2010: 6,1% 2011: 6,4% 2012: 6,3%

Sumber: Bloomberg, Barclays Capital

Sumber: WEO, Sept 2011

Pertumbuhan ekonomi negara berkembang Asia diperkirakan akan melambat: 9,5% (2010) 8,2% (2011) 8,0% (2012) yoy. Konsumsi masih akan menjadi penopang laju pertumbuhan ekonomi di kawasan Emerging Market Asia, sementara permintaan ekspor masih akan melemah.
6

Nilai tukar Rupiah terdepresiasi seiring pelemahan nilai tukar regional, bursa saham juga masih menunjukkan penguatan meskipun di regional cenderung terjadi penurunan seiring kondisi perekonomian Eropa yang semakin memburuk
4.500 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 IDR (RHS) 14 NOV'11 = 8.965 IHSG 9.600 14 NOV '11 = 3833 9.400 9.200 9.000 8.800 8.600 8.400 8.200 8.000

Perkembangan Nilai Tukar 1 Jan- 14 Nov11


Jepang Cina Inggris Euro Filipina Korea Selatan Indonesia Singapura Thailand -2,43% Malaysia -2,79% -4,00% -2,00% 0,00% 2,00% 4,00% 6,00% -0,01% -0,11% -0,57% 1,92% 1,55% 0,98% 4,09% 5,35%

Indeks Harga Saham 1 Jan - 14 Nov 11


AS Filipina Indonesia Malaysia -2,81% Thailand -4,43% Inggris -6,46% Korea -8,04% Cina -9,91% Singapura -11,59% Hong Kong -16,14% Jepang -16,49% -20% -15% -10% -5% 0% 4,33% 3,87% 2,80%

5%

10%

Inflasi cenderung rendah dan terkendali di tahun 2011


PERKEMBANGAN INFLASI
8,0 7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 J-10 F-10 M-10 A-10 M-10 J-10 J-10 A-10 S-10 O-10 N-10 D-10 J-11 F-11 M-11 A-11 M-11 J-11 J-11 A-11 S-11 O-11 Sumber : BPS, data diolah (2011) 3,72 3,81 3,43 3,91 4,16 5,05

yoy (%)
6,22 6,44 5,80 5,67 6,33

6,96

7,02

6,84

6,65

6,16

5,98

5,54 4,61 4,79 4,61

4,42

5,5 5,0 4,5 4,0 3,5 3,0

Inflasi Berdasarkan Komponen (persen, yoy)

22,50 17,50

4,43 12,50 5,78 7,50 2,91


J-10 F-10 M-10 A-10 M-10 J-10 Inti (LHS) J-10 A-10 S-10 O-10 N-10 D-10 J-11 F-11 M-11 A-11 M-11 J-11 J-11 A-11 S-11 O-11 Harga Diatur Pemerintah (RHS) Harga Bergejolak (RHS) 2,50 -2,50

Sumber : BPS, data diolah (2011)

Pergerakan laju inflasi tahun 2010 s.d 2011 sebagian besar dipengaruhi oleh pergerakan laju inflasi harga bergejolak, seperti beras, minyak goreng, dan bumbu-bumbuan. Penurunan laju inflasi Oktober 2011 (4,42%, yoy) disebabkan oleh penurunan harga dan tarif berbagai barang dan jasa pasca lebaran. Harga bergejolak dan harga yang diatur pemerintah stabil pada 5,78% (yoy) dan 2,91% (yoy). Sedangkan Inflasi inti mengalami penurunan sejak dua bulan terakhir menjadi 4,43% (yoy).
8

Nilai ekspor Indonesia Jan-Sep 2011 mencapai US$152,5 miliar atau meningkat 37,49 persen dibanding periode yang sama tahun 2010, sedangkan impor mencapai US$129,97 miliar atau meningkat 33,45 persen jika dibanding impor periode yang sama tahun sebelumnya. Pada bulan Semptember 2011, ekspor mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan Agustus 2011, namun secara kuartalan, ekspor dan impor masih tumbuh diatas 30 persen. Pertumbuhan ekspor lebih tinggi dibanding impor sejak kuartal I 2011.
70%

Total Ekspor Impor

19 14 9 4 -1

50%

Pertumbuhan

30%

10%

-10%

Nilai Eks
-30%

Nilai Imp Impor ytd


A A M M S J J

Eks ytd
-50%
A A M M N D S N D F O 2010-J O 2011-J F J J

-6 -11

60%

Total Ekspor dan Impor


Sep-'11 Juta USD
Total Ekspor Total Impor Non Migas Ekspor
Q1 Q2 2009 Q3 Q4 Q1 Q2 2010 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 Q3

