Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah Negara yang memiliki kepadatan penduduk terbesar nomor empat sedunia. Jumlah penduduknya yang mencapai angka 259.940.857 (Badan Pusat Statistik tahun 2011) menjadikan Negara ini memiliki ciri khas tersendiri untuk mengembangkan potensi yang ada di dalamnya. Melihat kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh Indonesia, fasilitas yang diberikan Tuhan kepada Indonesia sehingga menjadikan Indonesia sebuah Negara yang memiliki kekayaan alam bermacam-macam. Seharusnya Indonesia bisa menjadi sebagai bangsa besar yang patut di perhitungkan di mata dunia. Namun, pada kenyataannya Indonesia belum mampu mengelola

semaksimal mungkin potensi-potensi yang dimilikinya. Indonesia belum mampu mencetak generasi-generasi berkarakter yang bisa mengantarkan Negara kita agar dapat diperhitungkan sebagai bangsa yang besar. Pemerintah belum bisa memaksimalkan pembangunan SDM yang ada. Menurut hasil survey yang dilakukan oleh United Nations Development Programme (UNDP), Human Development Indonesia (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menduduki peringkat ke 124. Tabel Perkembangan Peringkat Human Development Indonesia Tahun Peringkat HDI Indonesia Sumber: UNDP, HDR 1999-2011 diolah HDI merupakan laporan yang memotret dan memberikan peringkat perkembangan pembangunan Negara negara di dunia 99 105 00 109 01 102 02 110 03 112 04 111 05 110 06 106 07/08 107 09 111 10 108 11 124

(www.koalisiperempuan.or.id). Peringkat perkembangan pembangunan manusia

dalam

HDI dikatagorikan dalam 4 kelompok, yaitu: Very High Human

Development (kelompok negara berperingkat sangat tinggi ,1- 47) High Human Development (kelompok negara berperingkat pembangunan manusianya

tinggi, 48- 94), Medium Human Development (kelompok negarga berperingkat pembangunan Developmen rendah, manusianya sedang, 94-141) dan Low Human

(Kelompok negara yang peringkat pembangunan manusianya Indonesia masuk dalam katagori Medium Human

142-187).

Development. Pendidikan adalah solusi jangka panjang dan efektif dalam upaya perbaikan HDI Indonesia. Dengan adanya perbaikan kurikulum pendidikan ini diharapkan kedepannya generasi yang berkembang memiliki karakter khas dan mempermudah untuk membangun negeri ini. Sasaran utama dalam pendidikan adalah anak usia dini. Hal ini dimaksudkan untuk membangun karakter anak di usia-usia keemasannya. Fase tumbuh kembang otak anak (The Golden Age) istilah yang digunakan untuk menggambarkan betapa pentingnya masa tersebut. Pada masa emas, otak mengalami tumbuh kembang paling cepat dan paling kritis (Barbara A. Lewis: 2004). Pendidikan Indonesia menjadikan konsep kognitif, afektif dan

psikomotorik yang dicetuskan oleh Benyamin Bloom sebagai mainstream yang melandasi pelaksanaan pendidikan. Namun, kurikulum pendidikan Indonesia saat ini menunjukan bahwa memberatkan siswa dan menitikberatkan pada kemampuan kognitif saja (Cognitive oriented). Padahal untuk menciptakan generasi berkarakter tidak cukup hanya sekedar kecerdasan (kognitif) saja. Potensi lain yang dimiliki anak didik juga harus berjalan beriringan agar dapat berkembang secara optimal. Oleh karena itu, aspek nilai dan sikap (afektif) serta kemampuan ketrampilan fisik (psikomotorik) juga perlu mendapatkan porsi yang sama dengan aspek kognitif. Program pendidikan anak usia dini pun dirasa penting karena periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya. Berdasarkan hasil penelitian, sekitar 50% kapabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun,

