Anda di halaman 1dari 8

DETEKTOR SCINTILATOR SIMULASI MONTE CARLO

Suhendi, Robi Hartanto, Adlian Satyowibowo, Galih Nur Hidayat, Wilma Zulianti, Ismail Nugraha. 10209080, 10209025, 10208015, 10209057, 10209103, 10209054. Program StudiFisika ,InstitutTeknologi Bandung, Indonesia Email: Zhu_henz@yahoo.com Asisten : Pribadi Mumpuni Adhi/10208069 TanggalPraktikum : 11 April 2012 Abstrak
Scintilator merupakan suatu material yang dapat mengubah gelombang/partikel radiasi menjadi cahaya tampak. Scintilator dapat digunakan sebagai detektor radiasi. Detektor scintilator terdiri dari tiga bagian yaitu material scintilator, photomultiplier tube, dan perangkat instrumentasi yang akan mengolah sinyal dari multiplier tube. Pada percobaan akan dilakukan simulasi scintilator dengan menggunakan suatu program yang berbasis pada metode monte carlo, yaitu EGSnrc. Pada percobaan akan dilakukan simulasi untuk beberapa material scintilator. Pada percobaan akan dicari pengaruh ketebalan material, jumlah partikel, energi partikel, dan pengaruh pembagian energi. Hasil simulasi berupa pola data berbentuk teks. Pola data tersebut kemudian diplot kembali dengan spreadsheet sehingga akan diperoleh kurva cacahan terhadap energi.

Kata Kunci: MCA, Fotokatoda, Dianoda, SCA, Scintilator. I.Pendahuluan Pada percobaan akan dilakukan simulasi scintilator dengan menggunakan suatu program simulasi yang berbasis metode Monte Carlo, yaitu EGSnrc. Metode Monte Carlo digunakan untuk simulasi transport partikel radiasi saat memasuki suatu materi. Untuk melakukan simulasi MC pada eksperimen ini akan digunakan suatu program Monte Carlo yang sering digunakan pada bidang fisika medis yaitu EGSnrc. Program ini dikembangkan oleh National Cancer Center Canada. Program dapat mengikuti tidak hanya perjalanan dari foton juga untuk electron dan positron. Sedangkan usercode yang digunakan adalah berdasarkan tutor 3. Tutor 3 ini merupakan suatu usercode sederhana yang mensimulasi suatu berkas foton dengan energi tunggal dan arah gerak tegak lurus bidang medium yang dilewatinya. Medium yang dilewati oleh foton pada tutor 3 ini hanya medium 1 dimensi yang memiliki ketebalan yang dapat diubah tetapi luas areanya tidak terbatas. Sedangkan untuk karakteristik dari medium dapat diubah-ubah. Scintilator merupakan suatu material yang dapat mengubah gelombang/partikel radiasi menjadi cahaya tampak. Scintilator dapat digunakan sebagai detektor partikel radiasi. Detekor scintilator terdiri dari tiga bagian yaitu scintilator, photomultiplier tube (PMT), dan perangkat instrumentasi yang dapat digunakan untuk mengolah sinyal listrik yang dihasilkan PMT.

Gambar I. Diagram dari Detektor Scintilator

Bagian scintilator berguna untuk mengubah partikel/gelombang radiasi menjadi foton cahaya tampak. Bagian photomultiplier tube terdiri dari fotokatoda dan dinoda. Fotokatoda merupakan elektroda negatif yang akan mengalami peristiwa efek fotolistrik ketika foton yang berasal dari scintilator menumbuk fotokatoda. Dinoda merupakan elektroda positif bertegangan tinggi yang berfungsi mempercepat elektron hasil fotolistrik fotokatoda. Dinoda dapat digunakan berlapislapis untuk mengahasilkan amplifikasi jumlah arus elektron. Aliran elektron akan menghasilkan arus listrik. Arus listrik inilah yang akan diproses lebih lanjut oleh system instrumentasi yang akan mengahasilkan sinyal output. Pada bagian perangkat instrumentasi terdapat komponen Pulse Height Analyzer (PHA). Terdapat dua jenis PHA yaitu Multi Channel Analyzer (MCA) dan Single Channel Analyzer (SCA). II. MetodePercobaan Pada bagian awal sebelum simulasi di mulai, masukan data PEGS terlebih dahulu yaitu data material scintilator yang akan digunakan. Data yang harus dimasukan diantaranya meliputi nama material, komposisi material, massa jenis material, dan rentang energi yang digunakan. Rentang energi yang digunakan adalah AE = 700 keV, UE = 30511 keV, AP = 100 keV, dan UP = 30000 keV. Percobaan pertama adalah pengaruh lebar BIN. Material yang digunakan adalah NaI dengan energy 5 MeV, jumlah partikel 500000, dengan ketebalan, 2.54cm dan lebar BIN yang divariasikan adalah 25, 50 dan 100. Kemudian atur juga BWIDTH nya tidak ada data yang terpotong.

