PASAL 1
ANAK : SESEORANG YANG BELUM BERUSIA 18 (DELAPAN BELAS) TAHUN, TERMASUK ANAK YANG MASIH DALAM KANDUNGAN
PASAL 2
PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK PANCASILA, UUD 1945, SERTA PRINSIP-PRINSIP DASAR KONVENSI HAKHAK ANAK : NON DISKRIMINASI KEPENTINGAN YANG TERBAIK BAGI ANAK HAK UNTUK HIDUP, KELANGSUNGAN HIDUP, DAN PERKEMBANGAN; PENGHARGAAN TERHADAP PENDAPAT ANAK
PASAL 15
SETIAP ANAK BERHAK UNTUK MEMPEROLEH PERLINDUNGAN DARI : PENYALAHGUNAAN DALAM KEGIATAN POLITIK; PELIBATAN DALAM SENGKETA BERSENJATA; PELIBATAN DALAM KERUSUHAN SOSIAL; PELIBATAN DALAM PERISTIWA YANG MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN; DAN PELIBATAN DALAM PEPERANGAN.
PASAL 26
ORANG TUA BERKEWAJIBAN DAN BERTANGGUNGJAWAB UNTUK : MENGASUH, MEMELIHARA, MENDIDIK , DAN MELINDUNGI ANAK; MENUMBUHKEMBANGKAN ANAK SESUAI DENGAN KEMAMPUAN, BAKAT, DAN MINATNYA; DAN MENCEGAH TERJADINYA PERKAWINAN PADA USIA ANAK-ANAK.
PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN
AGAMA, PASAL 42, 43 KESEHATAN, PASAL 44 - 47 PENDIDIKAN, PASAL 48 - 54 SOSIAL, PASAL 55 - 58 PERLINDUNGAN KHUSUS, PASAL 59 71 PERAN MASYARAKAT, PASAL 72, 73
ANAK KORBAN PENCULIKAN, PENJUALAN DAN PERDAGANGAN ANAK KORBAN KEKERASAN BAIK FISIK DAN/ ATAU MENTAL ANAK YG MENYANDANG CACAT ANAK KORBAN PERLAKUAN SALAH DAN PENELANTARAN.
BENTUK-BENTUK KEKERASAN THD ANAK: Kekerasan Fisik, tindakan yang menyebabkan rasa sakit atau potensi menyebabkan sakit yang dilakukan oleh orang lain, dapat terjadi sekali atau berulang kali, berupa : Di pukul / tempeleng Di tendang Dijewer, dicubit Di lempar dengan benda-benda keras Dijemur di bawah terik sinar matahari
Kekerasan Seksual, adalah keterlibatan anak dalam kegiatan seksual yang tidak dipahaminya. Kekerasan Seksual dapat juga berupa : Perlakuan tidak senonoh dari orang lain Kegiatan yang menjurus pada pornografi Perkataan-perkataan porno dan tindakan pelecehan organ seksual anak Perbuatan cabul dan persetubuhan pada anak-anak yang dilakukan oleh orang lain dengan tanpa tanggung jawab Tindakan mendorong atau memaksa anak terlibat dalam kegiatan seksual yang melanggar hukum seperti dilibatkannya pada kegiatan prostitusi
Kekerasan Emosional, adalah segala sesuatu yang dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan emosional anak. Kata-kata yang mengancam Menakut-nakuti Berkata-kata kasar Mengolok-olok anak Perlakuan diskriminatif dari orang tua, keluarga, pendidik dan masyarakat Membatasi kegiatan sosial dan kreasi anak dan lingkungannya
Kekerasan Ekonomi (Ekploitasi Komersial), penggunaan tenaga anak untuk bekerja dan kegiatan lain demi keuntungan orangtua atau orang lain, spt: menyuruh anak bekerja secara berlebihan menjerumuskan anak pada dunia prostitusi untuk kepentingan ekonomi