80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak berumur sekitar 18 tahun (Reni Akbar dkk: 2004). Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya. Sehingga periode emas ini baik dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan yang berhubungan dengan pembentukan pola pikir maupun karakter anak. Oleh karena itu, pendidikan anti korupsi perlu untuk diberikan kepada anak yang ada pada masa ini. Sehingga diharapkan dapat terciptanya generasi anti korupsi di generasi muda Indonesia. Untuk itu, pendidikan untuk usia dini dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak. Berdasarkan fakta diatas kami menyimpulkan bahwa jenjang pendidikan usia dini yaitu, playgroup dan Taman kanak-kanak dan dapat di teruskan ketika di bangku sekolah dasar. Karena pada usia tersebut anak cenderung memiliki daya imajinasi yang tinggi. Dunia imajinasi mampu membentuk cara berpikir dan kepribadian anak. Salah satu bentuk penyampaiannya materi pelajaran hendaknya tidak hanya menggunakan metode ceramah tetapi dapat penyampaiannya di sesuaikan dengan kebutuhan siswa seperti bercerita, mendongeng, menonton

film, mengajak siswa turun langsung melihat kejadian dalam masyarakat sehingga melibatkan interaksi anak terhadap daya imajinasinya dan sentuhan alami yang dikemas dalam kurikulum yang terstruktur dan sistematis. Pengembangan daya kreasi anak yang ditorehkan melalui konsep Sekolah Aksi ini menawarkan suatu gagasan baru yang bisa membuka mata para kaum pendidik yaitu orang tua maupun guru, tentang bagaimana mengembangkan daya kreasi anak pada usia dini, serta mampu menanamkan nilai atau norma-norma baik kepada anak. Penanaman nilai moral yang ditawarkan juga diharapkan mampu memupuk jiwa anak-anak dalam membangun bangsa. Berbagai metode mengajar yang menarik secara tidak langsung mengajak para siswa untuk lebih mudah menerima pelajaran yang disampaikan karena sesuai dengan kebutuhan siswa.

1.2 Rumusan Masalah Model pendidikan karakter sejak usia dini seperti apa yang implementatif di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan Mengetahui konsep pendidikan karakter sejak usia dini yang implementatif.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat teoritis Karya tulis ini memberikan sumbangan pemikiran dalam peningkatan kualitas generasi dalam membangun bangsa.

1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi pemerintah, karya tulis ini diharapkan mampu menyumbangkan solusi aplikatif dan konstruktif bagi pembentukan pendidikan berkarakter sejak usia dini. 2. Bagi Institusi pendidikan, Sekolah Aksi mampu memberikan masukan dalam proses belajar mengajar yang mengacu pada pembentukan karakter sejak dini. 3. Bagi masyarakat, secara langsung karya tulis ini membantu memudahkan dalam proses mendidik anak, perkembangan otak anak di usia dini,

menanamkan nilai-nilai atau norma kehidupan yang belaku di masyarakat, melatih alam bawah sadar anak, mempererat jalinan kasih sayang antara individu-individu yang bersangkutan, serta membantu proses sosial dari tiap individu masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Berkarakter Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Dalam pelaksanaannya pendidikan karakter bangsa Indonesia tidak berdiri sendiri tetapi berintegrasi dengan pelajan-pelajaran yang ada dengan memasukkan nilai-nilai karakter dan budaya bangsa Indonesia.

2.2 Sekolah Aksi Istilah Sekolah Aksi di gagaskan penulis bahwa sekolah aksi adalah sekolah yang berusaha menumbuhkan kemampuan berimajinasi, bertindak dan bersosialisasi. Sekolah ini tetap sebagaimana sekolah normal yang

mengajarkan mata pelajaran sesuai kurikulum hanya saja memasukkan kemampuan berimajinasi, bertindak dan bersosialisasi dalam setiap kegiatan belajar-mengajarnya sesuai dengan dunia anak-anak. Beban kurikulum yang terlalu berat hanya akan membentuk generasi yang berorientasi pada hasil. Oleh karena itu penulis menawarkan konsep sekolah aksi dimana siswa dapat langsung menunjukan aksi nyatanya.

2.3 Nilai 7 Budi Utama Nilai Tujuh Budi Utama yang dicetuskan oleh Bapak Ary Ginanjar Agustian (pencetus konsep ESQ) yaitu penanaman tujuh budi yang

diimplementasikan dalam kurikulum sekolah aksi yakni tanggung jawab, adil, disiplin, visioner, jujur, kerjasama serta peduli. Penerapan ketujuh nilai ini ditawarkan dalam proses belajar mengajar di pendidikan taman kanak-kanak hingga sekolah dasar yang tidak hanya menitik beratkan dalam aspek kognitif saja. Melalu metode ini pendidikan kognitif, afektif dan psikomotorik dapat dikemas menjadi satu dengan cara belajar mengajar yang menyenangkan. Harapannya dengan banyaknya generasi berkarakter dan berkualitas dapat menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar dan tidak dipandang sebelah mata oleh dunia.

