Anda di halaman 1dari 9

TINDAK PIDANA PENGHINAAN DAN PENCEMARAN NAMA BAIK

(Paper ini untuk melengkapi kriteria penilaian mata kuliah Hukum Pidana)

NAMA DOSEN NAMA MAHASISWA NPM MATA KULIAH SMT/TA

: HOLLYONE, S.H. : DINI MERDEKANI : 09411733000134 : HUKUM PIDANA : 2 (DUA) PAGI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG 2009/2010

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Saya panjatkan Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayahnya Saya dapat menyelesaikan paper ini. Paper ini dibuat untuk memenuhi kriteria penilaian Mata kuliah Hukum Pidana yang ada di Fakultas Hukum Universitas Singaperbangsa Karawang.

Terima kasih Saya sampaikan kepada Bapak Hollyone, S.H. Selaku dosen mata kuliah Hukum Pidana yang telah membimbing Saya dan kepada pihak pihak terkait yang telah membantu dalam proses pembuatan Paper ini.

Saya menyadari bahwa Paper ini jauh dari kesempurnaan baik dalam sistematika maupun dalam pembahasan materinya. Maka dari itu Saya akan selalu terbuka untuk menerima kritik dan saran guna menjadi perbaikan dikemudian hari.

Akhirnya dengan kerendahan hati, semoga Paper ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Karawang, Juni 2010

Dini Merdekani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi Indonesia, pasal-pasal penghinaan ini masih dipertahankan. Alasannya, selain menghasilkan character assassination, pencemaran nama baik juga dianggap tidak sesuai dengan tradisi masyarakat Indonesia yang masih menjunjung tinggi adat dan budaya timur. Karena itu, pencemaran nama baik adalah salah satu bentuk rechtsdelicten dan bukan wetdelicten.

Artinya, pencemaran nama baik sudah dianggap sebagai bentuk ketidakadilan sebelum dinyatakan dalam undang-undang karena telah melanggar kaidah sopan santun. Bahkan lebih dari itu, pencemaran nama baik dianggap melanggar norma agama jika dalam substansi pencemaran itu terdapat fitnah.

Ada tiga catatan penting terkait dengan delik pencemaran nama baik. Pertama, delik itu bersifat amat subyektif. Artinya, penilaian terhadap pencemaran nama baik amat bergantung pada orang atau pihak yang diserang nama baiknya. Karena itu, pencemaran nama baik merupakan delik aduan yang hanya bisa diproses oleh polisi jika ada pengaduan dari orang atau pihak yang merasa nama baiknya dicemarkan.

Kedua, pencemaran nama baik merupakan delik penyebaran. Artinya, substansi yang berisi pencemaran disebarluaskan kepada umum atau dilakukan di depan umum oleh pelaku.

Ketiga, orang yang melakukan pencemaran nama baik dengan menuduh suatu hal yang dianggap menyerang nama baik seseorang atau pihak lain harus diberi kesempatan untuk membuktikan tuduhan itu.

B. Pokok Permasalahan Adapun pokok permasalahan yang saya bahas dalam uraian materi dalam paper yang saya susun ini adalah tentang kajian suatu pasal dalam Kitab Undanng-Undang Hukum Pidana (KUHP), bab XVI pasal 321 ayat (1) tentang penghinaan dan pencemaran nama baik terhadap orang yang sudah mati.

BAB II PEMBAHASAN TINDAK PIDANA PENGHINAAN DAN PENCEMARAN NAMA BAIK

A. Penghinaan dan Pencemaran Nama Baik Penghinaan dan Pencemaran nama baik pada dasarnya merupakan tindakan yang sudah dianggap sebagai bentuk ketidakadilan sebelum dinyatakan dalam undang-undang karena telah melanggar kaidah sopan santun. Bahkan lebih dari itu, Penghinaan dan pencemaran nama baik dianggap melanggar norma agama jika dalam substansi pencemaran itu terdapat fitnah.

Terlebih lagi dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana hal ini telah di atur dalam Bab XVI Tentang Penghinaan, maka jelaslah tindakan ini termasuk ke dalam delik yang sudah pasti sanksinya.