Agts-'11

40%

yoy
46.3% 56.4% 35.1% 52.7% 100.3% 70.8%

ytd
37.5% 33.5% 31.7% 27.9% 65.5% 55.7%

yoy
35.9% 23.9% 24.1% 13.1% 105.2% 72.6%

ytd
36.4% 30.9% 31.2% 25.2% 61.3% 54.0%

Pertumbuhan

20%

17,818.9 15,102.8 13,647.3 11,686.4 4,171.6 3,416.4

0%

-20%

-40%

Impor Migas Ekspor Impor

-60%

Ttl Ekspor ytd Ttl Ekspor, yoy

Ttl Impor Ytd Ttl Impor yoy

Sumber: BPS

Miliar USD

POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL DAN APBN 2012

10

ARAH KEBIJAKAN FISKAL APBN 2012


Tema RKP 2012 Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas, Inklusif dan Berkeadilan bagi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat

4 Pilar Pembangunan
Pro Growth Pro Job Pro Poor Pro Environment

ARAH KEBIJAKAN FISKAL 2012 Memberikan dorongan terhadap perekonomian (stimulus fiskal) seraya memelihara stabilitas ekonomi; dengan tetap menjaga keberlanjutan fiskal

Meningkatkan kualitas belanja negara Peningkatan efektivitas dan efisiensi belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah

Pengendalian defisit APBN


Defisit dijaga pada kisaran 1,5% terhadap PDB
11
11

PROYEKSI ASUMSI EKONOMI MAKRO 2012


2011 URAIAN APBN-P RAPBN 2012 Kesepakatan APBN Panja A

- Pertumbuhan ekonomi (%) - Inflasi (%) y-o-y - Tkt bunga SPN(%) - Nilai tukar (Rp/US$1) - Harga minyak (US$/barel) - Lifting (ribu barel/hari)

6,5 5,7 5,6 8.700 95,0 945

6,7 5,3 6,5 8.800 90,0 950

6,7 5,3 6,0 8.800 90,0 950

Asumsi dasar ekonomi makro 2012 disepakati sama dengan usulan RAPBN 2012, kecuali tingkat suku bunga SPN 3 bulan. Implikasi penurunan suku bunga SPN 3 diturunkan dari 6,5% menjadi 6,0% adalah penghematan pembayaran bunga utang Rp0,9 T.
12

RINGKASAN POSTUR APBN 2012


Triliun rupiah
2011 2012
RAPBN APBN Selisih thd RAPBN Selisih thd APBN-P 2011

URAIAN
A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
I.

APBN-P

1.169,9 1.165,3 878,7 12,2 286,6 4,7 1.320,8 908,2 461,5 446,7 0,0 0,0 0,0 412,5 347,5 96,8 225,5 65,0 (150,8) (2,1) 150,8 153,6 (2,8) 56,2 19,2 (47,2)

1.292,9 1.292,1 1.019,3 12,55 272,7 0,8 1.418,5 954,1 476,6 477,5 0,0 0,0 0,0 464,4 394,1 98,5 269,5 70,2 (125,6) (1,55) 125,6 125,9 (0,3) 56,0 16,9 (47,3)

1.311,4 1.310,6 1.032,6 12,72 278,0 0,8 1.435,4 965,0 508,4 456,6 12,5 9,1 3,4 470,4 400,0 100,1 273,8 70,4 (124,0) (1,53) 124,0 125,9 (1,9) 54,3 15,3 (47,3)

18,5 18,5 13,2 0,16 5,3 0,0 16,9 10,9 31,7 (20,9) 12,5 9,1 3,4 6,0 5,8 1,6 4,3 0,2 1,6 0,02 (1,6) 0,0 (1,6) (1,7) (1,6) 0,0

141,5 145,3 153,9 0,56 (8,6) (3,8) 114,7 56,8 46,9 9,9 12,5 9,1 3,4 57,9 52,4 3,3 48,3 5,5 26,8 0,56 (26,8) (27,7) 0,9 (1,9) (3,9) (0,0)

PENERIMAAN DALAM NEGERI


1. 2. PENERIMAAN PERPAJAKAN Tax Ratio (% thd PDB IHK) PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