BAB III METODOLOGI PENULISAN

3.1

Sumber dan Jenis Data

Data yang dipergunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai literatur melalui metode studi pustaka. Data tersebut berupa data kuantitatif maupun kualitatif.

3.2

Metode Pengumpulan Data Penulisan karya tulis ini menggunakan metode studi pustaka yang

dilakukan atas hasil studi terhadap beberapa bahan pustaka yang relevan, berhubungan satu sama lain, serta mendukung uraian atau analisis pembahasan, dengan topik yang diangkat, yaitu membahas mengenai strategi menciptakan pendidikan berkarakter sejak dini.

3.3

Analisis Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan menyusun secara sistematis dan logis. Teknik analisa data yang dipilih adalah analisa deskriptif argumentatif, dengan tulisan yang bersifat deskriptif, menggambarkan keadaan lembaga dan penegak hukum yang terjadi. Tulisan ini juga disertai argumentasi yang didasarkan pada data-data objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. 3.4 Penarikan Kesimpulan

Setelah proses analisis, dilakukan proses sintesis dengan menarik dan menghubungkan rumusan masalah, tujuan penulisan serta pembahasan yang dilakukan. Berikutnya ditarik simpulan yang bersifat umum kemudian direkomendasikan beberapa hal sebagai upaya transfer gagasan.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Wajah Pendidikan Indonesia

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset utama dalam pembangunan sebuah Negara. Untuk mencetak SDM yang berkualitas, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Dalam UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berbagai upaya pendidikan dan pencerdasan kehidupan bangsa sudah dilakukan oleh pemerintah namun hingga saat ini belum optimal. Pada tahun 60 an, pemerintah pernah memprogramkan Pemberantasan Buta Huruf yang saat itu di setiap persimpangan jalan ada operasi mendadak untuk meminta orang yang lewat membaca. Namun program ini belum dapat maksimal dalam memberantas buta huruf di Indonesia. Tidak hanya itu, pemerintah juga telah mencannagkan program Wajib Belajar 9 tahun dan Paket Kejar yang diharapkan dapat mencerdaskan bangsa sehingga dapat memperbaiki HDI Indonesia. Dapat kita ketahui selama ini pendidikan di Indonesia lebih

menitikberatkan pada kognitif. Proses belaar mengajar yang terjadi hanya sebatas transfer knowledge tanpa memperhatikan transfer nilai-nilai personal. Saat ini tidak jarang kita dapat menemukan sekolah dasar bertaraf Internasional. Peserta didik mendapatkan materi pelajaran lebih banyak dan padat. Oleh karena itu, tak heran saat ini banyak siswa sekolah dasar yang

menimba ilmu di sekolahnya mulai pagi hingga sore hari. Dampak dari beban kurikulum yang terlalu besar pada siswa sekolah dasar dapat membuat anak menjadi lebih individual hingga jarang berinteraksi dengan masyarakat sosial. Sistem pendidikan kita masih terjebak pada pelaksanaan pendidikan secara formal saja dan masih belum menyentuh aspek substansial pendidikan. Kita masih terjebak pada indikator keberhasilan pendidikan berdasarkan nilai dan tidak pada proses pendidikan yang membudayakan siswa sebagai generasi yang dipersiapkan untuk memajukan negara ini ke depan. Sistem pendidikan yang berorientasi pada kognitif saja tidak akan dapat membuat siswa siap untuk terjun menghadapi permasalahan yang ada di masyarakat. Padahal salah satu fungsi pendidikan adalah mekanisme yang efektif dalam penanaman nilai dan pelatihan kemampuan-kemampuan yang berguna ketika mereka terjun sebagai anggota masyarakat.

4.2 Penerapan Pendidikan Karakter Melalui Sekolah Aksi

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Penerapan pendidikan karakter di sekolah melibatkan semua komponen seperti isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kokurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja warga sekolah. Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (2004), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within. Bahwa pendidikan karakter adalah

10

segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. Melalui konsep sekolah aksi, pembentukan karakter peserta didik

tidak hanya di titik beratkan pada kognitif dan membebani siswa dengan kurikulum yang berat.. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen olehsoft skill. Bahkan orangorang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.

