Anda di halaman 1dari 14

Nama Nrp Program Studi

: Arif Abdillah Harahap : 6710040024 : Teknik Pengelasan

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas petunjuk dan perlindungannya, makalah yang berjudul Pengaruh Laku Panas pada Proses Las dapat terselesaikan dengan baik. Sebagai mahasiswa Program Studi Teknik Pengelasan, pengetahuan terhadap proses laku panas sangatlah penting dalam melaksanakan proses mekanis pada logam. Pengetahuan yang dibutuhkan antara lain jenis dan pengaruhnya hingga aplikasinya dalam pengelasan. Dengan disertai pengetahuan tersebut, diharapkan mahasiswa Program Studi Teknik Pengelasan dapat melakukan setiap pekerjaan sesuai dengan tuntutan profesinya. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan yang diberikan Pak Marsudi dan pihak lain yang telah memperlancar penyusunan makalah kami demi kelancaran studi kami. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa Program Studi Teknik Pengelasan pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

Surabaya, 29 Nopember 2011

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ABSTRAK BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1 1.2 1.3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori BAB III PEMBAHASAN 1. 2. 3. 4. 5. BAB IV KESIMPULAN BAB V DAFTAR PUSTAKA Pemanasan Awal Menghilangkan Tegangan Sisa (Stress Relive) Penormalan (Normalizing) Pelunakan (Annealing) Temper ( Tempering ) Perumusan Masalah Tujuan Manfaat

Pengaruh Laku Panas pada Proses Las


Arif Abdillah Harahap Abstrak Seiring dengan perkembangan teknologi dibidang konstruksi, pengelasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan dan peningkatan industri, karena mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa dan reparasi produk logam. Hampir pada setiap pembangunan suatu konstruksi dengan logam melibatkan pekerjaan pengelasan. Maka dalam proses pengelasan, panas merupakan hal yang utama baik untuk melelehkan logam induk, melelehkan logam pengisi ataupun untuk melelehkan keduanya sekaligus, serta laju pendinginan material pada saat terjadi penurunan temperatur. Proses laku panas merupakan suatu kombinasi dari pengendalian pemanasan dan pendinginan pada temperatur dan waktu tertentu untuk menghasilkan logam dengan sifat mekanik yang diinginkan. Perlakuan panas dilakukan untuk mengurangi perubahan bentuk pada saat dikerjakan atau setelah dikerjakan, merubah sifat sifat bahan dan menghilangkan tegangan sisa. Perlakuan panas awal adalah perlakuan panas yang dilakukan sebelum benda dikerjakan sedangkan setelah benda dikerjakan disebut perlakuan panas akhir. Beberapa jenis perlakuan panas adalah: 1. Perlakuan panas awal dan sesudah dikerjakan 2. Menghilangkan tegangan sisa 3. Penormalan (Normalizing) 4. Pelunakan (Annealing) 5. Pengerasan (Hardening) 6. Temper (Tempering) Kata kunci : laku panas, tegangan sisa, normalizing, annealing, hardening, tempering

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dibidang konstruksi, pengelasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertumbuhan dan peningkatan industri, karena mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa dan reparasi produk logam. Hampir pada setiap pembangunan suatu konstruksi dengan logam melibatkan pekerjaan pengelasan. Pengelasan bukan tujuan utama dari konstruksi. Pengelasan merupakan sarana untuk mencapai tujuan perencanaan konstruksi yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, rancangan las dan cara pengelasan harus memperhatikan kesesuaian antara sifat fisis dan mekanis dari logam las dengan kegunaan konstruksi serta keadaan di sekitarnya. Proses pengelasan merupakan proses penyambungan logam yang paling banyak digunakan pada saat ini. Pengelasan mempunyai banyak keuntungan antara lain : praktis, hasilnya dapat diandalkan, efisien dan ekonomis. Shielded Metal Arc Welding (SMAW) atau Las elektroda terbungkus merupakan proses pengelasan yang paling banyak digunakan (Wiryosumarto dan Okumura; 2004). Dalam proses pengelasan, bagian yang dilas menerima panas pengelasan setempat. Hal yang perlu diperhatikan pada hasil pengelasan adalah tegangan sisa, karena pada pengelasan terjadi tegangan termal akibat iperbedaan suhu antara logam induk dan daerah las. Tegangan sisa pada hasil pengelasan terjadi karena siklus termal las berlangsung di sekitar sambungan las dengan logam induk yang suhunya relatif berubah sehingga distribusi suhu tidak merata.(Wiryosumarto dan Okumura; 2004). Proses perlakuan panas dalam dunia industri merupakan proses yang cukup berpengaruh dalam menentukan sifat fisis dan mekanis suatu material. Melalui perlakuan panas, sifat-sifat yang kurang menguntungkan pada logam dapat diperbaiki. Tujuan pengerjaan panas (Heat Treatment) adalah untuk memberi sifat yang diinginkan. 1.2 Perumusan Masalah Bertolak dari latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu: 1. Apa saja perlakuan panas dari daerah las ?