II. PENERIMAAN HIBAH

B. BELANJA NEGARA
I BELANJA PEMERINTAH PUSAT (K/L & Non K/L) A. B. Belanja K/L Belanja Non K/L Tambahan Anggaran - Non Pendidikan - Pendidikan untuk K/L

II. TRANSFER KE DAERAH 1. Dana Perimbangan a. Dana Bagi Hasil b. Dana Alokasi Umum 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

C. DEFISIT ANGGARAN (A - B)
% Defisit Terhadap PDB - IHK

D. PEMBIAYAAN (I + II)
I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) 1. Penarikan Pinjaman LN (bruto) a.l Pinjaman Program 2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang LN

KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN

0,0

0,0

(0,0)

(0,0)

(0,0)

13

PENERIMAAN PERPAJAKAN 2006 - 2012


Triliun Rp 1200 1,032.6 1000 878.7
13.30 12.43

Persen (%) 20

84.2

800

12.30

619.9
11.04

723.3
11.30

75.4
12.72

16

658.7 600 409.2 400


39.6 37.8 123.0

80.2 68.1
12.16

491.0
53.4 44.7 154.5

70.3 51.3 209.6

52.5 56.7 193.1

69.5 66.2 230.6

352.9

12

298.4

200
208.8 238.4

327.5

317.6

357.0

432.0

520.0

0 2006 Lannya 2007 2008 Cukai 2009 PPN 2010 2011 APBN-P PPh 2012 APBN Tax Ratio

Penerimaan perpajakan telah meningkat 2,5 kali lipat dari Rp409,2 T (2006) Rp1.019.2 T (2012), dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 17% per tahun. Penerimaan perpajakan 2011-2012 tumbuh sebesar 17,5%, sementara penerimaan pajak non-migas meningkat sebesar 22,2%.
14

TARGET DAN KEBIJAKAN PENERIMAAN PERPAJAKAN 2012


Triliun rupiah

2011 Ura ia n APBN-P APBN

2012 % thd APBN-P 119.0 % thd PDB 12.2

Kebijakan perpajakan 2012: Kegiatan ekstensifikasi perpajakan, a.l. pelaksanaan sensus pajak nasional; Kegiatan intensifikasi melalui law enforcement, yaitu himbauan, penagihan, pemeriksaan dan penyidikan, serta pembentukan KPP migas dan pertambangan; Peningkatan tarif cukai tembakau rata-rata 16,3%, perluasan cakupan barang kena cukai, serta penyempurnaan National Single Window.
15

A. Penerimaan Pajak Dalam Negeri 1) Pajak penghasilan - Migas - Non-migas 2) Pajak Pertambahan Nilai 3) Pajak Bumi & Bangunan 4) Cukai 5) Pajak Lainnya B. Pajak Perdagangan Internasional 1) Bea Masuk 2) Bea Keluar/Pungutan Ekspor Total Penerimaan Perpajakan

831.7

989.6

432.0 65.2 366.7 298.4 29.1 68.1 4.2


46.9

520.0 60.9 459.0 352.9 35.6 75.4 5.6


42.9

120.4 93.4 125.2 118.3 122.7 110.8 134.3


91.5

6.4 0.8 5.7 4.3 0.4 0.9 0.1


0.5

21.5 25.4
878.7

23.7 19.2
1,032.6

110.4 75.5
117.5

0.3 0.2
12.7

TARGET DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENERIMAAN PNBP 2012


Triliun rupiah

2011 URAIAN a. Penerimaan SDA 1) SDA Migas - Minyak Bumi - Gas Bumi 2) Non Migas b. Bagian Laba BUMN c. PNBP Lainnya d. Pendapatan BLU JUMLAH APBN-P 192.0 173.2 123.1 50.1 18.8 28.8 50.3 15.4 286.6 APBN 177.3 159.5 113.7 45.8 17.8 28.0 53.5 19.2 278.0

2012 % thd APBN-P 92.3 92.1 92.4 91.4 94.6 97.1 106.3 124.8 97.0

% thd PDB 2.2 2.0 1.4 0.6 0.2 0.3 0.7 0.2 3.4

Penurunan PPh Migas dan SDA Migas disebabkan oleh penurunan asumsi harga minyak ICP. Strategi peningkatan PNBP terutama (i) pencapaian target lifting minyak bumi dan gas alam, (ii) efisiensi besaran cost recovery dalam kegiatan hulu migas (rencana besaran cost recovery adalah 12,3 miliar USD), dan (iii) revisi jenis dan tarif PNBP pada kegiatan pertambangan dan batu bara.
16

