Share
Meranti termasuk marga shorea, famili Dipterocarpaceae. Jumlah spesiesnya mencapai 130 jenis dan sebagian besar tumbuh secara alami di hutan Kalimantan dan Sumatera. Dalam perdagangan dikenal jenis meranti kuning, meranti merah dan meranti putih. Meranti kuning Spesies yang termasuk meranti kuning adalah Shorea acuminatissima, S. faguetiana, S. gibbosa, S. hopeifolia dan S. multiflora. Daerah penyebaran di Indonesia meliputi Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jambi, Riau, dan seluruh Kalimantan. Tinggi pohon 20-60 m dengan diameter 150 cm dan batang bebas cabang 10-45 m. Bentuk batang silindris lurus dan berbanir 3-6.5 m dari permukaan tanah. Meranti kuning tumbuh pada tanah latosol, podzolik merah kuning dan podzolik kuning. Dapat tumbuh sampai ketinggian 850 m pada curah hujan A dan B. Pohon ini mulai berbuah pada umur 6-9 tahun dan belum tentu berbuah setiap tahun karena sangat dipengaruhi oleh musim. Musim berbuahnya pada bulan Oktober-April. Meranti merah Ada 22 jenis spesies yang termasuk meranti merah antara lain Shorea acuminata, S. joharensis, S. lepidota, dan S. leprosula. Pohon ini banyak ditemukan di Sumatera, Kalimantan dan Maluku. Tinggi pohon mencapai 50 m diameter 100 cm dan batang bebas cabang 30 m. Pohon berbanir 2.5m dari permukaan tanah, kulit luar berwarna kelabu atau cokelat dengan tebal sekitar 5 mm.
Meranti merah tidak memerlukan tempat tumbuh yang khusus, hidup baik pada berbagai jenis tanah kecuali tanah liat yang berat. Tumbuh terpencar , bercampur dengan jenis yang lain pada ketinggian 0-800 m dpl. dengan tipe iklim A D. Musim berbunga dan berbuah terjadi sepanjang tahun. Buah masak antara bulan Mei-Desember. Meranti putih Ada 6 spesies yang termasuk meranti putih yaitu : Shorea assamica, S. bracteolata, S. javanica, S. lamellata, S. ochracea, S. retionades dan S. virescens. Daerah penyebarannya meliputi seluruh Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Bentuk batang lurus, silindris dan berbanir setinggi 3.5 m dari permukaan tanah. Tinggi pohon dapat mencapai 12-55 m dengan diameter 180 cm dan batang bebas cabang 8-37 m. Meranti putih tumbuh pada ketinggian 0-700 m dpl. dengan tipe curah hujan A dan B. Tumbuh pada tanah kering, tanah yang kadang-kadang atau selalu tergenang, tanah liat, tanah berbatu-batu, dan tanah berpasir dengan topografi datar sampai miring. Musim berbunga dan berbuah sangat dipengaruhi iklim. Pembungaan biasanya terjadi setelah melewati dekade iklim yang kering dan panas. Buah masak pada bulan OktoberApril.
BUDIDAYA MERANTI
Diposkan oleh EGO EI MI di 20:53 Label: forest
Menikmati sebuah perjalanan selalu membawa nilai tersendiri. Apalagi perjalanan tersebut bisa melepaskan egala ketegangan dari rutinitas harian. Perjalanan tersebut akan semakin indah manakala tempat yang didatangi mempunyai nilai estetis amat tinggi. Banyak orang tentu mendambakan dapat mengunjungi lokasi-lokasi tersebut. Pada tanggal 26 April 2009 para guru SD SARI LESTARI mengunjungi Camp 53-pembibitan dan Binhut dengan maksud menjelajahi area hutan lindung. Dalam kunjungan tersebut banyak hal yang dijumpai sekaligus menambah wawasan tentang hutan lindung dan cara-cara menjaga kelestarian hutan. Dalam lokasi hutan yang masih asri dan alami terdapat panorama estetis luar biasa. Kunjungan tersebut dari satu sisi dilihat sebagai aktivitas refresing atau penyegaran, namun lebih dari itu untuk lebih mengenal bagaimana cara budidaya meranti secara lebih mendalam. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh PT. SBK dalam melestarikan hutan. Dan juga semua orang mempunyai tugas yang sama untuk menjaga kelestarian alam. Sebab pengenalan yang mendalam akan hutan membuat seseorang lebih mudah untuk melakukan tindakan tertentu dalam upaya