2. Apa saja jenis jenis dari proses laku panas dan bagaimana prosesnya masing masing ? 1.3 Tujuan Dari permasalahan yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja yang termasuk proses laku panas dan apa saja jenis jenisnya dan bagaimana prosesnya. 1.4 Manfaat Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: a. Bagi dunia pendidikan merupakan suatu artikel yang harus dibaca sebagai pengembangan ilmu di bidang pengelasan b. Sebagai informasi yang penting dalam rangka usaha peningkatan kualitas hasil pengelasan c. Sebagai literatur pada penelitian sejenisnya dalam rangka pengembangan teknologi khususnya di bidang pengelasan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori Heat Treatment (perlakuan panas) adalah salah satu proses untuk mengubah struktur logam dengan cara memanaskan spesimen pada elektrik furnace (tungku) pada temperatur yang ditentukan selama periode waktu tertentu kemudian didinginkan pada media pendingin seperti udara, air, air garam, oli dan solar yang masing-masing mempunyai kerapatan pendinginan yang berbeda-beda. Perlakuan panas adalah proses kombinasi antara proses pemanasan atau pendinginan dari suatu logam atau paduannya dalam keadaan padat untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu. Proses perlakuan panas bertujuan untuk memperoleh logam yang keras, lunak, ulet, meningkatkan sifat machining dan menghilangkan tegangan sisa. Perlakuan panas yang dilakukan kadang sering diasosiasikan sebagai cara untuk menaikkan kekerasan material, sebenarnya dapat digunakan untuk mengubah sifat tertentu yang berguna atau dengan tujuan tertentu untuk kepentingan manufakturnya, seperti meningkatkan sifat machining, meningkatkan sifat mudah dibentuk, mengembalikan elastisitas setelah dilakukan proses cold work. Bahkan perlakuan panas bukan hanya sebagai penolong sifat manufaktur, tetapi juga dapat meningkatkan performa material dengan meningkatkan kekuatan atau karakteristik tertentu dari material yang telah dilakukan proses laku panas. Faktor - faktor yang mempengaruhi hasil kekerasan dalam perlakuan panas antara lain komposisi kimia, langkah perlakuan panas, cairan pendingin, temperatur pemanasan, dan lain-lain. Proses hardening cukup banyak dipakai di industri logam atau bengkelbengkel logam lainnya. Alat-alat permesinan atau komponen mesin banyak yang harus dikeraskan supaya tahan terhadap tekanan dan gesekan dari logam lain, misalnya roda gigi, poros-poros dan lain-lain yang banyak dipakai pada benda bergerak. Dalam kegiatan produksi, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produksi merupakan masalah yang sering dipertimbangkan dalam industri dan selalu dicari upaya - upaya untuk mengoptimalkannya. Pengoptimalan ini dilakukan mengingat bahwa waktu (lamanya) menyelesaikan suatu produk berpengaruh besar terhadap biaya produksi. Pengerjaan logam untuk mendapatkan komponen yang baik pada umumnya diawali dengan pengerjaan mesin yang kemudian diberikan perlakuan panas sebagai salah satu upaya untuk

