Anda di halaman 1dari 7

"ANCAMAN EROSI TERHADAP USAHA TANI PERKEBUNAN KENTANG Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian

tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain. Didaerah beriklim basah erosi oleh airlah yang penting , sedangkan erosi oleh angin tidak berarti. Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Ancaman erosi berkaitan erat dengan sistem usaha tani. Sistem usaha tani diklasifikasikan menurut berbagai kriteria seperti jenis tanaman atau jenis usaha, pergiliran tanaman, intensitas penggunaan tanah dan sebagainya. Contoh sistem usaha tani adalah perkebunan kentang. Kentang merupakan komoditas hortikultura. umbi tanaman yang nama latinnya Solanum tuberosum dapat dimasak menjadi berbagai jenis makanan, seperti sop, perkedel, kentang rebus, keripik kentang, bahkan makanan yang sudah siap saji. Di tanah air, umbi kentang umumnya ditanam masyarakat atau petani di dataran tinggi, yaitu sekitar 1.000 -3.000 m dpl (di atas permukaan laut). Oleh karena itu, komoditas hortikultura ini merupakan salah satu jenis tanaman yang sangat penting bagi petani yang tinggal di pegunungan. Hal ini karena kentang selain mendatangkan penghasilan yang lebih baik dibanding dengan jenis sayuran lain pada umumnya seperti kubis dan tomat, hasil panen kentang dapat disimpan lebih lama sambil menunggu harga jual yang memadai. Untuk memperoleh umbi yang optimal, dalam penanaman kentang di dataran tinggi dibutuhkan kesiapan yang matang sebelum memulai menaman kentang . Pada dasarnya, untuk menanam kentang di dataran tinggi yang harus disiapkan dengan seksama adalah : (1) Penyiapan lahan; (2) Penyiapan pupuk kandang; (3) Penyediaan benih umbi bertunas; (4) Penyediaan pupuk buatan dan pestisida; dan (5) Penanaman.

kegiatan pengolahan tanah meliputi kegiatan penyusunan rancana penggunaan tanah, konservasi tanah, pengolahan tanah, dan pemupukan dimulai dilapangan dengan pembukaan atau pembersihanrumput-rumput. Tindakan tersebut berlangsung selama tanah tersebut masih dipergunakan dipertanian. Ketidakmengertian akan pentingnya erosi, pelapukan, dan pencucian hara dan mineral yang intensif di bawah iklim tropika basah telah menyebabkan meluasnya tanah-tanah yang rusak, miskin dan tidak subur.(Arsyad,1989) Pada contoh perkebunan kentang di dieng. Dieng merupakan daerah yang memiliki Curah hujan termasuk tinggi, yaitu 3.917 mm/tahun. Curah hujan yang tinggi ditambah dengan intensitasnya yang tinggi merupakan penyebab utama tingginya laju erosi dan penurunan produktivitas tanah di daerah tersebut. Terlebih lagi, budidaya yang dilakukan pada lahan berlereng tersebut tanpa upaya pencegahan erosi. Petani di dataran tinggi Dieng umumnya berusaha tani sayuran pada bedengan-bedengan dengan kemiringan lahan di atas 30% tanpa upaya-upaya melestarikan lahan atau mengendalikan erosi. Bedengan-bedengan tersebut dibuat searah dan sepanjang lereng tanpa upaya memperpendek atau memotong panjang lereng. Kebiasaan menanam sayuran seperti itu bertujuan untuk menciptakan kondisi aerasi atau drainase dan kelembaban tanah yang baik. Hal ini dikarenakan kondisi aerasi tanah yang buruk dapat membahayakan pertumbuhan tanaman sayuran. Pada umumnya, petani di sana membuat bedengan atau guludan searah lereng pada teras-teras bangku, namun tanpa upaya menstabilkan teras tersebut, sehingga pada bibir dan tampingan teras cenderung mengalami longsor. Teras bangku tersebut umumnya miring keluar sehingga erosi atau longsor masih mungkin terjadi. Selain itu, pada ujung luar teras (talud) tidak ditanami tanaman penguat teras dan permukaan tanah pada tampingan teras juga terbuka atau bersih tidak ada tanaman. Akibat dari erosi tersebut, sedimentasi di DAS semakin meluas serta terjadi penurunan kesuburan di dataran tinggi Dieng. Hal ini dikarenakan hara