Percobaan kedua adalah pengaruh tebal material. Material yang digunakan adalah semua jenis material yang sudah dideklarasikan sebelumnya. Dengan energy 5 MeV, jumlah partikel 500000, lebar BIN 100, dan variasikan ketebalan bahan pada rentang 0.1-0.5cm, 0.51.5cm, 1.5-2cm dan 2-3cm. Percobaan ketiga adalah pengaruh jumlah partikel. Material yang digunakan adalah CsI dengan energy 5 MeV, BIN 100, ketebalan 1.53cm, dan jumlah partikel yang divariasikan adalah 1000, 10000, 100000, dan 1000000. Kemudian percobaan terakhir adalah pengaruh energy. Material yang digunakan adalah semua jenis material yang sudah dideklarasikan sebelumnya. Dengan jumlah partikel 1000000, BIN 100, ketebalan 1.5-3cm dan 3-5cm, dan energy yang divariasikan adalah 2MeV, 12MeV, dan 20Mev. III. Data danPengolahan Pada simulasi kali ini bahan scintilator yang akan digunakan ada 4 jenis, seperti pada table 1 berikut :
Tabel 1. Data material yang digunakan pada simulasi Scintilator NaI Be4Ge3012 CsI Lu2SiO5 Rapat Massa (gr/cm3) 3.67 7.13 4.51 7.40 Jumlah foton/1 MeV 76000 24000 2300 30000

Beikut ini adalah grafik yang diperoleh dari hasil simulasi program EGSnrc. Percobaan 1 : Pengaruh Lebar BIN

0.04 Count 0.03 0.02 0.01 0

NaI dengan BIN 25

0.06 Count 0.05 0.04 0.03 0.02

Tebal 0.5 cm Tebal 1.5 cm

Bahan NaI

Tabel 2 cm Tebal 3 cm

2Energi (MeV)4

0.01 0 0 2 Energi (MeV) 4 6

Grafik 1a. Bahan NaI dengan Lebar BIN 25 0.04 Count 0.03 0.02 0.01 0 0 2Energi (MeV)4 6

NaI dengan BIN 50

Grafik 2a. Pengaruh ketebalan untuk bahan NaI 0.3 Count 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05

Bahan Be4Ge3O12
Tebal 0.5 cm Tebal 1.5 cm Tebal 2 cm Tebal 3 cm 0 2Energi (MeV)4 6

Grafik 1b. Bahan NaI dengan Lebar BIN 50 0.04 Count 0.03 0.02 0.01 0 -0.01 0 2 4 Energi (MeV) 6

NaI dengan BIN 100

Grafik 2b. Pengaruh ketebalan untuk bahan Be4Ge3O12

Grafik 1c. Bahan NaI dengan Lebar BIN 100

Percobaan 2 : Pengaruh Tebal Material

0.09 Count 0.08 0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.01 0 0

Bahan CsI
Tebal 0.5 cm Tebal 1.5 cm Tebal 2 cm Tebal 3 cm

0.1 Count 0.08 0.06 0.04 0.02 0 -0.02 0

Pengaruh Jumlah partikel (CsI)


1000

2 Energi

Grafik 3a. Bahan CsI dengan jumlah partikel 1000 2 4 Energi (MeV) 6 0.1 Count 0.08 0.06 0.04 Tebal 0.5 cm Tebal 1.5 cm Tebal 2 cm Tebal 3 cm 0.02 0 -0.02 0 2 Energi 4 6 10000