Tindak Pengabaian dan Penelantaran, adalah ketidakpedulian orangtua, atau orang yang bertanggung jawab atas anak pada kebutuhan mereka, seperti: Pengabaian pada kesehatan anak Pengabaian dan penelantaran pada pendidikan anak Pengabaian pada pengembangan emosi (terlalu dikekang) Penelantaran pada pemenuhan gizi Penelantaran dan pengabaian pada penyediaan perumahan Pengabaian pada kondisi keamanan dan kenyamanan
MEDIA
MASYARAKAT/TEMPAT KERJA KELUARGA INDIVIDU
BAGAN ALUR MONITORING DAN PELAPORAN KEJADIAN KEKERASAN TERHADAP ANAK DAN PEREMPUAN
PEMERINTAHAN DESA/KELURAHAN
KETUA RW
KETUA RT
18
MISI
Menjadikan anak Indonesia sehat fisik, mental dan sosial Menjadikan anak Indonesia berpendidikan, inovatif dan kreatif, agar menjadi manusia unggul dan handal Menjadikan anak Indonesia terlindungi dari diskriminasi, kekerasan dan exploitasi Menjadikan anak berkepribadian Indonesia
19
PRINSIP-PRINSIP UMUM KLA (diratifikasi melalui Keppres No 36/1990) (diadopsi ke dalam UUPA pada pasal 2) Non Diskriminasi
C.
21
Tumbuh kembang : segala hal yang memungkinkan anak tumbuh dan berkembang secara penuh sesuai dengan potensinya, pendidikan, bermain dan memanfaatkan waktu luang, aktivitas sosial budaya, akses terhadap informasi, dll
22
Perlindungan : semua yang diperlukan untuk melindungi mereka dari kekerasan, perlakuan salah, dan penelantaran. Partisipasi : memungkinkan anak untuk memainkan peran aktif dalam komunitasnya sesuai dengan kelebihan dan keterbatasan mereka terutama dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan mereka.
Hak Anak
Lingkungan keluarga dan perawatan alternatif 18,19,20,21,25,26,27
Hak-hak sipil dan kebebasan 7,8,12,13,14,15,16,17, 37a Pendidikan, waktu bersantai dan main & kegiatan budaya 28,29,31
31 Hak-hak Anak
1 2 3 4 5 6 7 HAK UNTUK: BEBAS BERAGAMA BEBAS BERKUMPUL SECARA DAMAI BEBAS BERSERIKAT BEREKREASI BERMAIN BERPARTISIPASI DALAM KEGIATAN-KEGIATAN SENI BUDAYA HIDUP DENGAN ORANG TUA
8 9
BILA DIPISAHKAN DENGAN SALAH SATU ORANG TUA HAK UNTUK MENDAPATKAN: 10 PERLINDUNGAN DARI PENANGKAPAN YANG SEWENANG-WENANG 11 IDENTITAS 12 INFORMASI DARI BERBAGAI SUMBER 13 KEWARGARAAN 14 NAMA 15 PELATIHAN KETERAMPILAN 16 PENDIDIKAN DASAR SECARA CUMA-CUMA 17 STANDAR HIDUP YANG LAYAK
25
DARI PERAMPASAN KEBEBASAN DARI PERLAKUAN KEJAM, HUKUMAN DAN PERLAKUAN TIDAKMANUSIAWI DARI SIKSAAN HUKUM JIKA MENGALAMI EKSPLOITASI SEKSUAL DAN KEGUNAAN SEKSUAL KHUSUS DALAM SITUASI YANG GENTING KHUSUS DARI PENCULIKAN, PENJUALAN, DAN PERDAGANAN ANAK KHUSUS JIKA MENGALAMI EKSPLOITASI SEBAGAI ANGGOTA
26
25 26
KELOMPOK MINORITAS ATAU KELOMPOK ADAT KHUSUS JIKA MENGALAMI KONFLIK HUKUM KHUSUS JIKAMENGALAMI EKSPLOITASI DALAM PENYALAHGUNAAN OBAT-OBATAN KHUSUS SEBAGAI PENGUNGSI KHUSUS, JIKA MENGALAMI EKSPLOITASI SEBAGAI PEKERJA ANAK KHUSUS DALAM KONFLIK BERSENJATA PRIBADI STANDAR KESEHATAN YANG PALING TINGGI
27 28 29 30 31
27
28
