Anda di halaman 1dari 6

BAB II ANALISIS ARTIKEL

Artikel ini berjudul The Biodiversity Community Action Project: An STS Investigation (Komunitas tindakan proyek keanekaragaman hayati: dengan penyelidikan STS), oleh Aidin Amirshokoohi, dan Mahsa Kazempour dalam Majalah The American Biology Teacher, Vol. 72, No. 5, pages 288-293 (edisi Mei 2010). Artikel ini membahas tentang komunitas pelaksanaan proyek

keanekaragaman hayati yang memiliki tujuan untuk memungkinkan siswa dalam pemerolehan pemahaman yang mendalam tentang hubungan antar organisme dan lingkungan serta bagaimana keterkaitan ilmu pengetahuan dalam kehidupan dan masyarakat. Kegiatan proyek yang dilakukan dalam kegiatan kali ini, pada dasarnya bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang umumnya berada di sekolah pedesaan untuk meningkatkan keterampilan penelitian, keterampilan menulis, dan keterampilan berkomunikasi. Artikel ini memberikan gambaran kepada pembaca tentang pentingnya mengangkat isu STS dalam membelajarkan konsep keanekaragaman. Materi yang digunakan dalam pelaksanaan proyek ini, berdasarkan pada standar isi yang diintegrasikan dengan penggunaan STS. Pengintegrasian STS ini dapat ditunjukkan dengan kegiatan siswa pada saat melakukan pembahasan mengenai peran sains dan teknologi dalam suatu permasalahan yang dihadirkan. Apakah sains dan teknologi ini mampu membantu mengatasi permasalahan atau justru menjadi salah satu penyebab dari timbulnya beberapa permasalahan. Selanjutnya siswa juga dituntut untuk memberikan penjelasan terkait dengan peranan manusia dalam perubahan lingkungan tersebut. Poedjiadi (2005: 127) menjelaskan bahwa manfaat adanya isu atau masalah ialah merupakan suatu pernyataan yang mengandung pro dan kontra. Hal ini mengharuskan siswa berpikir untuk menganalisis isu tersebut. Adanya isu tersebut akan menghasilkan interaksi antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa lain. Proses interaksi ini menuntut seseorang untuk berpikir tentang ide-ide dan analisis yang akan dikemukakan atau cara mempertahankan pandangan

12

tentang isu-isu tersebut. Proyek ini tidak hanya menuntut siswa dalam hal pengidentifikasian dan analisis isu STS, melainkan juga diharapkan pada pengambilan tindakan pemecahan masalah. Proyek ini lebih menekankan pada penemuan ide-ide yang dapat menambah kepedulian siswa akan kelestarian lingkungan. Artikel ini mengungkapkan bahwa terdapat beberapa kriteria dari komponen tindakan akan dievaluasi, diantaranya: (1) kreativitas dan keunikan tindakan, (2) keluasan (efek tahan lama vs jangka pendek dan kesadaran masyarakat luas vs kesadaran masyarakat kecil, pendidikan, dan keterlibatan), dan (3) jumlah waktu dan usaha yang diajukan. Pada artikel ini juga dicontohkan beberapa macam tingkat kreativitas siswa, dan bahkan tidak jarang siswa menunjukkan ide-ide di luar dugaan penulis. Tingkat kreativitas siswa juga dapat diakses melalui penggunaan media untuk menampilkan hasil penelitian mereka, yang berupa demonstrasi, penyelidikan laboratorium, penampilan video, bermain peran, penggunaan model, bagan, presentasi power point, puisi, dan lagu, yang mampu memberikan pengalaman bermakna bagi siswa yang lain. Pada artikel ini, dicontohkan pendapat siswa yang mengungkapkan bahwa pelaksanaan proyek yang mereka lakukan dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk menunjukkan perannya sebagai warga Negara yang bertanggung jawab dalam penyelesaian masalah lingkungan. Berdasarkan contoh ini, dapat diketahui bahwa kompetensi utama dari pelaksanaan proyek ini ialah siswa dapat mengambil tindakan yang melibatkan kesadaran masyarakat dalam pemecahan permasalahan. Poedjiadi (2005: 83) menjelaskan dewasa ini sekolah diharapkan dapat mengembangkan tiga kompetensi yang pada dasarnya telah ada pada diri tiap individu, yakni kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Contoh yang diungkapkan dalam artikel tersebut, memberikan gambaran akan pentingnya pengintegrasian nilai dalam kegiatan pembelajaran dan nilai ini tercakup dalam ranah afektif. Poedjiadi (2005: 83) menjelaskan nilai-nilai dalam diri individu saling berpengaruh dalam membentuk suatu sistem nilai yang merupakan kesatuan utuh. Hal ini dapat diwujudkan dengan pengalaman berinteraksi dengan orang lain, menghayati peristiwa atau pengalaman yang dialami orang lain dan diri sendiri, siswa dapat berdialog dengan dirinya sendiri,