Dalam uraian paper ini saya tidak akan panjang lebar menjelaskan tentang hakekat tindakan penghinaan dan pencemaran nama baik dengan uraian yang sangat umum, tapi di sini saya akan menguraikan lebih spesifik lagi menjurus kepada unsur-unsur dan penerangan suatu delik yang tercantum dalam pasal 321 KUHP, yaitu tentang penghinaan dan pencemaran nama baik orang yang sudah mati.

B. Unsur-unsur Yang Terkandung Dalam Pasal 321 KUHP KUHP Pasal 321 ayat (1) berbunyi: (1) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan atau gambar yang isinya menghina atau bagi orang yang sudah mati mencemarkan namanya, dengan maksud supaya isi surat atau gambar itu diketahui atau lebih diketahui oleh umum, diancam dengan pidana penjara paling lama satu bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Jika kita telaah pasal di atas maka kita akan dapat menguraikan unsurunsur yang terkandung dalam pasal tersebut, diantaranya adalah: 1. Unsur-unsur Objektif Unsur objektif adalah unsur tindak pidana yang menunjuk kepada keadaan lahir perbuatan tersebut. Dalam pasal ini, unsur-unsur objektif adalah sebagai berikut: a) Menyiarkan Tulisan atau Gambar Menyiarkan disini maksudnya adalah si pelaku tindak pidana menyebar luaskan berita/kabar yang berupa tulisan atau gambar yang dapat menjatuhkan martabat atau bahkan berisi hinaan terhadapa seseorang (dalam kasus ini adalah orang yang telah mati). b) Mempertunjukkan Atau Menempelkan Tulisan atau Gambar Si pelaku tindak pidana mempertunjukkan bisa dengan cara menempelkan atau menempatkan tulisan-tulisan atau gambar-

gambar di muka umum yang menjatuhkan martabat atau nama baik si korban agar diketahui oleh orang banyak. 2. Unsur-unsur Subjektif Unsur subjektif adalah unsur tindak pidana yang menunjukan adanya niatan si pelaku tindak pidana untuk berbuat kriminal. Unsur subbjektif ini terletak pada hati sanubari si pelaku delik. Dalam pasal ini, unsur-unsur subjektif adalah sebagai berikut: a) Dengan Maksud Dalam konteks ini, si pelaku delik dalam melaksanakan tindakan terlarangnya di sertai dengan kesengajaan. Atau dengan kata lain, si pelaku tindak pidana melakukan pencemaran nama baik atau penghinaan disertai dengan niatan dari hatinya. b) Melawan Hukum Si pelaku tindak pidana dengan niatnya melakukan perbuatan pidana yang sudah jelas melawan hukum. Dalam kasus disini adalah tindakan penghinaan dan pencemaran nama baik itu dilakukannya dengan kesengajaan yang berporos pada niatan hatinya.

Dari uraian unsur-unsur yang terkandung dalam pasal 321 KUHP di atas dapat kita ketahui bahwa padal ini termasuk kedalam delik dolus, sebab dalam pasal ini, tindak pidana yang dipaparkan yangat berkaitan erat dengan faktor niatan atau kesengajaan. Hal ini sangat terlihat jelas bila kita lihat pada unsur subjektif dari pasal ini. Dimana si pelaku delik melakukan tindakan pidana dengan

unsur kesengajaan yang nyata, yaitu agar isi surat atau gambar itu diketahui atau lebih diketahui oleh umum, shingga nama baik korban pun menjadi buruk karenanya.

Delik yang terdapat dalam pasal ini tidak ada kaitan sama sekali dengan delik culpa. Karena tidak ada salah satu unsur pun yang mengarah kepada tindakan kelalaian. Semua tindakan dalam pasal ini dilakukan dengan dasar niat yang jelas.

Adapun bagi yang melanggar pasal ini, maka si pelaku dapat diancam dengan pidana penjara paling lama satu bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

BAB III PENUTUP Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tindak pidana yang terdapat dalam pasal 321 KUHP merupakan tindak pidana yang menghasilkan character assassination, pencemaran nama baik juga dianggap tidak sesuai dengan tradisi masyarakat Indonesia yang masih menjunjung tinggi adat dan budaya timur. Karena itu, pencemaran nama baik adalah salah satu bentuk rechtsdelicten dan bukan wetdelicten.

Anda mungkin juga menyukai