Anda di halaman 1dari 3

KHITAN PADA PEREMPUAN A.

Pengertian Khitan perempuan adalah memotong sedikit kulit labia minora atau preputium clitoridis di atas uretra di farji atau kemaluan. Kata lain yang sering digunakan adalah sunat dan istilah lain yang kurang dikenal yaitu khifad yang berasal dari kata khafd , istilah ini khusus untuk khitan perempuan. Secara internasional sunat perempuan dikenal dengan istilah female genital cutting (FGC) atau genital mutilation. Genital cutting adalah pemotongan alat kelamin sedangkan genital mutilation identik dengan perusakan alat kelamin. Tindakan Famale Genital Mutilation (FGM) atau sunat perempuan dipromosikan dapat meningkatkan kesehatan perempuan serta anak yang dilahirkannya, dikatakan bahwa perempuan yang disunat akan lebih subur dan mudah melahirkan. Pendapat ini merupakan mitos yang dipercaya masyarakat dan tidak memiliki bukti medis. B. Tipe-tipe Sunat Perempuan WHO mengklasifikasikan bentuk FGC dalam 4 tipe, yaitu : 1. Tipe I : Clitoridotomy, yaitu eksisi dari permukaan (prepuce) klitoris, dengan atau tanpa eksisi sebagian atau seluruh klitoris. Dikenal juga dengan istilah hoodectomy. 2. Tipe II : Clitoridectomy, yaitu eksisi sebagian atau total dari labia minora. Banyak dilakukan di Negara-negara bagian Afrika Sahara, Afrika Timur, Mesir, Sudan, dan Peninsula. 3. Tipe III: Infibulasi/Pharaonic Circumcision/Khitan ala Firaun, yaitu eksisi sebagian atau seluruh bagian genitalia eksterna dan penjahitan untuk

menyempitkan mulut vulva. Penyempitan vulva dilakukan dengan hanya menyisakan lubang sebesar diameter pensil, agar darah saat menstruasi dan urine tetap bisa keluar. 4. Tipe IV: Tidak terklarifikasi, termasuk di sini adalah menusuk dengan jarum baik di permukaan saja ataupun sampai menembus, atau insisi klitoris dan atau labia; meregangkan (stretching) klitoris dan atau vagina; kauterisasi klitoris dan jaringan sekitarnya; menggores jaringan sekitar introitus vagina (angurya cuts) atau memotong vagina (gishiri cut), memasukkan benda korosif atau tumbuhtumbuhan agar vagina mengeluarkan darah, menipis, dan menyempit. Tipe I dan III adalah tipe yang paling sering dilakukan di berbagai negara. Di Indonesia, berdasarkan penelitian Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM di Madura dan Yogyakarta 2002, prosedur yang paling sering dilakukan adalah tipe II dan tindakan yang sering dilakukan oleh tenaga medis adalah tipe IV. Prosedur penyunatan yang umum dilakukan dalam praktek sunat perempuan di antaranya: 1. Memotong sedikit puncak klitoris 2. Mencongkel atau melukai klitoris 3. Mengorek lender atau selaput kulit klitoris 4. Menusuk dengan jarum atau ujung pisau untuk mengeluarkan setetes darah C. Pelaksanaan Sunat Perempuan Pelaksaan sunat perempuan sangat bervariasi, mulai dilakukan oleh tenaga medis (perawat, bidan, maupun dokter), dukun bayi dan dukun/tukang sunat dengan menggunakan alat-alat tradisional seperti pisau, sembilu, bambu, kaca dan kuku, hingga alat modern seperti gunting dan skapula, pelaksanaannya dengan atau tanpa anastesi.

Usia pelaksanaannya juga bervariasi mulai dari neonatus, anak usia 6-10 tahun, remaja, hingga dewasa. Masyarakat di Indonesia melakukan sunat perempuan pada usia anak 0- 18 tahun, tergantung budaya setempat. Namun pada umumnya sunat perempuan dilakukan pada bayi setelah dilahirkan. Di Jawa dan Madura, sunat perempuan 70% dilaksanakan pada anak usia kurang dari satu tahun. D. Resiko Sunat Perempuan Resiko yang timbul akibat sirkumsisi pada wanita dapat berupa perdarahan, tetanus, infeksi yang disebabkan oleh alat yang digunakan tidak steril, dan syok karena rasa nyeri saat dilakukan tindakan tanpa anastesi. Dalam pandangan medis kegiatan sunat pada perempuan dapat membahayakan, karena menyangkut menghilangkan alat vital pada perempuan. Dari tindakan sunat perempuan dapat mengakibatkan komplikasi yang bersifat jangka panjang pada perempuan seperti: Kesulitan menstruasi, infeksi saluran kemih kronis, kemandulan, disfungsi seksual, kesulitan saat hamil dan persalinan, dan meningkatkan resiko tertular HIV. Selain berdampak secara medis, sunat perempuan juga dapat menimbulkan dampak yang bersifat psikoseksual, psikologis, dan sosial. Ditinjau dari segi medis dan kesehatan, sunat perempuan tidak ada manfaat dan kegunaan. Berbeda dengan dengan sunat yang dilakukan pada laki- laki yaitu berguna untuk menjaga kebersihan dari alat kelamin luar. Sehubungan dengan masalah tersebut, sebaiknya dilakukan program edukasi tentang sunat pada anak perempuan di masyarakat. Namun, tentu harus

mempertimbangkan faktor budaya dari masyarakat setempat.

Anda mungkin juga menyukai