11

4.3 Gagasan Sekolah Aksi Berbasis Nilai 7 Budi Utama: Sebagai Strategi Pendidikan Karakter Sejak Dini Melihat pentingnya penanaman pendidikan karakter sejak dini, penulis menawarkan sebuah gagasan baru dengan mengkombinasikan penerapan sekolah aksi berbasis Nilai 7 Budi Utama sebagai upaya mencetak generasi berkarakter. Program ini mempunyai tiga pondasi dasar yang menyusunnya. Untuk memberikan gambaran yang jelas, mengenai ketiga pondasi dasar itu, dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Konsep Dasar Sekolah Aksi

Pendidikan Karekter

Peran semua pihak

Aplikasi dalam pembelajaran

Gambar 2 : Skema konsep dasar Pendidikan Karakter Sekolah Aksi Penerapan Sekolah Aksi di gagaskan penulis bahwa sekolah aksi adalah sekolah yang berusaha menumbuhkan kemampuan berimajinasi, bertindak dan bersosialisasi. Sekolah ini tetap sebagaimana sekolah normal yang mengajarkan mata pelajaran sesuai kurikulum hanya saja memasukkan kemampuan berimajinasi, bertindak dan bersosialisasi dalam setiap kegiatan belajarmengajarnya sesuai dengan dunia anak-anak. Beban kurikulum yang terlalu berat hanya akan membentuk generasi yang berorientasi pada hasil. Oleh karena itu

12

penulis menawarkan konsep sekolah aksi dimana siswa dapat langsung menunjukan aksi nyatanya. Dalam proses belajar mengajar yang penulis tawarkan pun lebih mengajak siswa untuk terlibat langsung seperti mendongeng, menonton film, berkebun, mewarna, menyanyi dan berbagai hal yang menjadi ciri khas anak-anak. Dengan konsepan proses belajar mengajar yang lebih mengajak siswa untuk aksi nyata dalam belajarnya, dapat menumbuhkan imajinasi, keberanian, daya kreatif dan sebagainya. Dapat kita ketahui dalam berimajinasi tidak ada larangan-larangan bagaimana kita membayangkan atau memimpikan sesuatu meskipun terkadang terlihat mustahil. Sebenarnya, yang perlu diajarkan kepada anak adalah mimpi, bukan sekadar dongeng. Sebab dengan bermimpi ini ternyata akan membentuk gagasan besar, cita-cita besar yang bisa mengubah dirinya dan lingkungannya. Seperti halnya Muhammad Ali kecil bermimpi untuk mengubah kaumnya yang kulit hitam agar benar-benar dipandang dan sejajar oleh kulit putih. Atau bagaimana Neil Amstrong pun bermimpi untuk bisa menuju ke bulan. Atau bagaimana Nabi Yusuf As, bermimpi untuk mengubah Mesir menjadi gemilang. Semuanya terbukti. Bahkan kenyataan hari ini adalah mimpi masa lalu dan mimpi hari ini adalah kenyataan masa yang akan datang. Begitulah kira-kira Imam Hasan Al Banna, seorang dai, seorang guru, dan pendiri Ikhwanul Muslimin di Mesir yang sangat terkenal itu memberikan kekuatan pada mimpi. Melalui konsep Sekolah Aksi, penulis ingin mengaplikasikan konsep Nilai Tujuh Budi Utama yang diimplementasikan menjadi kurikulum sistematis dan sudah di uji oleh Bapak Ary Ginanjar Agustian (pencetus konsep ESQ). Penanaman tujuh budi yang diimplementasikan dalam kurikulum sekolah aksi yaitu tanggung jawab, adil, disiplin, visioner, jujur, kerjasama serta peduli nampak akan berbeda dengan berbagai solusi yang pernah di cetuskan sebelumnya. Penyampaian dengan berbagai model yang dapat melibatkan langsung peserta didik, materi yang disisipkan akan mudah diterima oleh peserta didik.