melestarikan hutan. Manusia bisa mengupayakan kehidupannya melalui hasil hutan yang tentunya dilakukan secara santun. Artinya tidak melakukan eksploitasi hutan, akan tetapi memanfaatkan sambil menjaga stabilitas ekosistem yang hidup di dalamnya. Cara yang amat tepat adalah melakukan tebang pilih sembari melakukan tindakan penyelamatan hutan dengan cara reboisasi. Hutan merupakan suatu lokasi yang menyediakan banyak potensi alam, salah satunya adalah kayu. Oleh karena itu banyak orang berusaha memanfaatkan hutan sebagai salah satu bagian dari dunia yang mencukupi kebutuhan hidupnya. Pada hari Minggu-tanggal 26 April 2009, para guru SDS SARI LESTARI mendekatkan diri dengan hutan ( grow up relation of forest) yang ada di daerah perbatasan antara Propinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, tepatnya di kawasan hutan yang dipercayakan oleh pemerintah kepada PT Sari Bumi Kusuma - Kab. Melawi untuk membudidayakannya dan terus menjaga kelestariannya termasuk segala ekosistem yang terkandung di dalamnya. PT SBK Kalimantan Tengah merupakan salah satu perusahaan yang melakukan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) dengan teknik Silvikutur Intensif (Close to nature silviculture) dalam mengelola hutan konsensinya. Dalam sistem TPTJ, penebangan dilakukan secara selektif. Artinya PT SBK tidak melakukan eksploitasi hutan. Akan tetapi mengelolah hutan secara arif dan bijaksana. Salah satu contoh adalah membuat klasifikasi pohon layak tebang yaitu pohon yang berusia sekitar 25 tahun dan berdiameter minimal 40 cm. Tanggung jawab sistem TPTJ yang diemban oleh PT. SBK tidak berhenti pada aksi penebangan semata, tetapi memiliki tanggung jawab moril untuk menghijaukan kembali area-area yang menjadi sasaran penebangan yaitu dengan cara Tanam Jalur (kepmenhutbun No. 625/Kpts-II/19980) dengan Silvikutur Intensif. Sistem ini dianggap efektif dalam upaya pencegahan degradasi hutan. Sistem TPTJ dengan Silvikultur Intensif juga bertujuan untuk menjaga dinamika karbon pada hutan tersebut. hal ini membedakan perusahaan yang mengelolah Hutan Tanaman Industri (HTI) dalam mana mereka hanya mementingkan kebutuhan industri tanpa menghiraukan kelestarian hutan. Ada beberapa masalah yang menjadi latar belakang pegelolahan hutan dilakukan secara sistematis. 1. Adanya kesenjangan permintaan kayu bulat dengan penyediaan. Jadi upaya pegelolahan hutan secara arif menjadi jalan keluar yang cukup bijak. 2. Produktivitas pengelolahan hutan alam masih rendah yaitu hanya sekitar 1 (satu) meter persegi/ha/tahun, dan pegolahan hutan pada cara TPTJ mencapai 4-6 meter persegi/ha/tahun. Artinya sistem TPTJ merupakan cara yang patut diteruskan karena hutan tak akan mengalami kerusakan dan sebagainya. Pada hekekatnya manusia tak kuasa melawan alam. Maka cara yang paling baik
adalah berusaha untuk hidup selaras dengan alam. Caranya adalah tidak melakukan tindakan eksploitasi terhadap alam (hutan). Ketika manusia memanfaatkan hutan demi kebutuhan hidupnya maka ia harus sadar bahwa ia juga bertanggung jawab dalam hal pelestarian hutan tersebut. Ada beberapa tujuan dari kegiatan yang dilakukan oleh para guru SDS SARI LESTARI. Secara umum tujuan menjelajahi hutan adalah untuk lebih mendekatkan diri dengan alam yang merupakan salah satu penopang kehidupan manusia umumnya. Adapun tujuan lain yang ingin dicapai dari kegiatan yang sama adalah: 1. Menikmati panorama hutan yang penuh dengan nilai estetis. 2. Membangkitkan kesadaran untuk mengambil suatu sikap pro-aktif dalam upaya perlindungan terhadap hutan. 3. Untuk mengenal lebih jauh bagaimana proses pengelolahan hutan yang di lakukan oleh PT. SARI BUMI KUSUMA (SBK). 4. Mengenal lebih jauh tahap-tahap pembibitan hingga penanaman hutan. 5. Untuk mengetahui tahap-tahap seleksi terhadap pohon yang layak ditebang.
Dalam melakukan perjalanan singkat memasuki area hutan lindung dan hutan kelolah PT. SBK, para guru menggunakan metode observasi partisipatoris (partisipation observation) yaitu melakukan terjun langsung ke area jelajah dan menyaksikan sendiri segala hal yang terjadi di sana. Dalam perjalanan tersebut banyak hal yang dijumpai dan tentunya mendapat nilai tambah tentang persoalan seputar hutan.