Grafik 2c. Pengaruh ketebalan untuk bahan CsI 0.25 Count 0.2

Bahan Lu2SiO5

Pengaruh Jumlah partikel (CsI)

0.15

0.1

0.05

Grafik 3b. Bahan CsI dengan jumlah partikel 10000 0.1 Count 0.08 0.06

0 0 2Energi (MeV)4 6

Pengaruh Jumlah partikel (CsI)


100000

Grafik 2d. Pengaruh ketebalan untuk bahan Lu2SiO5

0.04 0.02 0 -0.02 0 2

Percobaan 3 : Pengaruh jumlah partikel

4 Energi

Grafik 3c. Bahan CsI dengan jumlah partikel 100000

0.1 0.08 0.06 0.04 Count 0.02 0 -0.02 0

Pengaruh Jumlah partikel (CsI)


1000000

0.015 0.01 Count 0.005 0 0

Bahan NaI Energi 20MeV


Tebal 2cm Tebal 4cm

10 20 Energi (MeV)

30

2 Energi

Grafik 4a III. Bahan NaI dengan Energi 20MeV

Grafik 3d. Bahan CsI dengan jumlah partikel 1000000

Percobaan 4 : Pengaruh energy Untuk bahan NaI :


0.2 0.15 0.1 Count 0.05 0 -0.05 0 1 2 Energi (MeV) 3

Untuk bahan Be4Ge3O12 :


0.6 0.5 0.4 0.3 Count 0.2 0.1 0 -0.1 0 0.5 1 1.5 Energi (MeV) 2 2.5

Bahan NaI Energi 2MeV


Tebal 2cm Tebal 4cm

Bahan Be4Ge3O12 Energi 2MeV


Tebal 2cm Tebal 4cm

Grafik 4b I. Bahan Be4Ge3O12 dengan Energi 2MeV 0.3

Grafik 4a I. Bahan NaI dengan Energi 2MeV 0.04 0.03 0.02 Count 0.01 0 0 5Energi (MeV) 10 15

0.25 0.2 0.15 Count 0.1 0.05 0 -0.05 0

Bahan NaI Energi 12MeV


Tebal 2cm Tebal 4cm

Bahan Be4Ge3O12 Energi 12MeV


Tebal 2cm Tebal 4cm

5Energi (MeV) 10

15

Grafik 4b II. Bahan Be4Ge3O12 dengan Energi 12MeV

Grafik 4a II. Bahan NaI dengan Energi 12MeV

0.15 0.1 Count 0.05 0 0

Bahan Be4Ge3O12 Energi 20MeV


Tebal 2cm Tebal 4cm

0.15 0.1 Count 0.05 0

Bahan Lu2SiO5 Energi 20MeV


Tebal 2cm Tebal 4cm

10 20 Energi (MeV)

30

10 20 Energi (MeV)

30

Grafik 4b III. Bahan Be4Ge3O12 dengan Energi 20MeV

Grafik 4c III. Bahan Lu2SiO5 dengan Energi 20MeV

Untuk bahan Lu2SiO5 :


0.5 0.4 0.3 0.1 0 -0.1 0 1 2 Energi (MeV) 3

Untuk Bahan CsI :