Bidang Kesehatan AKI : 2007 terdapat 1,98 %, 2008 1,97 %, 2009 0,76 % s/d Mei 2009 (terdapat penurunan yang sangat signifikan). AKB : 2007 terdapat 0,08 %, 2008 0,11 %, 2009 0,09 % s/d Mei 2009 Gizi Buruk : 2007 terdapat 27, 2008 - 30, 2009 44 s/d Mei 2009 (disebabkan telah dilakukan pelacakan atau deteksi dini yang melibatkan Kader Posyandu (2009 1480 Posyandu)
Adanya 37 Puskesmas Ramah anak, melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM), telah dilaksanakan screening mengenai Stimulan Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang, di ruang KIA tersedia area bermain anak. Rumah Sakit Ramah Anak, terpenuhinya hak anak dengan mendapatkan asi, melalui leaflet, poster yang disediakan, juga ruang pemeriksaan anak tersedia ruang anak untuk mengurangi tingkat stress.
Bidang Pendidikan
1. Bebas Buta Aksara Kota Semarang telah tuntas buta aksara tahap pelesarian, SK Walikota Semarang. 2. Gerakan Wajib Belajar melaksanakan wajib belajar 9 tahun menuju wajib belajar 12 tahun, SK Walikota Semarang 3. Sekolah Ramah Anak - tersedianya Zona Selamat Sekolah (ZSS) dengan adanya tempat penyeberangan, sekolah gratis bagi anak-anak wajar. 4. Kota Semarang telah menjadikan fungsi pendidikan sebagai prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang, melalui Rumah Pintar, terdapat 154 Rumah Pintar di Tingkat Kelurahan di Kota Semarang (+130 rumah pintar yang berjalan)
Bidang Kependudukan Untuk memenuhi hak hidup, Pemerintah Kota Semarang telah memberikan akta kelahiran gratis, bagi anak usia 0 s/d 60 hari kerja, dengan SK Walikota Semarang Bidang Perlindungan Dan untuk memenuhi hak perlindungan, Pemerintah Kota Semarang telah memiliki sebuah Lembaga Pelayanan Penanganan Terpadu Seruni, dan untuk mendekatkan Pelayanan Penanganan Terpadu di tingkat Kecamatan telah terbentuk PPTK di 6 Kecamatan sebagai pilot project. (PPTK Banyumanik, PPTK Pedurungan, PPTK Semarang Utara dan PPTK Semarang Barat, PPTK Semarang Timur dan PPTK Gunungpati) Bidang Partisipasi Adanya Forum Anak Kota Semarang (FASE) yang telah lahir pada tanggal 6 Oktober 2007, merupakan keterlibatan FASE dalam Musrenbang, yang diawali dari FASE Tingkat Kecamatan, yaitu di Kecamatan Tembalang, yang sudah launching pada bulan Juni 2009 (Muker Anak tgl.20 s/d 22 Juni 2010)
1. Untuk mewujudkan Kota Semarang Kota Layak Anak, melalui sinergisitas program yang ada di masing-masing SKPD terkait Kota Semarang untuk melakukan perencanaan program kegiatan perspektif anak. 2. Membentuk Jejaring antara Pemerintah Kota Semarang dengan LSM Peduli Anak, Swasta untuk mewujudkan Kota Semarang Kota Layak Anak. 3. Mengajak SKPD terkait sebagai pemangku kebijakan, untuk bersama-sama melakukan yang terbaik untuk anak, khususnya anak-anak di Kota Semarang yang masih hidup di jalan. (Ironis ketika kita bicara Kota Layak Anak ternyata masih ada anak-anak yang masih hidup di jalan) 4. Mari kita lakukan yang terbaik untuk anak !!
TERIMAKASIH