Berdasarkan hasil kunjungan ke Camp. 53 pembibitan dan BINHUT yang dilakukan pada hari Minggu 26 April 2009 oleh para guru SDS SARI LESTARI, sekaligus bertanya langsung kepada Bpk Yudhi Hendro S. S Hut (Kabag Perencanaan), penulis mendapat beberapa informasi penting tentang hal-hal yang berhubungan dengan pembibitan meranti. A. Persemaian Persemaian dapat dilakukan dengan 5 cara antara lain: 1. Stek Batang Stek Batang adalah bagian dari batang kayu yaitu ranting yang masih muda. Pembibitan dengan menggunakan Stek Batang yang masih berusia muda karena batang tersebut mempunyai kemampuan mengeluarkan tunas lebih baik
dan unggul. Lama pembibitan Stek batang hingga masa siap tanam adalah 1,4 tahun. 2. Semai Biji Persemaian dengan menggunakan biji sangat ditentukan oleh musim. Hal ini mau menunjukkan bahwa persemaian menggunakan biji hanya bisa dilakukan pada musim buah. Artinya biji yang akan disemai diambil dari hutan dan dibudidayakan dengan suhu di bawah 30C dan kelembaban mencapai 90. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa meranti baru dapat berbuah dalam kurun waktu 3 (tiga) Tahun sekali. Ini berarti persemaian menggunakan biji baru dapat dilakukan dalam kurun waktu cukup lama. Dalam persemaian biji dibutuhkan waktu selama 6-8 bulan untuk mencapai masa tanam. 3. Cabutan Cara pengadaan bibit hampir serupa dengan semai biji. Bibit diambil dari hutan, yang masih kecil dan dicabut. Selepas musim berbuah biji yang berhamburan bertunas secara alamiah dan menjadi bibit tanaman yang cukup potensial pada waktu mendatang. Cabutan itu baru dapat diambil bila sudah mencapai tinggi 18 Cm. Tanaman tersebut diambil berikut dilakukan pemeliharaan secara lebih teliti. Lama pembibitan sampai masa siap tanam membutuhkan waktu 1 (satu) Tahun. 4. Stek Pucuk Lama pembibitan sampai masa siap tanam adalah 1 tahun. Bibit diambil dari ujung pohon meranti yang berusia kurang dari 5 (lima) tahun. Kemudian ditanam dengan media serbuk gergaji dimasukkan ke dalam Green House. Prosesnya adalah serbuk gergaji direbus untuk menghilangkan getahnya selanjutnya dijemur dan dimasukkan ke dalam wadah penanaman. Tanaman yang pucuknya diambil dan dijadikan stek pucuk dibudidayakan sendiri bukan diambil dari hutan. Untuk mengurangi penguapan beberapa daun stek pucuk harus dipotong. Hal ini juga untuk menjaga kestabilan kelembaban. Perlakuan khusus terhadap stek pucuk adalah pengkabutan setiap hari supaya kelembaban di dalam Green House terjaga dan penyiraman 4 (empat) hari sekali. Stek pucuk dapat dipindahkan ke lapangan ketika bersia 1,5 tahun. Berdasarkan data yang tercatat pembibitan dengan menggunakan stek pucuk menempati urutan pertama. 5. Stam Lama pembibitan 1,4 Tahun. Stam dilakukan untuk mencari bibit unggul. Pembibitan Stam dilakukan dengan cara penyambungan terhadap meranti sejenis yang memiliki kualitas unggul. Stam mulai bertunas pada usia 1 bulan. Cara pembibitan ini merupakan metode terapan untuk menjaga ketersediaan bibit meranti. Secara umum dalam persamaian, suhu dan kelembaban harus diperhatikan secara serius. Suhu harus tidak lebih dari 30C dan kelembaban mencapai 90. Cara-cara yang dilakukan dalam proses persemaian adalah untuk tetap menjaga regenerasi hutan. Hasil dari semua itu kemudian ditanam kembali di hutan. Hal
ini mau menunjukkan bahwa PT. SBK tidak ingin adanya kesenjangan antara penebangan dan penanaman. Maka diupayakan berbagai hal berhubungan dengan masalah penyediaan bibit meranti. Searah dengan pemikiran di atas maka dilakukan pembibitan meranti seperti yang sudah diuraikan di atas.