memperbaiki sifat dan kualitas komponen seperti full annealing, normalizing, hardening atau tempering. Proses pengerasan atau hardening adalah suatu proses perlakuan panas yang dilakukan untuk menghasilkan suatu benda kerja yang keras, proses ini dilakukan pada temperatur tinggi yaitu pada temperatur austenisasi yang digunakan untuk melarutkan sementit dalam austenit yang kemudian diquench. Tahap ini akan menghasilkan terperangkapnya karbon yang akan menyebabkan bergesernya atom - atom sehingga terbentuk struktur body center tetragonal atau struktur yang tidak setimbang yaitu martensit yang bersifat keras dan getas. Proses pelunakan atau full annealing merupakan proses perlakuan panas untuk menghasilkan perlit yang kasar (coarse pearlite) tetapi lunak dengan pemanasan sampai austenitisasi dan didinginkan secara perlahan-lahan dalam tungku pemanas (furnace), yang bertujuan untuk memperbaiki ukuran butir serta dalam beberapa hal juga memperbaiki machinability.

BAB III
PEMBAHASAN

Pemanasan awal paska panas dan perlakuan panas paska las (PWHT) yang dilakukan pada pengelasan dilakukan untuk menghindari pengerasan dan keretakan dari daerah yang dipengaruhi panas las (HAZ) dan melepas tegangan sisa. 1. Pemanasan awal Pemanasan awal adalah pemanasan logam induk pada temperatur yang tepat sehubungan dengan pengelasan. Hal ini memungkinkan laju pendinginan dari daerah las turun, sehingga mengurangi kekerasan dari daerah yang dipengaruhi panas las (HAZ) dan mempercepat pelepasan hidrogen yang tercampur pada daerah las. Sebagai hasilnya, retak dingin dapat dihindari. Pemanasan dengan api gas sering digunakan untuk pemanasan awal. Daerah dari 50-100 mm (enam kali ketebalan plat) pada kedua sisi sambungan las dipanaskan dengan merata. Thermocouple atau kapur temperature digunakan untuk pengukuran temperatur pemanasan. Temperatur pemanasan awal yang tepat ditentukan dengan masukan panas las sesuai dengan laju pendinginan, tebal plat, bentuk sambungan, ekivalen karbon dari baja yang berhubungan dengan retak las, kandungan hidrogen yang masuk dalam logam, derajat regangan dari sambungan dan lain-lain. Tabel II.13 memberikan saran umum tentang hubungan antara ekivalen karbon dengan temperature pemanasan awal. Tabel II.13 Hubungan antara ekivalen karbon dan temperatur pemanasan awal Jenis Baja Baja karbon/Baja paduan rendah Kandungan Karbon (%) 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.8 Baja dengan kandungan Mn tinggi Baja tahan karat austenitik Suhu Pemanasan Awal (%) 100 100 150 200 250 300 350 Pemanasan awal tidak diperlukan

Baja paduan tinggi 2. Pemanasan akhir

> 400

Pemanasan akhir merupakan pemanasan kembali daerah las dengan segera setelah pengelasan selesai. Tujuannya adalah melepas hidrogen dari daerah las. Pelunakan dari daerah las tidak dapat terjadi jika pemanasan akhir dilakukan pada temperatur relatif rendah sekitar 300C. Bila pemanasan akhir dilakukan pada temperatur lebih tinggi dan pada periode waktu yang lebih panjang, pengurangan kandungan hidrogen yang lebih besar dapat dicapai. 3. Perlakuan panas paska pengelasan (PWHT) Tujuan dari PWHT adalah untuk melunakkan daerah yang dipengaruhi panas las (HAZ), meningkatkan kemampuan tempa (machinability) dan ketangguhan dari daerah las, menghindari retak, korosi dan menghilangkan tegangan sisa las. Meskipun demikian, harus dilakukan dengan hati-hati bila melaksanakan PWHT, karena perlakuan panas ini dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan atau ketangguhan dari daerah las. Metode PWHT dari baja karbon dan baja campuran rendah dispesifikasikan dalam JIS Z 3700. Beberapa jenis perlakuan panas adalah sebagai berikut : 1.Perlakuan Panas Awal (Preheating) Perlakuan panas awal adalah pemanasan yang dilakukan sebelum benda kerja tersebut dikerjakan lebih lanjut, misalnya sebelum dilakukan pengelasan. Temperatur pemanasan awal adalah antara 30C - 400C. Hal ini perlu dilakukan, karena pada waktu pengelasan akan terjadi panas pada daerah pengelasan. Panas yang tinggi akan terpusat pada daerah pencairan. Dengan bertambah jauh jaraknya busur akan berkurang panas yang terjadi. Pemanasan dan pendinginan yang tidak merata (perubahan termperatur) akan berpengaruh pada daerah pengelasan misalnya keliatan, tegangan dan sifat logam Iainnya. Dengan memanaskan logam sebelum pengelasan akan mengurangi perbedaan temperatur pada daerah pengelasan. Hal ini adalah salah satu cara untuk mengatasi perubahan - perubahan pada logam yang dilas. Proses ini disebut pemanasan awal (preheating). Pemanasan sebelum pengerjaan akan mengurangi perubahan temperatur maka