13

berintrospeksi tentang perbuatan yang telah dilakukan, dan akhirnya menyadari bahwa apa yang telah dilakukan merupakan perbuatan yang kurang baik atau tidak bermoral. Pelaksanaan kegiatan proyek dalam artikel ini, membelajarkan siswa untuk dapat bekerjasama dengan baik, memiliki tanggung jawab pada diri sendiri akan tugas yang dibebankan, berperilaku jujur, dan mengedepankan keaslian ide yang diperoleh (bukan dari hasil plagiasi). Beberapa manfaat yang dapat diperoleh siswa dengan pelaksanaan proyek ini, ialah (1) siswa dapat belajar tentang sejumlah isu STS, (2) siswa mampu menginvestigasi efek perubahan lingkungan terhadap berbagai organisme dan pengaruh tindakan manusia terhadap spesies lain, (3) mengkomunikasikan gagasan dan kerja mereka kepada kelas dan masyarakat luas, dan (4) mengaplikasikan hasil dari penelitian mereka untuk argumentasi dan penjelasan ilmiah selama diskusi kelas. Beberapa kriteria tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Poedjiadi (2005: 131) bahwa terdapat enam ranah yang terlibat dalam pengintegrasian STS, yaitu. 1. Konsep, fakta, generalisasi yang diambil dari bidang ilmu tertentu. Yager (1983: 640) mengungkapkan bahwa ranah konsep ini meliputi fakta, informasi, konsep, dalil, prinsip, informasi yang telah ada, dan beberapa teori yang diungkapkan oleh ilmuwan. 2. Bagaimana proses perolehan konsep dalam bidang ilmu tertentu. Yager (1983: 640) menjelaskan ranah proses ini memandang pemikiran dan cara bekerja para ilmuwan dalam memecahkan suatu ilmu. Pemikiran kritis siswa juga disamakan dengan pemikiran para ilmuwan. Hal ini merupakan proses mengungkapkan karakteristik tindakan seseorang yang menghasilkan

pemahaman baru terhadap suatu kejadian. Secara umum ranah proses ini meliputi eksplorasi dan investigasi. 3. Kreativitas yang mencakup lima perilaku individu, yakni. a) Kelancaran dalam pengajuan ide untuk penyelesaian masalah. b) Fleksibilitas, dengan menghasilkan berbagai macam ide di luar ide yang biasa dilakukan orang.