ARAH KEBIJAKAN BELANJA NEGARA 2012


Triliun Rp 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 APBN-P APBN 2012 509,6 29.5% 70.5% 66.1% 66.6% 70.3% 757,6 667,1 33.9% 23.4% 67.1% 66.9% 68.8% 67.2% 985,7 29.7% 937,4 32.9% 33.1% 1042,1 Transfer ke Daerah Pemerintah Pusat 1.435,4 1.320,8 31.2% 32.8%

Belanja negara meningkat lebih dari 2 kali lipat: Rp 509,6T (2005) Rp1.320,8 T (2011). Dalam tahun 2012 belanja negara direncanakan naik sebesar Rp114,6 T dengan proporsi belanja pusat sebesar 67,2% dan transfer daerah sebesar 32,8%. Arah Kebijakan Belanja Negara, a.l. (i) pembangunan infrastruktur untuk mendukung program MP3EI, (ii) peningkatan kemampuan pertahanan negara menuju Minimum Essential Force (MEF), dan (iii) perluasan program perlindungan sosial (pro rakyat).
17

ARAH KEBIJAKAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT 2012


Triliun Rp 1000 800 600 361,2 400
66.5% 57.0%

908,2 693,4 628,8 440,0 504,6


55.4% 62.5% 51.2% 52.4%

965,0

697,4
52.4%

47.3%

Non K/L K/L

200
33.5%

43.0%

44.6%

37.5%

48.8%

47.6%

47.6%

52.7%

0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Belanja pemerintah pusat telah meningkat hampir 3 kali lipat dari Rp.361,2 T (2005) menjadi Rp.965,0 T (2012), dengan peningkatan rata-rata sebesar 16% per tahun. Pelaksanaan program pro rakyat (klaster 4): 6 program utama dan 3 program prioritas
6 Program utama: 1. Rumah sangat murah; 2. Kendaraan angkutan umum murah; 3. Air bersih untuk rakyat; 4. Listrik murah dan hemat; 5. Peningkatan kehidupan nelayan; 6. Peningkatan kehidupan masyarakat miskin perkotaan. 3 Program prioritas: 1. Surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014; 2. Penciptaan lapangan kerja guna mengurangi 1 juta jiwa/tahun; 3. Pembangunan transportasi jakarta.
18

Program ketahanan pangan melalui dukungan subsidi dan dana stabilisasi pangan.

ARAH KEBIJAKAN BELANJA K/L 2012


Triliun Rp Bel K/L 600,0

508,4
500,0 400,0

461,5

307,0
300,0

332,9

259,7 225,0 189,4

200,0 100,0 -

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

Belanja K/L terus mengalami peningkatan hingga tahun 2011 mencapai Rp 461,5 T atau meningkat hampir 150% dibandingkan tahun 2006; Pada tahun 2012 belanja K/L direncanakan meningkat sebesar Rp46,8 T (10,1%) dibandingkan pagu tahun 2011; Kebijakan Belanja K/L antara lain (i) dukungan terhadap industri kecil dan kreatif (UMKM), (ii) efisiensi belanja operasional, dan (iii) pembangunan gedung baru dilakukan secara selektif.
19

ARAH KEBIJAKAN BELANJA PUSAT PER JENIS BELANJA 2012


Peningkatan Kesejahteraan Pegawai melalui: Belanja Pegawai Kenaikan Gaji Pokok PNS/TNI/POLRI dan pensiun pokok rata-rata 10 %; Pemberian Gaji ke-13 bagi PNS/TNI/POLRI dan pensiun ke-13; Kenaikan uang makan untuk PNS dan uang lauk pauk untuk TNI/Polri. Belanja Barang Belanja Modal Bantuan Sosial Pembayaran Bunga Utang Belanja Lainlain Mendukung peningkatan pelayanan melalui efisiensi belanja barang terutama belanja perjalanan dinas. Pembangunan infrastruktur dasar: energi, ketahanan pangan, dan komunikasi; Peningkatan pertahanan negara menuju MEF. Melanjutkan program perlindungan sosial: BOS, Beasiswa , Jamkesmas, dan PKH; Melanjutkan program PNPM.