0.25 0.2 0.15 0.1 Count 0.05 0 -0.05 0 1 2 Energi (MeV) 3

Bahan Lu2SiO5 Energi 2MeV


Tebal 2cm Tebal 4cm

Bahan CsI Energi 2MeV


Tebal 2cm Tebal 4cm

0.2 Count

Grafik 4c I. Bahan Lu2SiO5 dengan Energi 2MeV 0.25

Grafik 4d I. Bahan CsI dengan Energi 2MeV 0.06 0.05 0.04 0.03 Count 0.02 0.01 0

Bahan Lu2SiO5 Energi 0.2 12MeV 0.15


0.1 Count 0.05 0 -0.05 0 5 10 Energi (MeV)

Bahan CsI Energi 12MeV


Tebal 2cm Tebal 4cm

Tebal 2 cm Tebal 4cm

15

5Energi (MeV) 10

15

Grafik 4c II. Bahan Lu2SiO5 dengan Energi 12MeV

Grafik 4d II. Bahan CsI dengan Energi 12MeV

0.025 0.02 0.015 Count 0.01 0.005 0 0

Bahan CsI Energi 20MeV


Tebal 2cm Tebal 4cm

Hanya saja dengan jumlah partikel semakin banyak, bentuk kurvanya menjadi lebih halus (smooth). Jumlah partikel meningkatkan kualitas data yang diperoleh. Dan untuk percobaan terakhir adalah hubungan energy dan ketebalan terhadap jumlah cacahan. Energy tidak selamanya berbanding lurus terhadap jumlah cacahan yang terdeteksi. Namun yang pasti dari data atau grafik yang ada, besar energy membedakan interaksi apa yang terjadi pada energy tersebut. Terlihat dari energy 2 MeV diperoleh hanya satu puncak saja, kemudian 12MeV ada beberapa puncak dan energy 20MeV bentuk grafik sudah tidak jelas puncaknya. Ini membedakan interaksiinteraksi yang terjadi. Ada beberapa interaksi yang terjadi diantaranya adalah efek fotolistrik, efek Compton dan pair junction. Salah satu aplikasi dari metode monte carlo adalah digunakan dalam fisika medis, yaitu Brachytherapy Calculations. Brachytherapy merupakan suatu terapi yang menggunakan sumber radioaktif untuk mengobati kanker. Dosis radiasi yang diberikan dapat ditentukan dengan metode Monte Carlo. Dengan memperhitungkan jarak penembakan sumber radiasi, sudut penembakan, dan faktor-faktor lainnya dengan menggunakan metode Monte Carlo dosis radiasi dapat dioptimasi. V. Simpulan 1. Scintilator dapat digunakan sabagai pencacah. 2. Scintilator bekerja dengan mengubah radiasi foton energy tinggin ke cahaya tampak. 3. Dengan mengatur lebar BIN dan Jumlah partikel mampu memperbaiki kualitas kuva yang dihasilkan.

10 20 Energi (MeV)

30

Grafik 4d III. Bahan CsI dengan Energi 20MeV

IV. Pembahasan Untuk percobaan pertama lebar BIN berpengaruh pada banyaknya partisi data dari energy yang ditentukan. Semakin banyak jumlah BIN maka semakin banyak partisi yang diperoleh. Dengan lebar BIN semakin rapat maka hasil yang diperoleh semakin akurat. Terlihat dari bentuk kurvanya yang semakin baik (jumlah puncak dan lebar (E) semakin tajam). Percobaan kedua diperoleh kurva perbandingan ketebalan bahan terhadap jumlah cacahan. Dari hasil simulasi menjelaskan bahwa semakin tebal bahan scintilator maka jumlah energy yang bisa di counter semakin besar. Hal ini menunjukan hasil baik untuk sebuah detector, sinyal (counter) yang diperoleh dari sumber radiasi semakin besar sehingga semakin mudah untuk diolah datanya oleh perangkat instrumentasi. Kemudian untuk setiap material menunjukan hasil yang sedikit berbeda yaitu pada besarnya cacahan (count) yang terhitung dan lebar kurva (E) nya. Perbedaan tinggi kurva menunjukan seberapa baik bahan tersebut untuk mengcacah (counter) Hal ini bergantung pada karakteristik bahan yang digunakan. Kemudian percobaan ketiga, dari grafik yang diperoleh jumlah partikel tidak berpengaruh terhadap jumlah cacahan (count) tertinggi.

4. Ketebalan bahan berpengaruh pada tingginya sinyal yang di deteksi, semakin tebal maka sinyal yang dideteksi semakin kuat (tinggi). 5. Besar energy yang digunakan berpengaruh pada jenis interaksi yang terjadi. Tiap range energy menghasilkan interaksi yang berbeda-beda. 6. Simulasi Monte Carlo merupakan simulasi yang berdasarkan pada penggunaan bilangan acak 7. Beberapa aplikasi Scintilator adalah pada bidang fisika nuklir dan fisika medis dengan metode monte carlo VI. Pustaka [1]. Krane., K.S. 1988. Introductory Nuclear Physics. Canada : John Wiley Dan Sons, Inc. [2]. Detektor Sintilator NaI. Terdapat pada situs : http://ceeraia.blog.uns.ac.id/2010/05/0 4/detektor-sintilator-naitl/ diakses pada tanggal 14 April 2012.

Anda mungkin juga menyukai