tentu juga akan mengurangi perubahan bentuk akibat tegangan yang terjadi karena pengaruh panas yang tinggi pada daerah las. Tinggi temperatur pemanasan awal tergantung pada : 1. Komposisi kandungan unsur dan baja. 2. Ketebalan benda kerja. 3. Sumber panas yang terjadi pada saat pengelasan. Komposisi kandungan unsur dari baja akan menentukan kekerasan baja tersebut. Misalnya baja karbon yang baru dilas dan kemudian didinginkan secara cepat, maka dapat berakibat keretakan pada benda kerja tersebut. Pemanasan sebelum pengerjaan diperlukan untuk memperlambat pendinginan supaya tidak retak pada daerah yang dilas/dipanaskan. Semakin tebalnya bahan, maka semakin besar pula pengaruh pendinginan dan semakin tebalnya bahan maka semakin lama pemanasan awal yang diperlukan. Pemanasan awal pada bahan-bahan baja yang dipakai di industri manufaktur sangat bervariasi. Untuk mengetahui temperatur pemanasan awal dari berbagal jenis dan ketebalan pelat adalah dengan melihat katalog yang dikeluarkan oleh industri pembuat baja tersebut. Pemanasan awal ini juga sering digunakan pada pengelasan bahan-bahan yang mudah retak dan susah untuk di las untuk memperlambat proses pendinginan. 2. Menghilangkan Tegangan Sisa (Stress Relieve) Temperatur pemanasan untuk menghilangkan tegangan sisa (stess relieve) adalah berkisar 590C-670C. Pemanasan sesudah pengelasan sering dilakukan dalam dunia industri. Besar temperatur tergantung pada jenis perlakuan panas. Pada dasarnya tingginya temperatur untuk menghilangkan tegangan sisa adalah dibawah temperature kritis 723C, karena struktur baja tidak akan berubah dibawah temperatur 723C. Perubahan sifat baja akan terjadi apabila temperatur melebihi 723C dan proses perlakuan panas dapat dilihat pada diagram perlakuan panas. Apabila tegangan sisa dihilangkan maka tegangan yang tertahan oleh bagian yang dingin sewaktu pengelasan akan hilang pula. Menghilangkan tegangan sisa ini dilakukan pada berbagal jenis pekerjaan termasuk juga pada bejana bertekanan dan ketel. Langkah kerja menghilangkan tegangan sisa adalah sebagai berikut : 1. 2. Panaskan benda kerja secara bertahap (perlahan). Biarkan pemanasan benda kerja ini sesuai dengan temperatur yang tepat dan waktu tertentu.

3.

Benda kerja didinginkan secara perlahan.