Pembayaran bunga utang tepat waktu dan jumlah. Antisipasi dana untuk risiko fiskal; Pengalokasian dana cadangan beras dan cadangan benih.
20

PERKEMBANGAN BELANJA SUBSIDI 2005-2012


JENIS SUBSIDI Belanja Subsidi Energi BBM Listrik Non Energi Pangan Pupuk Benih PSO Kredit Program Subsidi Pajak Subsidi Lainnya
Triliun Rp

2005 120,8 104,5 95,6 8,9 16,2 6,4 2,5 0,1 0,9 0,1 6,2 0,0

2006 107,4 94,6 64,2 30,4 12,9 5,3 3,2 0,1 1,8 0,3 1,9 0,3

2007 150,2 116,9 83,8 33,1 33,3 6,6 6,3 0,5 1,0 0,3 17,1 1,5

2008 275,3 223,0 139,1 83,9 52,2 12,1 15,2 1,0 1,7 0,9 21,0 0,3

2009 138,1 94,5 45,0 49,5 43,5 13,0 18,3 1,6 1,3 1,1 8,2 0,0

2010 192,7 140,0 82,4 57,6 52,8 15,2 18,4 2,2 1,4 0,8 14,8 0,0

2011 APBN-P 237,2 195,3 129,7 65,6 41,9 15,3 18,8 0,1 1,8 1,9 4,0 0,0

2012 APBN 208,9 168,6 123,6 45,0 40,3 15,6 16,9 0,3 2,0 1,2 4,2 0,0

500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0

27,9 Non Energi 19,8 16,1 275,3


52,2

% Listrik BBM
% thd Belanja Negara

30 25 20

23,7

18,5 14,7 192,7


52,8
57,6 82,4

18,0 237,2
41,9 65,6

14,5 208,9
40,3

15 10 5 0

120,8
16,2 8,9
95,6

150,2 107,4
12,9 30,4
64,2 33,3 33,1

83,9

138,1
43,5

45,0 123,6 2012 APBN

139,1

83,8 2007 2008

49,5 45,0 2009

129,7

2005

2006

2010

2011 APBN -P

21

ARAH KEBIJAKAN BELANJA SUBSIDI 2012


Subsidi BBM Subsidi Listrik
Pengalokasian BBM bersubsidi tepat sasaran dengan cara pembatasan konsumsi BBM premium untuk kendaraan pribadi di Jawa dan Bali mulai April 2012; Volume konsumsi BBM bersubsidi sebesar 40 juta kilo liter 2,5 juta kilo liter premium bersubsidi tidak dicairkan (akan dievaluasi dalam APBN-P 2012). Menurunkan susut jaringan listrik (losses) serta meningkatkan pasokan gas dan pemakaian batubara sebagai input pembangkitnya. Subsidi Pangan : Menyediakan Raskin kepada 17,5 juta RT miskin selama 12 bulan sebesar 15 kg/RTS/bulan; Subsidi Pupuk : Memenuhi kebutuhan pupuk petani dengan harga terjangkau, meningkatkan produktivitas dan revitalisasi hasil pertanian, serta mendukung program ketahanan pangan; Subsidi Benih : Membantu menyediakan dan menyalurkan benih berkualitas dengan harga terjangkau melalui BUMN benih; PSO : Meningkatkan pelayanan angkutan kereta api dan Pelni serta informasi publik (LKBN Antara dan Pos) agar dapat terjangkau oleh masyarakat; Subsidi Pajak : Mendukung program stabilisasi harga kebutuhan pokok dan perkembangan industri nasional yang strategis. 22

Subsidi Non Energi

ARAH KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH 2012


Triliun Rp 500,0 400,0 300,0 200,0 100,0 0,0 2005 2006 DBH 2007 DAU DAK 2008 Otsus 2009 2010 2011 APBNP 2012 RAPBN 150,5 226,2 253,3 292,4 308,6 344,7 470.4 412,5

Dana Penyesuaian

Kebijakan Transfer ke Daerah 2012: Transfer ke Daerah meningkat lebih dari tiga kali lipat dari Rp150,5 T (2005) Rp470,4 T (2012). Proporsi DAK terus meningkat dari 3,2% (2005) 5,6% (2012). Pengalokasian Dana Penyesuaian untuk: Tunjangan Profesi Guru sebesar Rp30,56 T; Dana Tambahan Penghasilan guru PNSD sebesar Rp2,90 T; Dana Insentif Daerah sebesar Rp1,39T; Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi (P2D2) sebesar Rp 30 Miliar; Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesar Rp23,59 T.
23

UPAYA MENJAGA KESINAMBUNGAN FISKAL


Rasio Utang terhadap PDB (%)
triliun rupiah 9.000 8.000 7.227 7.000 47% 6.000 39% 5.000 4.000 3.339 3.000 2.000 1.313 1.000 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 0% 1.302 1.389 2.774 1.637 1.591 1.676 1.813 35% 3.949 33% 28% 26% 25% 24% 1.958 10% 4.951 30% 5.613 6.423 40% 8.120 50% (%) 60%

20%

Outstanding Utang

PDB IHK

Rasio Utang thd PDB (RHS)

Rasio utang terhadap PDB mengalami penurunan hingga 24% pada tahun 2012 direncanakan mencapai 22% dari PDB pada tahun 2014.