14

c) Originalitas menunjukkan kekhasan suatu ide yang berbeda dengan individu lain. d) Elaborasi dengan memiliki kemampuan dalam penerapan ide-ide secara rinci. e) Sensitivitas yang ditunjukkan dengan kepekaan terhadap masalah atau situasi yang ada di lingkungan. 4. Aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari. 5. Sikap yang dalam hal ini mencakup kesadaran akan kebesaran Tuhan, menghargai hasil penemuan para ilmuan dan penemuan produk teknologi, namun menyadari kemungkinan adanya dampak negatif dari produk teknologi, dan pemeliharaan kelestarian lingkungan. 6. Cenderung untuk melaksanakan tindakan nyata apabila terjadi sesuatu dalam lingkungannya yang memerlukan peransertanya. Artikel ini juga menjelaskan adanya kelemahan dari penerapan kegiatan proyek keanekaragaman (BioCAP) yaitu membutuhkan waktu yang lama serta ruang lingkup materi yang akan digunakan bukan tergolong cakupan materi yang dangkal. Keuntungan penggunaan BioCAP, salah satunya ialah mampu menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan pembuatan keputusan mengenai isu masyarakat dan yang melibatkan pula isu sains, dan teknologi. BioCAP mengajarkan siswa konteks organisme dan bahaya yang menganggu kelangsungan organisme serta berpikir kritis untuk mencari jalan keluar dari isuisu tersebut. Pada artikel ini juga diberikan penekanan bahwa dalam kegiatan pembelajaran tidak akan terlepas dari hubungan dengan dunia nyata, penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari, dan memanfaatkan sains serta teknologi untuk mengatasi masalah-masalah kemasyarakatan. Hamalik (2001: 195) menjelaskan bahwa pembelajaran berdasarkan alam sekitar akan membantu siswa untuk menyesuaikan dirinya dengan keadaan sekitarnya. Lingkungan sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku siswa dan merupakan faktor belajar yang penting. Poedjiadi (2005: 130) juga menjelaskan bahwa berbekal pada pemahaman konsep yang benar, siswa dapat

15

melakukan analisis isu atau penyelesaian masalah. Konsep-konsep yang telah dipahami siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pada artikel ini penulis tidak mempersoalkan apakah STS ini termasuk ke dalam pendekatan atau model pembelajaran. Penulis hanya berorientasi pada pencapaian keterampilan penelitian, keterampilan menulis, dan keterampilan berkomunikasi. Penulis menjelaskan bahwa hal utama yang diperlukan dalam pengintegrasian STS ialah adanya masalah yang menuntut proses berpikir siswa dalam mencari jawaban atas pemecahan masalah-masalah tersebut. Adanya masalah inilah yang akan dianalisis berdasarkan kedudukan sains, dan teknologi, serta dampak adanya permasalahan tersebut bagi masyarakat. Penulis juga menjelaskan bahwa kedudukan guru dalam hal ini ialah sebagai fasilitator yang dapat memfasilitasi siswa pada beberapa kondisi yang memungkinkan siswa untuk menemukan ide-ide yang relevan. Pengintegrasian STS ini seolah menjadi jawaban untuk dapat meningkatkan kepedulian akan lingkungan. Telah banyak bencana yang terjadi sebagai akibat tindakan manusia yang tidak peduli akan kelestarian lingkungan, seperti halnya masalah penebangan hutan, pembuangan limbah (rumah tangga, pertanian maupun industri). Pada artikel ini tidak dijelaskan secara terperinci mengenai peran tiap-tiap siswa dalam kelompok, serta tidak dijelaskan apa saja aspek yang dapat diteliti pada saat kegiatan diskusi dilakukan. Apakah semua siswa memberikan pendapatnya atau hanya beberapa siswa yang aktif dalam mengemukakan pendapatnya. Hal ini penting diketahui untuk digunakan dalam mengukur peningkatan keterampilan siswa dalam hal berkomunikasi. Poedjiadi (2005: 134) menjelaskan bahwa pengintegrasian STS dalam kegiatan pembelajaran pada dasarnya memberikan pemahaman tentang

keterkaitan antara sains, teknologi, dan masyarakat, serta merupakan wahana untuk melatih kepekaan penilaian siswa terhadap dampak lingkungan sebagai akibat perkembangan sains dan teknologi. Metode diskusi, bermain peran, bekerja kelompok memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berkoordinasi dan berkolaborasi antar sesama teman, di samping dapat menyampaikan ide-ide serta toleran untuk mendengarkan pendapat orang lain. Pengintegrasian isu STS dapat diterapkan pada berbagai macam disiplin ilmu, namun perlu memilih tema yang

16

tepat. Tidak semua kajian materi dapat sesuai ketika digunakan pengintegrasian STS, dan pengintegrasian STS dalam kegiatan pembelajaran perlu memperhatikan silabus yang ada pada masing-masing jenjang pendidikan.

17

Anda mungkin juga menyukai