13

4.4 Konsep Penerapan Sekolah Aksi Aksi


Media pembelajaran khas anak-anak seperti buku cerita, film, gambar, berkebun, dll diajarkan kepada murid PAU, TK dan SD Penggunaan media pembelajaran disampaikan dengan interaktif dan menarik, jika perlu diberikan modul dan CD tutorial Msteri disimulasikan sehingga memberikan efek baik kepada anak dan diharapkan anak dapat berlomba-lomba dalam kebaikan dikehidupan sehari-harinya

Pemenang tingkat nasional diberikan hadiah pembebasan biaya pendidikan hingga jenjang S1, sehingga benar-benar mampu memotivasi anak untuk menjadi pribadi Gambar. berkarakter

Penyeleksian anak dimulai dari tingkat kota hingga tingkat nasional . sehingga mampu menjadi pacuan anak untuk berlombalomba dalam kebaikan

Peran pemerintah berupa pemberian reward kepada sekolah yang berhasil menerapkan sekolah aksi.

6.

Konsep

14

4.5 Pihak-pihak yang mampu membantu mengimplementasikan Sekolah Aksi

1. Dinas pendidikan, sebagai motor penggerak gagasan Sekolah Aksi di dunia pendidikan. Bantuannya berupa, pembuatan peraturan hukum untuk jenjang pendidikan anak usia dini atau playgroup dan taman kanak-kanak berkaitan Sekolah Aksi. 2. Taman kanak-kanak, playgroup dan seklah dasar sebagai subyek yang menjalankan serta menerapkan sekolah aksi dalam pembelajarannya. 3. Lembaga Sosial Masyarakat terkait masalah anak, dalam hal ini pihak yang melakukan proses monitoring terhadap tingkat keberhasilan dari gagasan ini. 4. Orang tua, berfungsi sebagai pengingat serta membantu mengulang metode ini, seperti menceritakan kembali ketika sebelum tidur, maupun ketika ada waktu senggang. Orang tua merupakan subyek utama penentu keberhasilan dari implementasi pengadaan sekolah aksi. 5. Civitas akademika, sebagai fungsi riset di dalam masyarakat dengan mengadakan kegiatan-kegiatan keilmiahan untuk menemukan sebuah model yang pas dalam menerapkan pendidikan karakter di Indonesia.

4.6 Langkah-langkah strategis Sekolah Aksi Berbasis Nilai 7 Budi Utama

Adapun

langkah-langkah

setrategis

yang

dirumuskan

dalam

pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut : 1. Advokasi kepada Dinas Pendidikan. 2. Penerapan Sekolah Aksi tidaklah harus terikat pada waktu jam pelajaran, melainkan dengan mencari celah waktu jenuh anak akan suatu kegiatan yang dilaksanakan. Hal ini dilakukan karena didukung oleh pola pikir anak-anak usia dini ini, sangatlah berhubungan erat dengan lingkungan

15

sekitarnya. Pola pikir yang lebih kritis, inovatif dan selalu ingin tahu harus dimanfaatkan oleh kaum pendidik untuk memprogram pikiran anak ke arah positif. 3. Pengajaran kepada anak sesuai atau mungkin lebih daripada tutorial yang diberikan. Pembagian tutorial sepaket dengan tools akan mampu

membantu baik orang tua maupun guru sebagai organ pendidik dalam proses penerapan sekolah aksi secara menarik,unik, serta interaktif. Bahasa tubuh, bunyi-bunyian maupun aspek lainnya akan menambah

berkembangnya imajinasi anak terhadap isi cerita yang disajikan. Peran orang tua juga amatlah penting untuk selalu mengingatkan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, apa yang sudah di ajarkan akan menjadi suatu kebiasaan baik bagi setiap anak. 4. Pendampingan dari pihak LSM (Lembaga Sosial Masyarakat) yang memiliki peran sebagai tim penilai tentang keefektifitasan gagasan ini berjalan, dan memberikan masukkan kepada penggagas apabila masih ada kekurangan, sehingga bisa ada perbaikan agar sekolah aksi itu dapat menjadi lebih baik dan kompeten. Disamping itu juga, LSM berguna untuk memberikan pesan sederhana kepada pemerintah maupun penulis yang menunjukkan kinerja tinggi atau rendahnya gagasan tersebut menjadi solusi aktif dengan memberikan gambaran data sesuai keadaan.