B. Tahap-Tahap Pembibitan Pembibitan dilakukan untuk menjaga ketersediaan bibit meranti. Ini adalah upaya awal untuk tetap menjaga kelestarian hutan. Secara umum ada 3 (tiga ) Proses pembibitan, antara lain: a. Penyungkupan Penyungkupan dilakukan selama 3 (tiga) bulan dengan menggunakan media tanam TOP SOIL (lapisan tanah bagian atas yang berwarna hitam, mengandung kualitas kesuburan amat baik) dan dimasukan ke dalam wadah di mana suhu dan kelembabannya selalu dijaga. Pada proses ini tanaman tidak perlu diberi pupuk karena tanaman tersebut masih mempunyai cadangan makanan yang cukup untuk pertumbuhannya. Hal yang perlu dilakukan adalah penyiraman secara rutin yakni 4 hari sekali, supaya media tidak terlalu basah dan terlalu kering. b. Penyapihan Penyapihan dilakukan dengan tujuan penyesuaian akan lingkungan, di mana sinar matahari yang masuk diatur secara baik. Untuk mengatur kestabilan suhu dan sinar marahari yang masuk digunakan palanet. 1. Blok Penggarisan; kualitas sinar matahari yang masuk ke dalam area pembibitan diatur sedemikian rupa yaitu hanya 25%. Blok ini merupakan lanjutan dari penyungkupan. 2. Blok Penyapihan; kualitas sinar matahari yang diperkenankan masuk ke area pembibitan hanya mencapai 50%. Blok ini merupakan lanjutan dari blok sebelumnya. 3. Blok Siap tanam; kualitas sinar matahari yang masuk ke area pembibitan adalah 75 %. pada blok ini merupakan adaptasi/penyesuaian dengan alam sebenarnya. Artinya tanaman secara perlahan mulai mengalami situasi alam yang sungguhnya. Dalam masa penyapihan tanaman harus melewati proses yang telah dirancang secara sistematis yaitu dari blok penggarisan hingga blok siap tanam. B. Aklimitasi/Adaptasi Pada proses ini bibit mendapatkan perlakuan seperti di habitat aslinya. di mana kualitas sinar matahari yang diterimam adalah 75 %. Hal ini dilakukan supaya
bibit terbiasa menerima sinar matahari seperti di alam yang sebenarnya. Hal ini dimaksudkan agar ketika anakan meranti dipindahkan ke lokasi aslinya tidak merasa asing, karena sebelumnya sudah diperkenalkan. Anakan meranti yang telah dipindahkan ke area penanaman asli tetap diperhatikan selama 1 (satu tahun). C. Media Tanam Pada Pembibitan Media yang digunakan adalah bahan kompos. Pembuatan ini dilakukan secara alamiah yaitu berbahan daun hijau yang digiling, dicampur dengan kotoran sapi, dan kayu lapuk. Kemudian disimpan selama 2-4 bulan. Daun yang digunakan adalah daun polong dan daun hijau karena daun tersebut mengandung banyak air sehingga proses pelapukannya amat cepat. D. Pencampuran Bahan Media Tanam Presentase campuran bahan media tanam adalah sebagai berikut: Kotoran Sapi 25%, Kayu Lapuk 25%, Daun Hijau 50%. Kemudian proses pelapukan dibantu oleh binatang (cacing,ulat,luwing ). E. Bibit Yang Di Gunakan Adapun bibit yang di gunakan adalah jenis kayu Meranti. Keungulan kayu Meranti antara lain: pertama: Melestarikan pohon/hutan asli daerah Kalbar. Kedua; Suhu dan temperaturenya sesuai dengan jenis kayu Meranti. Ketiga; Usia produksi lebih cepat. keempat; Laku di pasaran. Berdasarkan data yang tercatat menunjukkan bahwa upaya pembibitan yang dilakukan oleh PT. SBK telah mencapai 53. 500.000 anakan, penanaman perdana dilakukan 10 tahun lalu (tahun 1999). Jika usia panen dilakukan pada usia pohon mencapai 25 tahun berarti dalam waktu 15 tahun mendatang PT.SBK sudah memanen hasil usahanya sendiri. Selama masih memanen hutan alamiah. F. Jenis jenis Meranti Beberapa jenis meranti, antara lain: Lefrosula, Suria Joreisus, Suria Parpefefula, dan Smetiana. Kayu yang diproduksi adalah kayu yang berumur 25 Tahun ke atas yang berdiameter minimal 40 Cm. G. Penanaman Sebelum dilakukan penanaman didahului persiapan lahan. Beberapa hal yang harus dipersiapkan adalah: Pertama; pembuatan jalur bersih sekitar 3M dan jarak antar jalur 20Cm yang dibuat secara manual. Kedua; Pemasangan ajir (patok tanam). Jarak antar ajir tanam adalah 2,5M. Ajir terbuat dari kayu keras yang berdiameter 5-7Cm. Ketiga; Pembuatan lubang tanam dengan ukuran 30 x