tanah yang terkandung di lapisan teratas tanah hanyut terseret arus air. Miskinnya hara tanah otomatis akan berakibat pada penurunan produktivitas lahan pertanian. Besarnya erosi yang terjadi di dataran tinggi Dieng yang jauh melebihi besarnya erosi yang masih diperbolehkan, menunjukkan telah demikian tingginya degradasi lingkungan di dataran tinggi Dieng. Bila kondisi ini terus berlanjut tanpa adanya upaya konservasi, maka pada beberapa tahun yang akan datang tidak ada lagi tanaman yang dapat tumbuh di sana karena tidak ada lagi lapisan olah yang mengandung bahan organik, sehingga yang muncul tidak hanya permasalahan lingkungan namun juga permasalahan ekonomi dan sosial yang semakin kompleks. Hal ini dikarenakan ketergantungan masyarakat yang sangat tinggi terhadap lahan, sehingga apabila lahan tidak dapat lagi berproduksi maka akan hilanglah sumber mata pencaharian petani kentang. Untuk mencapai keberlanjutan produktivitas lahan perlu dilakukan tindakan konservasi tanah dan air. Hal tersebut dapat dicapai dengan menerapkan teknologi konservasi tanah secara vegetatif dan mekanik. Konservasi tanah vegetatif mencakup semua tindakan konservasi yang menggunakan tumbuhtumbuhan (vegetasi), baik tanaman legum yang menjalar, semak atau perdu, maupun pohon dan rumput-rumputan, serta tumbuh-tumbuhan lain, yang ditujukan untuk mengendalikan erosi dan aliran permukaan pada lahan pertanian. Tindakan konservasi tanah vegetatif tersebut sangat beragam, mulai dari pengendalian erosi pada bidang olah atau lahan yang ditanami dengan tanaman utama, sampai dengan stabilisasi lereng pada bidang olah, saluran pembuangan air (SPA), maupun jalan kebun. Konservasi tanah mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan yang ditujukan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi serta meningkatkan kelas kemampuan tanah. Teknik konservasi tanah ini dikenal pula dengan sebutan metode sipil teknis. Untuk mencapai hasil maksimum dalam mengendalikan erosi dan aliran permukaan, sebaiknya tindakan konservasi tanah vegetatif dan mekanik dikombinasikan sesuai dengan karakteristik lahan.

Pada umumnya, petani di dataran tinggi Dieng telah membuat bedengan atau guludan searah lereng pada bidang-bidang teras bambu. Namun, sangat disayangkan bahwa teras bangku tersebut umumnya miring ke luar, sehingga erosi atau longsor masih mungkin terjadi. Selain itu, pada bagian ujung luar teras (talud) tidak ditanami tanaman penguat teras dan permukaan tanah pada tampingan teras juga terbuka atau bersih tidak ada tanaman. Jika melihat tingkat erosi yang sangat tinggi di kawasan tersebut, usaha yang dilakukan petani di sana masih belum sesuai dengan kaidah konservasi. Teras bangku tidak sesuai untuk tanah yang mudah tererosi pada daerah berlereng curam serta curah hujan yang cukup tinggi. Teras gulud menurut kaidah konservasi lebih efektif untuk menahan erosi pada lahan yang demikian dengan biaya pembangunan yang relatif lebih murah dibandingikan dengan teras bangku. Untuk membantu mengurangi erosi, bedengan juga perlu dibuat searah dengan garis kontur.

KESIMPULAN Lahan di dataran tinggi Dieng telah mengalami kerusakan akibat besarnya erosi yang terjadi di kawasan tersebut. Erosi tersebut dikarenakan karakteristik dari dataran tinggi Dieng yang berlereng dengan struktur tanah yang mudah lepas serta curah hujan yang relatif tinggi, ditambah dengan praktek pertanian yang dilaksanakan oleh petani sangat tidak memperhatikan kaidah-kaidah konservasi. Petani menanam tanaman kentang secara intensif pada bedengan yang dibuat searah lereng pada teras bangku yang miring ke luar, serta tanpa ditanami dengan tanaman penguat teras. Untuk menanggulangi masalah tersebut, perlu dilakukan upaya konservasi yang mengkombinasikan upaya secara vegetatif dan mekanik. Teras gulud memiliki efektivitas menahan erosi yang tinggi sehingga sangat cocok untuk mengurangi masalah erosi pada lahan tersebut. Namun, teras gulud juga haru diperkuat dengan tanaman penguat teras berupa tanaman Rumput Bede (Brachiaria decumbens) dan Rumput Bahia (Paspalum notatum). Untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan menampung tanah yang tererosi, perlu dibangun rorak pada bidang olah dan saluran peresapan. Selain itu, agar air yang mengalir dari bidang olah dapat dialirkan secara aman ke SPA (saluran pembuangan air), teras gulud perlu dilengkapi dengan saluran teras yang dibangun tepat di atas guludan.

DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air .IPB, Bogor http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/menanam-kentang-di-dataran-tinggi diakses pada tanggal 9 April 2012

TUGAS TERSTRUKTUR KONSERVASI TANAH DAN AIR


"ANCAMAN EROSI TERHADAP USAHA TANI PERKEBUNAN KENTANG

OLEH : ALINA MERDEKA PUTRI A1L010180

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2012

Anda mungkin juga menyukai