16

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Pendidikan adalah solusi jangka panjang dan efektif dalam upaya perbaikan HDI Indonesia. Dengan adanya perbaikan kurikulum pendidikan ini diharapkan kedepannya generasi yang berkembang memiliki karakter khas dan mempermudah untuk membangun negeri ini. Salah satu pembentukan karakter yang paling efektif untuk dilakukan sejak dini. Artinya segmentasi lebih ditujukan kepada anak-anak yang berusia antara 4(empat) sampai 8 (delapan) tahun. Mengingat dalam kurun usia ini masa keemasan dari pertumbuhan anak dan anak-anak cenderung mudah untuk menerima hal baru yang kemudian dapat membentuk karakter mereka. Dengan penanaman nilai-nilai moral, pembekalan ilmu pengetahuan tentang hukum, adat istiadat ketimuran serta religiusitas kepercayaan pada Tuhan diharapkan bisa mencetak calon-calon generasi berkarakter. Konsep Sekolah Aksi dirasa tepat untuk diterapkan sebagai upaya konkrit dalam mewujudkan pendidikan karakter sejak dini. Dalam konsep ini terdapat tujuh nilai Budi Utama antara lain kejujuran, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerja sama, adil dan peduli. Dengan tujuh nilai ini anak-anak akan dikenalkan dengan pelajaran-pelajaran pembentukan karakter. Harapannya hal ini yang kemudian bisa membentuk mereka untuk menjadi sosok yang berkarkter dan dapat menikan Human Development Index (HDI) Indonesia. Konsep Sekolah Aksi atau pendidikan karakter sejak dini sebenarnya sudah ada di berbagai wilayah tetapi masih mengalami hambatan yang hasilnya tidak maksimal. Apalagi segmentasi dari pendidikan ini adalah anak usia dini yang notabene masih dalam masa pertumbuhan dan cenderung sulit untuk melakukan aktivitas belajar. Tetapi melalui konsep sekolah aksi yang mengaplikasikan dalam bentuk dongeng, menonton, berkebun, mewarna akan

17

lebih mudah dimengerti, interaktif dan menarik sehingga disenangi oleh anakanak. Dari analisis mengenai permasalahan pendidikan karakter yang terjadi di Indonesia, maka konsep ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif solusi dalam penerapan pendidikan berkaraktersejak dini. Dengan penerapan konsep Sekolah Aksi di berbagai PAUD, TK hingga SD dapat mencetak generasi berkarakter dan berkualitas.

5.2 Saran Beberapa rekomendasi yang dapat dikaji dan ditindaklanjuti antara lain : 1. Seyogyanya Dinas Pendidikan bisa melihat akan potensi anak usia dini dan tidak memberatkan mereka dengan kurikulum yang berat. 2. Seyogyanya pemerintah mempersiapkan anggaran dana lebih untuk bisa mensosialisasikan pendidikan karakter agar mampu merambah kepada seluruh masyarakat. 3. Seyogyanya masyarakat lebih peduli serta mampu berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan sekolah aksi guna mencerdaskan bangsa.

18

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Reni dan Hawadi. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Grasindo Ginanjar, Ary Agustian. 2009. Bangkit Dengan 7 Budi Utama. Jakarta: Arga publising Lewis, Barbara A. 2004. Character Buliding untuk anak-anak (Membangun karakter untuk anak-anak usia dini). Batam: Karisma Publising Group Anymous, http://blog.um.ac.id/shofiyahalidrus/2011/12/13/pendidikan-indonesia/
diakses pada 3 April 2012

Anymous, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-dismp/ diakses pada 3 April 2012

Anymous, http://www.pendidikankarakter.com/kurikulum-pendidikan-karakter/
diakses pada 3 April 2012

Anymous, http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/28/pendidikan-karakter-untukbangsa-yang-rapuh-berkarakter/ diakses pada 3 April 2012

Anymous,
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=13&jd=Pendidikan+Indonesia +Versus+Finlandia&dn=20110109195955

Anymous, http://ipankreview.wordpress.com/ diakses pada 3 April 2012 Anymous,http://abdullahfaqih.multiply.com/journal/item/5?&show_interstitial=1&u=


%2Fjournal%2Fitem diakses pada 3 April 2012

Anymous, http://www.thejakartapost.com/news/2011/11/02/indonesia-ranks-124th2011-human-development-index.html diakses pada 3 April 2012

Anymous,http://www.koalisiperempuan.or.id/peringkat-indeks-pembangunanmanusia-indonesia-merosot-di-peringkat-124/ diakses pada 3 April 2012

Anymous,http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/03/14/kualitas-sdm-indonesiadi-dunia/ diakses pada 3 April 2012

Anda mungkin juga menyukai