30Cm. Keempat; Pengisihan lubang tanam dengan top soil yang diambil dari sekitar pohon induk. Pada tanaman meranti yang kurang subur akan diberikan mikoriza (mico = jamur dan riza = akar) yang berfungsi untuk menggemburkan tanah yang pada akhirnya menyuburkan tanah sehingga tanaman meranti dapat bertumbuh lebih subur.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan PT. SBK merupakan perusahaan yang tidak hanya memanfatkan hutan sebagai upaya pemehutan terhadap kebutuhan bahan bangunan dalam hal ini kayu. lebih dari itu menjaga kelestarian hutan. Pada hakekatnya apa yang ada di muka bumi semua diperuntukan bvagi manusia. hal yang terpenting adalah silakukan secara arif dan bijaksana. Artinya tidak melakukan eksploitasi terhadap hutan. Karena jika itu terjadi akan sangat membahayakan kehidupan manusia. Dalam pengelolaan hutan cara yang lebih tepat adalah dengan melakukan Tebang Pilih Tanam Jalir (PTPJ). Metode seperti ini telah dilakukan oleh PT. SBK selama sekian tahun dengan teknik Silvikultur ( Close to Nature Silviculture Tecnic ). Dengan menggunakan sistem ini, hutan tidak ditebang tanpa ada perhitungan yang matang. Pohon yang layak ditebang adalah yang berusia menimal 25 tahun dan memiliki diameter 40Cm. Untuk mencapai tingkat pelestarian hutan PT. SBK telah melakukan berbagai uapya dari tahap persemaian hingga tahap penanaman kembali hutan yang telah ditebang berikut perawatan. Dalam teknik persemaian digunakan beberapa cara yaitu: stek batang, biji, cabut, stek pucuk, stam. Pada tahap pembibitan beberapa tahap yang harus dilewati sebelum tanaman dipindahkan ke lokasi penanaman adalah: penyungkupan, penyapihan, aklimitasi atau adaptasi
B. Saran
1. Penerapan cara Tebang Pilih Tanam Jalur adalah pilihan yang tepat, karena selain membudidayakan hutan bagi kebutuhan konsumsi manusia tetapi juga tetap menjaga kelestarian alam dan ekosistem yang ada si dalamnya. Pada intinya tidak merusak hutan dan segala ekosistem yang ada di dalamnya. 2. Kegiatan ini amat bermanfaat karena dapat menambah pengetahuan tentang masalah seputar hutan. Oleh karena itu kegiatan serupa ini dapat dilakukan secara berulang. 3. Kegiatan ini merupakan upaya untuk semakin mendekatkan para guru khususnya agar mengenal lebih dalam tentang segala kegiatan yang dilakukan oleh PT. SBK.
Biologi Reproduksi
Kebanyakan Shorea merupakan spesies dengan musim perbungaan raya. Musim perbungaan raya adalah musim berbunga aneka (hampir semua) spesies dipterokarpa, bersama pohon-pohon suku tetumbuhan lainnya, yang berlangsung kurang lebih serentak secara berkala, dalam jangka waktu yang tidak teratur antara 310 tahun[4]. Diduga bahwa perbungaan, yang kemudian diikuti pula oleh perbuahan, serentak ini berevolusi untuk mengatasi gangguan hewan-hewan pemakan biji[5] atau untuk menyukseskan penyerbukan bunga[4]. Agaknya kedua-dua penjelasan itu dapat diterima[6]. Para ahli memperkirakan bahwa perbungaan raya ini dirangsang oleh musim kemarau yang terjadi pada masa-masa peralihan dari La Nia menuju El Nio[7]. Besar atau tidaknya musim perbungaan raya ini diduga kuat bertalian dengan waktu terjadinya musim kemarau yang terkait fenomena siklusENSO (El Nio southern oscillation); musim perbungaan terbesar biasanya muncul setelah diantarai waktu beberapa tahun tanpa perbungaan[7]. Marga Shorea diserbuki oleh serangga dan aneka jenis serangga terlibat di sini; sementara untuk seksi Shorea yang sama (lihat: Klasifikasi Shorea) diserbuki oleh jenis serangga yang sama. Untuk menghindari kompetisi, jenis-jenis dari seksi Shorea yang sama yang berada pada habitat atau komunitas tumbuhan yang sama, akan mengatur saat perbungaannya sedemikian sehingga terjadi secara bergiliran[8].