Untuk menghilangkan tegangan sisa ini dan menentukan tinggi temperatur dilakukan oleh operator perlakuan panas, bukan oleh tukang las dan dilakukan dalam dapur pemanas atau peralatan khusus untuk perlakuan panas. 3. Penormalan (Normalizing) Temperatur untuk normalizing adalah 820C - 980C. Logam terdiri dari butiran butiran halus. Bentuk dan ukuran dari butiran-butiran tergantung pada proses pendinginkan dan pengerjaan bahan tersebut. Bentuk dan ukuran dan butiran sering mempengaruhi sifat bahan logam, maka proses perlakuan panaslah yang mengontrolnya. Perubahan temperatur yang bervariasi pada pengelasan akan menimbulkan ukuran butiran yang tidak sama pada daerah pengelasan yang akan mengakibatkan kritisnya benda kerja. Untuk mengatasi ini benda perlu dinormalkan agar mendapatkan ukuran butiran yang sama. Benda kerja yang telah dinormalkan akan mempunyai sifat yang merata dan Iebih liat. Langkah kerja penormalan adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. Panaskan baja kira-kira 60C diatas temperatur kritis. Biarkan beberapa saat supaya pemanasan merata. Dinginkan dalam ruangan.

4. Pelunakan (Annealing) Temperatur pemanasan untuk proses pelunakan suatu bahan (annealing) adalah berkisar antara 820C - 925C. Pelunakan logam bertujuan untuk melunakkan bahan agar dapat dibentuk dalam keadaan dingin, agar bahan dapat dengan mudah dikerjakan dengan mesin. Pelunakan hampir sama dengan penormalan tapi proses pendinginan lebih lambat. Dengan pendinginan yang lambat akan menghasilkan ukuran butiran yang lebih besar dan lebih lunak dibandingkan dengan bahan yang telah dinormalkan. Langkah kerja pelunakan :

1. Panaskan bahan sampai diatas temperatur kriitis. 2. Biarkan beberapa saat supaya pemanasan merata. 3. Dinginkan dalam dapur secara perlahan. 5. Temper ( Tempering ) Temper adalah proses perlakuan panas lanjutan setelah proses pengerasan yang bertujuan untuk mengurangi kekerasan yang terlalu tinggi akibat pendinginan yang cepat atau temperatur yang tinggi (karena proses penyepuhan). Temperatur tempering berkisar antara 220C - 390C. Kekerasan dan keliatan berbanding terbalik. Semakin keras benda kerja maka semakin tidak liat. Kekerasan dan keliatan merupakan hal yang penting untuk menyeimbangkan benda kerja dalam penggunaannya. Misalnya pahat akan sangat keras setelah disepuh tapi akan mudah patah jika dipukul. Proses temper akan mengurangi sedikit kekerasan dari pahat sehingga kuat untuk memotong besi serta mempunyai sifat liat untuk menahan pukulan.

BAB IV
KESIMPULAN
1. Perlakuan panas awal adalah pemanasan yang dilakukan sebelum benda kerja dikerjakan lebih lanjut, misalnya sebelum dilakukan pengelasan. Pemanasan awal adalah pemanasan logam induk pada temperatur yang tepat sehubungan dengan pengelasan.

2. 3. 4. 5. 6.

Temperatur pemanasan awal adalah antara 30C - 400C. Temperatur pemanasan untuk menghilangkan tegangan sisa (stess relieve) adalah berkisar 590C-670C. Temperatur untuk normalizing adalah 820C - 980C. Temperatur pemanasan untuk proses pelunakan (annealing) berkisar antara 820C - 925C. Temper adalah proses perlakuan panas lanjutan setelah proses pengerasan, yang bertujuan untuk mengurangi kekerasan yang terlalu tinggi akibat pendinginan yang cepat dan temperatur yang tinggi (karena proses penyepuhan). Temperatur tempering berkisar antara 220C - 390C.

7.

Pemanasan akhir termasuk pemanasan kembali daerah las dengan segera setelah pengelasan selesai. Tujuannya adalah melepas hidrogen dari daerah las. Pelunakan dari daerah las tidak dapat terjadi jika pemanasan akhir dilakukan pada temperatur relatif rendah sekitar 300C.

8.

Tujuan dari PWHT adalah untuk melunakkan daerah yang dipengaruhi panas las (HAZ), meningkatkan kemampuan tempa (machinability) dan ketangguhan dari daerah las, menghindari retak, korosi dan menghilangkan tegangan sisa las.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
http://zamrey.blog.uns.ac.id/archives/270 http://bse.invir.com/bse-smk10.html

Anda mungkin juga menyukai