24

KEBIJAKAN ANTISIPASI KRISIS

25

UPAYA MITIGASI KRISIS


Pelaksanaan Crisis Management Protocol (CMP) Telah tersedianya Bond Stabilization Framework; Alokasi dana mitigasi krisis sesuai UU APBN 2012 (psl 40, 41 dan 43): Penggunaan SAL untuk stabilisasi pasar SBN domestik dengan persetujuan DPR (ps.40); Pinjaman siaga (contingency loan) untuk ketahanan pangan (ps.41); Pengeluaran yang dapat melebihi pagu untuk antisipasi keadaan darurat dengan persetujuan DPR (ps.43).

FISKAL

BALANCE OF PAYMENT

Masih tersedianya cadangan devisa sebesar US$114 miliar per Oktober 2011 untuk dapat digunakan dalam antisipasi krisis. Fasilitas lainnya dalam kerangka kerjasama internasional: Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM) dengan tujuan utama mengatasi masalah neraca pembayaran dan likuiditas jangka pendek; Currency Swap dengan China dan Jepang untuk meminimalisasi risiko nilai tukar yang berfluktuasi.
26

MITIGASI RISIKO TERHADAP KRISIS DALAM APBN


Tersedianya dana cadangan risiko fiskal (untuk perubahan asumsi makro dan stabilisasi harga) sebesar Rp15,8 T; Dialokasikannya anggaran Bantuan Sosial (PNPM, PKH, Jamkesmas, dan bencana alam) sebesar Rp64,9 T (sementara); Anggaran subsidi pangan dialokasikan sebesar Rp15,6 T; Cadangan beras Pemerintah dialokasikan sebesar Rp2,0 T; Belanja lain-lain untuk keperluan mendesak dialokasikan sebesar Rp5,5 T.

27

28

(Lanjutan)
Melaksanakan pembiayaan utang melalui pasar domestik dengan memperhatikan biaya dan risiko utang paling optimal; Mendorong investment oriented society melalui penerbitan SBN ritel berbasis konvensional dan syariah; Mendukung pelaksanaan Bond Stabilization Framework (BSF) untuk mengantisipasi krisis.

Pembiayaan Utang

Menggunakan SAL seoptimal mungkin; Mendukung pembangunan infrastruktur; Mendukung pemberdayaan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah (KUMKM); Mendukung pengembangan pendidikan melalui penyediaan dana abadi pendidikan (endowment fund); Mendukung restrukturisasi BUMN strategis.
29

Pembiayaan Non Utang

PERKEMBANGAN DEFISIT ANGGARAN


Rp triliun 0.0 (20.0) (40.0) (60.0)

2006 (29.1)

2007 (49.8)

2008

2009 (88.6)

2010 (45.8)

APBN-P 2011 (150.8)

APBN 2012
(125.6) (124,0)

RAPBN 2012

% thd PDB 0

-0.1

(4.1)

-0.5

-0.7 -0.9

-1

(80.0) (100.0) (120.0) (140.0) (160.0) Defisit % thd PDB (RHS)

Rata-rata 1,2%
-1.3 -1.6 -2.1
-2.5 -1.5

-1.5
-2

Defisit APBN tahun 2006 s.d. 2012 berfluktuatif dalam kisaran terjaga di bawah 3% PDB; Target defisit 2012 sebesar 1,5% PDB atau di bawah defisit 2011, sebesar 2,1% PDB; Penyusunan Kebijakan defisit anggaran didasarkan pada: Keterbatasan sumber penerimaan negara; Kebijakan ekspansi untuk mendukung pencapaian target pembangunan melalui four track strategy (pro growth, pro job, pro poor, pro environment); Pembiayaan defisit anggaran yang dapat dipenuhi dari sumber-sumber yang berisiko rendah.
30

Anda mungkin juga menyukai